• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING BERBANTUAN MEDIA PHET TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA KELAS XI IPA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING BERBANTUAN MEDIA PHET TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA KELAS XI IPA."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING BERBANTUAN MEDIA PhET TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS DAN

KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA KELAS XI IPA T.A 2014/2015 MEDAN

T E S I S

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

ROULI NATALINA PAKPAHAN NIM. 8136175014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ii ABSTRAK

ROULI NATALINA PAKPAHAN (NIM: 8136175014). Efek Model Pembelajaran Inquiry Training berbantuan Media PhET Terhadap Kemampuan Berpikir Logis dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Kelas XI IPA. Tesis. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: (1) keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir logis siswa yang menggunakan model pembelajaran inquiry training berbantuan media PhET (2) keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir logis siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional; dan (3) perbedaan keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir logis siswa yang menggunakan model pembelajaran Inquiry Training berbantuan media PhET dan model pembelajaran konvensional.

Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik cluster random class sebanyak dua kelas yaitu kelas XI1 dan XI2, dimana kelas XI1 diajarkan dengan model pembelajaran model pembelajaran Inquiry Training berbantuan media PhET dan kelas XI2 dengan pembelajaran konvensional. Instrumen yang digunakan terdiri dari tes keterampilan proses sains berupa tes essay dan tes kemampuan berpikir logis berupa tes pilihan berganda. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan uji T.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan proses sains fisika yang menggunakan model pembelajaran Inquiry Training berbantuan media PhET berbeda dan menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, dan kemampuan berpikir logis siswa yang menggunakan model pembelajaran Inquiry Training berbantuan media PhET berbeda dan menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, serta terdapat perbedaan antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan proses sains siswa yang menggunakan model pembelajaran Inquiry Training berbantuan media PhET dan model pembelajaran konvensional.

(7)

iii ABSTRACT

ROULI NATALINA PAKPAHAN ( NIM : 8136175014 ). THE EFFECT OF INQUIRY TRAINING MODEL USE THE MEDIA PHET AGAINST LOGICAL THINKING SKILLS AND SCIENCE PROCESS SKILLS STUDENTS SMA CLASS XI IPA. Tesis. Medan: Education Graduate Program,

State University of Medan

The Purpose of The study: science process skills and logical thinking

ability of students who use inquiry learning model training using PhET media ;

science process skills and logical thinking ability of students who use

conventional learning model; and the difference science process skills and logical

thinking ability of students to use learning model Inquiry Training using PhET

media and conventional learning models.

This research is a quasi experimental. Sample selection is done by cluster

random sampling are two classes of classes XI1 and class XI2, where the class XI1

is taught by Inquiry Training model using media PhET and XI2 with conventional

learning model. The instrument used consisted of tests science process skills such

as essay tests and tests of the ability to think logically in the form of

multiple-choice tests. The data were analyzed using t test.

The results showed that physics science process skills use Inquiry

Training models using PhET media is different and showed better results

compared with conventional learning model, and logical thinking skills students

use Inquiry Training model using PhET media is different and show better results

compared with conventional learning, and there is a difference between the ability

to think logically and science process skills of students who use Inquiry Training

model using PhET media and conventional learning models.

(8)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas

segala rahmat dan berkatNya yang memberi kesehatan dan hikmat kepada penulis,

sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis berjudul “ Efek Model Pembelajaran Inquiry Training Berbantuan Media PhET Terhadap Kemampuan Berpikir Logis Dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Kelas XI IPA T.A 2014/2015 Medan disusun dalam rangka memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi

Pendidikan Fisika di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Prof.

Dr. Mara Bangun Harahap, M.S sebagai dosen pembimbing I dan ibu Dr.

Sondang.R. Manurung M.Pd sebagai dosen pembimbing II yang telah banyak

memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal penulisan

proposal sampai akhir penulisan tesis ini. Ucapan terima kasih juga penulis

sampaikan kepada bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S, M.M, bapak Prof. Dr. Nurdin

Bukit, M.Si dan bapak Dr. Karya Sinulingga, M.Si sebagai dosen penguji I, II, III

yang telah memberikan masukan dan saran-saran mulai dari rencana penelitian

sampai penyusunan tesis ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada

bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur Program

Pascasarjana Universitas Negeri Medan, bapak Prof. Dr. H. Sahyar, M.S., M.M

selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana Universitas Negeri

Medan, Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si selaku sekretaris Program Studi

(9)

iv

staf pegawai Program Studi Pendidikan Fisika Program Pascasarjana Universitas

Negeri Medan yang sudah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis. Penulis

juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Kolom Simbolon, SE, S.Pd selaku

Kepala Sekolah SMA Swasta Advent Air Bersih Medan beserta guru-guru dan

staf pegawai yang telah mendukung dan membantu penulis dalam penyelesaian

tesis ini.

