• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keterampilan proses sains guru IPA sekolah menengah di Kabupaten Nias Barat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keterampilan proses sains guru IPA sekolah menengah di Kabupaten Nias Barat."

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Gulo, Timotius. 2016. Keterampilan Proses Sains Guru IPA Sekolah

Menengah di Kabupaten Nias Barat. Skripsi. Program Studi

Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk

mengetahui sejauh mana penguasaan keterampilan proses sains guru IPA dan

aspek keterampilan proses sains yang sudah dan belum dikuasai guru IPA di

Kabupaten Nias Barat. Penelitian ini melibatkan 51 guru IPA sekolah menengah

yang terdiri dari 22 guru IPA SMP dan 29 guru IPA SMA yaitu 10 guru Biologi,

10 guru Fisika dan 9 guru Kimia.

Penelitian ini menggunakan instrumen berupa soal-soal tentang

keterampilan proses sains yang terdiri dari lima aspek yaitu mengidentifikasi

variabel, mendefinisikan variabel secara operasional, merumuskan hipotesis,

merancang eksperimen dan interpretasi data. Instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini diambil dari Journal of Research in Science Teaching yang berjudul

Development of an Integrated Process Skill Test: TIPS II.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat penguasaan keterampilan

proses sains guru IPA di Kabupaten Nias Barat tergolong sangat kurang dengan

rata-rata skor sebesar 42.21%. Penguasaan keterampilan proses sains guru IPA

pada setiap aspek secara keseluruhan masih sangat kurang. Perlu peningkatan

penguasaan semua aspek keterampilan proses sains guru IPA sekolah menengah

di Kabupaten Nias Barat.

(2)

ABSTRACT

Gulo, Timotius. 2016. Science Process Skill of High School Science Teacher in

West Nias Regency. Thesis. Physics Education Study Program, Major of

Mathematics and Science, Faculty of Teachers Training and Education,

Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research is a quantitative research which aims to know the extent of science teacher mastering the science process skill and the aspect of science process skill which has or has not been mastered by science teacher in West Nias Regency. This research involved 51 high school teachers consisting of 22 junior high school science teachers and 29 senior high school science teachers. From those 29 senior high school science teachers, 10 of them were Biology teachers, 10 physics teachers, and 9 chemical teachers.

This research applied instrument such as questions about science process skill. The questions covered five aspects namely identifying variable, explaining variable operationally, formulating hypothesis, designing experiment, and interpreting data. The instrument applied in this research was taken from Journal of Research in Science Teaching entitled Development of an Integrated Process Skill Test: TIPS II.

The result of this research showed that the mastery level of science process skill of science teacher in West Nias Regency is very lack and the average score is 42.21%. The mastery of science process skill of science teacher on each aspect as whole is very lack. The mastery improvement of all science process skill aspects of high school science teacher in West Nias Regency is necessary.

(3)

KETERAMPILAN PROSES SAINS GURU IPA SEKOLAH MENENGAH DI KABUPATEN NIAS BARAT

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

Timotius Gulo

NIM: 121424033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

i

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

Timotius Gulo

NIM: 121424033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Kuatkanlah hatimu, janganlah lemah semangatmu, karena ada upah bagi usahamu”

(2 Tawarikh 15:7)

Karya ini kupersembahkan untuk:

 Orang tuaku: Fanolo Gulo dan Rosida Gulo;

 Saudara/saudariku: Juliati Gulo, Kasius K. Gulo, Yanila Gulo, Otenius Gulo, Marlina Gulo, Bonifasius Gulo dan Karolus Gulo;

(8)
(9)
(10)

vii ABSTRAK

Gulo, Timotius. 2016. Keterampilan Proses Sains Guru IPA Sekolah

Menengah di Kabupaten Nias Barat. Skripsi. Program Studi

Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan keterampilan proses sains guru IPA dan aspek keterampilan proses sains yang sudah dan belum dikuasai guru IPA di Kabupaten Nias Barat. Penelitian ini melibatkan 51 guru IPA sekolah menengah yang terdiri dari 22 guru IPA SMP dan 29 guru IPA SMA yaitu 10 guru Biologi, 10 guru Fisika dan 9 guru Kimia.

Penelitian ini menggunakan instrumen berupa soal-soal tentang keterampilan proses sains yang terdiri dari lima aspek yaitu mengidentifikasi variabel, mendefinisikan variabel secara operasional, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen dan interpretasi data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari Journal of Research in Science Teaching yang berjudul

Development of an Integrated Process Skill Test: TIPS II.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat penguasaan keterampilan proses sains guru IPA di Kabupaten Nias Barat tergolong sangat kurang dengan rata-rata skor sebesar 42.21%. Penguasaan keterampilan proses sains guru IPA pada setiap aspek secara keseluruhan masih sangat kurang. Perlu peningkatan penguasaan semua aspek keterampilan proses sains guru IPA sekolah menengah di Kabupaten Nias Barat.

(11)

viii

ABSTRACT

Gulo, Timotius. 2016. Science Process Skill of High School Science Teacher in West Nias Regency. Thesis. Physics Education Study Program, Major of Mathematics and Science, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research is a quantitative research which aims to know the extent of science teacher mastering the science process skill and the aspect of science process skill which has or has not been mastered by science teacher in West Nias Regency. This research involved 51 high school teachers consisting of 22 junior high school science teachers and 29 senior high school science teachers. From those 29 senior high school science teachers, 10 of them were Biology teachers, 10 physics teachers, and 9 chemical teachers.

This research applied instrument such as questions about science process skill. The questions covered five aspects namely identifying variable, explaining variable operationally, formulating hypothesis, designing experiment, and interpreting data. The instrument applied in this research was taken from Journal of Research in Science Teaching entitled Development of an Integrated Process Skill Test: TIPS II.

The result of this research showed that the mastery level of science process skill of science teacher in West Nias Regency is very lack and the average score is 42.21%. The mastery of science process skill of science teacher on each aspect as whole is very lack. The mastery improvement of all science process skill aspects of high school science teacher in West Nias Regency is necessary.

(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

dan penyertaan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Keterampilan Proses Sains Guru IPA Sekolah Menengah di Kabupaten Nias Barat”.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa banyak hambatan dan kesulitan yang timbul

dalam penyelesaian skripsi ini, namun dapat terselesaikan berkat bantuan,

dukungan dan perhatian dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang secara langsung

maupun tidak langsung memberi bantuan dan dukungan untuk terselesainya

skripsi ini:

1. Rohandi, Ph.D. selaku dosen pembimbing I dan Dwi Nugraheni R., M.Si.

selaku dosen pembiming II yang selalu sabar serta murah hati dalam

membimbing dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan penulisan

skripsi.

2. Dr. Ign. Edi Santosa, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika,

Jurusan Pendidikan dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas Sanata

Dharma.

3. Kepala Dinas Pendidikan kabupaten Nias Barat, yang telah memberikan ijin

kepada peneliti untuk melakukan penelitian di beberapa sekolah menengah

di wilayah kabupaten Nias Barat.

4. Kepala SMA N.1 Mandrehe Utara, Kepala SMA N.1 Lolofitu Moi, Kepala

SMA N.2 Lolofitu Moi, Kepala SMA N.2 Madrehe, Kepala SMA N.1

Sirombu, Kepala SMA Swasta BNKP Karmel, Kepala SMA Swasta Kristen

Arastamar, Kepala SMA N.1 Ulumoro’o, Kepala SMP N.1 Mandrehe

Utara, Kepala SMP N.1 Mandrehe, Kepala SMP N.2 Lolofitu Moi, Kepala

(13)

x

Mandrehe Barat, Kepala SMP N.1 Sirombu dan Kepala SMP N.5 Sirombu,

yang telah memberi ijin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian di

sekolah tersebut.

5. Guru mata pelajaran biologi, fisika dan kimia di SMA N.1 Mandrehe Utara,

SMA N.1 Lolofitu Moi, SMA N.2 Lolofitu Moi, SMA N.2 Madrehe, SMA

N.1 Sirombu, SMA Swasta BNKP Karmel, SMA Swasta Kristen

Arastamar, dan SMA N.1 Ulumoro’o, yang telah bersedia menjadi

responden dalam penelitian ini.

