• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi dan keyakinan guru IPA sekolah menengah terhadap pembelajaran di Kabupaten Nias Barat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi dan keyakinan guru IPA sekolah menengah terhadap pembelajaran di Kabupaten Nias Barat."

Copied!
165
0
0

Teks penuh

(1)

vii

ABSTRAK

Daeli, Mariati. 2016. Tingkat Keyakinan Guru IPA Sekolah Menengah dalam Melaksanakan Pembelajaran di Kabupaten Nias Barat. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Fisika, Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Persepsi guru IPA Sekolah Menengah terhadap pembelajaran (2) Keyakinan guru IPA Sekolah Menengah dalam melaksanakan pembelajaran (3) Perbedaan persepsi guru terhadap pembelajaran dan keyakinan guru dalam melaksanakan pembelajaran di Kabupaten Nias Barat.

Jenis Penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif. Jumlah subyek pada penelitian ini adalah 53 guru IPA yang terdiri dari 32 guru IPA SMA dan 21 guru IPA SMP. Instrumen yang digunakan terdiri dari dua obyek penelitian yaitu persepsi guru terhadap pembelajaran dan keyakinan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh bahwa guru IPA Sekolah Menengah di Kabupaten Nias Barat memiliki rata-rata skor persepsi sebesar 84,68 % dan rata-rata skor keyakinan sebesar 76,16 %. Sehingga dapat dikatakan bahwa persepsi dan keyakinan guru IPA Sekolah Menengah dalam melaksanakan pembelajaran tergolong baik. Dengan menggunakan uji T dua kelompok dependent maka ada perbedaan yang signifikan antara persepsi guru terhadap pembelajaran dan keyakinan guru IPA Sekolah Menengah dalam melaksanakan Pembelajaran di Kabupaten Nias Barat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi guru terhadap pembelajaran lebih baik daripada keyakinan guru dalam melaksanakan pembelajaran atau dengan kata lain guru memiliki persepsi yang baik terhadap pembelajaran namun kurang yakin dalam melaksanakannya di dalam proses pembelajaran.

(2)

viii

ABSTRACT

Daeli, Mariati. 2016. Perception and Belief of Teachers Toward The Learning in West Nias District. Thesis. Yogyakarta: Physics Education Study Program, Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teachers Training and Education.

This research aims to look (1) the perception of the science teachers of high school toward the learning (2) the belief of science teachers of high school in

conducting the learning (3) the difference of teachers’ perception toward the learning and teachers’ belief in conducting the learning in West Nias district.

The kind of research is descriptive quantitative. The amount of subjects of this research are 53 science teachers which consist of 32 senior high science teachers and 21 junior high science teachers. The instrument is used in this research consist of two objects such as teachers’ perception toward the learning

and teachers’ belief in conducting the learning. According to the research which

had done, the result showed that science teachers of high school in West Nias district have the score average of perception is 84,68 % and belief is 76,16 %. Therefore, the perception and belief in conducting the learning is good. By using T test two dependent groups, there is the significant difference between high school

science teacher’s perception toward the learning and belief in conducting the learning in West Nias district.

The result of research shows that teachers’ perception toward the learning is better than teachers’ belief in conducting the learning or in other words, teacher

have the good perception toward the learning. However they are not sure to conduct in the learning process.

(3)

PERSEPSI DAN KEYAKINAN GURU IPA SEKOLAH MENENGAH

TERHADAP PEMBELAJARAN DI KABUPATEN NIAS BARAT

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

Mariati Daeli

121424036

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

i

PERSEPSI DAN KEYAKINAN GURU IPA SEKOLAH MENENGAH

TERHADAP PEMBELAJARAN DI KABUPATEN NIAS BARAT

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

Mariati Daeli

121424036

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Our greatest weakness lies in giving up the most certain way to succeed is

always try just one more time”

-Thomas Alva Edison-

Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara

kamu !

(I Petrus 5:7

)”

Karya ini kupersembahkan untuk:

Kedua orangtuaku (A/I. Silve Daeli)

Saudara-saudariku

(Silver, Srita, Femi, Geti, Lena dan Muni)

Sahabat dan teman-temanku

Albertus Rico Simpati

Nias Barat

(8)
(9)
(10)

vii

ABSTRAK

Daeli, Mariati. 2016. Tingkat Keyakinan Guru IPA Sekolah Menengah dalam Melaksanakan Pembelajaran di Kabupaten Nias Barat. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Fisika, Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Persepsi guru IPA Sekolah Menengah terhadap pembelajaran (2) Keyakinan guru IPA Sekolah Menengah dalam melaksanakan pembelajaran (3) Perbedaan persepsi guru terhadap pembelajaran dan keyakinan guru dalam melaksanakan pembelajaran di Kabupaten Nias Barat.

Jenis Penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif. Jumlah subyek pada penelitian ini adalah 53 guru IPA yang terdiri dari 32 guru IPA SMA dan 21 guru IPA SMP. Instrumen yang digunakan terdiri dari dua obyek penelitian yaitu persepsi guru terhadap pembelajaran dan keyakinan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh bahwa guru IPA Sekolah Menengah di Kabupaten Nias Barat memiliki rata-rata skor persepsi sebesar 84,68 % dan rata-rata skor keyakinan sebesar 76,16 %. Sehingga dapat dikatakan bahwa persepsi dan keyakinan guru IPA Sekolah Menengah dalam melaksanakan pembelajaran tergolong baik. Dengan menggunakan uji T dua kelompok dependent maka ada perbedaan yang signifikan antara persepsi guru terhadap pembelajaran dan keyakinan guru IPA Sekolah Menengah dalam melaksanakan Pembelajaran di Kabupaten Nias Barat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi guru terhadap pembelajaran lebih baik daripada keyakinan guru dalam melaksanakan pembelajaran atau dengan kata lain guru memiliki persepsi yang baik terhadap pembelajaran namun kurang yakin dalam melaksanakannya di dalam proses pembelajaran.

(11)

viii

ABSTRACT

Daeli, Mariati. 2016. Perception and Belief of Teachers Toward The Learning in West Nias District. Thesis. Yogyakarta: Physics Education Study Program, Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teachers Training and Education.

This research aims to look (1) the perception of the science teachers of high school toward the learning (2) the belief of science teachers of high school in

conducting the learning (3) the difference of teachers’ perception toward the learning and teachers’ belief in conducting the learning in West Nias district.

The kind of research is descriptive quantitative. The amount of subjects of this research are 53 science teachers which consist of 32 senior high science teachers and 21 junior high science teachers. The instrument is used in this research consist of two objects such as teachers’ perception toward the learning

and teachers’ belief in conducting the learning. According to the research which

had done, the result showed that science teachers of high school in West Nias district have the score average of perception is 84,68 % and belief is 76,16 %. Therefore, the perception and belief in conducting the learning is good. By using T test two dependent groups, there is the significant difference between high school

science teacher’s perception toward the learning and belief in conducting the learning in West Nias district.

The result of research shows that teachers’ perception toward the learning is better than teachers’ belief in conducting the learning or in other words, teacher

have the good perception toward the learning. However they are not sure to conduct in the learning process.

(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus yang telah melimpahkan berkat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Persepsi dan Keyakinan Guru IPA Sekolah Menengah terhadap

Pembelajaran di Kabupaten Nias Barat.

Skripsi ini ditulis dengan tujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Sanata Dharma. Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu melindungi setiap langkah kehidupanku dan sumber kekuatan jiwaku.

2. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan FKIP USD sekaligus dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing, memberikan saran, serta memberikan pengarahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini sampai selesai.

3. Bapak Dr. Ignatius Edi Santosa, M.S. selaku ketua program studi Pendidikan Fisika yang selalu memberikan bimbingan kepada penulis selama kuliah di Universitas Sanata Dharma.

(13)

x

membimbing, memberikan saran selama penulisan skripsi dan juga telah mendukung, menasehati dan mendengarkan keluh kesah penulis selama kuliah di Universitas Sanata Dharma.

5. Ibu Ir.Sri Agustini S., M.Si. selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan dan motivasi selama kuliah dan kesediaan mendegarkan keluh kesah penulis dan memberikan solusi atas masalah-masalah yang dialami selama kuliah di Universitas Sanata Dharma.

6. Drs. T. Sarkim, M.Ed, Ph.D yang selalu memberi dukungan dan semangat dari awal berada di Sanata Dharma sampai akhir penulisan skripsi ini.

7. Segenap dosen Pendidikan Fisika dan karyawan Program Studi Pendidikan Fisika yang telah membimbing, mendidik dan memberikan banyak pengetahuan selama kuliah di Universitas Sanata Dharma. 8. Pemerintah Kabupaten Nias Barat yang telah memberikan kesempatan,

membiayai, dan memantau studi penulis selama di Universitas Sanata Dharma.

