• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keterampilan proses sains siswa jurusan IPA beberapa SMA di Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keterampilan proses sains siswa jurusan IPA beberapa SMA di Yogyakarta."

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Hutomo Eri Pratama. 2015. Keterampilan Proses Sains Siswa Jurusan IPA Beberapa SMA Di Yogyakarta. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui sejauh mana penguasaan keterampilan proses sains siswa kelas XI jurusan IPA pada empat SMA di Yogyakarta (2) untuk mengetahui kecenderungan keterampilan proses sains yang dikuasai oleh siswa jurusan IPA kelas XI pada empat SMA di Yogyakarta (3) untuk mengetahui perbedaan penguasaan keterampilan proses sains siswa kelas XI jurusan IPA pada empat SMA di Yogyakarta.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-April 2015 pada empat SMA di Yogyakarta. SMA tersebut adalah SMA Negeri 6 Yogyakarta, SMA Negeri 9 Yogyakarta, SMA PIRI 1 Yogyakarta, dan SMA IMMANUEL Yogyakarta. Jumlah Sampel dari penelitian ini adalah 127 siswa kelas XI jurusan IPA. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tes Keterampilan Proses Sains Terpadu.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Tingkat penguasaan siswa jurusan IPA pada empat SMA di Yogyakarta masih dalam tingkat cukup. Terdapat perbedaan tingkat penguasaan keterampilan proses sains secara signifikan dari siswa jurusan IPA dari empat sekolah yang dijadikan tempat penelitian. Ada kemungkinan sistem pengajaran yang berbeda, fasilitas pembelajaran yang berbeda, serta input kualitas siswa jurusan IPA yang berbeda menjadi penyebab perbedaan penguasaan keterampilan proses sains siswa jurusan IPA tersebut. (2) Penguasaan siswa jurusan IPA akan keterampilan proses sains untuk klasifikasi menyajikan data dan merumuskan hipotesis merupakan keterampilan yang dikuasai siswa dengan baik sedangkan untuk klasifikasi mengidentifikasi variabel merupakan keterampilan yang sangat kurang dikuasai oleh siswa. (3) penguasaan siswa jurusan IPA untuk keterampilan proses sains untuk klasifikasi merancang eksperimen dan mendefinisikan variabel secara operasional masih dalam tingkat penguasaan yang cukup.

(2)

ABSTRACT

Hutomo Eri Pratama. 2015. Science Process Skills of Science Students in Several Senior High Schools in Yogyakarta. Thesis. Physics Education Study Program, Department Mathematics and Science Education, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research tends to (1) look for how far the eleventh grade students of science classes in four senior high schools in Yogyakarta master science process skills (2) look for science process skills tendency mastered by the eleventh grade students of science classes in four senior high schools in Yogyakarta (3) look for the differences on science process skills mastered by the eleventh grade students of science classes among the four senior high schools in Yogyakarta.

This research is conducted on March to April 2015 in four senior high

The result shows that (1) the mastery level of science process skills by the science students in four senior high schools in Yogyakarta is on average level. There are some significant differences on the science process skills mastery by the science students in the four senior high schools set as the research place. There is a possibility that the different teaching system, teaching-learning facility, or the

science students’ quality input cause the difference on the science process skills

mastery by the science students. (2) Clarifying to interpret data and formulate a hypothesis is mastered well by the students, while clarifying to identify variables is less mastered. (3) Clarifying to design an experiment and define variables operationally by the eleventh grade students of science classes is on average level.

Keywords: Science Process Skills, Science Students.

(3)

KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA JURUSAN IPA

BEBERAPA SMA DI YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

Hutomo Eri Pratama

NIM : 111424006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

i

KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA JURUSAN IPA

BEBERAPA SMA DI YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

Hutomo Eri Pratama

NIM : 111424006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(5)

ii

(6)
(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”

(Yesaya 41:10)

“Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya”

(Pengkothbah 3:11a)

Karya ini kupersembahkan untuk :

Orangtuaku:

Drs. Sarindi dan Es Suwandarti, S.Pd.

Adikku:

(8)

v

(9)
(10)

vii

ABSTRAK

Hutomo Eri Pratama. 2015. Keterampilan Proses Sains Siswa Jurusan IPA Beberapa SMA Di Yogyakarta. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui sejauh mana penguasaan keterampilan proses sains siswa kelas XI jurusan IPA pada empat SMA di Yogyakarta (2) untuk mengetahui kecenderungan keterampilan proses sains yang dikuasai oleh siswa jurusan IPA kelas XI pada empat SMA di Yogyakarta (3) untuk mengetahui perbedaan penguasaan keterampilan proses sains siswa kelas XI jurusan IPA pada empat SMA di Yogyakarta.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-April 2015 pada empat SMA di Yogyakarta. SMA tersebut adalah SMA Negeri 6 Yogyakarta, SMA Negeri 9 Yogyakarta, SMA PIRI 1 Yogyakarta, dan SMA IMMANUEL Yogyakarta. Jumlah Sampel dari penelitian ini adalah 127 siswa kelas XI jurusan IPA. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tes Keterampilan Proses Sains Terpadu.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Tingkat penguasaan siswa jurusan IPA pada empat SMA di Yogyakarta masih dalam tingkat cukup. Terdapat perbedaan tingkat penguasaan keterampilan proses sains secara signifikan dari siswa jurusan IPA dari empat sekolah yang dijadikan tempat penelitian. Ada kemungkinan sistem pengajaran yang berbeda, fasilitas pembelajaran yang berbeda, serta input kualitas siswa jurusan IPA yang berbeda menjadi penyebab perbedaan penguasaan keterampilan proses sains siswa jurusan IPA tersebut. (2) Penguasaan siswa jurusan IPA akan keterampilan proses sains untuk klasifikasi menyajikan data dan merumuskan hipotesis merupakan keterampilan yang dikuasai siswa dengan baik sedangkan untuk klasifikasi mengidentifikasi variabel merupakan keterampilan yang sangat kurang dikuasai oleh siswa. (3) penguasaan siswa jurusan IPA untuk keterampilan proses sains untuk klasifikasi merancang eksperimen dan mendefinisikan variabel secara operasional masih dalam tingkat penguasaan yang cukup.

(11)

viii

ABSTRACT

Hutomo Eri Pratama. 2015. Science Process Skills of Science Students in Several Senior High Schools in Yogyakarta. Thesis. Physics Education Study Program, Department Mathematics and Science Education, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research tends to (1) look for how far the eleventh grade students of science classes in four senior high schools in Yogyakarta master science process skills (2) look for science process skills tendency mastered by the eleventh grade students of science classes in four senior high schools in Yogyakarta (3) look for the differences on science process skills mastered by the eleventh grade students of science classes among the four senior high schools in Yogyakarta.

This research is conducted on March to April 2015 in four senior high schools in Yogyakarta. Those are SMA Negeri 6 Yogyakarta, SMA Negeri 9 Yogyakarta, SMA PIRI 1 Yogyakarta, and SMA IMMANUEL Yogyakarta. The samples taken for this research are 127 eleventh grade students of science classes. The instrument used for this research is the Test of Integrated Process Skills.

The result shows that (1) the mastery level of science process skills by the science students in four senior high schools in Yogyakarta is on average level. There are some significant differences on the science process skills mastery by the science students in the four senior high schools set as the research place. There is a possibility that the different teaching system, teaching-learning facility, or the science

students’ quality input cause the difference on the science process skills mastery by

the science students. (2) Clarifying to interpret data and formulate a hypothesis is mastered well by the students, while clarifying to identify variables is less mastered. (3) Clarifying to design an experiment and define variables operationally by the eleventh grade students of science classes is on average level.

(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah

melimpahkan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi yang berjudul Keterampilan Proses Sains Siswa jurusan IPA Beberapa SMA di Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh

gelar sarjana pendidikan di FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam

penyusunan skripsi ini, peneliti mendapat banyak bantuan, bimbingan, dan arahan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih

kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan FKIP USD sekaligus dosen pembimbing

yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Segenap dosen Pendidikan Fisika dan karyawan Progrm Studi Pendidikan

Fisika yang telah membimbing, mendidik, dan memberikan pengetahauan

selama ini serta layanan administrasi dengan baik kepada penulis selama

menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Kepala sekolah, guru dan karyawan serta siswa-siswi kelas XI IPA 5 dan XI

IPA 6 SMA Negeri 6 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 yang telah

(13)

x

4. Kepala sekolah, guru dan karyawan serta siswa-siswi kelas XI IPA 2 dan XI

IPA 4 SMA Negeri 9 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 yang telah

membantu peneliti dalam penelitian ini.