6. Guru mata pelajaran IPA di SMP N.1 Mandrehe Utara, SMP N.1

Mandrehe, SMP N.2 Lolofitu Moi, SMP N.1 Ulumoro’o, SMP N.1 Lahomi,

SMP N.1 Mandrehe Barat, SMP N.1 Sirombu dan SMP N.5 Sirombu, yang

telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

7. Ayah dan ibuku: Fanolo Gulo dan Rosida Gulo serta saudara-saudariku

yang telah banyak memberi motivasi, dukungan baik doa maupun materi.

8. Pemerintah daerah kabupaten Nias Barat, Universitas Sanata Dharma atas

bantuannya sehingga peneliti bisa studi di Universitas Sanata Dharma.

9. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma

yang telah membimbing dan memberikan banyak pengetahuan.

10.Seluruh karyawan Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan

bantuan dan layanan administrasi dengan baik.

11.Aurelia Judith P. dan Yohana Christanty G.R. selaku teman yang

membantu dalam proses alih bahasa instrumen.

12.Kelompok penelitian (Otami, Mariati dan Petra) atas saran dan

kerjasamanya selama menyelesaikan tugas akhir ini.

13.Teman-teman seperjuangan dari Nias Barat angkatan 2012 yaitu Frans,

Legi, Mariati, Otami, Petra, Rati, Sefin, Firminus, Gusrohani, Risma, Dewi,

Metina, Sri, Popi, Silvester, Wasri, Fiber, Jefri, dan Postin yang selalu

memberikan semangat.

14.Teman-teman mahasiswa IMN-USD, atas motivasi dan kerjasama selama

mengerjakan tugas akhir dan studi di Universitas Sanata Dharma.

(14)

xi

16.Teman-teman Pendidikan Fisika angkatan 2012, atas kerjasamanya dalam

berjuang menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma.

17.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah

membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang

membangun demi sempurnanya skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini

bermanfaat bagi pembaca maupun pihak yang membutuhkannya.

Yogyakarta, 27 Juli 2016

(15)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vi

ABSTRAK... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian... 5

E. Manfaat Penelitian... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

A. Kurikulum 2013 ... 6

B. Pembelajaran IPA ... 8

(16)

xiii

2. Pembelajaran IPA ... 9

3. Guru IPA ... 10

C. Keterampilan Proses ... 10

D. Pentingnya Melatih Keterampilan Proses ... 13

BAB III METODE PENELITIAN ... 16

A. Jenis Penelitian ... 16

B. Waktu Penelitian ... 16

C. Tempat Penelitian ... 16

D. Subjek Peneltian ... 18

E. Variabel Penelitian ... 18

F. Instrumen Penelitian ... 18

G. Desain Penelitian ... 20

H. Teknik Analisis Data ... 21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

A. Pelaksanaan Penelitian ... 24

B. Data ... 26

C. Analisis Data ... 26

1. Keterampilan proses sains guru IPA ... 26

2. Keterampilan proses sains guru IPA setiap aspek ... 35

D. Pembahasan ... 47

E. Implikasi ... 53

BAB V KESIMPULAN ... 55

(17)

xiv

B. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 57

(18)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Jumlah sekolah menengah yang tersebar pada setiap kecamatan

di kabupaten Nias Barat ... 17

Tabel 3.2. Klasifikasi item soal TIPS II berdasar keterampilan proses sains terpadu ... 19

Tabel 3.3. Tabel rekap jawaban guru untuk setiap aspek keterampilan proses sains terpadu ... 21

Tabel 3.4. Kualifikasi tingkat penguasaan keterampilan proses sains ... 22

Tabel 3.5. Keterampilan proses sains guru setiap aspek ... 23

Tebel 4.1. Jadwal pelaksanaan penelitian ... 25

Tebel 4.2. Deskripsi data keterampilan proses sains guru secara keseluruhan ... 26

Tebel 4.3. Distribusi siswa (%) dalam menguasai keterampilan proses sains 27 Tebel 4.4. Tingkat kemampuan keterampilan proses sains guru IPA SMP dan guru IPA (Biologi, Fisika dan kimia) SMA setiap aspek ... 28

Tebel 4.5. Deskripsi keterampilan proses sains guru IPA SMP dan guru IPA SMA secara keseluruhan ... 29

Tebel 4.6. Hasil uji T keterampilan proses sains guru IPA SMP dan guru IPA SMA ... 30

Tebel 4.7. Keterampilan proses sains guru IPA SMA (biologi, fisika dan kimia) setiap aspek ... 31

(19)

xvi

Tebel 4.9. Hasil uji anova keterampilan proses sains guru IPA SMA... 32

Tebel 4.10. Keterampilan proses sains guru IPA berdasarkan lama mengajar 33 Tebel 4.11. Hasil uji T Independen tingkat kemampuan keterampilan proses sains guru IPA berdasarkan masa kerja ... 34

Tebel 4.12. Tingkat kemampuan keterampilan proses sains guru IPA sekolah menengah di kabupaten Nias Barat setiap aspek ... 35

Tebel 4.13. Jawaban guru pada aspek mengidentifikasi variable ... 36

Tebel 4.14 Jawaban guru pada aspek mengidentifikasi variabel secara Oprasional ... 39

Tebel 4.15. Jawaban guru pada aspek merumuskan hipotesis ... 41

Tebel 4.16. Jawaban guru pada aspek merancang eksperimen ... 44

(20)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Soal TIPS II ... 61

Lampiran 2. Lembar Jawab ... 75

Lampiran 3. Contoh hasil jawaban guru ... 76

Lampiran 4. Rekap jawaban guru ... 84

Lampiran 5. Rekap skor jawaban guru ... 87

Lampiran 6. Rekap skor jawaban guru setiap aspek keterampilan proses Sains ... 90

Lampiran 7. Rekap data dan skor keterampilan proses sains guru ... 95

Lampiran 8. Rekap skor jawaban guru IPA SMP setiap aspek keterampilan proses Sains ... 97

Lampiran 9. Rekap skor jawaban guru IPA SMA setiap aspek keterampilan proses Sains ... 99

Lampiran 10. Rekap skor jawaban guru biologi setiap aspek keterampilan proses Sains ... 102

Lampiran 11. Rekap skor jawaban guru fisika setiap aspek keterampilan proses Sains ... 103

Lampiran 12. Rekap skor jawaban guru kikia setiap aspek keterampilan proses Sains ... 104

Lampiran 13. Surat permohonan ijin peneltian ... 105

Lampiran 14. Surat pengantar penelitian ... 106

(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan sumber daya

manusia. Melalui pendidikan, manusia dapat belajar dan berproses untuk

menjadi pribadi yang utuh. Pendidikan bukan hanya sekedar menempatkan

manusia sebagai alat produksi tetapi manusia harus dipandang sebagai sumber

daya yang utuh (Aunurrahman, 2012: 2). Pendidikan merupakan suatu proses

dan upaya untuk mentransformasikan manusia muda menjadi manusia yang

berguna yakni berguna bagi dirinya, bagi sesama, alam lingkungan beserta

segenap isi dan peradabannya (Fadlillah, 2014). Hal ini menunjukkan bahwa

pendidikan memiliki peranan penting dalam pembangunan manusia.

Mengingat pentingnya pendidikan untuk meningkatkan sumber daya

manusia, pemerintah mewajibkan pendidikan 12 tahun yang terbagi atas

beberapa tingkatan, yaitu Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama

(SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Hal penting yang perlu

diperhatikan dalam sistem pendidikan adalah kurikulum. Kurikulum

merupakan wadah yang menentukan arah pendidikan. Pada tahun ajaran

2014/2015, beberapa sekolah di Indonesia menerapkan kurikulum 2013.

Menurut Kemendikbud (Rokhman, 2014), kurikulum 2013 bertujuan

untuk mendorong siswa untuk mampu lebih baik dalam melaksanakan

observasi, bertanya, bernalar dan mengkomunikasikan apa yang telah mereka

(22)

menjelaskan bahwa kurikulum 2013 dikembangkan untuk meningkatkan dan

menyeimbangkan kemampuan soft skill dan hard skill yang berupa sikap,

keterampilan dan pengetahuan. Pembelajaran dalam kurikulum 2013

menerapkan pendekatan saintifik. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik

mendorong siswa untuk mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri melalui

tahapan pembelajaran yang dialami, sehingga tidak hanya produk pengetahuan

saja yang diterima siswa melainkan memahami prosesnya. Pendekatan

saintifik dalam pembelajaran IPA diterapkan melalui keterampilan proses.

