• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV: DESKRIPSI, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

B. Analisis Data

1. Aktivitas Belajar Siswa

Data mengenai aktivitas belajar matematika siswa salah satunya diperoleh dari lembar observasi siswa. Rata-rata persentase aktivitas belajar

matematika siswa pada siklus I dan Siklus II, penulis sajikan pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.12

Presentase aktivitas belajar matematika siswa pada siklus I dan siklus II

Siklus I Siklus II Peningkatan

Jumlah 114 158 44 poin

Rataan 28,5 39,5 11 poin

Presentase 63,33% 87,78% 24,44%

Kategori Cukup Sangat Baik

Berdasarkan hasil pengamatan secara keseluruhan pada tabel 4.10 diperoleh data bahwa aktivitas siswa telah mengalami peningkatan yang cukup baik. Hal ini ditandai dengan meningkatnya persentase aktivitas dari siklus I ke siklus II. Dari observasi dapat di ketahui bahwa kategori aktivitas siswa termasuk kedalam kategori cukup, kemudian pada siklus II aktivitas belajar matematika siswa termasuk kedalam kategori baik. Persentase aktivitas belajar matematika siswa mengalami peningkatan sebesar 24,44% dari siklus I ke siklus II, hal ini menunjukan bahwa tindakan tindakan perbaikan yang dilakukan pada siklus II dapat memperbaiki dan meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa.

Secara umum pada siklus I keaktifan siswa dalam pembelajaran sudah terlihat, akan tetapi belum maksimal dan perlu ada perbaikan pada siklus selanjutnya. Pada siklus II keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika lebih baik dari siklus sebelumnya, dimana siswa yang mengalami kesulitan belajar mengalami kemajuan dengan sering memperhatikan temannya dan mengerjakan tugasnya dengan baik.

2. Kemampuan Pemahaman Konsep

Data hasil tes pemahaman konsep matematika siswa yang diperoleh dari tes formatif akhir siklus selanjutnya dilakukan pensekoran yang sebelumnya telah dibuat pedoman pensekoran agar hasil skor yang diperoleh bersifat objektif. Data yang diperoleh baik data aktivitas belajar matematika siswa maupun data hasil belajar matematika siswa diperiksa kembali kelengkapan dan keabsahannya dari berbagai instrumen yang dihasilkan. Untuk memperoleh keabsahan data aktivitas belajar matematika siswa maka digunakan metode triangulasi. Metode triangulasi merupakan metode yang dapat meningkatkan tingkat keakuratan hasil penelitian yang diperoleh dari berbagai sudut pandang/ instrument penelitian sehingga menghasilkan penelitian yang benar-benar valid/abash. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tiga instrumen yang akan menunjang keakuratan data hasil aktivitas belajar matematika siswa. Tiga instrumen tersebut adalah instrumen aktivitas belajar matematika siswa, Jurnal Harian siswa, dan hasil wawancara terhadap subjek penelitian. Selanjutnya data-data tersebut diorganisir dan diklasifikasikan berdasarkan urutan waktu tindakan penelitian, tujuannya adalah untuk memudahkan dalam mendeskripsikan data sehingga diperoleh kesimpulan yang tepat. Selain itu, untuk memperkuat data aktivitas belajar matematika siswa penulis mengambil data lain berupa foto-foto dokumentasi tindakan penelitian, dan data hasil isian tes formatif akhir siklus.

Data hasil belajar matematika siswa yang diperoleh dari tes formatif akhir siklus selanjutnya dilakukan penskoran dalam skala 1-100. Sebelum dilakukan penskoran peneliti terlebih dahulu membuat pedoman penskoran agar hasil skor (nilai) yang diperoleh siswa bersifat objektif. Untuk soal berbentuk essay setiap nomor soal ditentukan terlebih dahulu langkah-langkah kesistematisan jawaban dan skor maksimalnya, kemudian dilakukan proses perhitungan berdasarkan nomor soal. Agar tidak keliru dan untuk meyakinkan lagi peneliti mengulang kembali proses perhitungannya.