9. Wakil Rektor IV (Pak Ouda) serta staff dan Kepala BKHI (Bu Dixta) yang telah mengurus berbagai keperluan, memberikan program pengembangan serta menyemangati penulis selama kuliah di Universitas Sanata Dharma.

(14)

xi

11.Kepala Sekolah dan Guru IPA Sekolah Menengah di Kabupaten Nias Barat yang telah membantu peneliti dalam penelitian ini.

12.Kedua orangtuaku Simeoni Daeli dan Terima Baik Daeli (A/I. Silve Daeli) yang selalu mendoakan, memotivasi, menasehati, memngingatkan, mencitaiku dan memberikan dukungan baik secara moral dan material.

13.Abang Silver dan Adik-Adikku (Srita, Femi, Geti, Lena dan Muni) yang selalu mendungkung, memotivasi dan mendoakan penulis agar bisa selesapat waktu.

14.Albertus Rico yang banyak membantu, memotivasi, menemani dalam penyelesaian skripsi ini, tempat emosiku dan yang selalu mendengarkan keluh kesahku.

15.Teman seperjuangan skripsi (Ota, Petra dan Timo) yang bersama-sama saling membantu, mengingatkan dan berbagi ilmu selama kuliah dan menyelesaikan tugas akhir ini.

16.Teman seperjuanganku angkatan 2012 dari Nias Barat di berbagai Program Studi yaitu Sefin, Frans, Legi, Rathy, Wasri, Firminus, Rohani, Risma, Poppy, Metin, Sri, Jefry, Fiber, Postin, dan Dewi. Terima kasih telah menjadi teman, sahabat dan abang/kakak bagiku serta dukungan dan kerjasamanya selama kuliah di Universitas Sanata Dharma.

(15)
(16)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

1. Bagi Dinas Pendidikan Nias Barat ... 5

2. Bagi Universitas ... 5

(17)

xiii

A. Hakikat Pembelajaran IPA ... 6

1. Pengertian Pembelajaran IPA ... 6

2. Unsur-Unsur Pembelajaran IPA ... 9

3. Peran Guru IPA Terhadap Proses Pembelajaran IPA ... 10

4. Menjadi Guru IPA yang Profesional ... 12

B. Persepsi Guru IPA terhadap Pembelajaran ... 16

C. Keyakinan Guru IPA dalam Melaksanakan Pembelajaran ... 17

D. Keterkaitan antara Persepsi dan Keyakinan Guru IPA dalam Melaksanakan Pembelajaran ... 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 20

A. Jenis Penelitian ... 20

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 20

C. Subyek Penelitian ... 21

D. Obyek Penelitian ... 22

E. Desain Penelitian ... 22

1. Kegiatan Penelitian ... 22

2. Pengumpulan Data ... 22

F. Instrumen Penelitian... 22

G. Metode Pengumpulan Data ... 25

H. Metode Analisis Data ... 25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

A. Pelaksanaan Penelitian ... 29

(18)

xiv

C. Analisis Data ... 30

1. Persepsi Guru IPA Sekolah Menengah terhadap Pembelajaran ... 31

2. Keyakinan Guru IPA dalam Melaksanakan Pembelajaran ... 41

3. Perbandingan antara Persepsi dan Keyakinan Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran ... 52

4. Persepsi dan Keyakinan Guru IPA Sekolah Menengah terhadap Pembelajaran Secara Umum dan Pembelajaran IPA ...56

D. Pembahasan ... 60

E. Implikasi ... 67

BAB V PENUTUP ... 70

A. Kesimpulan ... 70

B. Saran ... 71

1. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 71

2. Bagi Guru ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 72

(19)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Kuesioner Persepsi Guru terhadap pembelajaran IPA ... 23 Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner Keyakina Guru dalam Melaksanakan

Pembelajaran ... 24 Tabel 3.3 Skor untuk Setiap Item Pernyataan ... 25 Tabel 3.3 Kualifikasi Tingkat Persepsi dan Keyakinan Guru ... 27 Tabel 4.1 Distribusi (%)Guru IPA Sekolah Menengah tentang Persepsi terhadap Pembelajaran ... 31 Tabel 4.2 Persepsi Guru IPA Sekolah Menengah terhadap Pembelajaran ... 32 Tabel 4.3 Persepsi Guru IPA SMP dan SMA terhadap Pembelajaran ... 34 Tabel 4.4 Hasil Uji T Independen Persepsi Guru IPA SMP dan SMA terhadap

Pembelajaran ... 37 Tabel 4.5 Persepsi Guru IPA SMA terhadap Pembelajaran ... 38 Tabel 4.6 Hasil Uji Anova Persepsi Guru IPA SMA terhadap Pembelajaran .... 40 Tabel 4.7 Distribusi (%) Keyakinan Guru IPA Sekolah Menengah dalam

Melaksanakan Pembelajaran ... 41 Tabel 4.8 Keyakinan Guru IPA Sekolah Menengah dalam Melaksanakan

Pembelajaran ... 42 Tabel 4.9 Keyakinan Guru IPA SMP dan SMA 9 dalam Melaksanakan

Pembelajaran ... 44 Tabel 4.10 Hasil Uji T Independen Keyakinan Guru IPA SMP dan SMA 9 dalam

(20)

xvi

Tabel 4.11 Keyakinan Guru IPA SMA dalam Melaksanakan Pembelajaran ... 48 Tabel 4.12 Hasil Uji Anova Keyakinan Guru IPA SMA dalam Melaksanakan

Pembelajaran ... 51 Tabel 4.13 Distribusi (%) Persepsi dan Keyakinan Guru IPA Sekolah Menengah

dalam Melaksanakan Pembelajaran ... 52 Tabel 4.14 Perbandingan antara Persepsi terhadap Pembelajaran dan Keyakinan

(21)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Grafik Persepsi Guru IPA Sekolah Menengah terhadap Pembelajaran ... 33 Gambar 4.2 Grafik Persepsi Guru IPA SMP dan SMA terhadap Pembelajaran 35 Gambar 4.3 Grafik Persepsi Guru IPA SMA terhadap Pembelajaran ... 38 Gambar 4.4 Grafik Keyakinan Guru IPA Sekolah Menengah dalam Melaksanakan Pembelajaran ... 43 Gambar 4.5 Grafik Keyakinan Guru IPA SMP dan SMA dalam Melaksanakan Pembelajaran ... 45 Gambar 4.6 Grafik Keyakinan Guru IPA SMA dalam Melaksanakan Pembelajaran

... 48 Gambar 4.7 Grafik Persepsi dan Keyakinan Guru pada Setiap Aspek Pembelajaran

(22)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1A Surat Permohonan Izin Penelitian ... 74 Lampiran 1B Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 75 Lampiran 2A Angket Persepsi Guru IPA Sekolah Menengah terhadap

Pembelajaran ... 77 Lampiran 2B Angket Keyakinan Guru IPA Sekolah Menengah dalam

Melaksanakan Pelaksanaan Pembelajaran ... 79 Lampiran 3A Contoh Hasil Jawaban Guru IPA SMP ... 81 Lampiran 3B Contoh Hasil Jawaban Guru IPA Biologi SMA ... 86 Lampiran 3C Contoh Hasil Jawaban Guru IPA Fisika SMA ... 91 Lampiran 3D Contoh Hasil Jawaban Guru IPA Kimia SMA ... 96 Lampiran 4A Distribusi (%) Jumlah Guru tentang Persepsi terhadap

Pembelajaran ... 100 Lampiran 4B Distribusi (%) Jumlah Guru terntang Keyakinan dalam

Melaksanakan Pembelajaran ... 102 Lampiran 5A Rekap Skor Persepsi Guru IPA Sekolah Menengah secara

keseluruhan terhadap Pembelajaran ... 104 Lampiran 5B Rekap Skor Persepsi Guru IPA Sekolah Menengah Setiap Aspek

Pembelajaran ... 107 Lampiran 5C Rekap Skor Persepssi Guru IPA SMP setiap aspek pembelajaran

(23)

xix

Lampiran 5D Rekap Skor Persepsi Guru IPA SMA setiap aspek Pembelajaran ... 113 Lampiran 5E Rekap Skor Persepsi Guru Biologi SMA setiap aspek

Pembelajaran ... 116 Lampiran 5F Rekap Skor Persespsi Guru Fisika SMA setiap aspek

Pembelajaran ... 118 Lampiran 5G Rekap Skor Persepsi Guru Kimia SMA SMA setiap aspek