Teristimewa penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada ayahanda

Jumanggal Pakpahan dan Ibunda Rosdiana Manurung yang selalu memberikan

doa, motivasi, bantuan moril dan materil selama masa perkuliahan, sehingga

penulis dapat menyelesaikan studi di Pendidikan Fisika Program Pascasarjana

Universitas Negeri Medan. Dan inilah kado teristimewa yang bisa penulis berikan

kepada ayahanda dan ibunda. Penulis juga mengucapkan terima kasih buat

Manogar pakpahan, Fayanroo Pakpahan, Saut Pakpahan selaku adek dari penulis,

bang Joy Siboro selaku abang angkat penulis dan dari rekan kerja penulis kak

Jumiati Harianja, kak Lenny Simanjuntak, kak Tio Sianturi, Ibu Masni Simbolon

sebagai rekan kerja serta rekan lain yang tidak dapat penulis ucapkan satu persatu

penulis yang selalu memberikan dukungan, motivasi yang besar pada penulis

selama penyusunan tesis ini.

Terkhusus penulis mengucapkan terima kasih buat seseorang yang penulis

sayangi buat Amang Suhut Dongoran S.Th yang telah meluangkan waktu dan

membantu penulis dalam memberikan semangat, dorongan, doa serta dukungan

sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Serta teman-teman seperjuangan

(10)

v

Agus, Berkat, Dahrim, Dini, Febri, Harnas, Helena, Rameyanti, Fajrul, Lia

Nasution, Hifni, kak Lia dan Kak Nove Hutapea, ibu Aminah Lubis serta seluruh

sahabat yang tidak penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan motivasi

dan saran-saran serta bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian tesis ini,

namun penulis menyadari tesis ini mempunyai kelemahan baik dari segi isi,

maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang

bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan tesis ini. Kiranya tesis ini

bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidik.

Medan, Juli 2010

Penulis,

Rouli Natalina Pakpahan

(11)

vi

2.1.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Inquiry Training ... 14

2.1.1.2 Karakteristik Model Pembelajaran Inquiry Training ... 18

2.1.2 Teori Belajar yang Melandasi Model Pembelajaran Inquiry Training ... 23

2.1.2.1 Teori Belajar Perkembangan Piaget ... 24

2.1.2.2 Teori Belajar Sosial Vygotsky ... 25

2.1.3 Pembelajaran Konvensional ... 26

2.1.4 Media Simulasi PhET ... 27

2.1.5 Kemampuan Berpikir Logis ... 32

2.1.6 Keterampilan Proses Sains (KPS) ... 38

2.1.6.1 Pengertian Keterampilan Proses Sains (KPS) ... 38

2.1.6.2 Indikator Keterampilan Proses Sains (KPS) ... 39

2.1.7 Penelitian yang Relevan ... 45

2.2 Kerangka Konseptual ... 50

2.2.1 Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Berbantuan Media PhET dan Konvensional Terhadap Kemampuan Berpikir Logis ………. 50

2.2.2 Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Berbantuan Media PhET dan Konvensional Terhadap Keterampilan Proses Sains ……… 53

(12)

vii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Data ... 72

4.3.1 Perbedaan model pembelajaran Inquiry Training Berbantuan Media PhET dan pembelajaran konvensional Terhadap Kemampuan Berpikir Logis ... 84

4.3.2 Ada Pengaruh model pembelajaran Inquiry Training Berbantuan Media PhET dan pembelajaran konvensional Terhadap Keterampilan Proses Sains ... 89

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 92

5.2 Saran ... 93

(13)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Fase-Fase Model Pembelajaran Inquiry Training ... 18

Tabel 2.2. Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Menurut Piaget ... 24

Tabel 3.1. Rancangan Penelitian ... 58

Tabel 3.2. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Berpikir Logis ... 61

Tabel 3.3. Kisi-Kisi Tes Keterampilan Proses Sains ... 63

Tabel 4.1. Data Pretes KBL dan KPS ... 73

Tabel 4.2. Uji Normalitas Data Pretes KBL dan KPS ... 75

Tabel 4.3. Uji Homogenitas Data Pretes KBL dan KPS ... 75

Tabel 4.4. Uji t tes awal KBL dan KPS ... 76

Tabel 4.5. Data Postes KBL dan KPS ... 77

Tabel 4.5. Uji Normalitas Data Postes KBL dan KPS ... 79

Tabel 4.6. Uji Homogenitas Data Postes KBL dan KPS ……… 80

Tabel 4.7. Uji t postes KBL ... 81

(14)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Dampak Model Pembelajaran Inquiry Training ... 23

Gambar 2.2. Kerucut Pengalaman Belajar Edgar Dale ... 29

Gambar 4.1. Grafik Pretes KBL Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 73

Gambar 4.2. Grafik Pretes KPS Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 74