Adapun peningkatan hasil rata-rata pada tes kemampuan pemahaman konsep tiap siklus dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.13

Statistik Deskriptif Peningkatan Hasil Belajar

Statistik Siklus I Siklus II

Nilai Tertinggi 85 95

Nilai Terendah 45 60

Rata-rata 68,13 78,06

Standar deviasi 9,22 8,31

Berdasarkan tabel 4.11 tersebut diperoleh informasi bahwa hasil tes pemahaman konsep matematika siswa mengalami peningkatan rata-rata dari siklus I sebesar 68,13 menjadi 78,06 pada siklus II.

Sedangkan rekapitulasi peningkatan persentase pemahaman konsep matematika siswa pada tiap indikator siklus I dan siklus II dapat terlihat pada tabel 4.12 berikut:

Tabel 4.14

Rekapitulasi Persentase Kemampuan Pemahaman Konsep Tiap Indikator Siklus I dan Siklus II

Berdasarkan data yang telah dipaparkan pada tabel 4.12, menunjukkan bahwa pembelajaran matematika melalui TAPPS dapat meningkatkan

Indikator Pemahaman Konsep Skemp Siklus I Siklus II

Instrumental

Hafal konsep tanpa kaitannya dengan yang lainnya

70 % 77 %

Menerapkan rumus dalam

perhitungan sederhana 57 % 84 % Mengerjakan perhitungan

secara algoritmik 66 % 79 % Relasional Mengaitkan suatu konsep

dengan konsep lainnya 67 % 72 %

kemampuan pemahaman konsep matematik siswa. Kegiatan belajar juga menjadi lebih kondusif karena siswa dibiasakan untuk menggunakan kemampuan pemahaman konsepnya dalam penyelesaian masalah yang diberikan.

3. Respon Siswa

Respon siswa terhadap pembelajaran diperoleh dari Hasil wasancara dan Jurnal harian yang dilakukan terhadap subjek penelitian. Pada jurnal harian rata-rata persentase respon positif siswa terhadap metode TAPPS meningkat yaitu dari 60,16% pada siklus I menjadi 81,25% pada siklus II. Sedangkan rata-rata persentase respon negatif siswa menurun dari 28,13% pada siklus I menjadi 15,63% pada siklus II, begitu pula siswa rata-rata persentase respon netral siswa menurun dari 11,72% pada siklus I menjadi 3,13% pada siklus II. Dah ini dapat dilihat dalam gambar Diagram berikut :

Gambar 4.5

Diagram Persentasi Respon Siswa Siklus I dan Siklus II

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru dan siswa setelah tindakan yaitu setelah siklus I dan II pada siklus I memperlihatkan proses pembelajaran

1% 6% 11% 16% 21% 26% 31% 36% 41% 46% 51% 56% 61% 66% 71% 76% 81% 86% P e rs e n ta si

Negatif Netral Positif

Siklus I

siswa yang masih harus penyesuaian dan siswa mulai melatih kemampuannya untuk menjelaskan penyelesaian soal secara individu. Aktivias siswa dalam perannya cukup baik dan membuat siswa semakin terlatih untuk berbicara menjelaskan penyelesaian soal kepada temannya dan mengungkapkan pemahamannya meski belum maksimal. pada siklus II siswa merasa senang dengan metode TAPPS. Siswa sudah berkembang dan memiliki kemampuan untuk menjelaskan penyelesaian soal secara individu. Aktivias siswa dalam perannya cukup baik dan membuat siswa semakin terlatih untuk berbicara menjelaskan penyelesaian soal kepada temannya dan mengungkapkan pemahammannya secara maksimal. diperoleh informasi bahwa beberapa aktivitas yang dianggap kurang bahkan tidak terbiasa telah menunjukkan peningkatan setelah diterapkan pembelajaran dengan metode TAPPS. Secara rinci hasil wawancara tersebut dapat dilihat pada lampiran.

Dokumen terkait