118
ANALISIS PERTANYAAN GURU DAN PERANANNYA DALAM
PENGEMBANGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DI
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
Desak Made Citrawathi1*(1* Dosen Jurusan Pendidikan Biologi, FMIPA Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja) e-mail: dskcitra@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh guru dalam proses pembelajaran IPA di SMP. Penelitian ini dilakukan di SMPN Negeri dan SMP Swasta yang ada di kota Singaraja dengan melibatkan empat orang guru sebagai informan. Data dikumpulkan dengan teknik wawancara, observasi, angket, dan dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis secara interpretatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru belum optimal untuk pengembangan keterampilan proses sains pada siswa. Hal ini ditunjukkan dari jenis pertanyaan yang diajukan guru lebih banyak merupakan pertanyaan konvergen dan kognitif tingkat rendah. Pertanyaan yang diajukan guru 86,11 persen bersifat konvergen, dan 13,89 persen bersifat divergen. Berdasarkan pertanyaan menurut Taksonomi Bloom, pertanyaan yang diajukan guru 75,0 persen pertanyaan ingatan, 13,89 persen pemahaman, 8,33 persen aplikasi, dan 2,78 persen analisis. Hambatan yang dialami guru dalam mengajukan pertanyaan adalah pemahaman guru tentang jenis-jenis pertanyaan untuk mengembangkan keterampilan proses sains pada siswa masih kurang. Guru kurang merencanakan pertanyaan yang akan diajukan dalam pembelajarannya. Guru kurang pelatihan keterampilan bertanya terkait keterampilan proses sains. Berdasarkan temuan tersebut, pengembangan bahan ajar berbasis pertanyaan diperlukan untuk memfasilitasi guru dalam mengembangkan keterampilan proses sains pada siswa.
Kata kunci: pertanyaan, keterampilan proses sains Abstract
This study aimed to analyze the questions presented by the teacher in the process of learning science in junior high. This research was conducted in the State and junior high school in the city of Singaraja, involving four teachers as informants. Data were collected by interview, observation, questionnaire, and documentation. Data were analyzed by interpretive. Results showed that the questions asked of teachers is not optimal for the development of science process skills in students. It is shown from the type of questions the teacher more a question of convergent and low cognitive level. The question asked teachers convergent 86.11 percent, and 13.89 percent are diverging. Based on the questions according to Bloom's Taxonomy, questions teachers 75.0 percent knowledge question, 13.89 percent comprehension, application of 8.33 percent, and 2.78 percent analysis. Barriers experienced teachers in the teacher asking questions is an understanding of the kinds of questions to develop science process skills in students is still lacking. Teachers lacking planning questions to be posed in learning. Teachers lack training skills related asked science process skills. Based on these findings, the development of inquiry-based teaching materials needed to facilitate teachers in developing science process skills in students.
Keywords: question, science process skills
1. Pendahuluan
Sekolah merupakan tempat guru dan siswa belajar (bukan tempat guru mengajar) dan tempat pengembangan sumber daya insani yang terdidik dan terpelajar. Oleh karena itu, peran utama guru adalah sebagai agen pembelajaran untuk menyiapkan lingkungan belajar yang memungkinkan siswa belajar aktif secara mental yakni aktif berpikir (minds-on) dan aktif secara fisik atau aktif
bekerja (hands-on). Belajar sangat penting
untuk mengembangkan pengetahuan dan menghadapi hidup dan kehidupan yang semakin kompleks. Hal ini sesuai dengan pendapat Gedler (1991) yang menguraikan
bahwa belajar adalah proses seseorang
memperoleh berbagai kecakapan,
keterampilan dan sikap. Untuk itu diperlukan sumber belajar yang dapat memfasilitasi siswa belajar secara efektif. Tugas guru bukan memberikan pengetahuan yang harus dihafalkan oleh siswa tetapi menyiapkan lingkungan belajar yang memungkinkan siswa membangun pengetahuannya secara aktif. Belajar paling baik berlangsung apabila peran guru tidak dominan atau ―diam‖. Belajar yang didominasi guru akan menyebabkan siswa sedikit sekali belajar (Semiawan, dkk., 1992 dan Frangenheim, 2005).