5. Kepala sekolah, guru dan karyawan serta siswa-siswi kelas XI IPA 1 SMA

IMMANUEL Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 yang telah membantu

peneliti dalam penelitian ini.

6. Kepala Sekolah, guru dan karyawan serta siswa-siswi kelas XI IPA 1 SMA

PIRI 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 yang telah membantu peneliti

dalam penelitian ini.

7. Bapak, ibu, adik-adikku yang banyak memberikan motivasi, dukungan baik doa

maupun materi.

8. Kelompok skripsi, Pery, Dion dan Niken yang bersama-sama saling membantu

dan berbagi ilmu selama menyelesaikan tugas akhir ini.

9. Seluruh teman-teman Pendidikan Fisika angkatan 2011 Universitas Sanata

Dharma yang telah berjuang dalam kebersamaan guna menyelesaikan studi di

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

10. Semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi pembaca.

(14)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

(15)

xii

2. Bagi Siswa ... 5

3. Bagi Pembaca... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

A. Keterampilan Proses Sains ... 6

1. Pengertian Keterampilan Proses Sains... 6

2. Keterampilan Proses Sains Terpadu ... 8

3. Pentingnya Keteramplan Proses Sains dalam Pembelajaran IPA ... 11

B. Penjurusan IPA ... 12

C. Siswa Jurusan IPA ... 13

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 16

A. Jenis Penelitian ... 16

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 16

C. Subjek Penelitian ... 16

D. Variabel Penelitian... 16

E. Desain Penelitian ... 17

1. Kegiatan Penelitian ... 17

2. Pengumpulan Data ... 17

F. Instrumen Penelitian ... 17

(16)

xiii

BAB IV DATA DAN ANALISIS ... 25

A. Pelaksanaan Penelitian... 25

B. Deskripsi Sekolah ... 26

C. Analisis Data ... 29

1. Keterampilan Proses Sains Terpadu Siswa Jurusan IPA ... 29

2. Keterampilan Proses Sains Siswa Jurusan IPA ... 33

D. Pembahasan ... 35

E. Implikasi ... 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 43

A. Kesimpulan ... 43

B. Saran ... 44

1. Bagi Sekolah ... 44

2. Bagi Siswa ... 44

(17)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Klasifikasi Item Tes TIPS II Berdasarkan Keterampilan Proses Sains

Terpadu ... 18

Tabel 3.2 Tujuan dan Contoh Soal Tes dalam TIPS II ... 19

Tabel 3.3 Keterampilan Proses Sains siswa jurusan IPA untuk masing-masing

Sekolah ... 23

Tabel 3.4 Kualifikasi Tingkat Penguasaan Keterampilan Proses Sains ... 24

Tabel 4.1 Distribusi (%) Siswa Jurusan IPA dalam penguasaan keterampilan proses

sains ... 29

Tabel 4.2 Kualifikasi (%) Tingkat Penguasaan Keterampilan Proses Sains Siswa

Jurusan IPA untuk masing-masing Sekolah ... 31

Tabel 4.3 Keterampilan Proses Sains Siswa Jurusan IPA ... 33

(18)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Tingkat Penguasaan Keterampilan Proses Sains Siswa Jurusan IPA

(19)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1A. Soal TIPS II ... 48

Lampiran 1B. Lembar Jawab ... 56

Lampiran 2A. Daftar Presensi Siswa SMAN 6 Yogyakarta ... 57

Lampiran 2B. Daftar Presesensi Siswa SMAN 9 Yogyakarta ... 59

Lampiran 2C. Daftar Presensi Siswa SMA IMMANUEL Yogyakarta ... 61

Lampiran 2D. Daftar Presensi Siswa SMA PIRI 1 Yogyakarta ... 62

Lampiran 3A. Contoh Hasil Jawaban Siswa SMAN 6 Yogyakarta ... 63

Lampiran 3B. Contoh Hasil Jawaban Siswa SMAN 9 Yogyakarta ... 65

Lampiran 3C. Contoh Hasil Jawaban Siswa SMA IMMANUELYogyakarta ... 67

Lampiran 3D. Contoh Hasil Jawaban Siswa SMA PIRI 1 Yogyakarta ... 69

Lampiran 4A. Rekap Skor Siswa pada Klasifikasi Merumuskan Hipotesis ... 71

Lampiran 4B. Rekap Skor Siswa pada Klasifikasi Mengidentifikasi Variabel ... 75

Lampiran 4C. Rekap Skor Siswa pada Klasifikasi Mendefinisikan Variabel secara Operasional ... 79

Lampiran 4D. Rekap Skor Siswa pada Klasifikasi Merancang Eksperimen ... 83

(20)

xvii

Lampiran 5A. Surat Permohonan Izin Penelitian ... 91

Lampiran 5B. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian... 96

(21)

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pendidikan merupakan sarana yang sangat penting dalam kehidupan

manusia. Melalui pendidikan, manusia dapat mewujudkan cita-citanya.

Keberhasilan pembangunan bangsa dan Negara yang sedang berkembang

seperti di Indonesia saat ini ditandai oleh majunya ilmu pengetahuan dan

teknologi. Hal tersebut menunjukkan bahwa pendidikan memiliki andil yang

cukup besar dalam pembangunan, karena dengan pendidikan ilmu

pengetahuan dan teknologi akan maju dan berkembang.

Pendidikan dasar dan menengah di Indonesia terbagi atas beberapa

tingkatan, yaitu Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP),

dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Pada semua tingkatan khususnya

Sekolah Menengah Atas (SMA) telah mengikuti kurikulum pendidikan yang

mempunyai tujuan tersendiri yang dijabarkan atas tujuan di bidang kognitif,

psikomotorik dan afektif (Winkel, 2004: 40). Pada kurikulum ini, Sekolah

Menengah Atas (SMA) telah menyediakan tiga pilihan jurusan untuk dipilih

oleh siswa sesuai minat dan bakatnya. Tiga jurusan yang biasanya

ditawarkan di Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu jurusan Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dan Ilmu Bahasa.

Proses Penjurusan di Sekolah Menengah Atas (SMA) pada umumnya

(22)

Menurut Depdiknas dalam Supardi, salah satu poin penting dalam

menentukan sekolah tersebut baik yaitu siswa yang masuk terseleksi dengan

ketat dan dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan prestasi akademik,

psikotes, serta minat dan bakat siswa. Poin tersebut juga semestinya

dipertimbangkan dalam proses penjurusan siswa di sekolah. Sekolah yang

baik dapat diukur dari cara sekolah tersebut menjuruskan siswanya

berdasarkan potensi yang dimilikinya. Salah satu potensi yang seharusnya

dikuasai oleh siswa yang telah memilih jurusan IPA yaitu keterampilan

proses sains.

Keterampilan proses sains merupakan seperangkat keterampilan yang

digunakan ilmuan untuk melakukan kegiatan ilmiah (Semiawan, 1987:

17-18). Pembelajaran IPA atau sains di sekolah menengah pada umumnya

menekankan pada penguasaan kompetensi melalui serangkaian proses

ilmiah. Bidang sains atau IPA menyediakan berbagai pengalaman belajar

untuk memahami konsep dan proses ilmiah, karena dalam bidang sains atau

IPA terdapat banyak fenomena, peristiwa, dan fakta yang dapat ditemukan

dan diselidiki. Oleh karena itu, pembelajaran IPA menekankan pada

pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan

pengembangan keterampilan proses sains.

Keterampilan proses sains sangat penting dimiliki oleh siswa karena

sebagai persiapan dan latihan dalam menghadapi kenyataan hidup di

(23)

suatu masalah (Uzer Usman, 1993: 78). Pengembangan keterampilan proses

sains dalam pembelajaran IPA perlu dilakukan. Salah satu alasan yang

melandasinya dikemukakan oleh Semiawan (1987: 14) bahwa siswa lebih

mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai

dengan contoh yg konkret, sehingga siswa belajar secara aktif dalam

mengembangkan keterampilan untuk memproseskan perolehan konsep.

Lebih lanjut Semiawan (1987: 15) juga mengemukakan bahwa keterampilan

proses sains sangat penting diimplementasikan dalam proses pembelajaran

agar siswa dapat berlatih untuk bertanya, berpikir kritis, dan

menumbuh-kembangkan keterampilan fisik dan mental.