Pengembangan kurikulum merupakan salah satu upaya pemerintah untuk

memperbaiki sistem pendidikan. Kurikulum 2013 adalah kebijakan

pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Pada

kenyataannya, kebanyakan sekolah belum siap dengan pergantian kurikulum

ini karena kurangnya sarana dan prasarana untuk menunjang keberlangsungan

sistem ini dan juga kebanyakan guru belum mampu menerapkan tuntutan dari

kurikulum 2013.

Salah satu kunci keberhasilan suatu pendidikan adalah keberhasilan guru

dalam menyajikan materi pelajaran untuk membantu siswa mencapai

kompentensi yang diharapkan. Dapat dikatakan bahwa guru memiliki peran

penting dalam pendidikan sebab guru yang mengajar, membimbing dan

mendidik siswa. Sebagai pengajar, guru dituntut mempunyai kewenangan

mengajar berdasarkan kualifikasinya sebagai tenaga pengajar. Sebagai tenaga

pengajar, setiap guru harus profesional dalam bidang pengajaran. Dengan

(23)

pembimbing, penyedia lingkungan, model, motivator, agen perkembangan

kognitif dan manajer (Suyanto, 2012: 3-4).

Guru mempunyai peran penting dalam mengembangkan keterampilan

proses siswa. Agar guru dapat mengembangkan keterampilan proses sains

siswa, menurut Burns dalam Prabawati (2015), guru harus memiliki

kecakapan atau menguasai keterampilan proses sains. Guru harus mampu

mengunakan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sehingga keterampilan

proses sains siswa terlatih dengan baik.

Nias Barat adalah sebuah kabupaten di propinsi Sumatera Utara yang

disahkan pada tahun 2009. Kualitas pendidikan di kabupaten Nias Barat masih

rendah. Rendahnya mutu pendidikan disebabkan oleh kurangnya tenaga

pendidik yang profesional pada bidangnya serta kurangnya prasarana dan

sarana yang mendukung berjalannya pembelajaran. Berdasarkan pengalaman

peneliti saat menempuh pendidikan di tempat penelitian, masih terdapat guru

yang mengajar mata pelajaran yang tidak sesuai dengan latar belakang

pendidikannnya (bukan jurusannya).

Penelitian tentang keterampilan proses sains telah dilakukan di beberapa

sekolah di pulau Jawa. Penelitian telah dilakukan untuk siswa, calon guru,

guru IPA SMP maupun guru IPA SMA. Penelitian tentang keterampilan

proses sains siswa jurusan IPA beberapa SMA di Yogyakarta (Pratama, 2015),

Keterampilan proses sains calon guru fisika di Universitas Sanata Dharma

(Lindawati, 2014), Keterampilan proses sains guru IPA beberapa SMA di

(24)

SMP di kabupaten Klaten (Sugiarto, 2015). Pada penelitian ini, peneliti ingin

mengetahui sejauh mana kemampuan guru-guru IPA sekolah menengah yang

mengajar di kabupaten Nias Barat yang situasi pendidikannya berbeda dengan

daerah pulau Jawa. Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan penelitian

untuk guru IPA SMP dan juga untuk guru IPA SMA, pada penelitian ini

peneliti ingin mengetahui kemampuan keterampilan proses sains guru IPA

SMP dan SMA.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk

mengetahui sejauh mana penguasaan keterampilan proses sains guru IPA

sekolah menengah di kabupaten Nias Barat.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah yang

akan diteliti adalah:

1. Sejauh mana penguasaan keterampilan proses sains guru IPA sekolah

menengah di Kabupaten Nias Barat?

2. Apa saja aspek keterampilan proses sains yang sudah dan belum dikuasai

oleh guru IPA sekolah menengah di Kabupaten Nias Barat?

C. Batasan masalah

Dalam penelitian ini, keterampilan proses sains guru tidak diteliti secara

langsung karena untuk meneliti semua aspek keterampilan proses

membutuhkan waktu yang lama. Maka penelitian ini menggunakan tes tertulis

supaya lebih efisien. Selain itu, ketetampilan proses sains yang diteliti terbatas

(25)

secara operasional, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen dan

interpretasi data.

D. Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Sejauh mana penguasaan keterampilan proses sains guru IPA di

Kabupaten Nias Barat.

2. Aspek keterampilan proses sains yang sudah dan belum dikuasai oleh

guru IPA sekolah menengah di kabupaten Nias Barat.

E. Manfaat penelitian

1. Bagi peneliti

Memberikan informasi tentang keterampilan proses sains yang dimiliki

oleh guru IPA sekolah menengah di kabupaten Nias Barat.

2. Bagi guru

Memberikan informasi tentang kelima aspek yang telah dikuasai dengan

baik, maupun yang belum dikuasai, sehingga dapat memperbaiki aspek

yang belum dikuasai.

3. Dinas Pendidikan Kabupaten Nias Barat

Memberikan informasi tentang keterampilan proses sains yang dimiliki

oleh guru IPA sekolah menengah untuk keperluan peningkatan kualitas

(26)

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kurikulum 2013

Kurikulum merupakan hal penting dalam pendidikan. Menurut Fadlillah

(2014:13) kurikulum merupakan sebuah wadah yang akan menentukan arah

pendidikan. Keberhasilan suatu pendidikan sangat bergantung pada kurikulum

yang digunakan. Kurikulum sebagai ujung tombak terlaksanannya kegiatan

pendidikan. Tanpa adanya kurikulum, kegiatan pendidikan tidak akan bejalan

dengan baik sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian kurikulum

dapat dimaknai sebagai serangkaian upaya dalam mencapai tujuan pendidikan.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989

pasal 1 (9) dalam Dimyati (2006), menyebutkan bahwa: “kurikulum adalah

seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan serta cara yang di

guanakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar”.

Sedangkan dalam pasal 37 menyebutkan bahwa: ”kurikulum disusun untuk

mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap

perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan kebutuhan

pembangaunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta

kesenian sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing suatu pendidikan.

oleh karena itu dalam penyusunan kurikulum perlu disesuaikan dengan

perkembangan zaman.

Di Indonesia, pemerintah berupaya meningkatkan mutu pendidikan

(27)

adalah kurikulum 2013. Menurut Rokhman, kurikulum 2013 telah dirancang

sedemikian rupa agar peserta didik mampu meraih kompetensi utama, yakni

sikap, pengetahuan dan keterampilan.

Dalam pembelajaran dengan kurikulum 2013 ini dianjurkan menggunaan

pendekatan saintifik/pendekatan ilmiah. Melalui pendekatan ilmiah, siswa

dilatih berpikir kritis dan kreatif serta berketerampilan, karena dalam

pembelajaran dengan pendekatan ilmiah siswa tidak hanya mempelajari secara

teori tetapi diupayakan agar siswa mangalami sendiri apa yang dipelajarinya.

Menurut Hosnan (2014:34) pembelajaran yang menerapkan pendekatan

saintifik melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi,

mengukur, meramalkan, menjelaskan dan menyimpulkan. Pendekatan ini

melatih siswa untuk menemukan sendiri pengetahuan dari pengalamannya

sendiri. Secara umum dalam metode ini dimulai dengan mengamati,

menganalisis informasi yang diperoleh dan kemudian menyimpulkannya.

Pada kurikulum 2013 ini tidak hanya memandang hasil belajar siswa

sebagai hasil akhir, tetapi proses pembelajaran menjadi sangat penting. Dalam

kurikulum ini sangat ditekankan penerapan keterampilan proses. Penekanan

keterampilan proses dalam pembelajaran IPA dapat dilakukan dengan

(28)

B. Pembelajaran IPA

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu pengetahuan alam (IPA) atau sains merupakan ilmu yang

mempelajari tentang alam semesta melalui data yang dikumpulkan dalam

pengamatan dan eksperimen yang terkontrol (Carind dan Sund, 1989: 4).

