• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

C. Analisis Data

1. Analisis Regresi Linier Berganda

Dari hasil pengolahan data diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel V.9 Coefficients (a) Model Unstandartdized Coefficients Standartdized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) X1 X2 X3 11.852 2.086 5.683 .000 .295 .054 .482 5.438 .000 .204 .077 .240 2.656 .009 .013 .056 .019 .239 .812 A Dependent Variabel : Y

Berdasarkan tabel tersebut maka diperoleh persamaan regresi linier

berganda Y = 11,852 + 0,295 X1 + 0,204 X2 + 0,013 X3

2. Uji Asumsi Klasik

Dalam regresi linier berganda ada beberapa asumsi yang harus

dipenuhi yaitu tidak ada multikolinieritas, tidak ada autokorelasi, tidak ada

heteroskedastisitas dan data berdistribusi normal (Widarjono, 2007:64).

Berdasarkan pernyataan tersebut maka model dalam penelitian ini akan dilihat

apakah memenuhi beberapa asumsi di atas.

a. Hasil Uji Asumsi Klasik Multikolinieritas

Tabel V.10

Hasil Uji Asumsi Klasik Multikolinieritas Variabel Collinerity Statistics Tolerance VIF Dukungan Organisasi X1 0,794 1,260 Gaya Kepemimpinan X2 0,764 1,308

Program Formal Pengembangan Karir X3 0,947 1,056

Sumber : Data primer diolah, 2010

Dengan menggunakan VIF (Variance Inflation Factor) kita bisa

mendeteksi masalah multikolinieritas dalam sebuah model regresi berganda,

jika nilai VIF melebihi angka 10 maka dikatakan ada multikolinieritas

(Widarjono, 2007:118). Dengan melihat hasil perhitungan VIF pada variabel

dukungan organisasi sebesar 1,260, VIF pada gaya kepemimpinan sebesar

1,308, VIF pada program formal pengembangan karir sebesar 1,056,

berdasarkan pendapat Widarjono maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada

b. Hasil Uji Asumsi Klasik Autokorelasi

Tabel V.11

Hasil Uji Asumsi Klasik Autokorelasi

Model Durbin-Watson

1 2,053

Sumber : Data primer diolah, 2010

Dl = 1,613 du = 1,736 4-du = 2,264 4-dl = 2,387

dw = 2,053. Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh nilai Durbin

Watson sebesar 2,053. Pada tabel Durbin Watson dengan nilai alpha

5% dan n = 100 dan k = 3 maka diperoleh nilai dl = 1,613 dan nilai

du = 1,736. Nilai DW terletak du < d < 4-du. Maka dapat disimpulkan

tidak ada autokorelasi.

c. Hasil Uji Asumsi Klasik Heteroskedastisitas

Berdasarkan pengolahan data (gambar scatterplot)

menggunakan SPSS versi 13.0 didapatkan titik penyebar di bawah dan

di atas dan tidak mempunyai pola teratur, jadi dapat disimpulkan

regresi tidak ada heteroskedastisitas.

2 1 0 -1 -2 -3 -4

Regression Standardized Predicted Value

4 2 0 -2 Reg re ss ion Stu de ntized Res idua l

Dependent Variable: Kinerja Karyawan Scatterplot

Gambar V.1

d. Hasil Uji Asumsi Klasik Normalitas

Dari hasil pengolahan data menggunakan SPSS versi 13.0

diperoleh grafik histogram yang menunjukkan garis kurva normal, berarti

data yang diteliti berdistribusi normal. Demikian juga dengan melihat

normal probability plot menunjukkan data berdistribusi normal karena

garis (titik-titik) mengikuti garis diagonal. Jadi data variabel bebas dari

variabel terikat berdistribusi normal.