Gambar 4.3. Grafik Postes KBL Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 78

(15)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1………. 98

Lampiran 2 Bahan Ajar 1………. 113

Lampiran 3 Lembar Kegiatan Siswa 1………. 116

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2………. 122

Lampiran 5 Bahan Ajar 2……….. 139

Lampiran 6 Lembar Kegiatan Siswa 2 ………. 143

Lampiran 7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3……….. 149

Lampiran 8 Bahan Ajar 3………. 165

Lampiran 9 Lembar Kegiatan Siswa 3………. 170

Lampiran 10 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Berpikir Logis………. 176

Lampiran 11 Kisi-Kisi Tes Keterampilan Proses sains ………. 183

Lampiran 12 Uji Validitas Tes Keterampilan Proses Sains ……… 188

Lampiran 13 Uji Reliabilitas Tes Keterampilan Proses Sains ………. 191

Lampiran 14 Tabulasi Data Pretes Keterampilan Proses sains ………195

Lampiran 15 Tabulasi Data Pretes Kmampuan Berpikir Logis ………197

Lampiran 16 Tabulasi Data Postes Keterampilan Proses sains ………201

Lampiran 17 Tabulasi Data Postes Kemampuan Berpikir Logis………...203

Lampiran 18 Analisis Statistik Data Pretes………207

Lampiran 19 Analisis Statistik Data Postes………...213

Lampiran 20 Uji Homogenitas………...219

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam lingkungan masyarakat yang majemuk yang semakin berkembang

dan menuntut masyarakat memperlengkapi diri untuk mampu bersaing, dalam hal

ini pendidikan memiliki peran yang penting dalam segala bidang kehidupan untuk

menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, demikian juga dalam

bidang penguasaan teknologi harus didukung oleh penguasaan bidang ilmu IPA

yang salah satunya adalah Fisika.

Fisika merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang

mendasari teknologi dan konsep hidup harmonis dengan alam. Adapun hakikat

IPA meliputi produk, proses, dan aplikasi fisika (teknologi). Dengan demikian

proses pembelajaran fisika bukan hanya memahami konsep-konsep fisika

melainkan juga mengajar siswa berpikir konstruktif melalui fisika sebagai

keterampilan proses sains, sehingga pemahaman siswa terhadap hakikat fisika

menjadi utuh, baik sebagai proses maupun sebagai produk (Subagya, 2013).

Salah satu kegiatan pembelajaran fisika yang efektif dan benar-benar

mencerminkan hakekat fisika adalah kegiatan praktek. Menurut Yance (dalam

Syukriah, 2013) bahwa kegiatan praktek merupakan unjuk kerja yang ditampilkan

guru atau siswa dalam bentuk demonstrasi maupun percobaan oleh siswa yang

berlangsung di laboratorium melalui eksperimen dan proyek. Ini menyatakan

bahwa kegiatan praktikum memegang peranan penting dalam pembelajaran fisika

(17)

2

melakukan keterampilan proses sains. Kegiatan praktikum ini akan dapat

terlaksana dengan baik jika didukung oleh penggunaan model pebelajaran yang

tepat, sarana dan prasarana yang tepat serta ditambah dengan pemanfaatan sumber

belajar dengan menggunakan media yang dapat menunjang praktikum itu sendiri.

Berdasarkan hasil wawancara awal yang peneliti lakukan dengan salah satu

guru Fisika di SMA Swasta Advent Medan, mengatakan pelaksanaan

pembelajaran Fisika pada umumnya guru langsu ng menyampaikan konsep Fisika

dengan metode ceramah sehingga siswa hanya ditekankan pada aspek menghapal

konsep-konsep dan rumus Fisika tanpa melalui eksperimen terlebih dahulu

sehingga membuat siswa memiliki rasa jenuh dan bosan saat mengikuti pelajaran.

Dalam pembelajaran Fisika juga guru kurang mampu memanfaatkan media

pembelajaran sesuai dengan materi yang akan diajarkan pada saat melakukan

pembelajaran, selain itu penggunaan LKS dalam melakukan eksperimen juga

belum melatih keterampilan proses sains pada siswa sesuai indikator dari

keterampilan proses sains sehingga keterampilan proses sains masih rendah dan

siswa belum termotivasi secara optimal dalam proses belajar mengajar. Pada

proses pembelajaran fisika guru juga kurang mengembangkan cara berpikir siswa

secara logis dalam melakukan pengolahan data pada saat melakukan praktikum

yang dapat menuntut siswa untuk memecahkan suatu permasalahan.

Hasil wawancara dengan beberapa siswa juga menyatakan bahwa siswa

tidak pernah melakukan praktikum dan bereksperimen pada saat pembelajaran

Fisika, sehingga indikator dalam keterampilan proses sains masih rendah karena

(18)

3

praktikum. Oleh karena itu, data dokumentasi nilai Fisika yang ada di sekolah

hanya nilai yang berdasarkan pemahaman konsep (kognitif) sementara hasil

belajar siswa yang terkait dengan keterampilan proses tidak ditemukan.