Belajar sains pada hakikatnya adalah mempelajari alam sekitar dengan cara-cara
▸ Baca selengkapnya: pertanyaan tentang keterampilan mengelola kelas
(2)119
ilmiah. Untuk itu siswa perlu diberikan
pengalaman belajar yang dapat
mengembangkan kemampuan berpikir,
keterampilan proses dan sikap ilmiah. Hal ini sesuai dengan tuntutan standar isi mata pelajaran sains di SMP. Peran pertanyaan dan strategi berpikir sangat penting untuk pemberdayaan berpikir siswa. Pembelajaran sains di SMP menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui
penggunaan dan pengembangan
keterampilan proses dan sikap ilmiah.
Keterampilan proses sains merupakan
keterampilan yang digunakan oleh ilmuwan dalam melakukan penyelidikan ilmiah dan Barba (1998) menyebutnya dengan proses berpikir ilmiah.
Perkembangan ilmu pengetahuan yang
sangat cepat tidak memungkinkan guru membelajarkan seluruh konsep dan prinsip sains secara bermakna. Oleh karena itu, guru
sebaiknya memberikan cara untuk
menemukan pengetahuan (learn how to
learn). Belajar bagaimana belajar sangat bermanfaat bagi siswa dan memungkinkan siswa belajar sepanjang hayat. Rose dan Nicholl (2002) menguraikan bahwa futurolog percaya bahwa masa depan adalah milik mereka yang mampu untuk tetap terus berlatih dan belajar.
Berdasarkan Permendiknas RI Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi, diuraikan bahwa mata pelajaran sains/IPA di SMP merupakan wahana untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan proses, sikap ilmiah dan nilai. Pembelajaran sains sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Inkuiri sering
didefinisikan sebagai suatu pencarian
kebenaran, informasi, atau pengetahuan. Upaya pencarian tersebut dilakukan melalui pertanyaan. Pertanyaan merupakan inti dari pembelajaran berbasis inkuiri. Pertanyaan
dapat menuntun untuk melakukan
penyelidikan sebagai usaha siswa dalam memahami materi yang dipelajari. Menurut
National Research Council (2000),
pembelajaran inkuiri memiliki ciri utama antara lain siswa dilibatkan secara ilmiah
berorientasi pada pertanyaan. Bertanya
tentang alam merupakan salah satu kegiatan yang digunakan sebagai landasan oleh para ilmuwan untuk bekerja atau melakukan investigasi dan menemukan konsep dan prinsip sains yang dipelajari oleh siswa.
Bertanya merupakan salah satu
teknik yang sangat penting digunakan oleh
guru dan dapat digunakan dalam berbagai tujuan pembelajaran. Bertanya merupakan suatu hal sangat lazim dilakukan dalam
proses pembelajaran. Guru seringkali
bertanya untuk berbagai tujuan, misalnya untuk mengukur pemahaman siswa, untuk mendapatkan informasi dari siswa, untuk
merangsang siswa berpikir, dan untuk
mengontrol kelas. Demikian juga halnya dengan siswa. Pertanyaan yang mereka ajukan juga mempunyai berbagai tujuan, misalnya untuk mendapatkan penjelasan, sebagai ungkapan rasa ingin tahu, atau
bahkan sekedar untuk mendapatkan
perhatian. Tampaknya tidak ada yang
menyangkal peran penting pertanyaan dalam
proses belajar mengajar.
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru selama proses
pembelajaran sangat mempengaruhi
kemampuan berpikir siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Apa sajakah jenis-jenis pertanyaan yang diajukan guru IPA SMP dalam proses pembelajaran sains?
2. Apakah jenis pertanyaan guru sudah mengacu peningkatan keterampilan proses sains?
3. Apakah guru mengajukan pertanyaan untuk melaksanakan pembelajaran secara inkuiri?
4. Apakah hambatan yang dialami guru IPA SMP dalam mengajukan pertanyaan ?
Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan jenis
pertanyaan yang diajukan guru untuk
meningkatkan keterampilan proses sains dalam pembelajaran IPA, hambatan yang dialami guru dalam mengajukan pertanyaan dalam melaksanakan pembelajaran secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry).