Sebagai siswa yang telah dijuruskan ke jurusan IPA seharusnya sudah

memiliki pemahaman dan kecakapan tentang keterampilan proses sains.

Sehingga siswa mampu memahami berbagai fenomena, peristiwa, dan fakta

yang berkaitan dengan alam sekitar. Maka pemahaman dan kemampuan

siswa terkait keterampilan proses sains menjadi penting untuk diperhatikan.

Untuk mengukur keterampilan proses sains pada siswa jurusan IPA

dapat digunakan Test of Integrated Process Skills II (TIPS II). Instrumen ini bersifat pilihan ganda dan pertanyaan-pertanyaannya mencakup berbagai

keterampilan yang seharusnya dimiliki oleh siswa jurusan IPA seperti

merumuskan hipotesis, mengidentifikasi variabel, mendefinisikan variabel

secara operasional, merancang eksperimen, dan menyajikan data.

(24)

untuk mengetahui sejauh mana penguasaan keterampilan proses sains siswa

jurusan IPA di beberapa SMA di Yogyakarta.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka

rumusan masalah dari penelitian ini antara lain:

1. Sejauh mana penguasaan keterampilan proses sains siswa jurusan IPA

kelas XI pada empat SMA di Yogyakarta.

2. Bagaimana kecenderungan keterampilan proses sains yang dikuasai oleh

siswa jurusan IPA kelas XI pada empat SMA di Yogyakarta?

3. Apakah ada perbedaan penguasaan keterampilan proses sains siswa

jurusan IPA kelas XI pada empat SMA di Yogyakarta?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Sejauh mana penguasaan keterampilan proses sains siswa jurusan IPA

kelas XI pada empat SMA di Yogyakarta.

2. Kecenderungan keterampilan proses sains yang dikuasai siswa jurusan

IPA kelas XI pada empat SMA di Yogyakarta.

3. Perbedaan penguasaan keterampilan proses sains siswa jurusan IPA kelas

(25)

D.Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Dapat mengetahui tentang sejauh mana penguasaan keterampilan proses

sains dan kecenderungan keterampilan proses sains secara umum dari

para siswa yang telah dijuruskan ke jurusan IPA.

2. Bagi Siswa

Memberikan informasi tentang keterampilan proses sains yang telah

dikuasai dengan baik, maupun yang belum dikuasai.

3. Bagi Pembaca

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian untuk dikembangkan

(26)

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A.Keterampilan Proses Sains

1. Pengertian Keterampilan Proses Sains

Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan

perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu,

termasuk kreativitas. Proses merupakan konsep besar yang dapat

diuraikan menjadi komponen-komponen yang harus dikuasai seseorang

bila akan melakukan penelitian (Devi, 2013).

Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu

pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses

yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah

dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga

komponen terpenting berupa konsep, prinsip, dan teori (Trianto, 2012:

141). Sains atau IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam

secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan yang bersifat fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip saja

tetapi juga merupakan suatu pengetahuan proses penemuan (Devi, 2013).

Keterampilan proses sains dapat didefinisikan sebagai suatu perangkat

keterampilan kompleks yang dapat digunakan oleh seseorang dalam

(27)

Keterampilan proses adalah keterampilan fisik dan mental berkaitan

dengan kemampuan-kemampuan dasar yang dimiliki, dikuasai, dan

diterapkan dalam suatu kegiatan ilmiah sehingga para ilmuan berhasil

menemukan sesuatu yang baru (Semiawan, 1987: 17). Dalam proses

pembelajaran siswa dilatih untuk berbuat seperti apa yang dilakukan oleh

ilmuan, tetapi tidak dengan tujuan menjadikan setiap siswa menjadi

ilmuan. Siswa diharapkan dapat menemukan fakta atau teori baru bagi

siswa itu sendiri dan bukan menemukan fakta atau teori baru IPA

(Fuadi, 2008).

Menurut Dahar (1985: 11) Keterampilan Proses Sains adalah

kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami,

memperoleh, atau mengembangkan ilmu pengetahuan.

Keterampilan proses sains merupakan keterampilan yang berorientasi

pada proses belajar mengajar IPA. Keterampilan proses sains bertujuan

untuk membuat siswa lebih aktif dalam memahami, menguasai rangkaian

yang telah dilakukannya. Rangkaian kegiatan tersebut seperti kegiatan

mengamati, membuat hipotesa, membuat definisi operasional,

merencanakan penelitian, mengklasifikasi, menyimpulkan, menafsirkan

(28)

Keterampilan proses sains sebagai keterampilan dasar harus dimiliki

oleh setiap siswa terutama siswa yang memilih jurusan IPA sebelum

mereka menggunakan metode ilmiah. Oleh karena itu, proses belajar

mengajar IPA lebih ditekankan pada pengembangan keterampilan proses.

Dalam pembelajaran IPA dengan mengembangkan keterampilan proses,

siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep,

teori-teori dan sikap ilmiah yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap

proses maupun produk pendidikan (Trianto, 2012: 143).

Dalam mengembangkan keterampilan proses sains dapat digunakan

metode eksperimen (Fuadi, 2008). Melalui metode eksperimen ini siswa

secara langsung terlibat sendiri dalam melakukan dan mengikuti suatu

proses, mengamati, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan

tentang suatu obyek. Sehingga keterampilan proses sains dalam

pembelajaran dapat diajarkan atau dilatihkan melalui kegiatan

eksperimen.

2. Keterampilan Proses Sains Terpadu

American Association for the Advancement of Science (1970) dalam Devi (2013), telah mengklasifikasikan keterampilan proses sains menjadi

dua bagian yaitu keterampilan proses dasar dan keterampilan proses

terpadu. Keterampilam proses dasar meliputi: mengamati, meramalkan,

mengukur, menggolongkan, menyimpulkan, serta mengkomunikasikan.

(29)

pengidentifikasian variabel, pendefinisian variabel secara operasional,

perancangan eksperimen, dan penyajian data.

Berdasarkan penjelasan diatas, keterampilan proses terpadu diuraikan

sebagai berikut:

a. Perumusan Hipotesa

Hipotesa dirumuskan dalam bentuk pernyataan bukan

pertanyaan, pertanyaan biasanya digunakan dalam merumuskan

masalah yang akan diteliti. Hipotesa juga dapat dipandang sebagai

jawaban sementara dari rumusan masalah.

b. Pengidentifikasian Variabel

Variabel adalah satuan besaran kualitatif atau kuantitatif yang

dapat berubah bervariasi atau berubah pada suatu situasi tertentu.

Besaran kualitatif adalah besaran yang tidak dinyatakan dalam

satuan pengukuran baku tertentu. Besaran kuantitatif adalah besaran

yang dinyatakan dalam satuan pengukuran baku tertentu.

Keterampilan mengidentifikasi variabel dapat diukur

berdasarkan tiga tujuan pembelajaran berikut:

1) Mengidentifikasi variabel dari suatu peryataan tertulis atau dari

deskripsi suatu eksperimen.

2) Mengidentifikasi variabel manipulasi dan variabel respon dari

(30)

3) Mengidentifikasi variabel kontrol dari suatu pernyataan tertulis

atau deskripsi suatu eksperimen.

Dalam suatu eksperimen terdapat tiga macam variabel, yaitu

variabel bebas, variabel terikat, dan variabel kontrol.

Penjabarannya adalah sebagai berikut:

a)Variabel bebas adalah suatu variabel yang secara sengaja

diubah atau dimanipulasi dalam suatu situasi.

b)Variabel terikat adalah variabel yang berubah sebagai hasil

akibat dari kegiatan manipulasi.

c)Variabel kontrol adalah variabel yang sengaja dipertahankan

konstan agar tidak berpengaruh terhadap variabel terikat.

c. Pendefinisian variabel secara operasional

Mendefinisikan secara operasional suatu variabel berarti

menetapkan bagaimana suatu variabel itu diukur. Definisi

operasional variabel adalah definisi yang menguraikan bagaimana

mengukur suatu variabel. Definisi ini harus menyatakan tindakan

apa yang akan dilakukan dan pengamatan apa yang akan dicatat

dari suatu eksperimen.