Secara umum IPA terdiri dari tiga ilmu mendasar yaitu biologi, fisika dan

kimia. Pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar proses ilmiah, produk ilmiah,

dan sikap ilmiah (Trianto, 2012). Sebagai proses, diartikan sebagai semua

kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan tantang alam maupun

menemukan pengetahuan baru. Sebagai produk diartikan sebagai hasil proses,

berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau diluar sekolah ataupun

bahan bacaan untuk penyebaran pengetahuan. Sebagai sikap diartikan sebagai

sikap yang harus dibangun dalam pembelajaran sains yang dikembangkan

melalui kegiatan ilmiah.

IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara

umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode

ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti

rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya (Trianto, 2012:136-137). Untuk

mempelajari sains perlu proses ilmiah atau pendekatan ilmiah. Pendekatan

(29)

2. Pembelajaran IPA

Proses pembelajaran merupakan kegiatan yang dijalani oleh siswa dalam

mencapai tujuan pendidikan. Menurut Trianto (2012:141), secara umum IPA

dipahami sebagai ilmu yang lahir dan berkembang lewat langkah-langkah

observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis

melalui eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep.

Dapat dikatakan bahwa, pembelajaran IPA merupakan serangkaian proses

untuk mempelajari ilmu pengetahuan tentang IPA yang dibangun melalui

proses ilmiah.

Pembelajaran IPA dilaksanakan berdasarkan teori konstruktivisme.

Secara sederhana konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan kita

merupakan konstruksi (bentukan) dari kita yang mengetahui sesuatu (Suparno,

1997: 11). Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, yang ada diluar kita,

tetapi sesuatu yang harus kita bentuk sendiri dalam pikiran kita. Maka untuk

mengetahui pelajaran tentang IPA, kita harus aktif dalam membangun

pengetahuan kita tentang IPA melalui pengalaman langsung yang kita alami.

Lebih lanjut Trianto (2012,143) mejelaskan bahwa, proses pembelajaran

IPA lebih ditekankan pada pendekatan keterampilan proses, sehingga siswa

dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan

sikap ilmiah siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif

terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan. Untuk itu

(30)

dalam kegiatan pembelajaran untuk menemukan atau menerapkan sendiri

ide-idenya.

3. Guru IPA

Guru mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Guru

merupakan garda terdepan dan ujung tombak yang berhadapan langsung

dengan peserta didik. Keberhasilan suatu pendidikan di sekolah salah satu

kuncinya adalah keberhasilan guru dalam menyajikan materi pelajaran dan

memfasilitasi siswa untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Maka

pengetahuan guru tentang materi pelajaran dan berbagai metode maupun

pendekatan dalam pembelajaran sangat penting. Guru dituntut harus

profesional dalam bidang pengajaran.

Pada uraian sebelumnya telah dijelaskan bahwa pembelajaran IPA

dibangun atas dasar kegiatan ilmiah. Pembelajaran dengan pendekatan

saintifik diterapkan melalui keterampilan proses sains. Agar pembelajaran IPA

dengan pendekatan saintifik dapat berjalan dengan lancar, maka guru harus

mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang IPA dan terampil dalam

melakukan kerja ilmiah.

C. Keterampilan proses

Keterampilan proses adalah keterampilan fisik dan mental terkait dengan

kemampuan mendasar yang dimiliki dan dikuasai serta diterapkan dalam

kegiatan ilmiah untuk menemukan hal-hal baru (Semiawan, 1985:17).

Keterampilan proses merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah

(31)

suatu konsep atau prinsip atau teori, untuk mengembangkan konsep yang telah

ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu

penemuan/klarifikasi (Indawati, dalam Trianto, 2012:144). Dapat dikatakan

bahwa keterampilan proses sebagai wahana penemuan dan pengembangan

konsep, teori atau prinsip.

Fank (dalam Trianto, 2012: 144) membagi keterampilan proses menjadi

dua tingkatan, yaitu keterampilan proses tingkat dasar (basic science process

skill) dan keterampilan proses terpadu (intergrated science process skill).

Keterampilan proses dasar meliputi: pengamatan, pengukuran, menyimpulkan,

meramalkan /memprediksi, menggolongkan, dan mengkomunikasikan.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan guru IPA

tentang keterampilan proses sains terpadu karena keterampilan proses sains

terpadu mencakup keterampilan-keterampilan yang diperlukan dalam

melakukan kerja ilmiah, sehingga perlu dibahas lebih lanjut tentang

keterampilan proses sains terpadu.

Keterampilan proses terpadu terdiri dari beberapa aspek yaitu

merumuskan hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional,

mengidentifikasi variabel, merancang eksperimen dan interpretasi data.

Berikut penjelasan dari setiap aspek-aspek keterampilan proses terpadu.

1. Mengidentifikasi variabel

Tujuan umum dilakukan eksperimen adalah untuk melihat pengaruh

besaran-besaran yang diukur. Besaran inilah yang disebut sebagai

(32)

ilmiah para ilmuan sering mengendalikan variabel eksperimen atau

penelitian (Semiawan, 1985).

Dalam suatu eksperimen terdapat tiga macam variabel yaitu:

a. Variabel bebas, adalah variabel yang secara sengaja diubah atau

dimanipulasi dalam suatu situasi.

b. Variabel terikat adalah variabel yang berubah sebagai hasil akibat

dari kegiatan manipulasi.

c. Variabel kontrol adalah variabel yang sengaja dipertahankan konstan

agar tidak berpengaruh terhadap variabel terikat.

2. Mendefinisikan variabel secara operasional

Pendefinisian variabel secara operasional adalah perumusan suatu definisi

yang berdasarkan pada apa yang dilakukan atau apa yang diamati. Artinya

bahwa menetapkan bagaimana variabel diukur. Definisi operasional

variabel merupakan definisi yang menguraikan bagaimana mengukur suatu

variabel. Dari definisi tersebut harus menyatakan tindakan apa yang akan

dilakukan dan pengamatan apa yang akan dicatat dalam eksperimen

tersebut.

3. Merumuskan hipotesis

Menurut Triatno (2012:145), perumusan hipotesis adalah perumusan

dugaan yang masuk akal yang akan dapat diuji tentang bagaimana atau

mengapa sesuatu terjadi. Lebih lanjut dijelaskan bahwa ada beberapa hal

yang perlu dilakukan dalam merumuskan hipotesis antara lain:

(33)

b. Merancang cara-cara untuk menguji hipotesis;

c. Merevisi hipotesis apabila data tidak mendukung hipotesis tersebut.

4. Merancang eksperimen

Eksperimen dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan untuk

memperoleh data dalam menjawab suatu masalah atau menguji suatu

hipotesis. Setiap eksperimen harus dirancang baru diuji coba.

5. Interpretasi data

Keterampilan interpretasi data diawali dengan pengumpulan data.

Interpretasi data disebut juga dengan menafsirkan. Penafsiran data adalah

menjelaskan makna informasi yang telah dikumpulkan (Triatno, 2012).

Mendeskripsikan data dapat disajikan dalam bentuk tabel maupun grafik.

Data yang telah dianalisis kemudian ditafsirkan menjadi suatu kesimpulan

dalam bentuk pernyataan.

D. Pentingnya melatih keterampilan proses

Keterampilan proses sangat penting untuk dilatihkan. Melatih

keterampilan proses melalui pembelajaran IPA bukan berarti siswa dituntut

untuk menjadi ilmuwan. Namun, melalui keterampilan proses siswa

dibiasakan untuk aktif berpikir. Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung

semakin cepat sehingga tak mungkin siswa hanya mengharapkan dari guru

melainkan fakta dan konsep dapat dipelajari serta dikembangkan oleh siswa

sendiri.

Penerapan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran IPA

(34)

dialami sendiri, siswa mampu mampu menemukan dan mengembangkan

sendiri pengetahuannya. Dengan keterampilan proses ini, siswa akan lebih

mengenal IPA bahwa bukan hanya sekedar produk ilmiah, melainkan proses

didalamnya.

Menurut Trianto (2012), terdapat beberapa peranan dari keterampilan

proses sains, yaitu:

 Membantu siswa belajar mengembangkan pikirannya.

 Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan.

 Meningkatkan daya ingat siswa.

 Memberikan kepuasan intrinsik bila anak telah berhasil melakukan

sesuatu.

 Membantu siswa mempelajari konsep-konsep sains.

