• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN A.Pelaksanaan penelitian

C. Analisis data

1. Keterampilan proses sains guru IPA sekolah menengah

Data keterampilan proses sains guru diperoleh dari jawaban guru terhadap tes. Berdasarkan hasil analisis data dengan bantuan program SPSS, diperoleh deskripsi data keterampilan proses sains guru seperti pada tabel 4.2.

Tabel 4.2. Deskripsi data keterampilan proses sains guru secara keseluruhan N Minimum (%) Maximum (%) Mean (%) Std. Deviation skor 51 8.33 63.89 42.2112 12.22256 Valid N (listwise) 51

Berdasarkan tabel 4.2, rata-rata skor untuk keseluruhan aspek keterampilan proses sains guru IPA sebesar 42.21%. Menurut klasifikasi pada

tabel 3.4, kemampuan keterampilan proses sains guru IPA di Nias Barat masih tergolong sangat kurang.

Distribusi guru berdasarkan tingkat kemampuan menguasai keterampilan proses sains dapat diklasifikasikan menurut tabel 3.4. Berikut hasil analisis distribusi guru berdasarkan tingkat penguasaan keterampilan proses sains.

Tabel 4.3. Distribusi Guru (%) dalam menguasai keterampilan proses sains.

No Kualifikasi Jumlah guru (%)

1 Sangat Baik 0.00 2 Baik 0.00 3 Cukup 23.53 4 Kurang 29.41 5 Sangat Kurang 47.06 Total 100.00

Berdasarkan tabel 4.3, distribusi persentase guru dalam mengusai keterampilan proses sains di kabupaten Nias Barat, sebagian besar guru tergolong sangat kurang. Sebanyak 47.06% guru IPA dengan kemampuan yang sangat kurang dalam memahami keterampilan proses sains. Terdapat 29.41% guru yang tergolong kurang. Meskipun kebanyakan guru masih belum mampu menguasai keterampilan proses, terdapat 23.53% guru IPA yang tergolong dalam kualifikasi cukup. Artinya bahwa tidak semua guru IPA di kabupaten Nias Barat memiliki kemampuan dalam menguasai keterampilan proses dalam kategori sangat kurang.

Berdasar hasil analisis sebelumnya, telah diketahui keterampilan proses sains guru IPA secara keseluruhan. Untuk melihat secara lebih detail tentang keterampilan proses sains guru IPA di kabupaten Nias Barat, maka perlu dianalisis lebih lanjut bagaimana perbedaan keterampilan proses sains guru IPA SMP dengan guru IPA SMA serta bagaimana perbedaan keterampilan proses antara guru IPA SMA yaitu guru biologi, guru fisika dan guru kimia. Berikut analisis lanjut tentang keterampilan proses sains guru IPA.

a. Analisis keterampilan proses sains guru IPA SMP dan SMA (Biologi, Fisika dan Kimia).

Penelitian keterampilan proses sekolah menegah diikuti oleh guru IPA SMP dan guru IPA (Biologi, Fisika dan Kimia) SMA. Instrumen yang sama dikerjakan oleh guru IPA SMP dan SMA untuk melihat kemampuan dalam menguasai keterampilan proses sains. Hasil analisis data kemampuan keterampilan proses guru IPA SMP dan guru IPA SMA untuk setiap aspek dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut.

Tabel 4.4. Tingkat kemampuan keterampilan proses sains guru IPA SMP dan guru IPA (Biologi, Fisika dan kimia) SMA setiap aspek.

No Aspek ̅̅̅̅̅̅̅̅̅ (%)

SMP SMA

1 Mengidentifikasi variabel 38.64 33.04

2 Mendefinisikan variabel secara

operasional 39.39 33.33

3 Merumuskan hipotesis 46.97 44.83

4 Merancang eksperimen 43.94 49.42

Data pada tabel 4.4, menunjukkan bahwa secara umum kemampuan keterampilan proses sains guru IPA SMP lebih baik dari pada guru IPA SMA. Dari kelima aspek keterampilan proses sains, guru SMP selalu lebih baik kecuali pada aspek merancang eksperimen. Secara umum kemampuan keterampilan proses sains guru IPA SMP dan SMA tergolong sangat kurang. Terdapat satu aspek keterampilan proses sains guru IPA SMP yang tergolong cukup yaitu Interpretasi data diperoleh sebesar 59.09%.