(31)

Eksperimen dapat didefinisikan sebagai kegiatan terinci yang

direncanakan untuk menghasilkan data dalam menjawab suatu

masalah atau menguji suatu hipotesa. Setiap eksperimen harus

dirancang terlebih dahulu kemudian di uji coba. Melatihkan

merencanakan suatu eksperimen tidak harus selalu dalam bentuk

penelitian yang rumit, tetapi cukup dilatihkan dengan menguji suatu

hipotesa yang berhubungan dengan suatu konsep.

e. Penyajian Data

Keterampilan penyajian data biasanya diawali dengan

pengumpulan data, analisia data, dan mendeskripsikan data.

Mendeskripsikan data dapat disajikan dalam bentuk tabel dan

grafik. Data yang telah dianalisa kemudian ditafsirkan menjadi

suatu kesimpulan dalam bentuk pernyataan.

3. Pentingnya Keterampilan Proses Sains dalam Pembelajaran IPA

Keterampilan proses sains perlu dilatihkan dan dikembangkan dalam

proses belajar mengajar IPA karena keterampilan proses memiliki

peranan penting dalam proses belajar mengajar IPA. Menurut Trianto

(2012), terdapat beberapa peranan dari keterampilan proses sains, yaitu:

a) Membantu siswa belajar mengembangkan pikirannya.

b) Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan. c) Meningkatkan daya ingat siswa.

d) Memberikan kepuasan intrinsik bila anak telah berhasil melakukan sesuatu.

(32)

Dengan menggunakan keterampilan proses sains akhirnya akan terjadi interaksi antara konsep, prinsip maupun teori yang telah ditemukan atau dikembangkan dengan pengembangan keterampilan proses sains itu sendiri. Akibat dari interaksi tersebut, akan timbul sikap dan nilai yang diperlukan dalam penemuan ilmu pengetahuan. Nilai ini meliputi: teliti, kreatif, tekun, tenggang rasa, tanggung jawab, kritis, objektif, rajin, jujur, terbuka, dan disiplin. Dengan mengembangkan keterampilan proses sains dalam pembelajaran sains, siswa akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangakan sikap nilai yang dituntut (Trianto, 2012: 148).

B.Penjurusan IPA

Pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), siswa mulai

diperkenalkan dengan sistem penjurusan. Penjurusan merupakan suatu

proses penempatan dalam pemilihan program studi para siswa (Ruslan,

1986: 13). Lebih lanjut Ruslan (1986: 14) mengemukakan beberapa tujuan

dilakukannya penjurusan di sekolah, yaitu:

1) Untuk mengelompokkan para siswa yang mempunyai kecakapan, kemampuan, bakat, dan minat yang relatif sama.

2) Untuk membantu mempersiapkan para siswa dalam melanjutkan studi dan memilih dunia kerjanya.

3) Untuk membantu meramalkan keberhasilan untuk mencapai prestasi yang baik; dalam kelanjutan studi dan dunia kerjanya.

4) Untuk membantu memperkokoh keberhasilan, dan kecocokan atas prestasi yang akan dicapai di waktu mendatang (kelanjutan studi dan dunia kerja).

Pada umumnya sistem penjurusan di SMA terbagi atas tiga pilihan

jurusan, yaitu jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan

Sosial (IPS), dan Ilmu Bahasa. Salah satu keunggulan dari jurusan IPA yaitu

(33)

menempuh studi di Perguruan Tinggi dalam mempersiapkan karir mereka di

masa depan.

Menurut Ruslan (1986: 37-38) bahwa keputusan suatu penjurusan

sebaiknya didasari oleh beberapa hal, yakni:

a) Atas kepentingan masa depan siswa bersangkutan.

b) Oleh pertimbangan kecakapan nyata (prestasi belajar) dan kecakapan potensial (Bakat)

c) Tidak untuk kepentingan pribadi tertentu (guru, siswa, orangtua, atau sekolah).

d) Bila terjadi keterlambatan penjurusan bagi siswa yang dikarenakan oleh hal-hal tertentu tidak melebihi tiga bulan setelah yang lainnya di juruskan.

e) Bahwa keputusan terakhir adalah benar-benar final setelah melalui berbagai pertimbangan.

Hal-hal diatas hendaknya diperhatikan oleh pihak sekolah yang terlibat

dalam penjurusan siswa, agar siswa dapat memilih karier yang tepat untuk

masa depannya sesuai dengan bakat dan kemampuan yang dimilikinya.

C.Siswa Jurusan IPA

Siswa adalah peserta didik yang mendapatkan pelayanan pendidikan

sesuai dengan bakat dan kemampuannya agar tumbuh dan berkembang

dengan baik sesuai dengan cita-cita dan harapan masa depannya (Dirman:

2014), sedangkan jurusan IPA adalah salah satu program atau pilihan yang

disediakan dalam sistem penjurusan, sehingga dapat disimpulkan siswa

jurusan IPA adalah peserta didik yang berada pada tingkat Sekolah

Menengah Atas (SMA) yang telah memilih jurusan di bidang Ilmu

(34)

Berdasarkan karakteristiknya, IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam

didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data

dengan eksperimen, pengamatan, dan penarikan kesimpulan untuk

menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya.

Terdapat tiga kemampuan dalam bidang kajian IPA, yaitu kemampuan untuk

mengetahui apa yang diamati, kemampuan untuk memprediksi apa yang

belum diamati, serta dikembangkannya sikap ilmiah (Trianto, 2012: 151).

Kegiatan pembelajaran IPA mencakup pengembangan kemampuan

dalam mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, memahami jawaban,

menyempurnakan jawaban tentang “apa”, “mengapa”, dan “bagaimana”

tentang gejala alam sekitar malalui cara-cara sistematis yang akan diterapkan

dalam lingkungan dan teknologi. Kegiatan tersebut dikenal dengan kegiatan

ilmiah yang didasarkan pada metode ilmiah (mengidentifikasi masalah,

menyusun hipotesa, melakukan eksperimen untuk menguji hipotesa atau

prediksi). Dalam belajar IPA siswa diarahkan untuk membandingkan hasil

prediksi siswa dengan teori melalui eksperimen dengan menggunakan

metode ilmiah (Trianto, 2012: 152). Lebih lanjut Trianto (2012: 152)

mengungkapkan bahwa pembelajaran IPA menekankan pada pengalaman

langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu memahami

alam sekitar melalui proses “mencari tahu” dan “berbuat”. Hal ini akan

membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam.

(35)

keterampilan proses sains yang meliputi mengamati, mengukur,

menggolongkan, mengajukan pertanyaan, menyusun hipotesa,

merencanakan eksperimen, mengklasifikasikan, mengolah, dan menganalisis

data, menggunakan peralatan sederhana serta mengkomunikasikan informasi

dalam berbagai cara, yaitu dengan gambar, lisan, tulisan, dan sebagainya.

Dengan demikian, siswa yang telah memilih jurusan IPA dituntut untuk

tidak hanya memahami konsep-konsep dan fakta-fakta sains tetapi juga

diharapkan dapat mengembangkan dan melakukan proses sains. Oleh karena

itu, siswa jurusan IPA diharapkan sudah memiliki kemampuan atau

(36)

16

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Metode penelitian

yang digunakan adalah survei. Penelitian dengan metode survei merupakan

penelitian dengan menggunakan pertanyaan terstruktur atau sistematis yang

sama kepada banyak orang, untuk kemudian seluruh jawaban yang diperoleh

dicatat, diolah, dan dianalisis (Prasetyo, 2013:143). Jenis kuesioner yang

digunakan merupakan kuesioner tertutup. Kuesioner ini sudah disediakan

jawaban berupa pilihan ganda sehingga responden tinggal memilih.

B.Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April 2015 dan dilakukan di

kelas XI Jurusan IPA pada empat SMA di Yogyakarta (SMA Negeri 6

Yogyakarta, SMA Negeri 9 Yogyakarta, SMA Swasta IMMANUEL

Yogyakarta, dan SMA Swasta PIRI 1 Yogyakarta) Tahun Ajaran 2014/2015.

C.Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa jurusan IPA kelas XI yang

berjumlah 127 siswa dari empat SMA di Yogyakarta

D.Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, variabelnya adalah keterampilan proses sains

(37)

E.Desain Penelitian

1. Kegiatan Penelitian

Peneliti mengajukan tes kepada siswa jurusan IPA berupa

pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk pilihan ganda untuk menguji keterampilan

proses sains. Hal ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat

penguasaan keterampilan proses sains siswa jurusan IPA serta

kecenderungan keterampilan proses sains yang dikuasai oleh siswa

jurusan IPA. Hasil tes tersebut kemudian dianalisis dengan mengoreksi

jawaban yang benar dan jawaban yang salah.