Pembelajaran ... 120 Lampiran 5H Rekap Skor Keyakinan Guru IPA Sekolah Menengah secara

keseluruhan dalam Melaksanakan Pembelajaran ... 122 Lampiran 5I Rekap Skor Keyakinan Guru IPA Sekolah Menengah dalam

Melaksanakan Setiap Aspek Pembelajaran ... 125 Lampiran 5J Rekap Skor Keyakinan Guru IPA SMP dalam Melaksanakan

Setiap aspek pembelajaran ... 130 Lampiran 5K Rekap Skor Keyakinan Guru IPA SMA dalam Melaksanakan

setiap aspek Pembelajaran ... 132 Lampiran 5L Rekap Skor Keyakinan Guru Biologi SMA setiap aspek

Pembelajaran ... 135 Lampiran 5M Rekap Skor Keyakinan Guru Fisika SMA dalam Melaksanakan

setiap aspek Pembelajaran... 137 Lampiran 5N Rekap Skor Keyakinan Guru Kimia SMA SMA dalam

(24)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan sumber daya manusia. Menurut Aunurrahman (2012: 2), pendidikan bukan hanya sekedar menempatkan manusia sebagai alat produksi tetapi manusia harus dipandang sebagai sumber daya yang utuh. Melalui pendidikan, manusia dapat belajar dan berproses untuk menjadi pribadi yang utuh. Jika dibandingkan dengan negara-negara lain, maka pendidikan di Indonesia masih tergolong jauh. Salah satu usaha pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia adalah dengan membenahi kurikulum.

Pada tahun ajaran 2013/2014, kebanyakan sekolah di Indonesia mengimplementasikan kurikulum 2013. Kurikulum ini juga dipersiapkan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang produktif kreatif, inovatif, dan beerkarakter. Hal ini salah satu upaya pemerintah untuk memperbaiki sistem pendidikan. Namun, kebanyakan sekolah belum siap dengan pergantian kurikulum ini karena kurangnya sarana dan prasarana untuk menunjang keberlangsungan sistem ini dan juga kebanyakan guru belum bisa menerapkan tuntutan dari kurikulum 2013.

(25)

adalah keberhasilan guru dalam menyajikan materi pelajaran dan dapat memfasilitasi siswanya untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa guru memiliki peran penting dalam pendidikan sebab guru yang mengajar, membimbing dan mendidik siswa. Sebagai pengajar, guru dituntut mempunyai kewenangan mengajar berdasarkan kualifikasinya sebagai tenaga pengajar. Sebagai tenaga pengajar, setiap guru harus profesional dalam bidang pengajaran. Dengan kemampuan tersebut guru dapat melaksanakan perannya sebagai fasilitator, pembimbing, penyedia lingkungan, model, motivator, agen perkembangan kognitif dan manajer (Suyanto,. Djihad, Asep. 2012: 3-4).

Di dalam aktivitas pembelajaran, guru memegang peranan penting karena ia memegang kendali. Pembelajaran bersifat interaktif atau satu arah, didominasi ceramah atau berisi kegiatan eksploratif oleh siswa, berpusat pada materi atau pada siswa, tergantung dari perencanaan yang dilakukan oleh guru. Guru dapat membuat pembelajaran sangat menarik atau membosankan, guru juga dapat mengarahkan para murid mempelajari suatu materi secara mendalam atau hanya belajar di permukaan saja, dan guru juga dapat mengatur agar murid hanya menghafalkan materi yang diajarkan atau menantang para murid berpikir kreatif menemukan solusi dari suatu persoalan. Hal ini dipaparkan untuk menunjukkan betapa peran guru bisa sangat menentukan kualitas pembelajaran (Sarkim, 2015).

(26)

merancang agar situasi belajar sehingga siswa berperan dalam proses belajar dan juga guru membantu siswa menemukan pengetahuannya.

Menyadari pentingnya peran guru dalam proses pembelajaran maka Dinas Pendidikan Kabupaten Nias Barat menjalin kerjasama dengan beberapa universitas terbaik untuk memberikan beasiswa kepada putra-putri Nias Barat terbaik yang ingin menjadi guru dengan tujuan kembali mengajar ke Nias Barat untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Kualitas pendidikan di Nias Barat hingga saat ini cukup memprihatinkan, masih banyak kekurangan dalam beberapa aspek, salah satunya adalah kualitas pendidik. Berdasarkan pengalaman selama sekolah di Nias Barat, kebanyakan guru-guru di sana mengajar dengan metode ceramah dan siswa diam mendengarkan. Sehingga siswa kebanyakan bosan dan tidak memiliki rasa ingin tahu tentang apa yang diajarkan oleh guru. Dan juga guru tidak menyadari perannya sangat penting dalam proses pembelajaran, hal ini dibuktikan dengan banyaknya guru yang sering absen mengajar di kelas.

(27)

untuk mengetahui persepsi guru terhadap pembelajaran dan bagaimana keyakinan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian yang dapat memberikan gambaran tentang persepsi guru terhadap pembelajaran dan keyakinan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Untuk itu penulis melakukan penelitian

dengan judul: “Persepsi dan Keyakinan Guru IPA Sekolah Menengah terhadap

Pembelajaran” studi pada guru IPA Sekolah Menengah di Kabupaten Nias Barat.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana persepsi guru IPA Sekolah Menengah di Kabupaten Nias Barat tentang pembelajaran?

2. Bagaimana keyakinan guru IPA Sekolah Menengah di Kabupaten Nias Barat dalam melaksanakan pembelajaran?

3. Apakah ada perbedaan antara persepsi guru IPA di Kabupaten Nias Barat terhadap pembelajaran dan keyakinan dalam melaksanakan pembelajaran?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Persepsi guru IPA Sekolah Menengah di Kabupaten Nias Barat terhadap pembelajaran.

2. Keyakinan guru IPA Sekolah Menengah di Kabupaten Nias Barat dalam melaksanakan pembelajaran.

(28)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Dinas Pendidikan Nias Barat

Penelitian ini dapat memberi gambaran bagi dinas pendidikan Nias Barat tentang persepsi guru IPA Sekolah Menengah terhadap pembelajaran dan keyakinan dalam melaksanakan pembelajaran.

2. Bagi Universitas

(29)

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Hakikat Pembelajaran IPA

1. Pengertian Pembelajaran IPA

Undang-undang sistem pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar terhadap suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun guru untuk mengembangkan kreatifitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksikan pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.

Menurut Oemar Hamalik (2006:239) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran. Dari teori-teori yang dikemukakan banyak ahli tentang pembelajaran, Oemar Hamalik mengemukakan 3 (tiga) rumusan yang dianggap lebih maju, yaitu: 1. Pembelajaran adalah upaya mengorganisasikan lingkungan untuk

menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik.

2. Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan peserta didik untuk menjadi warga masyarakat yang baik.

(30)

IPA merupakan rumpun ilmu, memiliki karakteristik khusus yaitu mempelajari fenomena alam yang faktual (factual), dan hubungan sebab akibatnya. Cabang ilmu yang termasuk anggota rumpun IPA antara lain Biologi, Fisika, Kimia, Astronomi/Astrofisik, dan Geologi.

IPA merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif) namun pada perkembangan selanjutnya IPA juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif). Ada dua hal berkaitan yang tidak terpisahkan dengan IPA, yaitu IPA sebagai produk, pengetahuan IPA yang berupa pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif, dan IPA sebagai proses, yaitu kerja ilmiah. Saat ini obyek kajian IPA menjadi semakin luas meliputi konsep IPA, proses, nilai, dan sikap ilmiah, aplikasi IPA dalam kehidupan sehari-hari dan kreativitas (Wisudawati & Sulistyowati, 2014:22)

IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikapilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya (Trianto, 2010:136).

(31)

Menurut Marsetio Donosepoetro dalam Trianto (2010), IPA pada hakikatnya dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah dan juga sikap ilmiah. Sebagai proses ilmiah diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru. Sebagai produk ilmiah diartikan sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau diluar sekolah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran atau dissiminasi pengetahuan. Sebagai prosedur ilmiah dimaksudkan bahwa metodologi atau cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu pada umumnya berupa riset yang lazim disebut metode ilmiah (scientific

method).

Selain sebagai proses dan produk, Daud Joesoef dalam Trianto (2010) juga menganjurkan agar IPA dijadikan sebagai suatu kebudayaan atau suatu kelompok atau institusi sosial dengan tradisi nilai, aspirasi maupun inspirasi. Sedangkan menurut Laksmi Prihantoro dalam Trianto (2010), IPA pada hakikatnya merupakan suatu produk, proses dan aplikasi. Sebagai produk, IPA merupakan sekumpulan pngetahuan dan sekumpulan konsep dan bagan konsep. Sebagai suatu proses, IPA merupakan proses yang dipergunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan produk-produk sains dan sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat memberi kemudahan bagi kehidupan.