Untuk mengatasi masalah yang terungkap diatas, Salah satu model yang

cocok untuk pembelajaran yang bertujuan agar siswa dapat meningkatkan

keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir logis maka diterapkan model

pembelajaran yang dapat membuat siswa dapat membangun konsep-konsep fisika

atas dasar nalarnya dalam berpikir adalah model pembelajaran Inquiry Training.

Menurut Suchman (dalam Joyce, 2009) model pembelajaran Inquiry

Training dirancang untuk membawa siswa secara langsung ke dalam proses

ilmiah melalui latihan–latihan yang dapat memadatkan proses ilmiah tersebut

kedalam periode waktu yang singkat. Tujuannya adalah membantu siswa

mengembangkan displin dan mengembangkan keterampilan intelektual yang

diperlukan untuk mengajukan pertanyaan dan menemukan jawaban berdasarkan

rasa ingin tahunya. Melalui model pembelajaran ini siswa diharapkan aktif

mengajukan pertanyaan mengapa sesuatu terjadi kemudian mencari dan

mengumpulkan serta memproses data secara logis untuk selanjutnya

mengembangkan strategi intelektual yang dapat digunakan untuk menemukan

jawaban atas pertanyaan.

Model pembelajaran Inquiry Training memiliki lima fase, dimulai dari

menghadapakan siswa pada masalah, mengumpulkan data verifikasi,

mengumpulkan data eksperimen, mengolah dan merumuskan penjelasan, dan

(19)

4

instruksional dan dampak pengiring yang menawarkan strategi-strategi penelitian,

dan sikap yang penting dalam penelitian yang meliputi: keterampilan proses sains,

dan beberapa komponen sikap ilmiah (Joyce, 2009).

Hasil pembelajaran utama dari Inquiry Training adalah proses-proses yang

melibatkan aktivitas observasi, mengumpulkan dan mengolah data,

mengidentifikasi dan mengontrol variabel, membuat dan menguji hipotesis,

merumuskan penjelasan dan menggambarkan kesimpulan. Hal ini sesuai dengan

pencapaian indikator pada keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir

logis.

Sinaga, Nelpi (2013), pada hasil penelitian diperoleh hasil bahwa model

pembelajaran Inquiry Training dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada

materi pokok elastisitas dan getaran. Ini berarti hasil belajar siswa dengan

menerapkan model pembelajaran Inquiry Training, formatif I dan formatif II

menunjukkan hasil belajar siswa lebih tinggi dari KKM sehingga pelajaran Fisika

yang ditetapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Keterampilan proses sains sangat penting dimiliki siswa karena sebagai

persiapan dan latihan mengahadapi suatu kenyataan hidup di dalam masyarakat

sebab siswa dilatih untuk berpikir logis dalam memecahkan masalah.

Keterampilan proses sains adalah keterampilan fisik dan mental terkait dengan

kemampuan yang mendasar yang memiliki, dikuasai dan diaplikasi dalam suatu

kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuwan berhasil menemukan sesuatu yang baru.

Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang menyimpulkan bahwa hasil

(20)

5

pendekatan keterampilan proses sains (Subagyo dkk, 2009 ; Rahayu dkk, 2011).

Penelitian terdahulu juga dilakukan oleh Widha, S dkk (2013) menyimpulkan

bahwa penerapan pembelajaran dan keterampilan proses sains siswa yang

dilaksanakan dengan praktikum mengalami peningkatan hasil belajar siswa.

Keterampilan proses sains adalah suatu keterampilan yang dapat

dikembangkan dengan melakukan praktikum. Aspek keterampilan proses sains

meliputi: 1) melakukan pengamatan (observasi), 2) inferensi, 3) mengajukan

pertanyaan, 4) menafsirkan hasil pengamatan (interpretasi), 5) mengelompokkan

(klasifikasi), 6) meramalkan (prediksi), 7) berkomunikasi, 8) membuat hipotesis,

9) merencanakan percobaan atau penyelidikan, 10) menerapkan konsep atau

prinsip dan 11) keterampilan menyimpulkan (Sani, 2013).

Agar terjadi pengkonstruksian secara bermakna, guru haruslah melatih

siswa agar berpikir secara logis dalam menganalisis maupun dalam memecahkan

suatu permasalahan. Berpikir logis adalah siswa yang memiliki kemampuan untuk

menemukan suatu kebenaran berdasarkan aturan, pola atau logika tertentu

(Usdiyana, Dian dkk, 2009). Dari sini dapat dikatakan bahwa kemampuan berpikir

logis merupakan penalaran atau satu kemampuan fisika sehingga penalaran

menjadi suatu hal yang sangat dimengerti dan dipahami melalui penalaran atau

berpikir logis yang dilakukan dengan latihan memecahkan masalah fisika.