2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan satu macam

instrumen yaitu soal pilihan ganda tentang keterampilan proses sains

terpadu (TIPS II). Data tentang tingkat penguasaan keterampilan proses

sains siswa diperoleh dari hasil jawaban siswa.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Test of Integrated Process Skills (TIPS II). TIPS II merupakan sebuah alat ukur yang digunakan untuk menguji sejauh mana tingkat penguasaan

keterampilan proses sains terpadu. Tes ini diambil dari sebuah jurnal yaitu

(38)

bidang sains yaitu fisika, biologi, dan kimia. Pertanyaan-pertanyaan dalam

soal tersebut mencakup berbagai keterampilan seperti merumuskan

hipotesis, mengidentifikasi variabel, mendefinisikan variabel secara

operasional, merancang eksperimen dan menyajikan data.

Soal-soal yang diajukan dalam penelitian ini awalnya masih dalam

Bahasa Inggris. Agar mudah dipahami oleh siswa, maka soal-soal tersebut

diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia. Proses alih bahasa dari Bahasa

Inggris ke Bahasa Indonesia dilakukan dengan bantuan ahli yang mahir

dalam Bahasa Inggris. Soal-soal dari jurnal tersebut berjumlah 36 butir soal,

kemudian diseleksi untuk memilih soal-soal yang baik dan cukup mewakili

klasifikasi keterampilan proses sains terpadu. Dari hasil penyeleksian

tersebut menghasilkan 20 butir soal pilihan ganda.

Berikut klasifikasi soal-soal dari TIPS II secara lebih rinci;

Tabel 3.1. Klasifikasi Item Tes TIPS II Berdasarkan Keterampilan Proses Sains Terpadu

No. Keterampilan Proses Sains Terpadu Item Soal

1. Merumuskan Hipotesis 3, 7, 8, 17, 20

2. Mengidentifikasi Variabel 1, 9, 10, 11

3. Mendefinisikan Variabel secara operasional 2, 12, 13, 16, 19

4. Merancang Eksperimen 5, 14

(39)

Tabel 3.2. Tujuan dan Contoh Soal Tes dalam TIPS II

Sebuah penelitian tentang efisiensi mobil telah dilakukan. Hipotesa yang diuji adalah penambahan campuran zat additive

pada bahan bakar dapat meningkatkan efisiensi mesin. Lima mobil yang identik diisi dengan jumlah dan jenis bensin yang sama tetapi jumlah zat additive (zat tambahan) yang berbeda. Mobil berjalan pada jalur yang sama sampai bahan bakar habis. Peneliti mencatat jarak yang dapat

ditempuh setiap mobil. Bagaimana

efisiensi mesin diukur dalam penelitian ini?

A) Waktu yang ditempuh mobil hingga kehabisan bensin.

B) Jarak tempuh tiap mobil.

C) Jumlah bahan bakar yang digunakan. D) Jumlah zat additive (zat tambahan)

yang digunakan.

2. Memberikan deskripsi

sebuah penyelidikan,

mengenali variabel

bebas, terikat dan

variabel kontrol

Deska ingin mengetahui jika suhu mempengaruhi jumlah gula yang akan larut di dalam air. ia menuangkan 50 mL air yang bersuhu 0°C, 50°C, 75°C, dan 95°C kedalam empat botol. Kemudian, ia melarutkan gula sebanyak mungkin di setiap botol dengan mengaduknya.

Manakah yang merupakan variabel

kontrol dalam penelitian tersebut

A) Jumlah gula yang larut di dalam setiap botol

B) Jumlah air dalam setiap botol C) Jumlah botol air yang digunakan D) Suhu air

3. Memberikan deskripsi

dari variabel yang rumit, memilih hipotesis yang akan diuji

Mellinda sedang meneliti jumlah zat makanan yang dihasilkan oleh tanaman

buncis. Dalam percobaan, peneliti

(40)

yang dapat diujikan, jika Susan akan melakukan uji tersebut?

A) Semakin banyak tanaman

memperoleh karbon dioksida,

semakin banyak zat makanan yang dihasilkan.

B) Semakin banyak zat makanan

dihasilkan oleh tanaman, semakin banyak cahaya yang dibutuhkan.

C) Semakin banyak tanaman buncis

mendapat air, semakin banyak karbon dioksida yang dibutuhkan.

D) Semakin banyak tanaman buncis

menerima cahaya, semakin banyak karbon dioksida yang dihasilkan.

4. Memberikan deskripsi

sebuah penyelidikan,

memperoleh data,

mengenali grafik dari data, dan menjelaskan hubungan antar variabel

(41)

5. Merencakanan meneliti hipotesa ini, dia mengumpulkan beberapa bola basket dan memompanya dengan alat pengukur tekanan udara. Bagaimanakah Kia menguji hipotesanya?

A) Memantulkan bola basket dengan

gaya yang berbeda dari ketinggian yang sama.

B) Memantulkan bola basket yang

memiliki tekanan udara yang

berbeda dari ketinggian yang sama.

(42)

G.Analisa Data

Data-data yang telah diperoleh melalui instrumen tersebut telah

dianalisis secara kuantitatif untuk setiap klasifikasi keterampilan proses sains

terpadu. Untuk setiap jawaban siswa, jika benar diberi skor 1 dan jika salah

diberi skor 0. Kemudian jawaban siswa tersebut dikelompokkan berdasarkan

masing-masing klasifikasi dihitung skor setiap siswa serta dibuat persentase.

Kemudian dihitung rata-rata skor seluruh siswa berdasarkan sekolah untuk

setiap klasifikasi keterampilan proses sains terpadu.

Untuk melihat tingkat penguasaan keterampilan proses sains pada

setiap sekolah dan untuk melihat apakah ada perbedaan tingkat penguasaan

keterampilan proses sains antar sekolah, digunakan uji Anova. Uji Anova

yang digunakan adalah One Way Anova atau Anova satu jalur, yaitu analisis yang digunakan untuk menguji perbedaan rata-rata antara tiga kelompok

atau lebih yang independen (Priyatno, 2012: 31).

Berikut adalah tabel yang digunakan untuk menghitung skor rata-rata

siswa jurusan IPA untuk setiap klasifikasi dalam keterampilan proses sains

(43)

Tabel 3.3. Keterampilan Proses Sains Siswa Jurusan IPA untuk

Dari skor rata-rata siswa jurusan IPA untuk masing-masing klasifikasi,

maka dapat dilihat tingkat penguasaan siswa untuk masing-masing

klasifikasi keterampilan proses sains terpadu. Skor rata-rata yang diperoleh

siswa kemudian digolongkan berdasarkan kualifikasi tingkat pengusaan

yaitu sangat baik, baik, cukup, kurang, dan sangat kurang. Kualifikasi

tersebut dibuat berdasarkan nilai tertinggi adalah 100 dan dibuat dalam

bentuk persen sehingga apabila benar seluruhnya maka mendapat 100%.

(44)

Tabel 3.4. Kualifikasi Tingkat Penguasaan Keterampilan Proses Sains

Rata-rata nilai benar (%) Kualifikasi

≥ 80 Sangat Baik

66 – 79 Baik

56 – 65 Cukup

46 – 55 Kurang

≤ 45 Sangat Kurang

(45)

25

BAB IV

DATA DAN ANALISIS

A.Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilakukan pada empat Sekolah Menengah Atas (SMA) di

Yogyakarta. Subjek penelitian yaitu siswa-siswi kelas XI Jurusan IPA.

Kegiatan Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April 2015.

Pengambilan data dilakukan dengan mengajukan tes kepada siswa berupa

pertanyaan-pertanyaan untuk menguji keterampilan proses sains.

Pelaksanaan kegiatan pengambilan data pertama dilakukan di SMA

Negeri 6 Yogyakarta pada hari Kamis, tanggal 26 Maret 2015. Pengambilan

data pada hari tersebut dilaksanakan pada pukul 09.30-10.15 WIB di Ruang

208 untuk IPA 5 dengan jumlah responden sebanyak 25 siswa sedangkan

untuk IPA 6 dilaksanakan pada pukul 11.15-12.00 WIB di Ruang 209

dengan jumlah responden sebanyak 26 siswa. Pengambilan data kedua

dilakukan di SMA Swasta PIRI 1 Yogyakarta pada hari Senin, tanggal 30

Maret 2015, pengambilan data dilaksanakan di Ruang 3.03 untuk IPA 1 pada

pukul 08.45-09.30 WIB dengan jumlah responden sebanyak 22 siswa. Pada

hari dan tanggal yang sama, pengambilan data dilanjutkan pada pukul

14.00-14.45 WIB di SMA Negeri 9 Yogyakarta, dilaksanakan di Ruang A.202

untuk IPA 2 dengan jumlah responden sebanyak 24 siswa sedangkan untuk

IPA 4 dilaksanakan di Ruang B.104 dengan jumlah responden 22 siswa.