(32)

pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep.

Dari pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa pembelajaran IPA suatu proses interaksi yang melibatkan peserta didik dengan pendidik yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran IPA yaitu mempelajari fenomena alam yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan melalui proses kegiatan percobaan dan lahir melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen sehingga tercipta pengetahuan dan sikap terhadap proses pembelajaran.

2. Unsur-Unsur pembelajaran IPA

Unsur terpenting dalam pembelajaran yang baik adalah: a. Siswa yang belajar,

b. Guru yang mengajar, c. Bahan pelajaran, dan

d. Hubungan antara guru dan siswa

(33)

3. Peran Guru IPA terhadap Proses Pembelajaran IPA

Standards For Science Teacher Preparation (NSTA) dalam Wisudawati A.

dan Sulistyowati E. (2014 :12-15) seorang guru IPA harus memenuhi standar-standar yang ditetapkan, standar-standar tersebut diuraikan sebagai berikut:

a. Standar Pengetahuan Materi (Content Knowledge)

Guru IPA harus menguasai materi IPA dengan cara memahami dan mengartikulasi pengetahuan IPA, serta mempraktikkannya. Sebelum mengajarkan IPA untuk peserta didik level SD maupun SMP, seorang guru harus benar-benar memahami fakta, data, prinsip, konsep, hukum, dan teori IPA yang benar. Untuk level tersebut, seorang guru harus dapat mengemas materi IPA dalam bentuk tematik integratif dan IPA terpadu dengan menyesuaikan perkembangan kognitif peserta didik usia 7-15 tahun sehingga seorang peserta didik mampu mengorelasikan apa yang mereka jumpai dengan konsep dan teori yang diberikan di sekolah.

b. Standar Pengetahuan Pembelajaran (Pedagogycal Knowledge)

(34)

menghubungkan materi yang diajarkan dengan pengalaman empiris peserta didik serta melaksanakan proses asesmen pada peserta didik

c. Lingkungan Belajar (Learning Enviroment)

Guru IPA harus mampu merencanakan proses pembelajaran yang melibatkan peserta didik. Perencanaan seorang guru IPA harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, sesuai standar yang telah ditetapkan. Dalam menata lingkungan belajar harus mempertimbangkan sistem sosial peserta didik, konsep IPA, proses inkuiri, dan Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) peserta didik. Langkah-langkah yang ditempuh dalam memenuhi standar ini dengan menetukan desain pembelajaran, pengaturan instruksional, teknologi pembelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sampai pada asesmen yang akan dilaksanakan. Dalam menetukan desain, seorang guru harus juga memperhatikan setting laboratorium atau instrument yang akan digunakan agar dapat diakses oleh semua peserta didik serta pelaksanaan proses pembelajaran yang mampu meningkatkan motivasi peserta didik.

d. Standar Keselamatan (Safety)

(35)

e. Dampak terhadap Pembelajaran

Setelah proses pembelajaran IPA, ketika seorang individu sudah memahami konsep IPA maka seorang guru harus dapat merancang istrumen untuk mendiagnosa pemahaman peserta didik dan efek pengiringnya (nurturant effect). Guru juga menyajikan bukti nyata adanya perubahan yang signifikan pada peserta didik setelah mempelajari IPA. Wujud nyata standar ini dalam kurikulum yang berlaku dan akan berlaku di Indonesia adalah penanaman karakter mulai sebagai efek pengiring. Efek pengiring dan efek pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah-sekolah formal.

f. Pengetahuan dan Keterampilan Profesional

Seorang guru IPA harus selalu meningkatkan kompetensi professionalnya dalam penguasaan materi IPA dalam meningkatkan keterampilan profesionalnya dengan cara mengikuti symposium, penelitian-penelitian yang serumpun, konferensi, proyek-proyek dalam komunitas guru IPA.

4. Menjadi Guru IPA yang Profesional

Dalam Wisudawati A. dan Sulistyowati E (2014:26) Seorang guru IPA wajib memiliki empat kompetensi sebagaimana telah ditetapkan dalam Undang-Undang Guru (UU No.14 Tahun 2005) dan Standar Nasional Pendidikan (PP No.19 Tahun 2005). Kompetensi tersebut ialah:

1. Kompetensi pedagogik, yaitu kemampuan melaksanakan proses pembelajaran IPA.

(36)

3. Kompetensi kepribadian yaitu kemapuan menjadi teladan bagi peserta didik dan sejawat, atasan, dan bawahan.

4. Kompetensi sosial, yaitu kemampuan hidup bermasyarakat di sekolah maupun di luar sekolah

Keempat kompetensi tersebut bersifat holistik dan integratif dalam kinerja guru. Oleh karena itu, secara utuh sosok kompetensi guru meliputi (Asmani, J. 2009 :43):

1. Pengenalan peserta didik secara mendalan;

2. Penguasaan bidang studi baik disiplin ilmu (disciplinary content) maupun bahan ajar dalam kurikulum sekolah;

3. Penyelenggaraan pembelajaran mendidik yang meliputi perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi proses, hasil belajar, serta tindak lanjut untuk perbaikan dan pengayaan;

4. Pengembangan kepribadian dan profesionalitas secara berkelanjutan.

Menurut Trowbridge & Bybee dalam Suparno (2013:8-10), untuk menjadi guru yang profesional, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dilatih oleh guru terus menerus, antara lain:

1. Penguasaan bahan

(37)

dapat digunakan untuk menambah pengetahuan seperti internet, buku-buku baru, seminar, lokakarya, dan bertanya kepada tenaga ahli.

2. Mengerti tujuan pengajaran IPA

Guru IPA yang baik harus mengerti tujuan dari pengajaran IPA (Fisika, Kimia dan Biologi). Dengan mengerti tujuannya, guru dapat mengarahkan siswa ke arah tujan dengan lebih efektif dan efesien. Misalnya guru perlu mengetahui tujuan umum pelajaran seperti:

a) Mengerti dan menggunakan metode ilmiah b) Menguasai pengetahuan IPA

c) Menggunakan sikap ilmiah

d) Memenuhi kebutuhan pribadi dan masyarakat e) Kesadaran akan karir masa depan

3. Guru dapat mengorganisasi pengajaran IPA

Guru IPA yang baik dapat mempersiapkan pengajaran sesuai dengan tujuan. Ia juga mengerti cara mengajarkan bahan itu, dapat memilih evaluasi dan latihan yang akan diberikan kepada siswa selama proses pembelajaran. Termasuk dalam perencanaan adalah merencanakan beberapa waktu yang digunakan dan tugas apa yang harus dilakukan siswa.

4. Mengerti situasi siswa

(38)

mode, dan situasi psikologis siswa, dll. Guru perlu mengerti bagaimana siswa menanggapi pembelajarannnya, apakah mereka senang, bosan, malas, dll. Dengan mengerti keadaan siswa, guru akan dapat membantu pembelajaran secara lebih kontekstual, sesuai dengan situasi siswa.

5. Guru dapat berkomunikasi dengan siswa

Guru perlu melatih diri berkomunikasi akrab dengan siswa. Hubungan yang akrab dengan siswa perlu dibangun, kemampuan memotivasi, memberikan semangat, menegur, menggerakkan siswa perlu dilatih. Ketrampilan untuk mendekati siswa, membantu siswa belajar, dan juga kemampuan mendengarkan apa yang dirasakan dan diinginkan siswa perlu dikembangkan. Kemampuan membuat siswa mengerti kesulitan siswa dalam belajar dan hidup pun perlu ditumbuhkan.

6. Guru menguasai berbagai metode

(39)

B. Persepsi Guru IPA terhadap Pembelajaran

Persepsi yang dimaksud di sini adalah anggapan terhadap suatu hal yang terbentuk berdasarkan suatu proses atau dalam hal ini persepsi merupakan apa yang diketahui oleh guru (to know) tentang suatu hal.

Persepsi adalah proses dimana kita mengorganisasikan dan menafsirkan pola stimulus ini dalam lingkungan. Hal ini berarti suatu kegiatan yang sangat berkaitan dengan studi tentang proses kognitif, seperti ingatan dan berfikir (Malik, 2011:32). Hal yang sama juga diungkapkan oleh Hamner dan Organ dalam Indrawijaya (2002:45) mengemukakan bahwa persepsi adalah The process by which people

organize, interpret, experience, and procecues or material (inputs) received from

the external environment (Suatu proses yang mana seseorang mengorganisasikan

dalam pikirannya, menafsirkan, mengalami, dan mengolah pertanda atau segala sesuatu yang terjadi di lingkungannya).

(40)

dengan persepsi orang atau kelompok lain sekalipun situasinya sama (Slamento, 2010:102).