2.METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus. Kasus yang dipilih dalam penelitian ini adalah kemampuan bertanya guru IPA SMP di kota Singaraja. Kemampuan bertanya guru yang diteliti terutama dikaitkan dengan proses inkuiri dan kemampuan
bertanya guru untuk meningkatkan
keterampilan proses sains.
Subyek penelitian ini adalah guru-guru IPA yang mengajar di kelas VII dan VIII SMP di Kota Singaraja. Jumlah guru yang dilibatkan adalah 4 orang guru, 2 orang guru di kelas VII dan 2 orang guru di kelas VIII.
Obyek penelitiannya adalah jenis-jenis
pertanyaan yang diajukan guru dalam
120
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi,wawancara, angket, dan dokumentasi.
1) Observasi. Observasi dilakukan
dalam kelas dengan setting alami
untuk mengamati secara langsung bagaimana guru mengajar.
2) Wawancara. Wawancara dengan
guru IPA (Biologi) bertujuan untuk untuk mendapatkan data tentang pelaksanaan pembelajaran IPA di
sekolah masing-masing, tentang
pertanyaan-pertanyaan yang sering
dikemukakan guru pada
pembelajaran IPA di SMP. Di
samping itu wawancara juga
bertujuan untuk mengetahui kendala yang dihadapi guru dalam bertanya
untuk meningkatkan penguasaan
konsep, keterampilan proses sains,
dan kemampuan berpikir siswa.
Wawancara dilakukan setelah
observasi untuk memperdalam hasil observasi yang dilakukan.
3) Angket. Angket diberikan kepada guru bertujuan untuk mengetahui
karakteristik siswa, buku yang
digunakan, dan
pertanyaan-pertanyaan yang sering dikemukakan guru dan siswa pada pembelajaran IPA di SMP. Angket ini diisi sendiri oleh guru (self administered).
4) Dokumentasi. Dokumen dalam
penelitian ini adalah silabus, RPP, buku guru, buku siswa, dan LKS. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan cara menyusun
data secara sistematis,
mengorganisasi data ke dalam
kategori, melakukan interpretasi,
menyusun dalam pola tertentu, dan membuat kesimpulan.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru dalam proses pembelajaran. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dianalisis lebih lanjut berdasarkan jenis pertanyaan terbuka-tertutup, pertanyaan untuk melakukan proses inkuiri dan melatih keterampilan proses sains, serta tingkatan kognitif yang dituntutnya.
1. Jenis pertanyaan tertutup (konvergen)-terbuka (divergen)
Pertanyaan-pertanyaan yang
mengarah pada pembentukan pengetahuan
selanjutnya dianalisis berdasarkan
kemungkinan jawaban yang diharapkan dari
pertanyaan tersebut. Berdasarkan hasil
analisis jenis pertanyaan tertutup-terbuka dapat diketahui bahwa dari 36 pertanyaan, 31 pertanyaan (86,11%) pertanyaan membentuk pengetahuan yang diajukan guru di kelas adalah jenis pertanyaan tertutup sedangkan sisanya yakni 5 pertanyaan (13,89%) adalah pertanyaan terbuka. Hasil ini sejalan dengan temuan terdahulu (Lestari, 2002, Widodo, 2006, dan Ermasari, dkk., 2014) bahwa sebagian besar pertanyaan yang ditanyakan
guru merupakan pertanyaan tertutup.
Banyaknya pertanyaan tertutup menunjukkan bahwa pertanyaan guru hanya menuntut jawaban yang pasti dan tertentu. Sedikitnya jumlah pertanyaan terbuka menunjukkan bahwa pertanyaan yang diajukan guru dalam proses pembelajaran kurang mendorong siswa untuk berpikir. Kondisi pembelajaran seperti ini kurang melatih kemampuan berpikir
siswa. Hal ini juga didukung dengan
kenyataan bahwa sebagaian besar
pertanyaan yang diajukan guru berada dalam jenjang kognitif tingkat rendah.
