KETERAMPILAN PROSES SAINS GURU IPA BEBERAPA
SMA DI KABUPATEN BANTUL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
Wahyu Prabawati
NIM : 101424053
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
KETERAMPILAN PROSES SAINS GURU IPA BEBERAPA
SMA DI KABUPATEN BANTUL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
Wahyu Prabawati
NIM : 101424053
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
vi ABSTRAK
Wahyu Prabawati. 2014. Keterampilan Proses Sains Guru IPA Beberapa SMA di Kabupaten Bantul. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui sejauhmana tingkat penguasan keterampilan proses sains guru IPA beberapa SMA di Kabupaten Bantul dan (2) untuk mengetahui aspek keterampilan proses sains yang sudah dikuasai dan yang belum dikuasai guru IPA beberapa SMA di Kabupaten Bantul.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus 2014 di beberapa SMA di Bantul. SMA tersebut adalah SMA Negeri 1 Sewon, SMA Negeri 2 Bantul, SMA Negeri 1 Bambanglipuro, SMA Negeri 1 Sanden, SMA Negeri Kasihan Bantul, dan SMA Stella Duce Bantul. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 25 guru, yang mengampu mata pelajaran biologi, kimia dan fisika. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tes Keterampilan Proses Sains Terpadu.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa(1) tingkat penguasaan keterampilan proses sains guru IPA beberapa SMA di Bantul adalah baik (70,95%) dan (2) aspek keterampilan proses sains yang sudah dikuasai oleh guru adalah menginterpretasi data, mendefinisikan variabel secara operasional serta merancang eksperimen sedangkan aspek keterampilan proses sains yang cukup dikuasai guru adalah merumuskan hipotesis dan mengidentifikasi variabel.
vii ABSTRACT
Wahyu Prabawati. 2014. Science Teacher’s Skills Science Process in Some High Schools In Bantul. Thesis. Physics Education Study Program, Department of Mathematics and Sciences Education, Faculty of Teacher Training and Education, University of Sanata Dharma Yogyakarta. instrument that was used in this study was Integrated Science Process Skill Test.
The result of this study indicated that (1) the level of science process skills mastery by the science teachers of some senior high schools in Bantul were good (70,95%) and (2) aspect of science process skills that have been mastered by teachers were interpreting the data, defining the operational variables, and designing an experiment. On the one hand, the aspect of science process skills that have not been mastered yet by the teachers were formulating hypotheses and identifying variables.
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang
berjudul Keterampilan Proses Sains Guru IPA Beberapa SMA di Kabupaten
Bantul.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana pendidikan di FKIP Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti mendapat bantuan, bimbingan
dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan FKIP USD dan dosen pembimbing
yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing
penulis menyelesaikan skripsi ini.
2. Seluruh dosen Pendidikan Fisika dan karyawan Program Studi Pendidikan
Fisika yang telah membagi ilmu selama ini serta layanan administrasi
dengan baik kepada penulis selama menempuh pendidikan.
3. Kepala SMA Negeri 1 Bambanglipuro, Kepala SMA N 1 Sewon, Kepala
SMA N 2 Bantul, Kepala SMA N 1 Sanden, Kepala SMA N 1 Kasihan
dan Kepala SMA Stela Duce Bantul yang telah memberikan ijin kepada
penulis untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut.
4. Guru mata pelajaran fisika, biologi dan kimia di SMA N 1
ix
SMA N 1 Kasihan dan SMA Stela Duce yang telah bersedia menjadi
responden dalam penelitian ini.
5. Bapak, ibu, kakak-kakakku yang banyak memberikan motivasi, dukungan
baik doa maupun materi.
6. Kelompok skripsi, Lindra dan Ugik atas bantuan, saran dan kerjasamanya
selama menyelesaikan tugas akhir ini.
7. Setyarini yang selalu memberikan motivasi dan masukan kepada penulis.
8. Seluruh teman-teman di Pendidikan Fisika 2010 yang selalu memberi
inspirasi.