Untuk melihat perbedaan rata-rata antara keterampilan proses guru IPA SMP dan guru IPA (Biologi, Fisika dan Kimia) SMA, menggunakan analisis statistik uji t-independen, yaitu untuk menguji perbedaan rata-rata dua kelompok yang dites dengan tes yang sama. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan program SPSS agar meminimalisir terjadinya kesalahan dalam menghitung.

Tabel 4.5. Deskripsi keterampilan proses sains guru IPA SMP dan SMA secara keseluruhan

Guru N Mean (%) Std. Deviation Std. Error Mean

Skor Guru SMP 22 44.6970 10.63494 2.26738

Guru SMA 29 40.3257 13.16822 2.44528

Berdasarkan tabel 4.5, keterampilan proses sains guru IPA SMP dan guru IPA SMA tergolong sangat kurang. Berdasarkan rata-rata skor secara keseluruhan aspek, keterampilan proses sains guru IPA SMP lebih tinggi dari pada guru IPA SMA. Hasil analisis uji t-independen terhadap keterampilan proses sains guru IPA SMP dan guru IPA SMA dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6. Hasil Uji T keterampilan proses sains guru IPA sekolah menengah

Independent Samples Test Levene's Test

for Equality of Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the Difference Skor Lower Upper Equal variances assumed Equal variances not assumed .599 .443 1.273 49 .209 4.37130 3.43445 -2.53050 11.27309 1.311 48.773 .196 4.37130 3.33472 -2.33087 11.07346

Untuk menentukan nilai t yang dipakai, nilai F= 0,599 dibandingkan dengan 0,05. Jika F>0,05 maka yang dipakai adalah Equal variances assumed (Wahyuno,2012:102). Dari hasil analysis data dengan uji T pada tabel 4.6, didapat bahwa signifikasi (2-tailed) sebesar 0,209. Diketahui bahwa signifikasi lebih besar dari 0,05, artinya tidak signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara keterampilan proses guru IPA SMP dan guru IPA SMA.

b. Analisis keterampilan proses sains guru Biologi, Fisika dan Kimia SMA

Pelajaran IPA pada tingkat SMA terdiri dari biologi, fisika dan kimia. Penelitian ini melibatkan guru IPA SMA yang terdiri dari guru biologi, guru fisika dan kimia. Instrumen yang sama dikerjakan oleh guru IPA SMA untuk melihat kemampuan dalam menguasai keterampilan proses sains. Hasil

analisis data kemampuan keterampilan proses guru IPA SMA setiap aspek dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut.

Tabel 4.7. Keterampilan proses sains guru IPA SMA (Biologi, Fisika dan kimia) setiap aspek.

No Aspek ̅̅̅̅̅̅̅̅̅ (%)

Biologi Fisika Kimia

1 Mengidentifikasi variabel 34.17 33.33 31.48 2 Mendefinisikan variabel secara operasional 33.33 27.78 37.04 3 Merumuskan hipotesis 44.44 40.74 53.09 4 Merancang eksperimen 40.00 40.74 70.37 5 Interpretasi data 41.67 33.95 46.29

Berdasarkan tabel 4.7, secara keseluruhan aspek keterampilan proses sains guru kimia lebih baik dari pada guru biologi dan guru fisika. Pada aspek mengidentifikasi variabel, keterampilan proses sains guru biologi lebih baik dari pada keterampilan proses sains guru fisika dan dan guru kimia. Sedangkan pada aspek mengidentifikasi variabel secara operasional, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen dan interpretasi data, guru kimia lebih baik dari pada guru biologi dan guru fisika.

Untuk melihat perbedaan kemampuan keterampilan proses sains guru IPA (Biologi, Fisika dan Kimia), maka dianalisis menggunakan uji Anova untuk kelompok independen. Menggunakan uji Anova karena tiga kelompok guru IPA SMA yang diteliti dengan tes yang sama.