Dari uraian sebelumnya, pembelajaran merupakan suatu proses interaksi yang melibatkan peserta didik dengan pendidik yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan membelajaran. Untuk mencapai tujuan pembelajaran IPA, tentunya guru IPA harus bisa memfasilitasi siswanya dengan terlebih dahulu mempersiapkan diri dalam berbagai aspek pembelajaran yang harus dikuasai guru yaitu pemahaman tentang pembelajaran, menguasai bahan pembelajaran, menerapkan strategi pembelajaran, berinteraksi dengan siswa dan mengelola kelas.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa persepsi guru IPA terhadap pembelajaran adalah tanggapan guru IPA mengenai pembelajaran yang berdasarkan apa yang dipikirkannya baik dari pengetahuan sebelumnya ataupun dari proses interaksi yang terjadi dalam proses pembelajaran yang meliputi beberapa aspek yaitu pemahaman tentang pembelajaran, penguasaan materi, strategi pembelajaran, interaksi dengan siswa dan pengelolaan kelas.

C. Keyakinan Guru IPA dalam Melaksanakan Pembelajaran

(41)

Menurut Permendiknas RI No 16 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru (dalam Sutiarno, S. dkk. 2012 : 75-76) bahwa rasa percaya diri disamakan dengan istilah “keyakinan guru”, yang artinya sikap mental yang

dimiliki guru terhadap manfaat pembelajaran bagi siswa, dirinya, dan kehidupan sehari-hari, serta keyakinan akan kemampuan dirinya dalam mengorganisasikan pembelajaran.

Keyakinan Guru yang dimaksud dalam hal ini adalah keyakinan guru dalam melaksanakan pembelajaran (to do). Sejauh mana guru yakin dalam melaksanakan atau menerapkan aspek-aspek pembelajaran tersebut. Keyakinan guru dalam melaksanakan pembelajaran sangat penting dalam memahami dan meningkatkan proses pendidikan (TALIS, 2009: 89). Pernyataan ini sejalan dengan Sutiarno, S. dkk yang meyatakan bahwa keyakinan guru merupakan suatu unsur yang penting dalam keberhasilan pendidikan, khususnya pembelajaran di kelas (Sutiarno, 2012: 76).

Dari uraian di atas, keyakinan guru IPA dalam melaksanakan pembelajaran adalah suatu rasa percaya diri dalam mengorganisasikan pembelajaran yang dimiliki oleh guru IPA. Sehingga guru memiliki rasa yakin bahwa ia telah melaksanakan pembelajaran dengan baik.

D. Hubungan Persepsi dan Keyakinan Guru IPA dalam Melaksanakan

Pembelajaran

(42)

dengan kata lain, tindakan guru dalam kelas merupakan sesuatu yang diyakini guru untuk dilaksanakan di dalam proses bembelajaran yang berasal dari ‘kepala guru’ yang dalam hal ini bisa diartikan sebagai persepsi guru IPA terhadap pembelajaran. Sehingga untuk mengetahui keyakinan guru dalam melaksanakan pembelajaran IPA maka perlu diketahui terlebih dahulu persepsi guru terhadap pembelajaran itu sendiri.

Para peneliti melaporkan bermacam tingkat konsistensi antara persepsi yang dimiliki guru tentang pembelajaran dan praktek pembelajaran yang dilakukannya. Thompson dalam Mulyana, melaporkan tingkat konsistensi yang tinggi antara keduanya, walaupun hubungan antara persepsi dan praktek pembelajaran itu begitu kompleks, namun dapat disederhanakan sebagai sebab dan akibat (Mulyana, 2000 :9).

Dari kedua pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa ada hubungan sebab akibat antara persepsi guru terhadap pembelajaran dan keyakinan guru dalam melaksanakan pembelajaran karena persepsi guru merupakan hal yang akan diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran atau dalam hal ini disebut keyakinan guru dalam melaksanakan pembelajaran.

(43)

20

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif. Menurut Suparno (2010), penelitian deskriptif bertujuan untuk memberikan penjelasan/uraian tentang suatu hal. Penelitian ini menggunakan data kuantitatif yang diperoleh dari analisis skor subyek dari kuisioner yang diisi.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2016 di 17 Sekolah Menengah di Kabupaten Nias Barat.

Kabupaten Nias Barat merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di dalam wilayah Pulau Nias Propinsi Sumatera Utara dan berada di sebelah Barat Pulau Nias yang berjarak ± 60 KM dari kota Gunungsitoli (dalam

http://niasbaratkab.go.id/page.php?id=150). Kabupaten Nias Barat masih

tergolong kabupaten baru yang terdapat di Nias yang berdiri pada tanggal 26 November 2008 dan diremiskan pada tanggal 26 Mei 2009. Oleh karena itu, kabupaten Nias Barat masih tergolong kabupaten baru maka kualitas pendidikan di kabupaten Nias Barat masih rendah tergolong rendah.

(44)

tingkat SD, SMP, maupun SMA/SMK. “Ada sebanyak 2.463 guru di seluruh Kabupaten Nias Barat yang mengajar di 178 sekolah. Sebanyak 531 orang di antaranya adalah berstatus pegawai negeri sipil dan 1.932 sisanya tenaga honorer (Gema Nias, 2012).

Guru adalah harapan satu-satunya peserta didik dalam memperoleh ilmu di Pulau Nias. Hal ini karena keterbatasan dalam sarana-prasarana di sekolah dan akses internet yang masih minim. Sangat jelas bahwa peraran guru sangat diperlukan oleh peserta didik. Guru menyampaikan materi pelajaran dan siswa menyimak dan mengembangkankan sesuai pemahamannya sendiri (Kabar Nias, 2016).

Melihat kenyataan bahwa kurangnya sarana-prasana yang menunjang pendidikan di Kabupaten Nias Barat maka gurulah yang merupakan kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, guru yang professional dan kompenten dalam bidangnya sangat diharapkan untuk kemajuan pendidikan di Kabupaten Nias Barat.

C. Subyek Penelitian

(45)

D. Obyek Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua obyek penelitian yaitu persepsi guru terhadap pembelajaran dan keyakinan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Kedua obyek ini diukur dengan menggunakan kuesioner.

E. Desain Penelitian

1. Kegiatan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti memberikan lembar kuesioner kepada guru yang berisi tentang pernyatan-pernyataan untuk mengetahui persepsi guru terhadap pembelajaran dan keyakinan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana persepsi guru terhadap pembelajaran dan keyakinan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Kuesioner yang telah diisi oleh guru kemudian dianalisis dengan memberikan skor untuk setiap jawaban guru.

2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan satu kuesioner yang terdiri dari dua intrumen yaitu persepsi guru tentang pembelajaran dan keyakinan guru tentang pembelajaran. Data tentang persepsi dan keyakinan guru dalam melaksanakan pembelajaran diperoleh dari jawaban guru.

F. Instrumen Penelitian

(46)

adalah kuesioner atau angket. Angket atau kuesioner adalah sejumlah pernyataan tertulis untuk memperoleh informasi dari responden yang akan diketahui (Suparno, 2010:61). Kuesioner tersebut berisi item-item pernyataan berdasakan pembelajaran IPA. Kuesioner ini bertujuan untuk mengukur persepsi guru terhadap pembelajaran dan tingkat keyakinan guru dalam melaksanakan pembelajaran.

Kuesioner ini terdiri atas dua bagian yaitu presepsi guru terhadap pembelajaran dan keyakinan guru dalam melaksanakan pembelajaran yang masing-masing setiap bagian terdiri dari 35 item yang meliputi lima aspek pembelajaran yaitu pemahaman tentang pembelajaran, penguasaan materi, strategi pembelajaran, interaksi dengan siswa dan pengelolaan kelas.

Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner Persepsi Guru terhadap Pembelajaran

Aspek Indikator Nomor item

pernyataan Jumlah

Pembelajaran 8,18,35 3

Interaksi dengan siswa

Kemampuan mengenal atau

memahami siswa 13,25 2

(47)

Aspek Indikator Nomor item

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner Keyakinan Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran

saintifik 1,12,17,27,34 5

Penguasaan Media

Pembelajaran 7,16,30 3

(48)

G. Metode Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini berdasarkan hasil jawaban yang diberikan guru atas pernyataan dari kuesioner yang diberikan peneliti. Jawaban siswa diklasifikasikan menurut aspek yang telah ditetapkan untuk setiap item pernyataan. Untuk klasifikasi persepsi terhadap pembelajaran dan keyakinan guru dalam melaksanakan pembelajaran masing-masing adalah (1) pemahaman guru tentang pembelajaran; (2) penguasaan materi; (3) strategi pembelajaran; (4) interaksi dengan siswa; dan (5) pengelolaan kelas. Data yang diperoleh peneliti dalam bentuk jawaban checklist (√) dan oleh peneliti akan diganti dengan skor yang sesuai dengan skala pengukuran.