6 4 2 0 -2 -4

Regression Standardized Residual

30 25 20 15 10 5 0 Frequency Mean = -1.9E-16 Std. Dev. = 0.985 N = 100

Dependent Variable: Kinerja Karyawan Histogram

Gambar V.2

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0

Observed Cum Prob

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 Ex pec ted C um P rob

Dependent Variable: Kinerja Karyawan Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Gambar V.3

Hasil Normal Probability Plot : Kinerja

3. Koefisien Determinasi

Tabel V.12 Model Summary (b)

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

1 .633 (a) .400 .382 1.357

a. Predictors : (Constant), X3, X2, X1

b. Variabel Dependen : Kinerja Karyawan (Y)

Menurut Santoso (dalam Priyatno, 2008:81) bahwa regresi untuk

regresi dengan lebih dari dua variabel bebas digunakan Adjusted R Square

sebagai koefisien determinasi. Dari hasil analisis regresi linier berganda tiga

variabel bebas diperoleh Adjusted R Square sebesar 0,382. Besaran Adjusted

R Square ini menunjukkan bahwa 0,382 atau sekitar 38,2%

perubahan-perubahan pada Y yaitu kinerja karyawan dapat dijelaskan oleh ketiga

formal pengembangan karir. Sedangkan sisanya sekitar 61,8%

perubahan-perubahan pada Y yaitu kinerja karyawan dapat dijelaskan dari faktor-faktor

lain di luar dari variable independent dalam penelitian ini, sebagai contoh :

sistem kerja dalam organisasi, peralatan medis dan teknologi yang digunakan,

hubungan kerja antar karyawan, dll.

4. Pengujian Signifikansi Pengaruh Simultan dengan Uji F

Tabel V.13 ANOVA (b) Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression Residual Total 117.957 3 39.319 21.364 .000(a) 176.683 96 1.840 294.640 99 a. Predictors : (Costant), X3, X2, X1

b. Variabel Dependen : Kinerja Karyawan (Y)

Hasil pengujian pengaruh bersama-sama (simultan) ketiga variabel

X1, X2, X3 dengan uji F menghasilkan nilai

F

hitung = 21,364. Hal ini

menunjukkan angka yang lebih besar dari pada angka

F

tabel (Fhitung >Ftabel)

dengan taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan (df1 : 4 – 1 = 3 dan df2 : 100 – 3 – 1 = 96) yang bernilai 2,699.

Hasil ini menunjukkan bahwa ketiga variabel bebas (dukungan

organisasi, gaya kepemimpinan dan program formal pengembangan karir)

secara bersama-sama memiliki pengaruh yang segnifikan terhadap variabel

5. Pengujian Signifikansi Pengaruh Parsial dengan Uji t Tabel V.14 Coefficients(a) Model Unstandartdized Coefficients Standartdized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) X1 X2 X3 11.852 2.086 5.683 .000 .295 .054 .482 5.438 .000 .204 .077 .240 2.656 .009 .013 .056 .019 .239 .812 a. Variabel Dependent : Y

Hasil uji signifikansi terhadap nilai koefisien korelasi untuk X1 (gaya

kepemimpinan) menunjukkan nilai koefisien sebesar 0,295 bertanda positif.

Dari hasil pengolahan data diperoleh nilai sig. 0,000 < 0,05 karena nilai sig. <

0,05 maka dukungan organisasi (X1) secara individual berpengaruh signifikan

terhadap nilai Y.

Hasil uji signifikansi terhadap nilai koefisien korelasi untuk X2 (gaya

kepemimpinan) menunjukkan nilai koefisien sebesar 0,204 bertanda positif.

Dari hasil pengolahan data diperoleh nilai sig. 0,009 < 0,05 karena nilai sig. <

0,05 maka gaya kepemimpinan (X3) secara individual berpengaruh signifikan

terhadap nilai Y.

Hasil uji signifikansi terhadap nilai koefisien korelasi untuk X3

(program formal pengembangan karir) menunjukkan nilai koefisien sebesar

0,013 bertanda positif. Dari hasil pengolahan data diperoleh nilai sig. 0,812 >

0,05 karena nilai sig. > 0,05 maka program formal pengembangan karir (X3)

D. Pembahasan

Hasil analisis data menunjukkan bahwa penilaian karyawan atas

dukungan organisasi, gaya kepemimpinan dan program formal pengembangan

karir berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Tiga variabel bebas secara

bersama-sama berpengaruh terhadap variabel terikat (Fhitung >Ftabel). Hal ini

menunjukkan bahwa kinerja karyawan dapat dibangun melalui dukungan

organisasi yang ada dalam organisasi, gaya kepemimpinan yang ada dalam

organisasi dan program formal pengembangan karir yang diberikan kepada

karyawan.