Hasil uji Anova dengan menggunakan SPSS untuk mengetahui perbedaan rata-rata antara kelompok guru IPA adalah sebagai berikut:

Tabel 4.8. Deskripsi data keterampilan proses sains guru IPA SMA

Berdasarkan tabel 4.8, keterampilan proses sains guru kimia lebih baik dari pada guru fisika dan guru biologi dengan rata-rata skor 43.51%. Bila diklasifikasikan menurut tingkat keterampilan porses pada tabel 3.3, keterampilan proses sains guru kimia tergolong kurang. Dari ketiga kelompok guru tersebut, keterampilan proses sains yang paling rendah dimiliki oleh guru biologi dengan rata-rata skor 38.33%. keterampilan proses sains guru biologi tergolong sangat kurang.

Tabel 4.9. Hasil uji Anova tingkat kemampuan keterampilan proses sains guru IPA (Biologi, Fisika dan kimia) SMA di kabupaten Nias Barat.

Skor ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 139.208 2 69.604 .384 .685 Within Groups 4716.049 26 181.387 Total 4855.258 28 Skor Descriptives N Mean (%) Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound Biologi 10 38.3333 12.61436 3.98901 29.3096 47.3571 19.44 61.11 Fisika 10 39.4444 8.15656 2.57933 33.6096 45.2793 30.56 58.33 Kimia 9 43.5185 18.32070 6.10690 29.4360 57.6011 8.33 63.89 Total 29 40.3257 13.16822 2.44528 35.3167 45.3346 8.33 63.89

Dari hasil analisis data dengan uji anova pada tabel 4.9, didapat bahwa signifikasi sebesar 0,062. Diketahui bahwa signifikasi lebih besar dari 0,05, artinya tidak signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara keterampilan proses guru biologi, guru fisika dan guru kimia di Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kabupaten Nias Barat.

c. Analisis keterampilan proses sains guru sekolah menenangah berdasarkan masa kerja

Masa kerja atau lama mengajar akan berpengaruh pada kemampuan guru dalam mengajar. Semakin lama mengajar semakin banyak pengalaman dalam mengajar, guru semakin menguasai pembelajaran dan karakter siswa. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan keterampilan proses sains antara guru yang sudah lama mengajar dengan guru yang masih relatif baru, dianalisis dengan mengunakan uji T-Independen. Guru dibagi menjadi dua kelompok yaitu guru yang lama mengajar ≤5 Tahun dan yang lama mengajarnya diatas 5 Tahun. Pembagian ini berdasarkan rata-rata lama mengajar guru-guru IPA di kabupaten Nias Barat. Berikut adalah hasil analisis dengan uji t-independen.

Tabel 4.10. Keterampilan proses sains guru IPA berdasarkan masa kerja.

Group Statistics

Masa Kerja N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Skor <=5 Tahun 33 44.2764 13.46418 2.34381

Berdasarkan tabel 4.10, rata-rata skor keterampilan proses sains guru yang masa kerjanya di bawah 5 tahun (<=5 tahun) lebih tinggi dari pada skor keterampilan proses sains guru yang masa kerjanya diatas 5 tahun. Dari rata-rata skor nilai terdapat perbedaan penguasaan keterampilan proses antara guru yang masa kerjanya dibawah 5 tahun dan guru yang masa kerjanya diatas 5 tahun. Hasil analisis uji t-independen tentang tingkat penguasaan keterampilan proses sains guru IPA berdasarkan masa kerja dapat dilihat pada tabel 4.11.

Tabel 4.11. Hasil uji T Independen tingkat kemampuan keterampilan proses sains guru IPA berdasarkan masa kerja.

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Skor Equal variances assumed 5.478 .023 1.662 49 .103 5.85136 3.51988 -1.22209 12.92482 Equal variances not assumed 1.884 47.542 .066 5.85136 3.10528 -.39377 12.09650

Untuk menentukan nilai t yang dipakai, nilai F= 5,478 dibandingkan dengan 0,05. Jika F>0,05 maka yang dipakai adalah Equal variances assumed (Wahyuno,2012:102). Dari hasil analisis data dengan uji T pada tabel 4.11, diperoleh bahwa signifikasi (2-tailed) sebesar 0,103. Diketahui bahwa signifikasi lebih besar dari 0,05, artinya tidak signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara

keterampilan proses guru IPA yang mengajar lama dengan guru yang relatif baru.