Semiawan (1985) juga menjelaskan alasan pentingnya keterampilan

proses, diantaranya adalah sebagai berikut:

 Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga

tidak mungkin guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada

siswa.

 Anak-anak memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika

disertai contoh yang konkret, contoh yang sesuai dengan kondisi yang

dihadapi.

 Ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak benar 100%, penerapannya

(35)

 Dalam proses belajar mengajar, pengembangan konsep tidak terlepas

dari pengembangan sikap dan nilai dari dalam diri siswa.

Dengan menggunakan keterampilan proses akhirnya akan terjadi

interaksi antara konsep, prinsip maupun teori yang telah ditemukan atau

dikembangkan dengan pengembangan keterampilan proses sains. Akibat dari

interaksi tersebut akan timbul sikap dan nilai yang diperlukan dalam

penemuan ilmu pengetahuan. Nilai ini meliputi: teliti, kreatif, tekun, tanggung

jawab, tenggang rasa, kritis, objektif, rajin, jujur, terbuka dan disiplin. Dengan

pengembangan keterampilan proses dalam pembelajaran sains, siswa akan

mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta, konsep, serta

menumbuhkan sikap dan mengembangkan nilai yang dituntut (Trianto, 2012).

Berdasarkan uraian diatas maka perlu melatihkan keterampilan proses

sains kepada siswa. Siswa menguasai keterampilan proses sains jika dalam

pembelajaran guru melatih siswa menerapkan keterampilan proses sains. Guru

melatihkan keterampilan proses kepada siswa melalui kegiatan pembelajaran.

Agar guru dapat melatihkan keterampilan proses sains kepada siswa, maka

guru harus mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang sains serta

terampil dalam melakukan kerja ilmiah. Guru harus menguasai dan

mempunyai keahlian dalam keterampilan proses sains sehingga mampu

(36)

16

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif. Metode

penelitian yang digunakan adalah survey. Metode survey merupakan metode

penelitian untuk memperoleh informasi tentang variabel yang diteliti dengan

menggunakan instrumen seperti kuesioner, wawancara, atau observasi

(Prastowo, 2011: 177). Penelitian ini akan mencari data untuk menentukan

sifat-sifat tertentu pada individu. Hasil penelitian ini hanya sebatas pada

individu yang diteliti, yaitu pada guru-guru IPA sekolah menengah yang

diteliti. Sehingga hasil dari penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan pada

keadaan-keadaan yang ada diluar kasus yang diteliti.

B. Waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2016 dan dilakukan di

beberapa sekolah menengah yaitu sekolah menengah pertama (SMP) dan

sekolah menengah atas (SMA) di kabupaten Nias Barat.

C. Tempat penelitian

Kabupaten Nias Barat merupakan salah satu kabupaten di propinsi

Sumatera Utara, yang disahkan pada tanggal 26 Mei 2009. Nias barat terdiri

dari 8 kecamatan yaitu Mandrehe, Mandrehe Utara, Mandrehe Barat, Lolofitu

Moi, Ulu Moro’o, Moro’o, Lahomi, dan Sirombu (www.niasbaratkab.go.id).

Berdasarkan data pada tahun 2015 dari Dinas Pendidikan Kabupaten

(37)

pendidikan mulai dari SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK di Kabupaten Nias

Barat dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.1. Jumlah sekolah menengah yang tersebar pada setiap

kecamatan di kabupaten Nias Barat

No Kecamatan

Jumlah

Total SMP/MTS SMA/MA SMK

1 Lahomi 3 1 2 6

2 Lolofitu Moi 4 2 1 7

3 Mandrehe 8 3 2 13

4 Mandrehe Barat 3 - 2 5

5 Mandrehe Utara 5 2 2 9

6 Moro’o 6 1 1 8

7 Sirombu 6 2 - 8

8 Ulu Moro’o 3 1 1 5

Jumlah 38 12 11 61

Fasilitas pendukung terlaksananya pembelajaran di kabupaten Nias

Barat belum memadai. Salah satu sarana pendukung terlaksananya

pembelajaran IPA adalah laboratorium. Berdasarkan hasil observasi, secara

keseluruhan sekolah di kabupaten Nias Barat tidak mempunyai laboratorium.

Tenaga pendidik yang profesional pada bidang IPA di kabupaten Nias

Barat masih kurang. Penyebaran tenaga pendidik khususnya pada bidang IPA

tidak merata di setiap sekolah. Terdapat sekolah yang tenaga pendidik mata

pelajaran IPA yang tidak berlatar belakang pendidikan guru IPA seperti

pendidikan matematika dan jurusan lainnya. Hal ini disebabkan karena

kurangnya guru yang berlatar belakang pendidikan IPA di kabupaten Nias

(38)

D. Subjek penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru-guru ilmu pengetahuan alam (IPA)

sekolah menengah di kabupaten Nias Barat. Dalam penelitian ini

menggunakan 17 sekolah di kabupaten Nias Barat, yaitu 8 sekolah menengah

pertama (SMP) dan 9 sekolah menengah atas (SMA). Untuk masing-masing

sekolah diambil keseluruhan guru IPA. Guru IPA SMA terdiri dari guru

biologi, guru fisika dan guru kimia.

E. Variabel penelitian

Penelitian ini mempunyai satu variabel yaitu keterampilan proses sains

guru IPA sekolah menengah di kabupaten Nias Barat. Variabel ini diukur

dengan alat ukur yaitu Test Of Integrated Process Skills II (TIPS II). Varibel

tersebut kemudian akan dilihat hasilnya.

F. Instrumen penelitian

Penelitian ini menggunakan intrumen Test Of Integrated Process Skill

II (TIPS II) yang dikembangkan oleh Burns (1985). TIPS II adalah sebuah alat

ukur yang digunakan untuk menguji sejauh mana tingkat pemahaman dalam

keterampilan proses sains terpadu. Tes ini diambil dari ‘Journal of Research in Science Teaching’ yang berjudul ‘Development of an Integrated Process Skill

Test: TIPS II.’ Tes ini terdiri dari tiga bidang sains yaitu biologi, fisika dan kimia. Pertanyaan-pertanyaan dalam tes ini mencakup keterampilan

mengidentifikasi variabel, mendefinisikan variabel secara operasional,

(39)

Instrumen ini telah digunakan pada penelitian terdahulu oleh Budi

Lindawati (2014), Prabawati (2014) dan Sugiarto (2015). Pada penelitian

sebelumnya sebagian soal tes tidak digunakan. Pada penelitian ini, semua soal

digunakan supaya kemampuan guru dalam penguasaan keterampilan proses

sains dapat terungkap dengan baik.

Tes asli terdiri dari 36 soal yang berupa pilihan ganda dalam bahasa

inggris kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Untuk

menyempurnakan bahasa yang digunakan, peneliti konsultasi dengan dosen

pembimbing sampai bahasa instrumen yang digunakan sudah baik. Klasifikasi

soal TIPS II terdapat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2. Klasifikasi item soal TIPS II berdasar keterampilan proses sains terpadu

No Aspek keterampilan

proses terpadu Tujuan Nomor item soal

1 Mengidentifikasi

3 Merumuskan hipotesis Menentukan hipotesis yang

akan di uji

4, 6, 8, 12, 16, 17, 27, 29, 35

4 Merancang eksperimen Merencanakan penyelidikan

(40)

G. Desain penelitian

1. Kegiatan penelitian

Langkah kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Peneliti mengajukan sebuah tes kepada guru-guru IPA sekolah

menengah berupa pertanyaan-pertanyaan yang menguji unsur-unsur

dalam keterampilan proses sains. Tes ini bertujuan untuk mengetahui

tingkat pemahaman guru IPA tentang keterampilan proses sains.

b. Setelah mengumpulkan data, hasil tes keterampilan proses sains

tersebut dianalisis dengan mengoreksi jawaban benar atau salah.

Menganalisis jawaban benar dengan mencari rata-rata untuk melihat

kemampuan guru secara keseluruhan dalam menguasai keterampilan

proses. Kemudian menganalisis jawaban guru untuk setiap aspek

keterampilan proses untuk melihat kemampuan guru disetiap aspek

keterampilan proses sains.

2. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

satu macam instrumen yaitu soal berupa pilihan ganda tentang

keterampilan proses sains. Data tentang tingkat keterampilan proses sains

(41)

H. Teknik analisis data

Jawaban guru atas tes yang digunakan dapat diketahui tingkat

keterampilan proses sains guru IPA. Jawaban guru dianalisis untuk setiap item

soal, jika benar diberi skor 1 dan jika salah diberi skor 0. Jawaban guru

tersebut dikelompokkan berdasarkan aspek-aspek keterampilan proses dan

dihitung skor setiap guru serta dibuat persentase. Menghitung rata-rata skor

seluruh guru untuk masing-masing aspek keterampilan proses. Berikut adalah

tabel yang digunakan untuk menghitung rata-tara skor guru setiap aspek

keterampilan proses.

Tabel 3.3. Tabel rekap jawaban guru untuk setiap aspek keterampilan proses sains terpadu

Nama Guru

Aspek

Skor Skor %

No item No item

Keterangan:

Skor = skor mentah guru

Skor (%) = skor guru dalam bentuk persen

=

x 100

Hasil analisis diatas digunakan untuk mengetahui tingkat pamahaman

guru terhadap keterampilan proses setiap aspek. Untuk melihat keterampilan

proses guru secara keseluruhan dari ke lima aspek keterampilan proses

(42)

kemudian menghitung rata-rata skor secara keseluruhan dari skor guru dari

kelima aspek keterampilan proses tersebut.

Melalui hasil jawaban tes yang diberikan kepada guru tersebut, maka

dapat diketahui keterampilan proses sains guru. Untuk mengetahui tingkat

pemahaman keterampilan proses sains guru IPA di Nias Barat, menghitung

rata-rata skor semua guru dan dibuat dalam persentase. Nilai rata-rata yang

diperoleh di klasifikasikan berdasarkan kualifikasi tingkat penguasaan

keterampilan proses sains yaitu baik, cukup baik, kurang dan sangat kurang.

Menurut Masidjo (1995), kualifikasi penguasaan kompetensi disajikan seperti

dalam tabel 3.4 berikut:

Tabel 3.4. Kualifikasi tingkat penguasaan keterampilan proses sains

Rata-rata nilai benar kualifikasi

≥ 80 Sangat baik

68-79 Baik

56-67 Cukup

46-55 Kurang

≤ 45 Sangat kurang

Untuk melihat perbedaan rata-rata keterampilan proses sains antara

guru IPA SMP dan IPA SMA, maka menggunakan analisis statistik yaitu uji-T

independen. Uji T independen merupakan analisa yang digunakan untuk

menguji perbedaan rata-rata dari dua kelompok yang independen atau tidak

berkaitan (Wahyono, 2102:99). Penelitian ini diikuti oleh dua kelompok guru

IPA yaitu guru IPA SMP dan IPA SMA, maka untuk melihat apakah terdapat

perbedaan yang signifikan antara kemampuan keterampilan proses antara dua

(43)

independen. Analisis data menggunakan statistik uji-T independen karena dua

kelompok guru yang mengikuti tes tidak saling berkaitan.

Untuk melihat tingkat penguasaan dan perbedaan keterampilan proses

sains antara setiap guru mata pelajaran IPA (Biologi, Fisika dan Kimia) di

SMA, digunakan uji anova. Uji anova yang digunakan adalah one way anova

yaitu analisis yang digunakan untuk menguji perbedaan rata-rata antara tiga

kelompok atau lebih yang independen (Paul, 2012: 158).

Berikut adalah tabel yang digunakan untuk menghitung skor rata-rata

kemampuan keterampilan proses guru setiap aspek:

Tabel 3.5. Keterampilan proses sains guru setiap aspek

No Aspek ̅̅̅̅̅̅̅̅̅ ̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅ S.Dev

1 Mengidentifikasi variabel

2 Mendefinisikan variabel secara operasional 3 Merumuskan hipotesis 4 Merancang eksperimen 5 Interpretasi data

Keterangan:

̅̅̅̅̅̅̅̅̅ = rata-rata skor guru setiap aspek keterampilan proses sains

̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅ = rata-rata skor guru seluruh aspek keterampilan proses

(44)

24

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan penelitian

Penelitian untuk mengetahui kemampuan keterampilan proses sains

guru IPA sekolah menengah di kabupaten Nias Barat diawali dengan kegiatan

penyusunan instrumen penelitian. Instrumen diambil dari soal TIPS II yang

dikembangkan oleh Burns. Soal tersebut dalam bahasa inggris, yang

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Setelah proses penyusunan

instrumen, peneliti menghubungi dinas pendidikan kabupaten Nias Barat

untuk diadakan penelitian terhadap tenaga pendidik sekolah menengah

khususnya guru IPA. Setelah mendapat persetujuan dari dinas pendidikan

kabupaten Nias Barat, peneliti melakukan pengambilan data. Sebelum

melakukan pengambilan data, Dinas Pendidikan telah memberitahukan kepada

kepala sekolah menengah bahwa ada penelitian terhadap guru IPA. Sehingga

ketika pelaksanaan pengambilan data, peneliti menunjukkan surat pengantar

penelitian dari dinas pendidikan kepada sekolah tempat penelitian.

Pengambilan data dilakukan dengan cara meminta bantuan kepada

guru IPA sekolah menengah untuk mengerjakan soal mengenai keterampilan

proses sains. Jenis soal yang yang digunakan yaitu pilihan ganda sebanyak 36

soal yang dikerjakan dalam waktu 60 menit. Pengambilan data penelitian ini

tidak terlepas dari pengawasan peneliti. Data yang diperoleh benar-benar data

kemampuan guru dalam menguasai keterampilan proses sains berdasarkan

(45)

Kegiatan pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan pada

Februari 2016. Jadwal pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Jadwal pelaksanaan penelitian

No Nama Sekolah Tanggal

1 SMP N1 Mandrehe Utara 12 Februari 2016

2 SMA S. Kristen Arastamar 12 Februari 2016

3 SMA S. BNKP Karmel 13 Februari 2016

4 SMA N1 Mandrehe Utara 15 Februari 2016

5 SMP N1 Sirombu 16 Februari 2016

6 SMA N1 Sirombu 16 Februari 2016

7 SMA N1 Lahomi 17 Februari 2016

8 SMA N2 Mandrehe 18 Februari 2016

9 SMA N1 Lolofitu Moi 19 Februari 2016

10 SMA N2 Lolofitu Moi 19 Februari 2016

11 SMP N5 Sirombu 20 Februari 2016

12 SMP N1 Mandrehe 20 Februari 2016

13 SMP N2 Lahomi 22 Februari 2016

14 SMP N1 Ulumoro’o 23 Februari 2016

15 SMA N1 Ulumoro’o 23 Februari 2016

16 SMP N2 Mandrehe Barat 25 Februari 2016

(46)

Dalam pelaksanaan penelitian ini terdapat jadwal pengumpulan data

pada tanggal yang sama. Pelaksanaan penelitian pada tanggal yang sama

dilakukan pada jam yang berbeda. Hal ini karena jarak antar sekolah dekat,

dan terdapat sekolah yang masuk pada sore hari.

B. Data

Tes keterampilan proses sains ini diikuti oleh 51 guru sekolah

menengah. Keseluruhan guru yang mengikuti tes merupakan guru IPA di

sekolah menengah di kabupaten Nias Barat, yang terdiri dari 22 guru IPA

SMP, dan 29 guru IPA SMA. Guru IPA SMA terdiri dari 10 guru Biologi, 10

guru Fisika dan 9 guru Kimia.

C. Analisis data

1. Keterampilan proses sains guru IPA sekolah menengah

Data keterampilan proses sains guru diperoleh dari jawaban guru

terhadap tes. Berdasarkan hasil analisis data dengan bantuan program SPSS,

diperoleh deskripsi data keterampilan proses sains guru seperti pada tabel 4.2.

Tabel 4.2. Deskripsi data keterampilan proses sains guru secara keseluruhan

N Minimum (%)

Maximum

(%) Mean (%) Std. Deviation

skor 51 8.33 63.89 42.2112 12.22256

Valid N (listwise) 51

Berdasarkan tabel 4.2, rata-rata skor untuk keseluruhan aspek

(47)

tabel 3.4, kemampuan keterampilan proses sains guru IPA di Nias Barat masih

tergolong sangat kurang.