(46)

Yogyakarta pada hari Sabtu, tanggal 11 April 2015 pukul 10.15-11.00 WIB

untuk IPA 1 dengan jumlah responden sebanyak 8 siswa.

Jumlah siswa seluruhnya yang mengikuti tes keterampilan proses sains

sebanyak 127 siswa, yang terdiri dari 46 siswa laki-laki dan 81 siswi

perempuan. Jenis soal yang digunakan yaitu soal pilihan ganda. Dalam soal

pilihan ganda siswa diminta untuk memilih jawaban yang telah disediakan.

B.Deskripsi Sekolah

1. SMA Negeri 6 Yogyakarta

SMA Negeri 6 merupakan salah satu jenis sekolah Negeri yang

terletak di Jalan Cornelis Simanjuntak 2, Yogyakarta. SMA Negeri 6

telah terakreditasi A. Program atau jurusan yang ada di SMA Negeri 6

terbagi atas jurusan IPA dan IPS. Jumlah kelas yang dimiliki oleh SMA

Negeri 6 sebanyak 24 kelas yang terbagi atas 8 kelas untuk kelas X (6

kelas IPA & 2 kelas IPS), 8 kelas untuk kelas XI (6 kelas IPA & 2 kelas

IPS), dan 8 kelas untuk kelas XII (6 kelas IPA & 2 kelas IPS). Nilai

terendah untuk bisa bersekolah di SMA Negeri 6 yaitu 36,25 pada Tahun

Ajaran 2014/2015. Berdasarkan nilai rata-rata Passing Grade pada Tahun Ajaran 2014/2015 SMA Negeri 6 menduduki peringkat ke 6 dari

11 SMA Negeri di Kota Yogyakarta. Seiring banyaknya prestasi siswa di

bidang penelitian, SMA Negeri 6 Yogyakarta kini dijuluki sebagai: “The

(47)

2. SMA Negeri 9 Yogyakarta

SMA Negeri 9 merupakan salah satu jenis sekolah Negeri yang

terletak di Jalan Sagan 1, Yogyakarta. SMA Negeri 9 telah terakreditasi

A. Program atau jurusan yang ada di SMA Negeri 9 terbagi atas jurusan

IPA dan IPS. Jumlah kelas yang dimiliki oleh SMA Negeri 9 sebanyak 20

kelas yang terbagi atas 6 kelas untuk kelas X (5 kelas IPA & 1 kelas IPS),

7 kelas untuk kelas XI (5 kelas IPA & 2 kelas IPS), dan 7 kelas untuk

kelas XII (5 kelas IPA & 2 kelas IPS). Nilai terendah untuk bisa

bersekolah di SMA Negeri 9 yaitu 35,85 pada Tahun Ajaran 2014/2015.

Berdasarkan nilai rata-rata Passing Grade pada Tahun Ajaran 2014/2015 SMA Negeri 9 menduduki peringkat ke 7 dari 11 SMA Negeri di Kota

Yogyakarta. Karena memiliki potensi dan keunggulan di bidang seni dan

budaya, SMA Negeri 9 Yogyakarta kini dijuluki sebagai: “The Art and

Culture School”.

3. SMA Swasta IMMANUEL Yogyakarta

SMA IMMANUEL Yogyakarta merupakan salah satu jenis sekolah

Swasta Kristen yang terletak di Jalan Solo Km. 15, Gampar

Tamanmartani, Kalasan, Yogyakarta. SMA IMMANUEL telah

terakreditasi B. Program atau jurusan yang ada di SMA IMMANUEL

terbagi atas jurusan IPA dan IPS. Jumlah kelas yang dimiliki oleh SMA

(48)

kelas untuk kelas XI (1 kelas IPA & 1 kelas IPS), dan 2 kelas untuk kelas

XII (1 kelas IPA & 1 kelas IPS).

4. SMA Swasta PIRI 1 Yogyakarta

SMA PIRI 1 Yogyakarta merupakan salah satu jenis sekolah Swasta

Islam yang terletak di Jalan Kemuning 14 Baciro, Yogyakarta. SMA PIRI

1 telah terakreditasi A. Program atau jurusan yang ada di SMA PIRI 1

terbagi atas jurusan IPA dan IPS. Jumlah kelas yang dimiliki oleh SMA

PIRI 1 sebanyak 6 kelas yang terbagi atas 2 kelas untuk kelas X (kelas A

dan kelas B), 2 kelas untuk kelas XI (1 kelas IPA & 1 kelas IPS), dan 2

(49)

C. Analisis Data

1. Keterampilan Proses Sains Terpadu Siswa Jurusan IPA

Tabel 4.1. Distribusi (%) Siswa Jurusan IPA dalam Penguasaan

Keterampilan Proses Sains

 Distribusi persentase siswa jurusan IPA dalam penguasaan

keterampilan proses sains di SMAN 6 Yogyakarta pada kualifikasi

sangat baik sebesar 5,88 %; pada kualifikasi baik sebesar 19,60 %;

pada kualifikasi cukup sebesar 39,20 %; pada kualifikasi kurang

sebesar 29,41 %; dan pada kualifikasi sangat kurang sebesar 5,88 %.

 Distribusi persentase siswa jurusan IPA dalam penguasaan

keterampilan proses sains di SMAN 9 Yogyakarta pada kualifikasi

sangat baik sebesar 0,00 %; pada kualifikasi baik sebesar 21,74 %;

pada kualifikasi cukup sebesar 36,95 %; pada kualifikasi kurang

(50)

 Distribusi persentase siswa jurusan IPA dalam penguasaan

keterampilan proses sains di SMA IMMANUEL Yogyakarta pada

kualifikasi sangat baik sebesar 12,50 %; pada kualifikasi baik

sebesar 0,00 %; pada kualifikasi cukup sebesar 37,50 %; pada

kualifikasi kurang sebesar 50,00 %; dan pada kualifikasi sangat

kurang sebesar 0,00 %.

 Distribusi persentase siswa jurusan IPA dalam penguasaan

keterampilan proses sains di SMA PIRI 1 Yogyakarta pada

kualifikasi sangat baik sebesar 0,00 %; pada kualifikasi baik

sebesar 9,10 %; pada kualifikasi cukup sebesar 18,18 %; pada

kualifikasi kurang sebesar 18,20 %; dan pada kualifikasi sangat

kurang sebesar 54,55 %.

 Distribusi persentase siswa jurusan IPA dalam penguasaan

keterampilan proses sains pada empat SMA di Yogyakarta pada

kualifikasi sangat baik sebesar 4,60 %; pada kualifikasi baik

sebesar 12,61 %; pada kualifikasi cukup sebesar 32,96 %; pada

kualifikasi kurang sebesar 31,46 %; dan pada kualifikasi sangat

(51)

Tabel 4.2. Kualifikasi (%) Tingkat Penguasaan Keterampilan Proses Sains Siswa Jurusan IPA untuk masing-masing Sekolah;

No. Keterampilan Proses

2. Mengidentifikasi Variabel 22,06 31,52 12,50 35,23 25,33

3. Mendefinisikan Variabel

(52)

Berdasarkan Tabel 4.2 dan Gambar 4.1, maka:

 Secara keseluruhan siswa jurusan IPA di SMA Negeri 6 Yogyakarta

memiliki tingkat penguasaan keterampilan proses sains terpadu yang

cukup dengan persentase sebesar 61,63 %.

 Secara keseluruhan siswa jurusan IPA di SMA Negeri 9 Yogyakarta

memiliki tingkat penguasaan keterampilan proses sains terpadu yang

cukup dengan persentase sebesar 59,37 %.

 Secara keseluruhan siswa jurusan IPA di SMA Swasta IMMANUEL

Yogyakarta memiliki tingkat penguasaan keterampilan proses sains

terpadu yang cukup dengan persentase sebesar 57,25 %.

 Secara keseluruhan siswa jurusan IPA di SMA Swasta PIRI 1

Yogyakarta memiliki tingkat penguasaan keterampilan proses sains

terpadu yang kurang dengan persentase sebesar 49, 23 %.