2. Analisis keterampilan proses sains guru IPA setiap aspek

Instrumen yang digunakan untuk mengukur keterampilan proses sains guru terdiri dari 5 aspek. Berdasarkan instrumen yang digunakan, keterampilan proses guru IPA dianalisis menurut masing-masing aspek serta keseluruhan aspek keterampilan proses. Tabel 4.12 menunjukkan tingkat keterampilan proses guru IPA sekolah menengah setiap aspek.

Tabel 4.12. Keterampilan proses sains guru IPA sekolah menengah di kabupaten Nias Barat setiap aspek.

No Aspek ̅̅̅̅̅̅̅̅̅ 1 Mengidentifikasi variabel 35.46 2 Mendefinisikan variabel secara operasional 35.95 3 Merumuskan hipotesis 45.75 4 Merancang eksperimen 47.04 5 Interpretasi data 54.25 Keterangan:

̅̅̅̅̅̅̅ : Skor rata-rata untuk setiap aspek

Dilihat dari setiap aspeknya, terdapat satu aspek yang lebih tinggi sebesar 54.25% tetapi masih tergolong kurang. Aspek tersebut yaitu interpretasi data.

a. Mengidentifikasi variabel

Dalam sebuah eksperimen, mengidentifikasi variabel salah satu bagian yang sangat penting. Dengan mengetahui variabel yang berpengaruh, penyelidik dapat merumuskan hipotesis dan merancang eksperimen untuk menguji hipotesis. Berdasarkan hasil analisis bahwa kemampuan guru dalam mengidentikasi variabel tergolong sangat kurang, dengan rata-rata skor sebesar 35.46 %. Tabel 4.13 menunjukkan peta respon guru terhadap persoalan dalam tes pada aspek “mengidentifikasi variabel”.

Tabel 4.13. Jawaban guru pada aspek mengidentifikasi variabel.

Aspek

No Item

Jumlah guru yang menjawab (%) Total

(%) A B C D Kosong Mengidentifikasi variabel 1 17.65 35.29 7.84 39.22 0.00 100.00 3 1.96 60.78 3.92 33.33 0.00 100.00 13 7.84 50.98 19.61 21.57 0.00 100.00 14 11.76 43.14 21.57 23.53 0.00 100.00 15 15.69 17.65 41.18 25.49 0.00 100.00 18 31.37 23.53 3.92 41.18 0.00 100.00 19 43.14 25.49 11.76 19.61 0.00 100.00 20 35.29 17.65 31.37 15.69 0.00 100.00 30 41.18 39.22 11.76 7.84 0.00 100.00 31 45.10 27.45 9.80 15.69 1.96 100.00 32 25.49 33.33 29.41 9.80 1.96 100.00

Aspek

No Item

Jumlah guru yang menjawab (%) Total

(%)

A B C D Kosong

36 39.22 7.84 3.92 47.06 1.96 100.00

Keterangan:

Arsir : Jawaban benar

Berdasarkan tabel 4.13, item nomor 13, guru menjawab salah 50.98% dengan pilihan jawaban B. pertanyaan dalam item ini adalah “Martin bertanya-tanya apakah darat dan lautan menyerap panas yang sama dari sinar matahari. Dia melakukan penyelidikan, dengan mengisi ember menggunakan tanah dan ember lain dengan ukuran yang sama dengan air. Dia menempatkan ember tersebut ketempat yang terbuka sehingga setiap ember menerima jumlah sinar matahari yang sama. Suhu di setiap ember diukur setiap jam (8:00-18:00). Mana yang merupakan variabel kontrol dalam penelitian Martin?”. Jawaban yang benar dari pertanyaan ini adalah opsi D yakni “Jumlah waktu setiap ember berada di bawah sinar matahari” yang dipilih oleh 21.57% guru. Banyak guru yang memilih opsi B yakni “Suhu air dan tanah”. Sebenarnya dalam persoalan ini, suhu air dan tanah bukan merupakan variabel kontrol.