Menurut Rohman, A., (2014 : 129) menyatakan bahwa berpikir logis adalah

suatu proses menalar tentang suatu objek dengan cara menghubungkan

serangkaian pendapat untuk sampai pada sebuah kesimpulan menurut

(21)

6

rambu-rambu atau tata cara berpikir yang benar. Berpikir yang demikian diyakini

dapat diperoleh kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan. Kemampuan

berpikir logis siswa dipengaruhi oleh struktur kognitif dan pengalaman belajar

akan berasimilasi, berakomodasi dan bereksperimen dengan pengetahuan baru

sehingga akan terjadi adaptasi dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai

keterampilan proses sains siswa. Keterkaitan antara keterampilan proses sains

dengan keterampilan berpikir logis adalah saat siswa melakukan suatu eksperimen

dalam melakukan percobaan dan mengolah data dari hasil percobaan yang

dilakukan oleh siswa tersebut. Jika peserta didik memiliki keterampilan proses

sains maka peserta didik tersebut akan mampu berpikir secara logis.

Penelitian terdahulu dilakukan oleh Usdiyana, Dian dkk (2009)

menyimpulkan bahwa peningkatan kemampuan berpikir logis siswa di kelas

eksperimen lebih besar dibandingkan dengan yang diperoleh siswa di kelas

kontrol. Siswa di kelas kontrol, terutama untuk kelompok sedang dan rendah

kurang begitu memaknai pemahaman terhadap materi pembelajaran dibandingkan

dengan siswa di kelas eksperimen.

Selain keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir logis yang

mendukung model pembelajaran Inquiry Training, penggunaan media simulasi

juga dapat mendukung model pembelajaran Inquiry Training pada proses

pembelajaran berlangsung yang dapat memudahkan siswa dalam membangkitkan

semangat dan motivasi siswa dalam melakukan suatu praktikum. Salah satu

teknologi yang dapat mendukung proses pembelajaran adalah media simulasi.

(22)

7

simulasi yang sesuai digunakan pada pelajaran fisika adalah Physics Education

Technology atau biasa disebut PhET. PhET yaitu media simulasi yang dikeluarkan

oleh University of Colorado dan sudah teruji kebenarannya. Simulasi PhET ini

tersedia resmi PhET (http://phet.colorado.edu) yang menampilkan suatu animasi

fisika yang abstrak atau tidak dapat dilihat oleh mata telanjang, seperti: atom,

elektron, foton, dan medan magnet. Dengan menggunakan media simulasi ini

siswa layaknya dapat melakukan kegiatan-kegiatn untuk mendapatkan data dan

fakta seperti pada laboratorim real sehingga dapat meningkatkan hasil belajar

Fisika siswa baik pada ranah kognitif dan keterampilan proses sains.

Simulasi media PhET memiliki kekurangan dan kelebihan. Dimana

kelebihan simulasi media PhET adalah simulasi ini sangat menarik sekali karena

asyik, mudah dan menyenangkan. Selain online langsung, simulasi interaktif

PhET juga dapat digunakan secara offline. Selain itu juga simulasi ini

menekankan pada fenomena yang nyata dan mudah dimengerti oleh para siswa.

Sementara simulasi PhET ini juga memiliki kekurangan yaitu aplikasi dan game

yang dijalankan sangat terbatas yaitu untuk file berformat “ Jar”. Dengan adanya

teknologi maka proses mengajar yang inovatif dan tidak membosankan bagi

siswa. Peneliti pun merasa tertarik untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar

dengan menggunakan model pembelajaran Inquiry Training berbantuan media

PhET untuk membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan proses sains

siswa yang lebih baik lagi dalam bereksperimen.

Penelitian yang terdahulu dilakukan oleh Afifah, Ratih dkk (2013)

(23)

8

menggunakan model pembelajaran Guided Inquiry berbantuan PhET terhadap

kemampuan berpikir tinggi dan tanggung jawab siswa yaitu data untuk pretest

sebesar 42,91 untuk eksperimen dan 43,83 untuk kelas kontrol. Sementara hasil

postes menunjukkan 81,44 untuk kelas eksperimen dan untuk kelas konvensional

71,99. Hasil pengamatan tanggung jawab siswa menunjukkan rata-rata tingkah

tanggung jawab pada kelas eksperimen adalah 89,07 % dan pada kelas kontrol

sebesar 82,8 %.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Komyadi (2013) menyimpulkan

bahwa penerapan media simulasi PhET dapat meningkatkan hasil belajar kognitif

dan psikomotorik siswa dengan menngunakan model pembelajaran Inquiry

Training di SMA Negeri 5 Takengon. Pembelajaran Fisika terpadu melalui LKS

sebagai penunjang media virtual PhET untuk melatih keterampilan proses pada

materi hukum Archimedes diperoleh pencapaian hasil belajar kognitif dan respon

siswa terhadap uji coba LKS sebagai penunjang media virtual PhET untuk

melatih keterampilan proses adalah positif.