 Secara keseluruhan siswa jurusan IPA pada empat sekolah di

Yogyakarta memiliki penguasaan keterampilan proses sains terpadu

yang baik pada klasifikasi menyajkan data dan merumuskan hipotesa.

 Secara keseluruhan siswa jurusan IPA pada empat sekolah di

Yogyakarta memiliki penguasaan keterampilan proses sains terpadu

yang cukup pada klasifikasi merancang eksperimen dan

(53)

 Secara keseluruhan siswa jurusan IPA pada empat sekolah di

Yogyakarta memiliki penguasaan keterampilan proses sains terpadu

yang sangat kurang pada klasifikasi mengidentifikasi variabel.

2. Keterampilan Proses Sains Siswa Jurusan IPA

Dari empat sekolah yang berbeda terkumpul 127 data untuk dikoreksi

jawabannya. Setiap data dianalisis jawaban yang benar untuk setiap kelas

XI jurusan IPA berdasarkan sekolah, kemudian di analisis menggunakan

salah satu uji statistika yaitu F-test atau uji Anova untuk kelompok independen. Uji Anova digunakan karena ada empat kelompok berbeda

berdasarkan sekolah yang diteliti dengan tes yang sama.

Hasil uji Anova dengan menggunakan program SPSS untuk

mengetahui perbedaan rata-rata antar sekolah adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3. Keterampilan Proses Sains Siswa Jurusan IPA

Descriptives

Mean Minimum Maximum

Lower Bound Upper Bound

SMAN 6 51 61.86 9.847 1.379 59.09 64.63 40 85

SMAN 9 46 59.46 10.394 1.532 56.37 62.54 40 75

SMA IMMANUEL 8 59.38 9.039 3.196 51.82 66.93 50 80

SMA PIRI 1 22 48.86 13.268 2.829 42.98 54.75 30 75

(54)

Berdasarkan hasil uji Anova yang disajikan pada Tabel 4.3., tingkat penguasaan siswa jurusan IPA secara keseluruhan menghasilkan rata-rata

sebesar 58,58 %. Sehingga kualifikasi siswa jurusan IPA secara

keseluruhan memiliki tingkat penguasaan keterampilan proses sains yang

cukup.

Tabel 4.4. Hasil Uji ANOVA Keterampilan Proses Sains Siswa Jurusan IPA

ANOVA

Skor

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 2666.964 3 888.988 7.823 .000

Within Groups 13977.918 123 113.642

Total 16644.882 126

 Bila dirumuskan dua hipotesis terhadap apakah ada perbedaan

penguasaan keterampilan proses pada keempat sekolah, hipotesis yang

dapat diajukan adalah sebagai berikut:

 H0: Tidak ada perbedaan rata-rata skor antara siswa kelas XI IPA

(55)

Untuk menguji hipotesis mana yang diterima atau ditolak maka

pengambilan keputusan dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

 Signifikansi > 0,05 jadi H0 diterima (varian sama).

 Signifikansi ≤ 0,05 jadi H0 ditolak (varian berbeda).

Dari hasil analisis menggunakan uji Anova (Lihat pada Tabel 4.3) didapatkan bahwa signifikansi sebesar 0,000. Dengan demikian diketahui

bahwa signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian

Ha diterima. Hal ini berarti bahwa dalam hal penguasaan keterampilan

proses sains ada perbedaan rata-rata skor antara siswa kelas XI jurusan

IPA antara SMA Negeri 6 Yogyakarta, SMA Negeri 9 Yogyakarta, SMA

Swasta IMMANUEL Yogyakarta, dan SMA Swasta PIRI 1 Yogyakarta.

D.Pembahasan

Keterampilan proses adalah keterampilan fisik dan mental berkaitan

dengan kemampuan-kemampuan dasar yang dimiliki, dikuasai, dan

diterapkan dalam suatu kegiatan ilmiah, sedangkan keterampilan proses

sains adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam

memahami, memperoleh, atau mengembangkan ilmu pengetahuan.

Keterampilan proses sains terpadu sangat penting dimiliki oleh siswa dalam

melakukan suatu kegiatan ilmiah untuk memecahkan suatu masalah.

(56)

dijadikan tempat penelitian. Hal tersebut berarti terdapat perbedaan

penguasaan keterampilan proses sains pada siswa jurusan IPA kelas XI di

SMA Negeri 6 Yogyakarta, SMA Negeri 9 Yogyakarta, SMA Swasta

IMMANUEL Yogyakarta, dan SMA Swasta PIRI 1 Yogyakarta.

Berdasarkan hasil pengamatan saat pengambilan data pada keempat sekolah

tersebut didapati sistem pengajaran yang berbeda. Di SMA Negeri 6

Yogyakarta, SMA Negeri 9 Yogyakarta, dan SMA Swasta IMMANUEL

Yogyakarta ternyata sering melakukan kegiatan praktikum pada

pembelajaran IPA, sedangkan di SMA Swasta PIRI 1 Yogyakarta jarang

melakukan kegiatan praktikum. Selain itu, fasilitas penunjang pembelajaran

seperti laboratorium pun berbeda untuk SMAN 6 Yogyakarta dan SMAN 9

Yogyakarta kondisi laboratorium baik serta ketersediaan alat dan bahan

cukup lengkap, untuk SMA Swasta IMMANUEL Yogyakarta kondisi

laboratorium cukup baik serta ketersediaan alat dan bahan cukup lengkap,

dan untuk SMA Swasta PIRI 1 Yogyakarta kondisi laboratorium kurang baik

dan ketersediaan alat kurang lengkap. Berdasarkan hasil pengamatan

tersebut ada kemungkinan aspek-aspek ini berpengaruh pada penguasaan

keterampilan proses sains siswa jurusan IPA pada empat sekolah tersebut.

Ada kemungkinan perbedaan itu juga disebabkan oleh kualitas input siswa jurusan IPA di setiap sekolah yang berbeda saat dilakukan penjurusan. Hal

tersebut mungkin terjadi, misalnya semestinya siswa yang idealnya ke

(57)

dimasukkan ke jurusan IPA atau siswa yang idealnya ke jurusan IPA, tetapi

karena terdapat guru IPS, maka sebagian siswa dimasukkan ke jurusan IPS.

Untuk masing-masing klasifikasi dan kualifikasi tingkat penguasaan

keterampilan proses sains siswa jurusan IPA disajikan dalam Tabel 4.1. dan

Tabel 4.2. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat distribusi persentase siswa jurusan IPA dalam penguasaaan keterampilan proses sains serta dapat

dilihat kecenderungan keterampilan proses sains mana yang paling dikuasai

dan yang kurang dikuasai oleh siswa jurusan IPA.

Secara keseluruhan distribusi persentase siswa jurusan IPA pada

empat SMA di Yogyakarta dalam penguasaan keterampilan proses sains

pada kualifikasi sangat baik sebesar 4,60 %; pada kualifikasi baik sebesar

12,61 %; pada kualifikasi cukup sebesar 32,96; pada kualifikasi kurang

sebesar 31,46 %; dan pada klasifikasi sangat kurang sebesar 18,36%. Dari

hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa hampir sebagian siswa

jurusan IPA kurang memiliki penguasaan keterampilan proses sains yang

baik. Berdasarkan hal tersebut, maka dibutuhkan beberapa usaha yang dapat

mengembangkan keterampilan proses yang baik seperti optimalisasi kegiatan

praktikum dalam pembelajaran sains dan pengembangan model praktikum

melalui pendekatan discovery atau penemuan.

Penguasaan keterampilan proses sains terpadu pada klasifikasi

menyajikan data memiliki nilai rata-rata tertinggi dibandingkan dengan

(58)

yang diperoleh siswa jurusan IPA secara keseluruhan yaitu 72,83 %.

Berdasarkan nilai rata-rata tersebut dapat dikatakan bahwa penguasaan

keterampilan proses sains terpadu pada klasifikasi menyajikan data paling

dikuasai siswa dengan baik diantara klasifikasi keterampilan proses sains

terpadu yang lain, sehingga secara keseluruhan siswa jurusan IPA memiliki

penguasaan yang baik pada keterampilan proses menyajikan data.

Penguasaan siswa jurusan IPA paling baik pada klasifikasi ini dikarenakan

siswa sudah terbiasa dengan kegiatan praktikum dalam hal mengumpulkan

data dan menyajikan data dalam bentuk tabel maupun grafik.