Berdasarkan tabel 4.13, item nomor 20, lebih banyak guru menjawab salah. 35.29% guru memilih opsi yang salah dengan pilihan jawaban A. persoalan dalam item ini yaitu menentukan variabel bebas. Pertanyaan dalam item ini yaitu “Ucok ingin mengetahui pengaruh suhu air terhadap jumlah gula yang akan larut di dalam air tersebut. Dia menuangkan air ke dalam

empat botol yang identik, masing-masing 50 mL. Ia memvariasikan suhu air disetiap botol. satu yang suhunya 0oC, satu yang suhunya 50oC, satu yang suhunya 75oC, dan satu yang suhunya 95oC. Kemudian ia melarutkan gula sebanyak mungkin di setiap botol dengan mengaduknya. Mana yang merupakan variabel bebas dalam penelitian Ucok?”. Persoalan ini 15.69 % di jawab benar dengan pilihan jawaban D yakni “Suhu air”. Banyak guru memilih opsi A yakni “Jumlah gula yang larut dalam setiap botol”. Sebenarnya “Jumlah gula yang larut dalam setiap botol” sebagai akibat, atau merupakan variabel terikat. Yang dimaksud dengan variabel bebas adalah variabel diatur sesuai dengan keinginan peneliti. Opsi A merupakan variabel bebas daam penelitian Ucok.

Item nomor 30 juga lebih banyak guru menjawab salah. Persoalan dalam item ini yaitu menentukan variabel control. 41.18% guru menjawab salah dengan pilihan jawaban A. Pertanyaan dalam item ini adalah “Sebuah penelitian dilakukan untuk mengetahui apakah sampah daun yang ditanamkan ke tanah memberikan pengaruh terhadap buah tomat yang dihasilkan. Tanaman tomat ditanam di empat bak besar. Setiap bak diisi jenis dan jumlah tanah yang sama. Satu bak diisi 15 kg sampah daun yang dicampur dengan tanah. Bak kedua diisi dengan 10 kg, bak ketiga diisi 5 kg dan keempat tidak ditambahkan sampah daun. Semua bak diletakkan diluar rumah agar mendapat sinar matahari dan dilakukan penyiraman yang sama. Kemudian, jumlah tomat yang dihasilkan di setiap bak dihitung. Mana yang merupakan variabel kontrol dalam penelitian tersebut?”. Sebanyak 11.76% guru

menjawab benar dengan pilihan jawaban C yakni “Jumlah tanah di dalam setiap bak”. Guru banyak memilih opsi A yakni “Jumlah tomat yang diproduksi di setiap bak”. Sebenarnya buah tomat dalam setiap bak tidak bisa dibuat tetap, tetapi yang bisa dipertahankan sama adalah banyaknya tanah di dalam setiap bak.

b. Mendefinisikan variabel secara operasional

Mendefinisikan variabel secara oprasional merupakan bagian perumusan suatu definisi yang berdasarkan pada apa yang akan dilakukan atau yang diamati. Setelah mengetahui variabel-variabel yang berpengaruh pada eksperimen, maka dirumuskan suatu definisi bagaimana suatu tindakan atau kejadian berlangsung. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa kemampuan keterampilan proses sains guru pada aspek mendefinisikan variabel secara operasional masuk pada kategori sangat kurang dengan skor rata-rata sebesar 35.95%. Tabel 4.14 menunjukkan peta respon guru terhadap persoalan dalam tes pada aspek “mendefinisikan variabel secara oprasional”.

Tabel 4.14. Jawaban guru pada aspek mengidentifikasi variabel secara oprasional.

Aspek

No Item

Jumlah guru yang menjawab (%) Total

(%) A B C D Kosong Mendefinisikan variabel secara operasional 2 23.53 21.57 5.88 45.10 3.92 100.00 7 23.53 52.94 23.53 0.00 0.00 100.00 22 17.65 39.22 7.84 35.29 0.00 100.00 23 43.14 3.92 25.49 27.45 0.00 100.00

Aspek

No Item

Jumlah guru yang menjawab (%) Total

(%)

A B C D Kosong

26 7.84 5.88 68.63 17.65 0.00 100.00

33 25.49 23.53 25.49 23.53 1.96 100.00

Keterangan:

Arsir : Jawaban benar

Pada bagian aspek ini, item nomor 2, 7, 22, dan 33, lebih banyak guru memilih opsi jawaban yang salah. Persoalan dalam item ini adalah menentukan bagaimana sebuah variabel ditentukan/diukur pada penelitian. pertanyaan pada item nomor 2 yaitu “Sebuah penelitian tentang efisiensi mobil telah dilakukan. Hipotesis yang diuji adalah penambahan zat aditif pada bensin akan meningkatkan efisiensi mobil. Lima mobil yang identik masing-masing diisi bensin dengan jumlah yang sama tetapi jumlah zat aditifnya berbeda. Mobil berjalan pada jalur yang sama sampai bahan bakar habis. Tim peneliti mencatat jarak yang ditempuh setiap mobil. Bagaimana efisiensi mesin mobil diukur dalam penelitian ini?”. 45.10% guru memilih jawaban salah dengan pilihan jawaban D. sebenarnya jawaban yang tepat adalah opsi B yakni “Jarak tempuh masing-masing mobil” yang dipilih oleh 21.57% guru. Lebih banyak yang memilih opsi D yakni “Jumlah zat aditif yang digunakan”. Efesiensi mobil belum bisa diukur kalau hanya mengetahui jumlah zat aditif yang digunakan. Sebenarnya efesiensi mobil dalam penelitian ini dapat diketahui dari jarak tempuh setiap mobil yang menggunakan jumlah zat aditif yang berbeda-beda.

c. Merumuskan hipotesis

Persoalan dalam aspek ini yaitu menentukan hipotesis. Perumusan hipotesis adalah perumusan dugaan yang masuk akal yang akan di uji tentang bagaimana dan mengapa sesuatu terjadi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan proses sains guru pada aspek merumuskan hipotesis masuk pada kategori kurang dengan rata-rata skor sebesar 45.75%. Tabel 4.15 menunjukkan peta respon guru terhadap persoalan dalam tes pada aspek “merumuskan hipotesis”.

Tabel 4.15. Jawaban guru pada aspek merumuskan hipotesis

Aspek

No Item

Jumlah guru yang menjawab (%) Total

(%) A B C D Kosong Merumuskan hipotesis 4 3.92 13.73 11.76 66.67 3.92 100.00 6 19.61 1.96 72.55 5.88 0.00 100.00 8 47.06 25.49 19.61 7.84 0.00 100.00 12 19.61 29.41 23.53 27.45 0.00 100.00 16 43.14 41.18 3.92 11.76 0.00 100.00 17 3.92 11.76 80.39 3.92 0.00 100.00 27 23.53 19.61 39.22 17.65 0.00 100.00 29 1.96 9.80 29.41 56.86 1.96 100.00 35 9.80 45.10 7.84 35.29 1.96 100.00 Keterangan:

Item nomor 6, lebih banyak dijawab salah. 72.55% guru memilih jawaban salah dengan pilihan jawaban C. persoalan pada item ini yaitu “Seorang Polisi memikirkan bagaimana mengurangi kecepatan mobil. Ia memikirkan beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi kecepatan sebuah mobil. Manakah dari hipotesis berikut yang bisa diuji tentang kecepatan seseorang dalam mengemudi?”. Jawaban yang tepat dalam persoalan ini adalah opsi A yakni “Semakin muda pengemudinya, maka semakin cepat

dalam mengemudi”. Terdapat 19.61% guru memilih opsi jawaban yang benar.

Kebanyakan guru memilih opsi C yakni “Semakin banyak polisi yang berpatroli, maka semakin sedikit jumlah kecelakaan mobil”. Persoalan penelitian yaitu penyebab kecepatan dari mobil, sedangkan pada opsi jawaban C yakni pengaruh jumlah polisi yang berpatroli terhadap kecelakaan. Jawaban yang paling tepat pada persoalan ini adalah opsi jawaban A.

Item nomor 12, lebih banyak guru yang menjawab salah (29,41%) dengan pilihan jawaban B. Persoalan dalam item ini yakni “Martin bertanya-tanya apakah darat dan lautan menyerap panas yang sama dari sinar matahari. Dia melakukan penyelidikan, dengan mengisi ember menggunakan tanah dan ember lain dengan ukuran yang sama dengan air. Dia menempatkan ember tersebut ketempat yang terbuka sehingga setiap ember menerima jumlah sinar matahari yang sama. Suhu di setiap ember diukur setiap jam (8:00-18:00). Manakah hipotesa yang diuji?”. Jawaban yang tepat dalam persoalan ini adalah opsi C yakni “Bahan yang berbeda menyerap panas matahari secara berbeda”. Persoalan ini dijawab benar oleh 23.53%

guru. Lebih banyak guru memilih opsi B yakni “Semakin lama tanah dan air di bawah sinar matahari, tanah dan air menjadi lebih hangat”. Persoalan dalam penelitian Martin adalah apakah darat dan laut menyerap panas yang sama dari matahari, sedangkan pada opsi B yakni peningkatan suhu air dan tanah karena mendapat panas dari matahari. Sehingga opsi jawaban B tidak tepat untuk persoalan penelitian Martin.