Distribusi guru berdasarkan tingkat kemampuan menguasai

keterampilan proses sains dapat diklasifikasikan menurut tabel 3.4. Berikut

hasil analisis distribusi guru berdasarkan tingkat penguasaan keterampilan

proses sains.

Tabel 4.3. Distribusi Guru (%) dalam menguasai keterampilan proses sains.

No Kualifikasi Jumlah guru (%)

1 Sangat Baik 0.00

2 Baik 0.00

3 Cukup 23.53

4 Kurang 29.41

5 Sangat Kurang 47.06

Total 100.00

Berdasarkan tabel 4.3, distribusi persentase guru dalam mengusai

keterampilan proses sains di kabupaten Nias Barat, sebagian besar guru

tergolong sangat kurang. Sebanyak 47.06% guru IPA dengan kemampuan

yang sangat kurang dalam memahami keterampilan proses sains. Terdapat

29.41% guru yang tergolong kurang. Meskipun kebanyakan guru masih belum

mampu menguasai keterampilan proses, terdapat 23.53% guru IPA yang

tergolong dalam kualifikasi cukup. Artinya bahwa tidak semua guru IPA di

kabupaten Nias Barat memiliki kemampuan dalam menguasai keterampilan

(48)

Berdasar hasil analisis sebelumnya, telah diketahui keterampilan

proses sains guru IPA secara keseluruhan. Untuk melihat secara lebih detail

tentang keterampilan proses sains guru IPA di kabupaten Nias Barat, maka

perlu dianalisis lebih lanjut bagaimana perbedaan keterampilan proses sains

guru IPA SMP dengan guru IPA SMA serta bagaimana perbedaan

keterampilan proses antara guru IPA SMA yaitu guru biologi, guru fisika dan

guru kimia. Berikut analisis lanjut tentang keterampilan proses sains guru IPA.

a. Analisis keterampilan proses sains guru IPA SMP dan SMA (Biologi,

Fisika dan Kimia).

Penelitian keterampilan proses sekolah menegah diikuti oleh guru IPA

SMP dan guru IPA (Biologi, Fisika dan Kimia) SMA. Instrumen yang sama

dikerjakan oleh guru IPA SMP dan SMA untuk melihat kemampuan dalam

menguasai keterampilan proses sains. Hasil analisis data kemampuan

keterampilan proses guru IPA SMP dan guru IPA SMA untuk setiap aspek

dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut.

Tabel 4.4. Tingkat kemampuan keterampilan proses sains guru IPA SMP dan guru IPA (Biologi, Fisika dan kimia) SMA setiap aspek.

No Aspek ̅̅̅̅̅̅̅̅̅ (%)

SMP SMA

1 Mengidentifikasi variabel 38.64 33.04

2 Mendefinisikan variabel secara

operasional 39.39 33.33

3 Merumuskan hipotesis 46.97 44.83

4 Merancang eksperimen 43.94 49.42

(49)

Data pada tabel 4.4, menunjukkan bahwa secara umum kemampuan

keterampilan proses sains guru IPA SMP lebih baik dari pada guru IPA SMA.

Dari kelima aspek keterampilan proses sains, guru SMP selalu lebih baik

kecuali pada aspek merancang eksperimen. Secara umum kemampuan

keterampilan proses sains guru IPA SMP dan SMA tergolong sangat kurang.

Terdapat satu aspek keterampilan proses sains guru IPA SMP yang tergolong

cukup yaitu Interpretasi data diperoleh sebesar 59.09%.

Untuk melihat perbedaan rata-rata antara keterampilan proses guru IPA

SMP dan guru IPA (Biologi, Fisika dan Kimia) SMA, menggunakan analisis

statistik uji t-independen, yaitu untuk menguji perbedaan rata-rata dua

kelompok yang dites dengan tes yang sama. Perhitungan dilakukan dengan

menggunakan program SPSS agar meminimalisir terjadinya kesalahan dalam

menghitung.

Tabel 4.5. Deskripsi keterampilan proses sains guru IPA SMP dan SMA secara keseluruhan

Guru N Mean (%) Std. Deviation Std. Error Mean

Skor Guru SMP 22 44.6970 10.63494 2.26738

Guru SMA 29 40.3257 13.16822 2.44528

Berdasarkan tabel 4.5, keterampilan proses sains guru IPA SMP dan

guru IPA SMA tergolong sangat kurang. Berdasarkan rata-rata skor secara

keseluruhan aspek, keterampilan proses sains guru IPA SMP lebih tinggi dari

pada guru IPA SMA. Hasil analisis uji t-independen terhadap keterampilan

(50)

Tabel 4.6. Hasil Uji T keterampilan proses sains guru IPA sekolah

dengan 0,05. Jika F>0,05 maka yang dipakai adalah Equal variances assumed

(Wahyuno,2012:102). Dari hasil analysis data dengan uji T pada tabel 4.6,

didapat bahwa signifikasi (2-tailed) sebesar 0,209. Diketahui bahwa

signifikasi lebih besar dari 0,05, artinya tidak signifikan. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara

keterampilan proses guru IPA SMP dan guru IPA SMA.

b. Analisis keterampilan proses sains guru Biologi, Fisika dan Kimia

SMA

Pelajaran IPA pada tingkat SMA terdiri dari biologi, fisika dan kimia.

Penelitian ini melibatkan guru IPA SMA yang terdiri dari guru biologi, guru

fisika dan kimia. Instrumen yang sama dikerjakan oleh guru IPA SMA untuk

(51)

analisis data kemampuan keterampilan proses guru IPA SMA setiap aspek

dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut.

Tabel 4.7. Keterampilan proses sains guru IPA SMA (Biologi, Fisika dan

kimia) setiap aspek.

No Aspek ̅̅̅̅̅̅̅̅̅ (%)

Biologi Fisika Kimia

1 Mengidentifikasi variabel 34.17 33.33 31.48

2

Mendefinisikan variabel

secara operasional 33.33 27.78 37.04

3 Merumuskan hipotesis 44.44 40.74 53.09

4 Merancang eksperimen 40.00 40.74 70.37

5 Interpretasi data 41.67 33.95 46.29

Berdasarkan tabel 4.7, secara keseluruhan aspek keterampilan proses

sains guru kimia lebih baik dari pada guru biologi dan guru fisika. Pada aspek

mengidentifikasi variabel, keterampilan proses sains guru biologi lebih baik

dari pada keterampilan proses sains guru fisika dan dan guru kimia.

Sedangkan pada aspek mengidentifikasi variabel secara operasional,

merumuskan hipotesis, merancang eksperimen dan interpretasi data, guru

kimia lebih baik dari pada guru biologi dan guru fisika.

Untuk melihat perbedaan kemampuan keterampilan proses sains guru

IPA (Biologi, Fisika dan Kimia), maka dianalisis menggunakan uji Anova

untuk kelompok independen. Menggunakan uji Anova karena tiga kelompok

guru IPA SMA yang diteliti dengan tes yang sama.

Hasil uji Anova dengan menggunakan SPSS untuk mengetahui

(52)

Tabel 4.8. Deskripsi data keterampilan proses sains guru IPA SMA

Berdasarkan tabel 4.8, keterampilan proses sains guru kimia lebih baik

dari pada guru fisika dan guru biologi dengan rata-rata skor 43.51%. Bila

diklasifikasikan menurut tingkat keterampilan porses pada tabel 3.3,

keterampilan proses sains guru kimia tergolong kurang. Dari ketiga kelompok

guru tersebut, keterampilan proses sains yang paling rendah dimiliki oleh guru

biologi dengan rata-rata skor 38.33%. keterampilan proses sains guru biologi

tergolong sangat kurang.

Tabel 4.9. Hasil uji Anova tingkat kemampuan keterampilan proses sains

guru IPA (Biologi, Fisika dan kimia) SMA di kabupaten Nias Barat.