2. Pertanyaan terkait jenjang kognitif
Pertanyaan dapat diklasifikasikan
dalam berbagai proses kognitif seperti yang dikemukakan dalam taksonomi Bloom. Dalam
versi revisi taksonomi Bloom (Anderson et al.,
2001) dilakukan pemisahan antara dimensi
pengetahuan (knowledge) dan dimensi proses
kognitif. Dimensi pengetahuan mencakup
pengetahuan faktual, pengetahuan
konseptual, pengetahuan prosedural dan pengetahuan metakognitif. Dimensi proses
kognitif mencakup menghafal (remember),
memahami (understand), menerapkan
(apply), menganalisis (analyse),
mengevaluasi (evaluate), dan membuat
(create). Dari dimensi pengetahuan, 20 pertanyaan (55,56%) termasuk pertanyaan pengetahuan faktual, 14 pertanyaan (38,89%) tentang pengetahuan konseptual, dan 2 pertanyaan (5,55%) tentang pengetahuan
prosedural. Pertanyaan pengetahuan
metakognitif tidak atau belum ada
disampaikan oleh guru. Hasil ini menunjukkan bahwa pengetahuan prosedural yang erat kaitannya dengan keterampilan bekerja ilmiah belum mendapat perhatian dalam pelajaran sains.
Berdasarkan hasil analisis pertanyaan yang diajukan guru ditinjau dari jenjang kognitif taksonomi Bloom diketahui bahwa
jumlah rata-rata pertanyaan bersifat
mengingat adalah 27 pertanyaan (75%),
jumlah rata-rata pertanyaan bersifat
memahami adalah 5 pertanyaan (13,89%), jumlah rata-rata pertanyaan bersifat aplikasi adalah 3 (8,33%), dan jumlah rata-rata
121
pertanyaan bersifat analisis adalah 1 (2,78%). Pertanyaan bersifat evaluasi dan pertanyaan
membuat (create)adalah 0%.
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru dalam proses pertanyaan akan sangat mempengaruhi kemampuan berpikir siswa. Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa sebagian besar pertanyaan yang diajukan guru merupakan pertanyaan pada jenjang
kognitif tingkat rendah (hafalan dan
pemahaman) dan hanya sedikit sekali yang berada pada jenjang kognitif tingkat tinggi.
Walaupun pertanyaan ingatan dan
pemahaman merupakan dasar dari berpikir tingkat tinggi tetapi pengembangan dari pertanyaan ingatan yang terlalu berlebihan dan tidak diimbangi dengan pertanyan kognitif tingkat tinggi akan kurang baik, karena
bagaimanapun juga pertanyaan yang
memberikan konstribusi yang lebih baik dalam proses pembelajaran adalah pertanyaan kognitif tingkat tinggi.
Berdasarkan analisis sejumlah
penelitian tentang dampak penggunaan
pertanyaan, Anderson (2001) menemukan bahwa pada pertanyaan faktual lebih efektif untuk meningkatkan pencapaian untuk siswa masih muda dan kurang kemampuannya sedangkan penekanan pada pertanyaan kognitif tingkat tinggi lebih efektif untuk siswa rata-rata atau yang kemampuannya tinggi. Karena siswa yang terlibat dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII dan kelas VIII (usia 13-14 tahun) tampaknya guru harus lebih
memvariasikan lagi jenjang kognitif
pertanyaannya sehingga siswa juga
dirangsang untuk berpikir.
3. Pertanyaan untuk proses inkuiri dan pembelajaran keterampilan proses sains
Bertanya digunakan sebagai
landasan oleh para ilmuwan untuk melakukan investigasi dan menemukan konsep dan prinsip sains yang dipelajari siswa. Bertanya
bertujuan untuk mengembangkan
keterampilan berpikir dan sikap inkuiri
(Cotton, 2012). Dalam Trowbridge dan Bybee (1990) dan Gulo (2002) diuraikan bahwa
peranan bertanyan antara lain untuk
meningkatkan kadar cara belajar siswa aktif (CBSA), sikap inkuiri, dan membantu siswa berpikir. Inkuiri didefinisikan sebagai suatu
pencarian kebenaran, informasi, atau
pengetahuan. Upaya pencarian itu dilakukan
melalui pertanyaan. Orlich et.al. (1998)
menguraikan bahwa proses dasar
pembelajaran berbasis inkuiri adalah
keterampilan proses sains.