H. Metode Analisis Data

Metode analisis data merupakan cara atau teknik yang digunakan oleh peneliti dalam mengolah data yang telah diperoleh untuk mendapatkan jawaban dari tujuan yang telah dirumuskan.

Kuesioner tentang presepsi terhadap pembelajaran dan keyakinan guru dalam melaksanakan pembelajaran yang telah diisi oleh guru di bagi dalam pernyataan positif dan negatif. Kemudian pernyataan tersebut diberi skor. Pemberian skor untuk pernyataan postif dan negatif adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3 Skor untuk Setiap Item Pernyataan

Skor Pernyataan positif Pernyataan negatif

Sangat Setuju 4 1

(49)

Skor Pernyataan positif Pernyataan negatif

Tidak Setuju 2 3

Sangat Tidak Setuju 1 4

Item pernyataan persepsi guru terhadap pembelajaran dan keyakinan guru dalam melaksanakan pembelajaran masing-masing mempunyai 35 item. Perhitungan persepsi guru terhadap pembelajaran dan keyakinan guru dalam melaksanakan pembelajaan dihitung dengan cara jumlah skor masing-masing guru dibagi dengan skor maksimal dikali seratus.

Nilai = �� �ℎ � �� �

�� �ℎ � � � � x 100 %

Dari kuesioner yang telah diberi skor lalu diklasifikasikan sesuai dengan aspek pembelajaran diinterpretasikan dengan kriteria interval. Kuesioner terdiri dari dua bagian yang masing-masing terdiri dari 35 item. Untuk tiap lembar kuesioner diberi skor, setelah itu dilakukan klasifikasi sebagai berikut (Suparno 2011: 14-15) :

 Skor untuk setiap guru  Skor minimal = 1 x 35=35  Skor maksimal = 4 x 35 = 140  Range = 140-35=105

 Pembagian interval

Range dibagi dalam 5 interval, maka lebar interval yaitu 105 : 5 =21

(50)

diklasifikasikan sesuai dengan aspek pembelajaran diinterpretasikan sesuai kriteria dengan interval seperti yang telah diuraikan di atas sehingga diperoleh klasifikasi interval sebagai berikut:

Tabel 3.4 . Kualifikasi Tingkat Persepsi dan Keyakinan Guru

Untuk mendapatkan jawaban dari tujuan penelitian maka akan dianalisis berdasarkan masing-masing variabel terlebih dahulu. Selanjutnya membandingkan kedua obyek yang diiteliti. Cara analisisnya adalah sebagai berikut:

a. Persepsi Guru IPA terhadap Pembelajaran

1. Untuk melihat perbedaan persepsi antara guru IPA SMA dan SMP terhadap pembelajaran, peneliti melakukan analisis dengan uji T kelompok

Independent dengan menggunakan salah satu program statistik yaitu

Statistical Product and Service Solution atau disingkat dengan SPSS. T-test

ini digunakan untuk mebandingkan dua kelompok yang independen (Suparno, 2011: 82) .Program SPSS yang digunakan oleh peneliti adalah IBM

SPSS Statistics 20.

2. Untuk melihat perbedaan persepsi antara guru IPA Biologi, Fisika, dan Kimia SMA terhadap pembelajaran, peneliti melakukan analisis uji One Way Anova. Tes anova digunakan untuk mengetes kelompok lebih dari dua (Suparno,

No Skor Guru Skor Guru (%) Kualifikasi

1 120-140 ≥ 86 Sangat baik

2 99-119 71-85 Baik

3 78-98 56-70 Cukup

4 57-77 41-55 Kurang

(51)

2011: 90). Dalam melakukan analisis ini juga menggunakan program statistik yaitu IBM SPSS Statistics 20.

b. Keyakinan Guru IPA dalam Melaksanakan Pembelajaran

1. Untuk melihat perbedaan keyakinan antara guru IPA SMA dan SMP dalam melaksanakan pembelajaran, peneliti melakukan analisis dengan uji T kelompok Independent dengan menggunakan program statistik yaitu IBM

SPSS Statistics 20.

2. Untuk melihat perbedaan keyakinan guru IPA Biologi, Fisika dan Kimia SMA dalam melaksanakan pembelajaran, peneliti melakukan analisis One

Way Anova dengan menggunakan program SPSS yaitu IBM SPSS Statistics

20.

c. Perbandingan antara Persepsi Guru terhadap Pembelajaran dan

Keyakinan Guru dalam melaksanakan pembelajaran

Untuk melihat adakah perbedaan antara persepsi dan keyakinan guru terhadap pembelajaran. Peneliti melakukan analisis dengan uji T kelompok

dependent dengan menggunakan program SPSS. T-test ini digunakan untuk

mengetes dua kelompok dependen yang dites dua kali yaitu pretest dan post-test (Suparno, 2011: 87). Dengan kata lain, pretest dan post-test dalam hal ini sama dengan pengukuran persepsi guru tentang pembelajaran dan keyakinan dalam melaksanakan pembelajaran. Program SPSS yang dipakai peneliti adalah IBM

(52)

29

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian untuk mengetahui persepsi dan keyakinan guru dalam melaksanakan pembelajaran pada guru IPA Sekolah Menengah di Nias Barat diawali dengan penyusunan instrumen dari bulan November hingga Januari 2016. Dan bersamaan dengan penyusunan instrumen, peneliti juga mengkomunikasikan hal ini kepada Dinas Pendidikan Nias Barat untuk melakukan penelitian di Kabupaten Nias Barat.

(53)

Kegiatan penelitian dilaksanakan dengan mengunjungi tiap sekolah yang dimulai dari tanggal 12-26 Februari 2016. Dari 17 sekolah yang dikunjungi diperoleh sebanyak 53 responden. Penelitian ini dilakukan dengan menyebar kuesioner kepada guru IPA .

B. Data

Kuesioner ini diisi oleh 53 guru IPA Sekolah Menengah di Nias Barat. Guru IPA SMA berjumlah 32 guru yang terdiri dari guru biologi, fisika dan kimia dan Guru IPA SMP terdiri dari 21 guru.

C. Analisis Data

Pada bagian ini dideskripsikan persepsi guru tentang pembelajaran dan keyakinan guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Kuesioner yang digunakan untuk mengetahui hal tersebut terdiri dari 5 aspek yang terdapat dalam pernyataan yang disajikan. Berdasarkan istrumen yang digunakan, maka terlebih dahulu akan dibahas tentang persepsi guru terhadap pembelajaran yang mencakup persepsi guru Sekolah Menengah secara keseluruhan dan masing-masing aspek, persepsi guru IPA SMP dan SMA secara keseluruhan dan masing-masing aspek, dan persepsi guru IPA Biologi, Fisika dan Kimia SMA terhadap pembelajaran.

(54)

keseluruhan dan masing-masing aspek, dan keyakinan guru IPA Biologi, Fisika dan Kimia SMA secara keseluruhan dan masing-masing aspek.

Dan juga akan dianalisis persepsi dan keyakinan guru terhadap pembelajaran secara umum dan pembelajaran IPA karena aspek pembelajaran yang dipakai dalam penelitian ini terdiri antara aspek pembelajaran secara umum dan juga ada yang khusus pembelajaran IPA.

Dari dua obyek penelitian yang akan dianalisis dan dideskripsikan maka akan ada perbandingan antara dua variabel yang diteliti yaitu perbandingan antara persepsi guru terhadap pembelajaran dan keyakinan guru dalam melaksanaan pembelajaran IPA Sekolah Menengah secara keseluruhan.

1. Persepsi Guru IPA Sekolah Menengah terhadap Pembelajaran

a. Persepsi Guru IPA Sekolah Menengah Secara Keseluruhan

Berdasarkan pada lampiran 3A maka distribusi persentase Guru Sekolah Menengah terhadap pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Distribusi (%) Guru IPA Sekolah Menengah tentang Persepsi terhadap Pembelajaran

Kualifikasi Jumlah Guru Total (%)

Sangat baik 23 43,4

Baik 30 56,6

Cukup 0 0

Kurang 0 0

Sangat Kurang 0 0

(55)

Dari tabel di atas, distribusi persentase persepsi guru IPA Sekolah Menengah terhadap pembelajaran di Kabupaten Nias Barat berada pada kualifikasi sangat baik sebesar 43,40 %, pada kualifikasi baik sebesar 56,60 %. Sehingga dapat dikatakan bahwa persepsi guru IPA Sekolah Menengah tentang pembelajaran di Kabupaten Nias Barat tergolong baik.