Skor ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 139.208 2 69.604 .384 .685

Within Groups 4716.049 26 181.387

(53)

Dari hasil analisis data dengan uji anova pada tabel 4.9, didapat bahwa

signifikasi sebesar 0,062. Diketahui bahwa signifikasi lebih besar dari 0,05,

artinya tidak signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada

perbedaan yang signifikan antara keterampilan proses guru biologi, guru fisika

dan guru kimia di Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kabupaten Nias Barat.

c. Analisis keterampilan proses sains guru sekolah menenangah

berdasarkan masa kerja

Masa kerja atau lama mengajar akan berpengaruh pada kemampuan

guru dalam mengajar. Semakin lama mengajar semakin banyak pengalaman

dalam mengajar, guru semakin menguasai pembelajaran dan karakter siswa.

Untuk mengetahui perbedaan kemampuan keterampilan proses sains antara

guru yang sudah lama mengajar dengan guru yang masih relatif baru,

dianalisis dengan mengunakan uji T-Independen. Guru dibagi menjadi dua

kelompok yaitu guru yang lama mengajar ≤5 Tahun dan yang lama

mengajarnya diatas 5 Tahun. Pembagian ini berdasarkan rata-rata lama

mengajar guru-guru IPA di kabupaten Nias Barat. Berikut adalah hasil analisis

dengan uji t-independen.

Tabel 4.10. Keterampilan proses sains guru IPA berdasarkan masa kerja.

Group Statistics

Masa Kerja N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Skor <=5 Tahun 33 44.2764 13.46418 2.34381

(54)

Berdasarkan tabel 4.10, rata-rata skor keterampilan proses sains guru

yang masa kerjanya di bawah 5 tahun (<=5 tahun) lebih tinggi dari pada skor

keterampilan proses sains guru yang masa kerjanya diatas 5 tahun. Dari

rata-rata skor nilai terdapat perbedaan penguasaan keterampilan proses antara guru

yang masa kerjanya dibawah 5 tahun dan guru yang masa kerjanya diatas 5

tahun. Hasil analisis uji t-independen tentang tingkat penguasaan keterampilan

proses sains guru IPA berdasarkan masa kerja dapat dilihat pada tabel 4.11.

Tabel 4.11. Hasil uji T Independen tingkat kemampuan keterampilan proses sains guru IPA berdasarkan masa kerja.

dengan 0,05. Jika F>0,05 maka yang dipakai adalah Equal variances assumed

(Wahyuno,2012:102). Dari hasil analisis data dengan uji T pada tabel 4.11,

diperoleh bahwa signifikasi (2-tailed) sebesar 0,103. Diketahui bahwa

signifikasi lebih besar dari 0,05, artinya tidak signifikan. Dengan demikian

(55)

keterampilan proses guru IPA yang mengajar lama dengan guru yang relatif

baru.

2. Analisis keterampilan proses sains guru IPA setiap aspek

Instrumen yang digunakan untuk mengukur keterampilan proses sains

guru terdiri dari 5 aspek. Berdasarkan instrumen yang digunakan,

keterampilan proses guru IPA dianalisis menurut masing-masing aspek serta

keseluruhan aspek keterampilan proses. Tabel 4.12 menunjukkan tingkat

keterampilan proses guru IPA sekolah menengah setiap aspek.

Tabel 4.12. Keterampilan proses sains guru IPA sekolah menengah di kabupaten Nias Barat setiap aspek.

No Aspek ̅̅̅̅̅̅̅̅̅

1 Mengidentifikasi variabel 35.46

2

Mendefinisikan variabel

secara operasional 35.95

3 Merumuskan hipotesis 45.75

4 Merancang eksperimen 47.04

5 Interpretasi data 54.25

Keterangan:

̅̅̅̅̅̅̅ : Skor rata-rata untuk setiap aspek

Dilihat dari setiap aspeknya, terdapat satu aspek yang lebih tinggi

sebesar 54.25% tetapi masih tergolong kurang. Aspek tersebut yaitu

(56)

a. Mengidentifikasi variabel

Dalam sebuah eksperimen, mengidentifikasi variabel salah satu

bagian yang sangat penting. Dengan mengetahui variabel yang berpengaruh,

penyelidik dapat merumuskan hipotesis dan merancang eksperimen untuk

menguji hipotesis. Berdasarkan hasil analisis bahwa kemampuan guru dalam

mengidentikasi variabel tergolong sangat kurang, dengan rata-rata skor

sebesar 35.46 %. Tabel 4.13 menunjukkan peta respon guru terhadap

persoalan dalam tes pada aspek “mengidentifikasi variabel”.

Tabel 4.13. Jawaban guru pada aspek mengidentifikasi variabel.

Aspek

No

Item

Jumlah guru yang menjawab (%) Total

(%)

A B C D Kosong

Mengidentifikasi

variabel

1 17.65 35.29 7.84 39.22 0.00 100.00

3 1.96 60.78 3.92 33.33 0.00 100.00

13 7.84 50.98 19.61 21.57 0.00 100.00

14 11.76 43.14 21.57 23.53 0.00 100.00

15 15.69 17.65 41.18 25.49 0.00 100.00

18 31.37 23.53 3.92 41.18 0.00 100.00

19 43.14 25.49 11.76 19.61 0.00 100.00

20 35.29 17.65 31.37 15.69 0.00 100.00

30 41.18 39.22 11.76 7.84 0.00 100.00

31 45.10 27.45 9.80 15.69 1.96 100.00

(57)

Aspek

No

Item

Jumlah guru yang menjawab (%) Total

(%)

A B C D Kosong

36 39.22 7.84 3.92 47.06 1.96 100.00

Keterangan:

Arsir : Jawaban benar

Berdasarkan tabel 4.13, item nomor 13, guru menjawab salah 50.98%

dengan pilihan jawaban B. pertanyaan dalam item ini adalah “Martin

bertanya-tanya apakah darat dan lautan menyerap panas yang sama dari

sinar matahari. Dia melakukan penyelidikan, dengan mengisi ember

menggunakan tanah dan ember lain dengan ukuran yang sama dengan air.

Dia menempatkan ember tersebut ketempat yang terbuka sehingga setiap

ember menerima jumlah sinar matahari yang sama. Suhu di setiap ember

diukur setiap jam (8:00-18:00). Mana yang merupakan variabel kontrol

dalam penelitian Martin?”. Jawaban yang benar dari pertanyaan ini adalah opsi D yakni “Jumlah waktu setiap ember berada di bawah sinar matahari

yang dipilih oleh 21.57% guru. Banyak guru yang memilih opsi B yakni “Suhu

air dan tanah”. Sebenarnya dalam persoalan ini, suhu air dan tanah bukan

merupakan variabel kontrol.

Berdasarkan tabel 4.13, item nomor 20, lebih banyak guru menjawab

salah. 35.29% guru memilih opsi yang salah dengan pilihan jawaban A.

persoalan dalam item ini yaitu menentukan variabel bebas. Pertanyaan dalam

item ini yaitu “Ucok ingin mengetahui pengaruh suhu air terhadap jumlah

Gambar

Tabel 3.2. Klasifikasi item soal TIPS II berdasar keterampilan proses sains
Tabel 3.1. Jumlah sekolah menengah yang tersebar pada setiap
Tabel 3.2. Klasifikasi item soal TIPS II berdasar keterampilan proses sains terpadu
tabel yang digunakan untuk menghitung rata-tara skor guru setiap aspek
+7

Referensi

Dokumen terkait

A block of mass m just start to move when applied with a small horizontal force. The block just start

[r]

Persaingan bisnis dalam Rumah Sakit di sekitar kota medan tengah berkembang sangat pesat.Dan menuntut setiap perusahaan untuk melakukan strategi baik dari segi kualitas layanan

Sehubungan dengan pekerjaan Pengadaan Peralatan Laboratorium Komputer SMP pada Dinas Pendidikan Kebudayaan pemuda dan Olahraga dan Berdasarkan Berita Acara Hasil Pelelangan Nomor

[r]

No Kompetensi Dasar IPK Materi Indikator Soal Kognitif Level No Soal Bentuk Soal 1 3.7 Menjelaskan rasio trigonometri (sinus, cosinus, tangen, cosecan, secan, dan cotangen)

Untuk mengetahui bentuk kurva regresinya maka dilakukan scatter plot terhadap variabel-variabel yang diasumsikan mempengaruhi kepuasan pelayanan kesehatan, dari

Besamya total kontribusi variabel Manajemen Berbasis Sekolah dan metode pembelajaran terhadap motivasi mengajar guru SMP Negeri 1 Tigabinanga mencapai 40,3%, sedangkan