Berkaitan dengan uraian di atas, perlu diteliti tentang efek penggunaan

model pembelajaran Inquiry Training berbantuan media simulasi PhET dan

keterampilan berpikir logis terhadap keterampilan proses sains siswa melalui

(24)

9

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka ada beberapa

masalah yang diidentifikasi sebagai berikut :

1. Dalam proses pembelajaran fisika, siswa hanya ditekankan pada aspek

menghapal konsep–konsep dan prinsip–prinsip atau rumus.

2. Keterampilan proses sains siswa masih rendah karena belum tercapainya

indikator pada keterampilan proses sains pada saat melakukan praktikum.

3. Dalam pembelajaran Fisika guru kurang mampu memanfaatkan media

pembelajaran sesuai dengan materi yang akan diajarkan pada saat

melakukan pembelajaran.

4. Penggunaan model pembelajaran kurang tepat dengan karakteristik materi

pelajaran sehingga siswa memiliki rasa jenuh dan membosankan.

5. Pada umunya guru juga kurang mengembangkan cara berpikir siswa

secara logis terhadap materi yang disampaikan yang akan mempengaruhi

keterampilan proses sains siswa dalam melakukan pengolahan data pada

saat melakukan eksperimen yang dapat menuntut siswa untuk

memecahkan suatu permasalahan.

1.3 BATASAN MASALAH

Agar penelitian dapat dilaksanakan dengan baik dan terarah maka dibuatlah

suatu batasan masalah yaitu :

1. Model pembelajaran yang digunakan dalam melakukan penelitian adalah

Model Pembelajaran Inquiry Training berbantuan media PhET pada kelas

(25)

10

2. Hasil Belajar yang diteliti adalah kemampuan berpikir logis dan

keterampilan proses sains.

3. Materi pelajaran yang diajarkan adalah Teori kinetik gas

1.4 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah, permasalahan yang dapat

diteliti dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimanakah keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir logis

siswa SMA Swasta Advent Medan yang menggunakan model

pembelajaran Inquiry Training berbantuan media PhET?

2. Bagaimanakah keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir logis

siswa SMA Swasta Advent Medan yang menggunakan model

pembelajaran konvensional?

3. Bagaimanakah perbedaan keterampilan proses sains dan kemampuan

berpikir logis siswa SMA Swasta Advent Medan yang menggunakan

model pembelajaran Inquiry Training berbantuan media PhET dan model

pembelajaran konvensional?

1.5TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Menganalisis keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir logis

siswa SMA Swasta Advent Medan yang menggunakan model pembelajaran

(26)

11

2. Menganalisis keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir logis

siswa SMA Swasta Advent Medan yang menggunakan model pembelajaran

konvensional.

3. Menganalisis perbedaan keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir

logis siswa SMA Swasta Advent Medan yang menggunakan model

pembelajaran Inquiry Training berbantuan media PhET dan model

pembelajaran konvensional.

1.6 MANFAAT PENELITIAN

Melalui penelitian ini diharapkan dapat diperoleh data dan informasi yang

dapat dipergunakan untuk menguji kebenaran pengaruh model pembelajaran

Inquiry Training berbantuan media PhET dan kemampuan berpikir logis terhadap

hasil belajar, sehingga penelitian ini akan memberi manfaat sebagai berikut :

1.Guru, dapat memperbaiki kualitas pembelajaran guna meningkatkan

keterampilan proses sains dan meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Siswa, dapat meningkatkan keterampilan proses sains yang berdampak pada

peningkatan hasil belajar fisika melalui kegiatan pembelajaran dengan model

pembelajaran Inquiry Training berbantuan media PhET .

3. Sekolah, dapat memberikan sumbangan dalam hal peningkatan mutu

pendidikan, khususnya pada materi pelajaran fisika.