Hal yang sama terjadi pada item nomor 35, lebih banyak guru memilih jawaban yang salah 45.10% dengan pilihan jawaban B. Pertanyaan dalam soal ini adalah “Ani memelihara ikan mas di dalam akuarium. Dia melihat bahwa beberapa ikan sangat aktif. Ia ingin mengetahui faktor yang mempengaruhi keaktifan ikan-ikan tersebut. Hipotesis apa yang dapat diuji untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan ikan-ikan tersebut?”. Pilihan jawaban yang tepat pada persoalan ini adalah opsi D yakni “Semakin banyak cahaya masuk ke dalam akuarium, maka semakin aktif ikan-ikan tersebut “ yang dijawab benar oleh 35.29% guru. Lebih banyak guru memilih opsi jawaban yang salah yakni “Semakin aktif ikan, maka semakin banyak makanan yang dibutuhkan”. Persoalan penelitian Ani adalah dugaan yang masuk akal tentang penyebab ikan aktif, sedangkan pada opsi B yakni sebagai akibat keaktifan ikan maka membutuhkan banyak makanan. Sehingga opsi B dalam persoalan ini bukan pilihan yang tepat.

d. Merancang eksperimen

Eksperimen dilakukan untuk menguji hipotesis atau dugaan melalui penyelidikan. Kemampuan guru dalam menguasai keterampilan proses pada

aspek merancang eksperimen tergolong pada kategori kurang dengan skor rata-rata sebesar 47.04%. Aspek keterampilan proses tentang merancang eksperimen terdapat 3 item. Ketiga item ini, 2 item yang lebih banyak dijawab salah oleh guru. Tabel 4.16 menunjukkan peta respon guru terhadap persoalan dalam tes pada aspek “merancang eksperimen”.

Tabel 4.16. Jawaban guru pada aspek merancang eksperimen.

Aspek

No Item

Jumlah guru yang menjawab (%) Total

(%) A B C D Kosong Merancang eksperimen 10 3.92 68.63 13.73 13.73 0.00 100.00 21 33.33 37.25 21.57 7.84 0.00 100.00 24 41.18 39.22 9.80 9.80 0.00 100.00 Keterangan:

Arsir : Jawaban benar

Item nomor 21, lebih banyak guru (37.25%) memilih jawaban yang salah dengan pilihan jawaban B. Persoalan dalam item ini adalah “Seorang manajer rumah kaca ingin mempercepat produksi tanaman tomat untuk memenuhi tuntutan dari tukang kebun yang cemas. Dia menanam benih tomat di beberapa pot. Hipotesisnya adalah semakin lembab tanah semakin cepat pertumbuhan. Bagaimana menguji hipotesisnya?”. Jawaban yang tepat pada persoalan ini adalah opsi A yakni “Menghitung jumlah hari yang dibutuhkan benih tumbuh untuk jumlah air berbeda setiap tanaman”. Opsi jawaban B yakni “Mengukur ketinggian tanaman tomat sehari setelah setiap penyiraman”. Hipotesis dalam soal ini yaitu “semakin lembab tanah semakin

cepat pertumbuhan”. Dari hipotesa dapat dilihat bahwa varibel bebasnya yaitu kelembaban tanah sedangkan variabel terikatnya yaitu waktu tumbuh benih. Maka merancang eksperimen untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan benih tumbuh berdasarkan kelembaban tanah sebagai tempat tumbuhnya benih.

Hal yang sama juga terjadi pada item nomor 24, lebih banyak guru (41.18%) memilih opsi jawaban yang salah dengan pilihan jawaban A.

Dokumen terkait