Penguasaan keterampilan proses sains terpadu pada klasifikasi

merumuskan hipotesa memiliki nilai rata-rata tertinggi kedua. Nilai rata-rata

yang diperoleh siswa jurusan IPA secara keseluruhan yaitu 70,00 %.

Berdasarkan nilai rata-rata tersebut dapat dikatakan bahwa penguasaan

keterampilan proses sains terpadu pada klasifikasi merumuskan hipotesa

telah dikuasai siswa dengan baik, sehingga secara keseluruhan siswa jurusan

IPA memiliki penguasaan yang baik pada keterampilan proses merumuskan

hipotesa.

Penguasaan keterampilan proses sains terpadu pada klasifikasi

merancang eksperimen dan mendefinisikan variabel secara operasional

memiliki nilai rata-rata yang cukup. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa

jurusan IPA secara keseluruhan untuk merancang eksperimen yaitu 58,60 %

(59)

Berdasarkan nilai rata-rata tersebut dapat dikatakan bahwa penguasaan

keterampilan proses sains terpadu pada klasifikasi merancang penelitian dan

mendefinisikan variabel secara operasional masih dalam tingkat kualifikasi

yang cukup.

Penguasaan keterampilan proses sains terpadu pada klasifikasi

mengidentifikasi variabel memiliki nilai rata-rata terendah dibandingkan

dengan klasifikasi keterampilan proses sains terpadu yang lainnya. Nilai

rata-rata yang diperoleh siswa jurusan IPA secara keseluruhan yaitu

25,33 %. Berdasarkan nilai rata-rata tersebut dapat dikatakan bahwa

penguasaan keterampilan proses sains terpadu pada klasifikasi

mengidentifikasi variabel paling tidak dikuasai siswa dengan baik diantara

klasifikasi keterampilan proses sains terpadu yang lain, sehingga secara

keseluruhan siswa jurusan IPA memiliki penguasaan yang sangat kurang

pada keterampilan proses mengidentifikasi variabel. Sebelumnya terkait

dengan calon guru dan guru telah dilakukan penelitian serupa oleh Ong Saw

Lan (2005), Budi Lindrawati (2014), dan Wahyu Prabawati (2014), dari hasil

penelitiannya ditemukan bahwa untuk mengidentifikasi variabel calon guru

dan guru yang ditelitinya memiliki penguasaan yang rendah. Variabel

merupakan segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan yang dapat

berubah-ubah dan bermacam-macam jenisnya, sehingga pengenalan akan

variabel menjadi sangat penting di awal sebelum keterampilan yang lainnya.

(60)

disebabkan oleh kurangnya pengenalan variabel oleh guru kepada siswa

jurusan IPA saat melakukan kegiatan praktikum.

Keterampilan proses sains dilatihkan dan diterapkan secara khusus

melalui kegiatan praktikum. keterampilan proses sains terpadu diperlukan

saat melakukan kegiatan penelitian atau praktikum untuk memecahkan suatu

masalah. Sehingga saat melakukan kegiatan penelitian maupun praktikum

siswa jurusa IPA dapat memecahkan suatu masalah yang berkaitan dengan

materi yang harus di pelajari.

E.Implikasi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan

keterampilan proses sains siswa jurusan IPA, mengetahui kecenderungan

keterampilan proses sains yang dikuasai oleh siswa jurusan IPA serta

mengetahui perbedaan tingkat penguasaan keterampilan proses sains pada

empat sekolah di Yogyakarta. Berdasarkan hasil analisa jawaban siswa

jurusan IPA menunjukkan bahwa terdapat tingkat penguasaan yang berbeda

atau beragam. Bila dilihat dari setiap klasifikasi pada keterampilan proses

sains terpadu, tingkat penguasaan siswa jurusan IPA pada klasifikasi

menyajikan data dan merumuskan hipotesa termasuk dalam tingkat

penguasaan yang baik. Pada klasifikasi merancang penelitian dan

mendefinisikan variabel secara operasional termasuk dalam tingkat

penguasaan yang cukup. Pada klasifikasi mengidentifikasi variabel tingkat

(61)

Keterampilan proses sains merupakan seperangkat keterampilan yang

digunakan ilmuan untuk melakukan penyelidikan ilmiah. Berdasarkan

definisi tersebut, berarti klasifikasi-klasifikasi dalam keterampilan proses

sains tersebut saling terkait. Dalam penguasaannya harus sama, tidak boleh

ada yang lebih dipahami maupun kurang dipahami.

Berdasarkan hasil uji Anova menggunakan SPSS, terdapat perbedaan

yang signifikan antara siswa kelas XI IPA di SMA Negeri 6 Yogyakarta,

SMA Negeri 9 Yogyakarta, SMA Swasta IMMANUEL Yogyakarta, dan

SMA Swasta PIRI 1 Yogyakarta. Hal tersebut kemungkinan disebabkan

karena sistem pengajaran yang berbeda, fasilitas pendukung pembelajaran

yang berbeda, serta kualitas input siswa jurusan IPA yang berbeda pada keempat sekolah tersebut.

Berdasarkan nilai rata-rata keseluruhan keterampilan proses sains pada

Tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa dibutuhkan usaha yang lebih keras (extra) untuk siswa jurusan IPA di SMA yang memiliki keterampilan proses sains yang rendah dibandingkan dengan siswa jurusan IPA di SMA yang

memiliki keterampilan proses sains yang tinggi bila sebuah sekolah

memutuskan untuk menerima para siswa yang kurang menguasai

keterampilan proses sains, maka harus jauh lebih berat usaha yang dilakukan

siswa jurusan IPA di SMA yang memiliki keterampilan proses sains yang

kurang untuk mencapai levelnya, dibandingkan dengan siswa jurusan IPA di

(62)

jurusan IPA perlu memiliki penguasaan keterampilan proses sains yang

cukup atau memadai. Hal tersebut dikarenakan keterampilan proses sains

merupakan salah satu keterampilan yang diperlukan dalam suatu penelitian

maupun kegiatan praktikum. Dalam kegiatan praktikum, keterampilan proses

sains digunakan untuk merumuskan tanggapan terhadap pertanyaan,

menganalisis data, mengumpulkan data, serta mendeskripsikan data,

sehingga siswa dapat memecahkan suatu masalah.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka terdapat beberapa usaha yang

perlu dilakukan agar siswa jurusan IPA dapat menguasai keterampilan

proses sains dengan baik. Usaha-usaha tersebut diantaranya:

1. Perlunya optimalisasi kegiatan praktikum. Dalam melaksanakan kegiatan

praktikum diharapkan siswa jurusan IPA dapat menemukan sesuatu yang

baru dan dapat memecahkan suatu masalah.

2. Perlu dikembangkannya model praktikum melalui pendekatan discovery

atau penemuan. Melalui pendekatan ini, dapat membantu siswa untuk

belajar menemukan suatu pengetahuan yang baru, melatih keterampilan

memecahkan persoalan sendiri, serta melatih siswa untuk dapat

Gambar

Tabel 3.2  Tujuan dan Contoh Soal Tes dalam TIPS II  ...........................................
Gambar 4.1   Tingkat Penguasaan Keterampilan Proses Sains Siswa Jurusan IPA
grafik. Data yang telah dianalisa kemudian ditafsirkan menjadi
Tabel 3.1. Klasifikasi Item Tes TIPS II Berdasarkan Keterampilan                     Proses Sains Terpadu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tesis berjudul “ Efek Model Pembelajaran Inquiry Training Berbantuan Media PhET Terhadap Kemampuan Berpikir Logis Dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Kelas XI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat berpikir kreatif keterampilan proses sains (KBKKPS) siswa SMA negeri di Kota Yogyakarta dalam mata pelajaran biologi ditinjau

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengembangan keterampilan proses sains siswa kelas X2 di SMA Negeri 7 Yogyakarta setelah melakukan pembelajaran dengan model PBL pada

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa untuk mengetahui Keterampilan Proses Sains yang dimiliki siswa SMA Negeri 8 Bandar Lampung kelas XI

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan proses Sains siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali Tahun Ajaran 2016-2017 dengan menerapkan model

PENGEMBANGAN PROSEDUR PRAKTIKUM IPA TERPADU PADA TEMA KESEHATAN KULIT UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Pengembangan MSIJARUT ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan proses sains kelas XI IPA, karena multimedia interaktif yang dihasilkan pada penelitian ini dapat

Judul TAS : Penyusunan LKS Berbasis Guided Inquiry untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Pengetahuan Siswa SMA Kelas X IPA pada Materi