• Tidak ada hasil yang ditemukan

90% - 100% Sangat tinggi 75% - 89% Tinggi

DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data

B. Analisis Data

Secara teori PjBL memiliki beragam manfaat, salah satunya adalah mampu meningkatkan kecakapan siswa dalam pemecahan masalah (Warsono dan Hariyanto, 2012). Dalam menyelesaikan berbagai masalah diperlukan suatu keterampilan yang disebut dengan

keterampilan generik. Keterampilan generik merupakan keterampilan yang dapat digunakan untuk mempelajari berbagai konsep dan menyelesaikan berbagai masalah sains (Darliana. 2006)

Berdasarkan observasi dan hasil penelitian yang dilakukan peneliti, model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) berpendekatan sustainability Issues cocok diterapkan di SMK N 7 Semarang. Pembelajaran pada materi polimer yang dikaitkan dengan isu lingkungan memberikan pengetahuan, keahlian, nilai dan sikap peduli lingkungan sehingga dapat siswa berkomitmen untuk terikat pada tanggung jawab pribadi dan kelompok untuk berpartisipasi aktif dalam memecahkan masalah lingkungan.

Salah satu ciri pembelajaran PjBL adalah adanya perilaku anggota kelompok untuk saling bekerja sama, berdiskusi, dan berusaha memecahkan suatu masalah, terkhusus dalam penelitian ini adalah permasalahan limbah plastik. Sedangkan pendekatan Sustainbility Issues difungsikan sebagai pendekatan untuk mengubah pandangan yang sempit mengenai penggunaan plastik, menumbuhkan sikap peduli peserta didik terhadap lingkungan serta dapat memperbaharui kesadaran

peserta didik untuk menunjang pembangunan berkelanjutan.

Penelitian yang telah dilakukan merupakan penelitian eksperimen dengan desain Quasi Experimental Design dan bentuk Nonequivalent Control Group Design. Proses penelitian bentuk tersebut dilakukan dengan cara memberikan preetest, pelaksanaan pembelajaran dan posttest. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan generik sains pada materi polimer melalui pembelajaran berbasis proyek berpendekatan Sustainbility Issues di SMK N 7 Semarang. Sampel terdiri dari dua kelas sebagai responden. Kelas eksperimen (X SIJA 2) mendapatkan perlakuan pembelajaran dengan model PjBL berpendekatan Issues, sedangkan kelas kontrol (X TME 2) mendapatkan perlakuan pembelajaran dengan model konvensional. Kedua kelas tersebut sama-sama mendapat perlakuan selama tiga pertemuan. Adapun rincian kegiatan pembelajaran sebagaimana pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Lampiran 5). Pembelajaran PjBL berpendekatan Sustainbility Issues pada kelas eksperimen dilaksanakan dengan mengusung proyek pembelajaran pembuatan bioplastik. Pada pelaksanaannya, pembelajaran PjBL terdiri dari 6 langkah meliputi:

1. Mengawali dengan Pertanyaan Dasar (Start With the Essential Question). Pada tahapan merumuskan masalah, kegiatan ini diawali dengan memberikan stimulus berupa fakta-fakta menarik dari lembar kerja siswa bagi siswa. Selain wacana, untuk memaksimalkan stimulus pada siswa, peneliti juga menayangkan video untuk setiap subbahasan yang akan dibahas diikuti dengan pertanyaan penuntun untuk membangkitkan pengetahuan peserta didik terhadap kondisi lingkungan dan tergerak untuk ikut andil dalam mengatasinya. Sebelum tahap ini dilaksanakan, peserta didik diajak review materi polimer. Materi ini sebagai langkah awal untuk menggiring peserta didik masuk ke proyek yaitu pembuatan bioplastik sebagai solusi permasalahan pencemaran lingkungan.

2. Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project). Tahap ini dilaksanakan dengan pemberian tugas kepada peserta didik untuk mempelajari kembali materi polimer. Materi tersebut sebagai bekal peserta didik dalam berdiskusi menentukan proyek. Peserta didik bertugas mendesain rancangan proses pembuatan bioplastik mereka sendiri.