1.7 DEFINISI OPERASIONAL

(27)

12

a. Model Pembelajaran Inquiry Training

Model pembelajaran Inquiry Training adalah model upaya pengembangan

para pembelajar yang mandiri, metodenya mensyaratkan partisipasi aktif siswa

dalam penelitian ilmiah. Fase-fase dalam model ini adalah (1) menghadapkan

pada masalah, (2) pengumpulan verifikasi, (3) pengumpulan

data-eksperimental, (4) mengolah, memformulasikan suatu penjelasan, (5) analisis

proses penelitian (Joyce, 2009).

b. Media simusai PhET

Media simulasi PhET adalah media interaktif yang tersedia di situs web

PhET (http://phet.colorado.edu) yang menampilkan suatu animasi fisika yang

abstrak atau tidak dapat dilihat oleh mata telanjang, seperti: atom, electron, foton,

dan medan magnet. Dengan menggunakan simulasi ini siswa layaknya dapat

melakukan kegiatan-kegiatn untuk mendapatkan data dan fakta seperti pada

laboratorim real.

c. Kemampuan Berpikir Logis

Kemampuan berpikir logis (penalaran), yaitu kemampuan menemukan

suatu kebenaran berdasarkan aturan, pola atau logika tertentu. Ada pun

bentuk-bentuk pemikiran yang lain, mulai dari yang paling sederhana ialah: Logika

analitik, logika number, penalaran logis dan logika spasial (Yuni dkk,2012:123).

d. Keterampilan Proses Sains

Keterampilan proses sains merupakan suatu keterampilan yang dapat

dikembangkan dengan melakukan praktikum. Aspek keterampilan proses sains

(28)

13

mengidentifikasi dan mengontrol variabel-variabel, mengumpulkan informasi,

merumuskan dan menguji hipotesis dan penjelasan, menarik kesimpulan,

(29)

92

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data, temuan dan pembahasan selama

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Inquiry Training

berbantuan media PhET, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan hasil postes kemampuan berpikir logis siswa yang

diberi pembelajaran dengan model pembelajaran Inquiry Training

berbantuan media PhET dengan siswa yang diberi pembelajaran

konvensional. Kelas eksperimen memperoleh rata-rata nilai 69,00 dan

kelas kontrol memperoleh rata-rata 63,83. Model pembelajaran Inquiry

Training berbantuan media PhET lebih baik dalam meningkatkan

kemampuan berpikir logis siswa daripada pembelajaran konvensional.

2. Terdapat perbedaan hasil postes keterampilan proses sains siswa yang

diberi pembelajaran dengan model Inquiry Training berbantuan media

PhET dengan siswa yang diberi pembelajaran konvensional. Kelas

eksperimen memperoleh rata-rata nilai 77,16 dan kelas kontrol

memperoleh rata-rata nilai 70,83. Model pembelajaran Inquiry Training

berbantuan media PhET lebih baik dalam meningkatkan keterampilan

(30)

93

5.2Saran

Setelah melakukan penelitian, pengolahan, serta interpretasi data, peneliti

menyarankan:

1. Peneliti selanjutnya disarankan untuk lebih melatih siswa dalam

mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan fenomena yang

didemonstrasikan kepada siswa. Hal ini bertujuan agar siswa mampu

mendapatkan petunjuk untuk menjawab penyebab terjadi fenomena

tersebut.

2. Peneliti selanjutnya diharapkan lebih kreatif dalam mengkonsep materi

pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa sehingga dapat menarik

perhatian dan membangun motivasi siswa untuk bertanya dan berpikir

terhadap demonstrasi praktek yang diperagakan oleh peneliti tersebut.

3. Peneliti selanjutnya disarankan untuk memperhatikan jumlah siswa dalam

pembagian kelompok saat menerapkan model pembelajaran Inquiry

Training. Jumlah siswa yang disarankan peneliti adalah 4 sampai 5 orang

setiap kelompok agar siswa lebih efektif dalam bekerja di kelompoknya

(31)

94

DAFTAR PUSTAKA

Afifa, Ratih dkk. 2013. Pengaruh Pembelajaran Guided Inquiry berbantuan PhET (GIBP) terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi dan tanggung jawab siswa kelas XI IPA pada materi teori kinetik gas. Jurnal Pendidikan Fisika Universitas Negeri Malang. Vol. 2 No.1 Hal 4 – 6.

Arend Richard. 2012. Learning To Teach Nine Edition. New York: The McGrow Hill Companies.

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arsyad, Azhar. 2008. Media Pembelajaran. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Asnewastri.2011. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Kemampuan Berpikir Logis terhadap Hasil Belajar Sejarah Siswa Jurusan IPS SMA Negeri 2 Pematangsiantar.Tesis Program Studi Pendidikan Pascasarjana UNIMED Medan. Hal 6 - 8

Dahar, R.W. 1989. Teori-Teori Belajar, Jakarta: Erlangga.

Dimyati, Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cita.

Djiwandono Sri E. W. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Gramedia

Ergul, R.,Simsekli, Y., Callis, S., Ozdilek, Z., Gocmencelebi, S., Sanli, M. 2011. The Effect of Inquiry-Based Science Teaching on Elementary School

Student’s Process Skills and Science Attitudes. Bulgarian Journal of

Science and Education Policy (BJSEP) Vol 5. Number 1 Hal 58 - 63

Hamalik, Oemar. 2003. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

(32)

95

di SMA Negeri 1 Sunggal.Tesis Program Studi Pendidikan Fisika PascaSarjana UNIMED Medan.