Ketiga variabel bebas secara parsial tidak semuanya berpengaruh

terhadap variabel terikat. Variabel bebas yang pertama adalah dukungan

organisasi (X1), hasil uji signifikansi terhadap nilai koefisien korelasi untuk

X1 (dukungan organisasi) menunjukkan nilai koefisien sebesar 0,295 bertanda

positif. Dari hasil pengolahan data diperoleh nilai sig. 0,000 < 0,05 karena

nilai sig. < 0,05 maka dukungan organisasi (X1) secara parsial berpengaruh

signifikan terhadap nilai Y. Jadi bisa diartikan bahwa dukungan organisasi

berupa tambahan peningkatan insentif karyawan, pemberian penghargaan bagi

karyawan yang berprestasi dan berdedikasi dapat meningkatkan kinerja

karyawan. Dari hasil analisis data kuesioner diperoleh nilai untuk variabel

kinerja karyawan sebesar 3,67 (jumlah rata-rata variabel dukungan organisasi

dibagi jumlah pernyataan kuesioner = 25,69 : 7 = 3,67), hal ini menunjukkan

bahwa dukungan organisasi bagian kesehatan di Rumah Sakit Panti Rapih

adalah tinggi (data terlampir). Variabel bebas yang kedua adalah gaya

untuk X2 (gaya kepemimpinan) menunjukkan nilai koefisien sebesar 0,204

bertanda positif. Dari hasil pengolahan data diperoleh nilai sig. 0,009 < 0,05

karena nilai sig. < 0,05 maka gaya kepemimpinan (X2) secara parsial

berpengaruh signifikan terhadap nilai Y. Jadi bisa diartikan bahwa gaya

kepemimpinan dalam kaitannya pemimpin menjalin hubungan dengan

karyawan, pemimpin memberikan tugas pada karyawan secara baik dan

profesional dapat meningkatkan kinerja karyawan. Dari hasil analisis data

kuesioner diperoleh nilai untuk variabel gaya kepemimpinan sebesar 3,99

(jumlah rata-rata variabel gaya kepimpinan dibagi jumlah pernyataan

kuesioner = 27,92 : 7 = 3,99), hal ini menunjukkan bahwa gaya

kepemimpinan bagian kesehatan di Rumah Sakit Panti Rapih adalah tinggi

(data terlampir). Sedangkan variabel bebas yang ketiga adalah program formal

pengembangan karir (X3), hasil uji signifikansi terhadap nilai koefisien

korelasi untuk X3 (program formal pengembangan karir) menunjukkan nilai

koefisien sebesar 0,013 bertanda positif. Dari hasil pengolahan data diperoleh

nilai sig. 0,812 > 0,05 karena nilai sig. > 0,05 maka program formal

pengembangan karir (X3) secara parsial tidak berpengaruh terhadap nilai Y.

Jadi dapat diartikan bahwa program formal pengembangan karir berupa

pemberian pelatihan dan pengembangan kepada karyawan kurang bisa

maksimal meningkatkan kinerja karyawan. Dari hasil analisis data kuesioner

diperoleh nilai untuk variabel program formal pengembangan karir sebesar

3,71 (jumlah rata-rata variabel program formal pengembangan karir dibagi

jumlah pernyataan kuesioner = 22,24 : 6 = 3,71), hal ini menunjukkan bahwa

Rapih adalah tinggi (data terlampir). Kemudian dari hasil analisis data

kuesioner diperoleh nilai untuk variabel kinerja karyawan sebesar 4,24

(jumlah rata-rata variabel kinerja karyawan dibagi jumlah pernyataan

kuesioner = 25,44 : 6 = 4,24), hal ini menunjukkan bahwa kinerja karyawan

BAB VI

Dokumen terkait