3. Menyusun Jadwal (Create a Schedule). Peneliti (guru) menginformasikan kepada peserta didik dan memberikan batas akhir pelaksanaan proyek. Peserta didik menentukan jadwal sendiri terkait kegiatan di rumah untuk persiapan bahan-bahan finalisasi kegiatan proyek di laboratorium.

4. Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the Progress of the Project). Peneliti (guru) memantau kegiatan proyek dengan menanyakan kesiapan peserta didik terkait kegiatan akhir proyek sesuai jadwal yang telah ditentukan dan memantau proses kegiatan proyek di laboratorium. Saat di laboratorium, peserta didik terbagi menjadi 6 (enam) kelompok yang siap melaksanakan proyek. 5. Menguji Hasil (Assess the Outcome). Peserta didik

diberikan kesempatan untuk mempresentasikan hasil proyek pembelajaran dengan cara menyampaikan hasil sesuai proyek yang telah dilakukan. Guru memberikan penilaian dan umpan balik kepada peserta didik. Pada tahap ini, guru memancing peserta didik untuk mempelajari aplikasi konsep dari materi polimer dalam proyek melalui pembelajaran interaktif.

6. Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience). Guru memberi penguatan terkait hasil proyek yang dikaitkan dengan materi polimer. Siswa diberi tugas untuk mengeksplor lebih banyak bahan pengganti plastik sintesis.

Pada penelitian ini peneliti mengukur 3 indikator keterampilan generik sains siswa yaitu pengamatan langsung, bahasa simbolik, dan inferensi logika. Dari hasil penelitian diperoleh data kuantitatif (berupa angka) yang dapat digunakan untuk uji hipotesis. Berdasarkan analisis uji t pada Tabel 4.3 diketahui bahwa secara klasikal, rata-rata keterampilan generik sains siswa kelas eksperimen lebih besar daripada rata-rata keterampilan generik sains siswa kelas kontrol. Adapun perbedaan rata-rata keterampilan generik sains siswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Grafik Rata-rata Keterampilan Generik Sains

Secara rinci, perbedaan rata-rata ketiga indikator keterampilan generik sains dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Grafik Rata-rata 3 Indikator Keterampilan Generik Sains Berdasarkan grafik pada Gambar 4.2 terdapat perbedaan antara kelas ekperimen dan kelas kontrol dari

77.19

67.05

Rata-Rata Keterampilan Generik Sains Kelas Eksperimen Kelas Kontrol 73.46 73.84 84.26 50.93 67.82 82.41

Bahasa Simbolik Inferensi Logika Pengamatan langsung

Rata-Rata Keterampilan Generik Sains

tiga indikator keterampilan generik sains dengan rincian sebagai berikut:

1. Keterampilan generik sains bahasa simbolik kelas eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelas kontrol.

2. Keterampilan generik sains inferensi logika kelas eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelas kontrol.

3. Keterampilan generik sains pengamatan langsung kelas eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelas kontrol.

Disimpulkan bahwa pembelajaran Project Based Learning (PjBL) berpendekatan sustainability Issues mampu meningkatkan keterampilan generik sains pada indikator pengamatan langsung, bahasa simbolik, dan inferensi logika. Terkait hal ini, Navies Luthvitasari (2013) memperkuat temuan bahwa PjBL dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis, berpikir kreatif, dan kemahiran generik sains siswa SMK.

Hasil posttest dari kelas eksperimen menyatakan bahwa keterampilan generik sains memiliki kriteria tinggi relevan dengan lembar observasi pada tabel 4.10 yang menyatakan bahwa keterampilan generik sains mempunyai presentase rata-rata 74,07%. Artinya

Pengamatan langsung 91 3 108 84.26 tinggi Bahasa Simbolik 81 3 108 75.00 tinggi Inferensi Logika 68 3 108 62.96 sedang 74.07 tinggi 36 Rata-rata

Indikator Jumlah Skor Skor Max/ indikator Jumlah Siswa MaksimumSkor Presentase Kriteria keterampilan generik sains termasuk dalam kategori tinggi.