Tabel 4.2 Persepsi Guru IPA Sekolah Menengah terhadap Pembelajaran

Keterangan:

������

̅̅̅̅̅̅̅̅̅ : rata-rata skor guru setiap aspek

����

̅̅̅̅̅̅��� : rata-rata skor guru seluruh aspek pembelajaran S.D : Standar deviasi

No Aspek ����̅̅̅̅̅̅̅̅̅�� (%) ����̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅ %��� S.D (%)

1

Pemahaman tentang

pembelajaran 81,23

84,67 3,14 2 Penguasaan Materi 89,96

(56)

Gambar 4.1 Persepsi Guru IPA Sekolah Menengah terhadap Pembelajaran

Berdasarkan tabel 4.2, dapat dilihat bahwa skor rata-rata untuk persepsi guru IPA Sekolah Menengah secara keseluruhan terhadap aspek pembelajaran yaitu sebesar 84,67 % dengan standar deviasi 3.14%. Maka dapat dikatakan bahwa persepsi guru IPA Sekolah menengah di Kabupaten Nias Barat berada pada kualifikasi baik. Dengan standar deviasi 3.14 % maka dapat dikatakan bahwa rata-rata skor guru pada setiap aspek tidak terlalu menyebar, atau dengan kata lain tidak terlalu ada perbedaan untuk setiap aspeknya. Hal tersebut menunjukkan bahwa persepsi guru terhadap pembelajaran untuk setiap aspek berada pada tingkat sangat baik dan baik.

Setelah melihat persepsi guru terhadap pembelajaran, maka selanjutnya dideskripsikan persepsi guru untuk setiap aspek pembelajaran. Pada aspek yang pertama yaitu pemahaman tentang pembelajaran, rata-rata skor guru

50

(57)

adalah 81,23 % maka dapat dikatakan bahwa guru memiliki persepsi yang baik terhadap pemahaman tentang pembelajaran. Pada aspek penguasaan materi, rata-rata skor guru adalah 89,96% maka dapat dikatakan bahwa guru memiliki persepsi yang sangat baik terhadap penguasaan materi. Pada aspek strategi pembelajaran, rata-rata skor guru adalah 84,67% sehingga dapat dikatakan bahwa persepsi guru terhadap strategi pembelajaran tergolong baik. Untuk aspek interaksi dengan siswa, rata-rata skor guru adalah 84,43% maka dapat dikatakan bahwa persepsi guru tentang interaksi dengan siswa tergolong pada kategori baik. Dan pada aspek yang terakhir yaitu pengelolaan kelas, rata-rata skor guru adalah 85,61% sehingga dapat dikatakan bahwa persepsi guru terhadap pengelolaan kelas tergolong pada kategori baik.

Berdasarkan gambar 4.1 dapat dilihat bahwa dari seluruh aspek pembelajaran, guru IPA Sekolah Menengah memiliki persepsi yang paling baik pada aspek penguasaan materi. Sedangkan dari kelima aspek, rata-rata skor persepsi guru tentang pembelajaran paling rendah yaitu pada aspek pemahaman tentang pembelajaran.

b. Persepsi IPA SMP dan SMA terhadap Pembelajaran

Tabel 4.3 Persepsi Guru IPA SMP dan SMA terhadap Pembelajaran

No Aspek Skor Guru IPA (%)

SMP SMA

1 Pemahaman tentang pembelajaran 79,17 82,58

2 Penguasaan Materi 90,48 89,45

3 Strategi Pembelajaran 83,48 85,45 4 Interaksi dengan siswa 84,35 84,49

5 Pengelolaan Kelas 85,71 85,74

(58)

Gambar 4.2 Grafik Persepsi Guru IPA SMP dan SMA terhadap Pembelajaran

Dari tabel 4.3 di atas, dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan guru IPA SMP memiliki persepsi yang baik terhadap pembelajaran dengan rata-rata skor sebesar 83,87 % dan juga secara keseluruhan guru IPA SMA memiliki persepsi yang baik terhadap pembelajaran dengan rata-rata skor sebesar 85,20 %. Setelah melihat persepsi guru IPA SMP dan SMA secara keseluruhan terhadap pembelajaran, maka selanjutnya dideskripsikan persepsi guru untuk setiap aspek pembelajaran.

Pada aspek yang pertama yaitu pemahaman tentang pembelajaran, rata-rata skor guru IPA SMP sebesar 79,17 % dan guru IPA SMA sebesar 82,58 % maka dapat dikatakan bahwa guru IPA SMP dan SMA memiliki persepsi yang baik terhadap aspek pemahaman tentang pembelajaran. Pada aspek

60

Persepsi Guru IPA SMP dan SMA terhadap Pembelajaran

Guru SMP

(59)

kedua yaitu penguasaan materi, rata-rata skor guru IPA SMP adalah 90,48 % dan guru IPA SMA sebesar 89,45 % maka dapat dikatakan bahwa guru IPA SMP dan SMA memiliki persepsi yang sangat baik terhadap aspek penguasaan materi. Pada aspek ketiga yaitu strategi pembelajaran, rata-rata skor guru IPA SMP adalah 83,48 % dan guru IPA SMA sebesar 85,45 % maka dapat dikatakan bahwa guru IPA SMP dan SMA memiliki persepsi yang baik terhadap aspek strategi pembelajaran. Pada aspek keempat yaitu interaksi dengan siswa, rata-rata skor guru IPA SMP sebesar 84,35 % dan guru IPA SMA sebesar 84,49 maka dapat dikatakan bahwa guru IPA SMP dan SMA memiliki persepsi yang baik terhadap aspek interaksi dengan siswa. Pada aspek kelima yaitu pengelolaan kelas, rata-rata skor guru IPA SMP sebesar 85,71 % dan guru IPA SMA sebesar 85,74 % sehingga dapat dikatakan bahwa guru IPA SMP dan SMA memiliki persepsi yang baik terhadap aspek pengelolaan kelas.

Pada gambar 4.3 dapat dilihat bahwa guru IPA SMP dan SMA memiliki tingkat persepsi yang paling baik pada aspek penguasaan materi dengan rata skor guru IPA SMP sebesar 90,48 % dan guru IPA SMA memiliki rata-rata skor sebesar 89,45 %. Sedangkan guru IPA SMP dan SMA memiliki tingkat persepsi yang paling rendah pada aspek pemahaman tentang pembelajaran dengan rata-rata skor guru IPA SMP sebesar 79,17 % dan guru IPA SMA sebesar 82,58 %.

(60)

analisis Independent-Sample T-Test. Uji ini digunakan untuk mengukur adanya perbedaan antara dua kelompok yang independen atau dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah ada bedanya persepsi guru IPA SMP dan SMA. Hasil analisis dengan menggunakan uji Independent-Sample

T-Test dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.4 Hasil uji T-Test Independen Persepsi Guru IPA SMA dan SMP terhadap Pembelajaran

t-test for Equality of Means

F Sig. T df Sig.

(61)

perbedaan yang signifikan antara persepsi guru IPA SMP dan SMA terhadap pembelajaran di Kabupaten Nias Barat.

c. Persepsi Guru IPA SMA terhadap Pembelajaran

Tabel 4.5 Persepsi Guru IPA SMA terhadap Pembelajaran

No Aspek Skor Guru IPA SMA (%) ����̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅��� (%)

Biologi Fisika Kimia

1 Pemahaman tentang

Gambar 4.3 Grafik persepsi guru IPA SMA terhadap Pembelajaran

60

Persepsi Guru IPA SMA terhadap Pembelajaran

Guru Biologi

Guru Fisika

(62)

Berdasarkan tabel 4.5, dapat dilihat bahwa secara keseluruhan guru IPA SMA memiliki persepsi yang baik terhadap pembelajaran dengan rata-rata skor sebesar 85,20 %. Secara keseluruhan guru Biologi memiliki persepsi yang baik terhadap pembelajaran dengan rata-rata skor 84,29 %. Dan juga secara keseluruhan guru Fisika memiliki persepsi yang baik terhadap pembelajaran dengan rata-rata skor sebesar 84,55 %. Selanjutnya secara keseluruhan guru Kimia memiliki persepsi yang sangat baik terhadap pembelajaran dengan rata-rata skor sebesar 86,93 %.

(63)

rata-rata skor guru adalah 85,74 % maka dapat dikatakan bahwa guru IPA SMA memiliki persepsi yang baik terhadap aspek pengelolaan kelas.