Joyce, Bruce dkk. 2009. Models Of Teaching (Model-Model Pengajaran Edisi Kedelapan). Terjemahan oleh Achmad Fawaid dan Ateilla Mirza. 2009. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Komyadi. 2014. Penerapan Media Simulasi PhET untuk Meningkatkan Pengumpulan Data Percobaan dan Mengolah serta Merumuskan Suatu Penjelasan dalam Model Pembelajaran Inquiry Training di SMA Negeri 5 Takengon. Tesis Program Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana UNIMED Medan.

Lindasyah. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran dan Kemampuan Berpikir Logis Terhadap Hasil Belajar Matematika di SMP Tanjung Tiram. Tesis Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED Medan.

Manda, Marini. 2013. Efek Model Pembelajaran Inquiry Training dan Keterampilan Proses Sains Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Listrik Dinamis di kelas X. Tesis Program Studi Pendidikan Fisika PascaSarjana UNIMED Medan.

Pandey,.A, Nanda, G.K., & Ranjan V. 2011. Effectiveness of Inquiry Training Model over Contentional Teaching Method on Academic Achievement of Science Students in India. Journal of Innovative Research in Education 1(1), Global Research Publishing. Vol. 6. Number 1 Hal 45 – 49.

Purwanto, Andik. 2012. Kemampuan berpikir Logis Siswa SMA Negeri 8 Kota Bengkulu Dengan Menerapkan Model Inquiry Terbimbing Dalam Pembelajran Fisika. Jurnal Exacta, Vol. X No. 2 Hal 13 - 16

Purwanto, M. Ngalim. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Rahayu, E., Susanto, H. & Yulianti, D. 2011. Pembelajaran Sains dengan Pendekatan Keterampilan Proses untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7. ISSN : 1693 – 1246. Hal 33 - 37

Richmond. P. G. 1970. An Introduction to Piaget. New York: Basic Book, Inc., Publishers.

(33)

96

Sakdiah, Halimatus. 2014. Efek Model Pembelajaran Inquiry Training berbantuan Handout Dan Sikap Ilmiah Terhadap Pengetahuan Siswa Berbasis Keterampilan Proses Sains.Tesis Program Studi Pendidikan Fisika PascaSarjana UNIMED Medan.

Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sani, Ridwan Abdullah. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sani, Ridwan Abdullah. 2012. Pengembangan Laboratorium Fisika. Medan: UNIMED PRESS.

Simbolon. 2013. Efek Model Pembelajaran Inquiry Terbimbing Berbasis Eksperimen Dan Laboratorium Virtual Terhadap Aktivitas Dan Hasil Belajar Fisika SMA Methodist 1 Medan.Tesis Program Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana UNIMED Medan

Sinaga, Nelpi .2013. Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Training Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Fisika Siswa Di Kelas 2 SMA Negeri 12 Medan. Tesis Program Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana UNIMED Medan.

Slameto. 2010. Belajar & Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Subagya, Hari. 2013. Buku Guru Fisika SMA/MA Kelas X. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Subagyo, Y., Wiyanto & Marwoto, P. 2009. Pembelajaran dengan Pendekatan Keterampilan Proses Sains untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Suhu dan Pemuaian. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 5. ISSN : 1693-1246 (online, tersedia di : http://journal.unnes.ac.id diakses 7 November 2014).

Sukiman. 2012. Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarta: Pedagogia.

Suryabrata, Sumadi. 2014. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Suryabrata. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada

(34)

97

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana.

Trisno, Kendek, Y. & Pasaribu, M. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Training Inquiry Terhadap Hasil Belajar Pada Pokok Bahasan Kalor Siswa SMP Negeri 9 Palu. Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 2 No. 1 Hal 18 – 19. ISSN 2338-3240.

Usdiyana, Dian., Purniati, Tia., Yulianti. & Sutarman. 2009. Meningkatkan Kemampuan berpikir Logis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Matematika Realistik. Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 13, No. 1 Hal 9-12.

Referensi

Dokumen terkait

(CPS) disertai demonstrasi dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan kelas XI IPA 2 SMA Negeri Gondangrejo, dan

Aturan penggunaan lahan di Minangkabau adalah berdasarkan pepatah " nan rato kaparumahan, tabu tumbuah dinan lereng, kok manggu kapakuburan, nan bancah ditanami

The writer will use a psychoanalytic approach theory as the approach to analyze this movie because the major character Walter Black that suffers major

[r]

[r]

[r]

TITANAT DARI TITANIA TEKNIS SEBAGAI ELEKTRODA BATERAI ION LITIUM ” belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

Tesis yang berjudul : “ PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ACCELERATION SPRINT DAN HOLLOW SPRINT TERHADAP PRESTASI SPRINT 100 METER DITINJAU DARI RASIO PANJANG