Tabel 4.10 Penilaian keterampilan generik sains berdasarkan lembar observasi

Adapun penjelasan keterampilan generik sains berdasarkan Tabel 4.10 adalah sebagai berikut:

1. Pengamatan langsung

Indikator pengamatan langsung dalam penelitian ini adalah peserta didik mampu mengamati perbedaan tampilan pada sampel bioplastik dan plastik konvensional. Berdasarkan Tabel 4.10 rata-rata keterampilan generik sains pengamatan langsung sebesar 84,26%. Artinya keterampilan generik sains berada pada kriteria tinggi.

2. Bahasa Simbolik

Pada indikator ini, peserta didik mampu menggambarkan struktur dari polimer bioplastik dan plastik konvensional. Berdasarkan Tabel 4.10 rata-rata keterampilan generik sains bahasa simbolik

sebesar 75,00%. Artinya keterampilan generik sains berada pada kriteria tinggi.

3. Inferensi Logika

Indikator dari inferensi logika dalam penelitian ini adalah mampu membuat simpulan percobaan yang telah dilakukan dengan menyebutkan 2 karakteristik dari bioplastik. Berdasarkan Tabel 4.10 rata-rata keterampilan generik sains bahasa simbolik sebesar 62,96%. Artinya keterampilan generik sains berada pada kriteria sedang.

Berdasarkan uji N-gain pada Lampiran 24, dapat disimpulkan bahwa keterampilan generik sains siswa antara kelas eksperimen dan kontrol sama-sama meningkat, namun dari hasil uji-t pada Lampiran 23 menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas yang diajar menggunakan model pembelajaran berbasis proyek berpendekatan sustaibility issues dengan kelas yang diajar menggunakan model pembelajaran konvensional.

Gambar 4.3 Grafik N-Gain keterampilan generik sains Adapun secara terperinci penjelasan atas keterampilan generik yang dapat dijaring melalui pembelajaran Project Based Learning (PjBL) berpendekatan sustainability Issues penelitian ini akan dipaparkan sebagai berikut:

1. Pengamatan Langsung. Indikator pengamatan langsung pada proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) diasah pada tahapan mengumpulkan data dan merancang percobaan. Siswa dapat dengan baik mengamati perbedaan yang terjadi pada kegiatan praktikum yang tidak diperlukan alat apapun, semua siswa dalam satu kelompok dapat mengamati perbedaan tekstur dan ketebalan pada plastik konvensional dan bioplastik yang terjadi dan menuliskan hasil pengamatannya pada lembar kerja siswa.

0.52 0.32 0.00 0.20 0.40 0.60

Kelas eksperimen Kelas kontrol

2. Bahasa Simbolik. Pada model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) pengembangan keterampilan generik sains siswa pada indikator bahasa simbolik didukung melalui lembar kerja siswa berbasis model pembelajaran Project Based Learning (PjBL). Siswa diberikan kesempatan untuk merumuskan mengenai masalah apa yang ingin dipelajari untuk memunculkan keingintahuan dalam dirinya melalui pencarian informasi yang relevan, merancang langkah-langkah penyelesaian proyek untuk menghasilkan produk sebagai solusi dari permasalahan yang diberikan. Selain itu, untuk memperluas pengetahuannya siswa memerlukan bahasa simbolik untuk memperjelas karakteristik perbedaan dari berbagai jenis plastik seperti struktur dan reaksi dari pembuatan plastik. sehingga bahasa simbolik yang dikembangkan bukan hanya sekedar menghafal tetapi juga memaknai arti dari simbol maupun istilah kimia

3. Inferensi Logika. Pada rangkaian pembelajaan Project Based Learning (PjBL) siswa terlibat dalam proses pengamatan, dan terlatih dalam mengaitkan sebab akibat. Melalui pengamatan panjang mengenai bioplastik yang dibuat, siswa akan

menyadari keganjilan dari sifat plastik secara logika. Logika ini berperan pada banyak fakta yang tak dapat diamati langsung dengan berpikir kreatif, kritis, dan pencarian informasi untuk melakukan investigasi, sehingga peserta didik lebih baik dalam melakukan inferensi atau menyimpulkan.

Dokumen terkait