Dari gambar 4.3, dapat dilihat bahwa ada perbedaan rata-rata skor guru Biologi, Fisika dan Kimia untuk setiap aspek pembelajaran. Persepsi guru IPA SMA secara keseluruhan paling baik pada aspek penguasaan materi, masing-masing guru biologi memiliki rata-rata skor sebesar 84,85 %, guru Fisika dengan rata-rata skor sebesar 91,67 % dan guru Kimia dengan rata-rata skor sebesar 92,08 %. Dan persepsi paling rendah secara keseluruhan pada aspek pemahaman tentang pembelajaran. Pada aspek ini, guru Biologi memiliki rata-rata skor sebesar 80,9 %, guru Fisika dengan rata-rata skor sebesar 79,9 % dan guru Kimia dengan rata-rata skor sebesar 83,5%.

Untuk mengetahui adanya perbedaan rata-rata skor antara guru IPA Biologi, Fisika dan Kimia terhadap pembelajaran maka dilakukan uji beda. Uji beda yang digunakan adalah One Way ANOVA. Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah ada beda rata-rata skor lebih dari dua grup. Hasil analisis uji beda ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.6 Hasil Uji Anova Persepsi Guru IPA SMA terhadap Pembelajaran

(64)

ANOVA

Skor persepsi

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between

Groups 43.787 2 21.894 .471 .629

Within Groups 1347.268 29 46.458

Total 1391.055 31

Berdasarkan tabel 4.6 diketahui nilai mean persepsi guru Biologi sebesar 84,29, guru Fisika 84,55 dan guru Kimia sebesar 86,93. Dari tabee di atas diperoleh F=0,471, p =0,629 > α =0,05 maka tidak signifikan. Berarti dapat disimpulkan bahwa persepsi guru Biologi, Fisika dan Kima SMA terahadap pembelajaran tidak ada perbedaan.

2. Keyakinan Guru IPA Sekolah Menengah dalam Melaksanakan

Pembelajaran

a. Keyakinan Guru IPA Sekolah Menengah Melaksanakan

Pembelajaran Secara Keseluruhan

Tabel 4.7 Distrubusi (%) Keyakinan Guru IPA Sekolah Menengah dalam melaksanakan pembelajaran

Kualifikasi Jumlah Guru Total (%)

Sangat baik 4 5.66

Baik 33 62.26

Cukup 15 30.19

Kurang 1 1.89

Sangat Kurang 0 0.00

Total 53 100.00

(65)

dan pada kualifikasi cukup sebesar 30,19 %, dan kualifikasi kurang sebesar 1,89 % . Sehingga dapat dikatakan bahwa kebanyakan guru IPA Sekolah Menengah memiliki keyakinan yang baik dalam melaksanakan pembelajaran.

Tabel 4.8 Keyakinan Guru IPA Sekolah Menegah dalam Melaksanakan Pembelajaran

No Aspek ������

̅̅̅̅̅̅̅̅̅ (%) ����̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅��� (%)

S.D

1

Pemahaman guru tentang

pembelajaran 75.47

74.62 6.172 2 Penguasaan Materi 72.33

3 Strategi Pembelajaran 62.56 4 Interaksi dengan siswa 75.74 5 Pengelolaan Kelas 78.42

Keterangan:

������

̅̅̅̅̅̅̅̅̅ : rata-rata skor guru setiap aspek

����

̅̅̅̅̅̅��� : rata-rata skor guru seluruh aspek pembelajaran

(66)

Gambar 4.4 Grafik Keyakinan Guru IPA SM dalam Melaksanakan Pembelajaran

Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa skor rata-rata untuk keyakinan guru IPA Sekolah Menengah dalam melaksanakan pembelajaran yaitu sebesar 74,62 % dengan standar deviasi 6,27%. Maka dapat dikatakan bahwa keyakinan guru IPA Sekolah Menengah dalam melaksanakan pembelajaran di Kabupaten Nias Barat tergolong baik. Dengan standar deviasi 6,17 % maka dapat dikatakan bahwa keyakinan guru dalam melaksanakan pembelajaran setiap aspek cukup menyebar. Dari kelima aspek pembelajaran tersebut, keyakinan guru yang paling baik yaitu pada aspek pengelolaan kelas dengan skor 78,42 % dan tergolong baik. Keyakinan guru paling kecil pada aspek strategi pembelajaran dengan skor 62,56% dan tergolong pada kategori cukup.

(67)

Setelah mendeskripsikan keyakinan guru terhadap pembelajaran, maka selanjutnya dideskripsikan keyakinan guru untuk setiap aspek pembelajaran. Pada aspek keyakinan terhadap pemahaman tentang pembelajaran, rata-rata skor guru adalah 75,47 % sehingga dapat dikatakan bahwa guru memiliki tingkat keyakinan yang baik terhadap pemahaman tentang pembelajaran. Pada aspek penguasaan materi, rata-rata skor guru adalah 72,33 % sehingga dapat dikatakan bahwa guru memiliki tingkat keyakinan yang baik terhadap penguasaan materi. Pada aspek strategi pembelajaran, rata-rata skor guru adalah 62,56% sehingga dapat dikatakan bahwa guru memiliki tingkat keyakinan yang cukup terhadap strategi pembelajaran. Pada aspek interaksi dengan siswa, rata-rata skor guru adalah 75,75% sehingga dapat dikatakan guru memiliki tingkat penguasaan yang baik terhadap interaksi dengan siswa. Pada aspek pengelolaan kelas, rata-rata skor guru adalah 78,42 sehingga dapat dikatakan bahwa guru memiliki tingkat keyakinan yang baik terhadap pengelolaan kelas.

b. Keyakinan Guru IPA SMP dan SMA dalam Melaksanakan

Pembelajaran

Tabel 4.9 Keyakinan Guru IPA SMP dan SMA

No Aspek Skor Guru IPA (%)

SMP SMA

1 Pemahaman tentang pembelajaran 77,02 74,45

2 Penguasaan Materi 73,21 72,2

3 Strategi Pembelajaran 65,18 60,64 4 Interaksi dengan siswa 77,55 74,55

5 Pengelolaan Kelas 78,87 78,13

(68)

Gambar 4.5 Grafik Keyakinan Guru IPA SMP dan SMA dalam Melaksanakan Pembelajaran

Dari tabel 4.9, dapat dilihat bahwa rata-rata skor untuk keyakinan guru SMP dalam melaksanakan pembelajaran untuk keseluruhan aspek adalah 76,15 % sehingga dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan keyakinan guru IPA SMP terhadap pembelajaran tergolong baik. Secara keseluruhan aspek rata-rata skor keyakinan guru IPA SMA dalam melaksanakan pembelajaran adalah 73,61 % maka dapat dikatakan bahwa keyakinan guru IPA SMA dalam melaksanakan pembelajaran tergolong baik.

Setelah mendeskripsikan keyakinan guru terhadap pembelajaran berdasarkan guru IPA SMP dan SMA, selanjutnya dideskripsikan keyakinan guru untuk setiap aspek pembelajaran. Pada aspek yang pertama yaitu

Keyakinan Guru IPA SMP dan SMA dalam Melaksanakan Pembelajaran

Guru SMP

Gambar

Tabel 4.14 Perbandingan antara Persepsi terhadap Pembelajaran dan Keyakinan
Gambar 4.2  Grafik  Persepsi Guru IPA SMP dan SMA terhadap  Pembelajaran 35
Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner Persepsi Guru terhadap Pembelajaran
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner Keyakinan Guru dalam Melaksanakan  Pembelajaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Toko sepatu online menjual sepatu dengan brands ternama yaitu adidas dan nike.Tujuan yang di inginkan toko sepatu online sebagai pemilik sistem dari pengembangan

Semua kegiatan yang dilakukan Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta telah mengundang simpati banyak pihak, bukan hanya dari warga Jakarta saja, melainkan juga dari

Pertamanya, AS berhasrat melakukan langkah penyesuaian semula secara strategik bagi menghadapi kebangkitan kuasa China dan cabaran lain di rantau Asia Timur yang masih

 SK Tim Pengembang Kurikulum ( Tim pengembang kurikulum satuan pendidikan terdiri atas tenaga pendidik, konselor, dan kepala sekolah sebagai ketua merangkap anggota. Dapat

Hal ini dikarenakan remaja mempunyai pengetahuan yang kurang tentang perilaku seks pranikah sehingga akan mempengerahui sikap remaja, apabila remaja menpunyai

Informasi dan Komunikasi merupakan lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 17,47 persen, diikuti oleh Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 15,78

Menurut Connolly dan Begg ( 2005, p441 ), perancangan basisdata merupakan proses membangun sebuah model dari informasi yang diperoleh pada sebuah organisasi berdasarkan model

Dan metode yang kedua dengan Likert hasilnya juga menunjukkan bahwa rata-rata responden merasa PUAS artinya konsumen Kedai Minuman Quickly Tebet merasakan puas terhadap ketiga