4. Hambatan yang dihadapi guru dalam mengajukan pertanyaan dalam pembelajaran
Hambatan yang dialami guru dalam mengajukan pertanyaan adalah pemahaman guru tentang jenis-jenis pertanyaan untuk mengembangkan keterampilan proses sains pada siswa masih kurang. Guru kurang
merencanakan pertanyaan yang akan
diajukan dalam pembelajarannya. Guru
kurang dilatih keterampilan bertanya terkait keterampilan proses sains. Berdasarkan temuan tersebut, pengembangan bahan ajar inkuiri berbasis pertanyaan diperlukan untuk memfasilitasi guru dalam mengembangkan keterampilan proses sains pada siswa.
4. PENUTUP Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, dapat disampaikan simpulan sebagai berikut.
1. Pertanyaan guru didominasi oleh
pertanyaan konvergen di mana
pertanyaan yang diajukan guru 86,11 persen bersifat konvergen, dan 13,89 persen bersifat divergen.
2. Berdasarkan pertanyaan menurut
taksonomi Bloom, pertanyaan yang diajukan guru 75,0 persen pertanyaan ingatan, 13,89 persen pemahaman, 8,33 persen aplikasi, dan 2,78 persen analisis.
3. Hambatan yang dialami guru dalam
mengajukan pertanyaan adalah
pemahaman guru tentang jenis-jenis pertanyaan untuk proses inkuiri dan
mengembangkan keterampilan
proses sains pada siswa masih kurang. Guru kurang merencanakan pertanyaan yang akan diajukan dalam
rencana pembelajarannya untuk
proses inkuiri, dan bertanya terkait keterampilan proses sains.
Saran
Saran yang dapat diajukan
berdasarkan pembahasan di atas adalah sebagai berikut.
1. Guru hendaknya merencanakan
pertanyaan-peratnyaan yang akan
diajukan pada siswa, terutama
pertanyaan yang menuntut tingkatan berpikir yang lebih tinggi
2. Untuk meningkatkan kemampuan
guru dalam bertanya untuk proses inkuiri dan keterampilan proses, guru
hendaknya mengembangkan diri,
misalnya melalui pelatihan-pelatihan 3. Untuk meningkatkan keterampilan
guru dalam bertanya untuk proses
inkuiri, dan keterampilan proses
122
atau modul inkuiri berbasis
pertanyaan.
Daftar Pustaka
Anderson, L.W., Krathwohl, D.R., Airasian, P.W., Cruikshank, Mayer, R.E., Pintrich, P.R., Raths J. and Wittreock, M.C. 2001. A Taxonomi for Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom‘s Taxonomy of Educational Objectives. New York: Longman. Cotton, K. 2012. Classroom Question. Available at
http:// -69.20.125.200-workshop, accessed Mart 17, 2012.
Ermasari, G., Subagia IW., Sudria, I. B. N. 2014. Kemampuan Bertanya Guru IPA dalam Pengelolaan Pembelajaran. E-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 4
Frangenheim, E. 2005. Reflections on Classroom Thinking Strategies: Practical Strategies to Encourage Thinking in Your Classroom. London: Paul Chapman Publishing (PCP)
Gredler, M.E.B. 1991. Belajar dan Membelajarkan. Terjemahan. Jakarta: Rajawali. Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Grasindo
Orlich, D.C., Harder, R.J., Callahan, R.C. and Gibson, H.W. 1998. Teaching Strategy: A Guide to Better Instruction, Boston: Houghton Mifflin Company.
Semiawan, C., Tangyong, A.F., Belen, S., Matahelemual, Y., dan Suseloardjo.
Pendekatan Keterampilan Proses: Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam Belajar. Jakarta: Grasindo. Widodo, A. 2006. Profil Pertanyaan Guru dan
Siswa dalam Pembelajaran Sains. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 4(2), 139-148