9. Sahabat-sahabat yang selalu mendukung dan memberikan motivasi kepada
penulis.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah
membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan.
x DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI... x
DAFTAR TABEL... xiii
DAFTAR LAMPIRAN... xiv
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Batasan Masalah ... 4
D. Tujuan Penelitian ... 4
E. Manfaat Penelitian ... 5
xi
2. Bagi Guru ... 5
BAB II LANDASAN TEORI ... 6
A. Kurikulum 2013 dengan Pendekatan Saintifik (Scientific Approach) ... 6
B. Keterampilan Proses Sains... 8
C. Pembelajaran IPA ... 12
1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam ... 12
2. Pembelajaran IPA... 13
3. Guru IPA ... 16
D. Pentingnya Melatihkan Keterampilan Proses Sains... 19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 22
A. Jenis Penelitian... 22
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 22
C. Subyek Penelitian... 22
D. Variabel Penelitian... 22
E. Desain Penelitian ... 23
1. Kegiatan Penelitian ... 23
2. Pengumpulan Data ... 23
F. Instrumen Penelitian ... 23
G. Analisis Data ... 27
xii
A. Pelaksanaan Penelitian... 32
B. Data ... 33
C. Diskripsi dan Analisis Data ... 33
1. Keterampilan Proses Sains ... 33
2. Keterampilan Proses Sains Setiap Aspek ... 36
D. Implikasi. ... 46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 48
A. Kesimpulan ... 48
B. Saran ... 49
1. Bagi guru ... 49
2. Bagi peneliti selanjutnya ... 49
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Klasifikasi Item Tes TIPS II Berdasarkan Keterampilan Proses Sains
Terpadu... 24
Tabel 3.2. Tujuan dan contoh soal tes pada TIPS II ... 25
Tabel 3.3. Tabel untuk jawaban guru untuk setiap aspek ... 28
Tabel 3.4 Tingkat Penguasaan Keterampilan Proses Sains Guru IPA SMA di Kabupaten Bantul ... 29
Tabel 3.5. Kualifikasi Tingkat Penguasaan Keterampilan Proses Sains Guru IP. 30 Tabel 3.6. Jawaban Guru ... 31
Tabel 4.1. Keterampilan Proses Sains Terpadu Pada Guru IPA SMA di Bantul 34 Tabel 4.2. Jawaban Guru pada Aspek Mengidentifikasi Variabel... 36
Tabel 4.3. Jawaban Guru pada Aspek Mendefinisikan Variabel Operasional ... 39
Tabel 4.4. Jawaban Guru pada Aspek Merumuskan Hipotesis ... 41
Tabel 4.5. Jawaban Guru pada Aspek Merancang Eksperimen... 43
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A1. Soal ... 52
Lampiran A2. Lembar Jawab... 65
Lampiran B1. Contoh Pengisian Lembar Jawab... 66
Lampiran B2. Rekap Jawaban Guru ... 70
Lampiran B3. Rekap Skor Guru pada Aspek Merumuskan Hipotesis dan mendefinisikan Variabel Secara Operasional ... 72
Lampiran B4. Rekap Skor Guru pada Aspek Mengidentifikasi Variabel dan Merancang Eksperimen... 73
Lampiran B5. Rekap Skor Guru pada Aspek Interpretasi Data ... 74
Lampiran C1. Surat Permohonan Ijin Penelitian ... 75
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu bagian penting dalam
pembangunan nasional untuk memcerdaskan kehidupan bangsa dan
sebagai wadah berkembangnya manusia berkualitas agar mampu bersaing
di dunia modern saat ini. Untuk tercapainya tujuan tersebut, maka
pendidikan dikemas dalam suatu sistem yang disebut sistem pendidikan.
Dengan sistem pendidikan yang ada, diharapkan mampu mengembangkan
kualitas peserta didik. Salah satu unsur sistem pendidikan untuk
mewujudkan harapan tersebut adalah kurikulum pendidikan.
Seiring berkembangnya zaman, perubahan demi perubahan
kurikulum di Indonesia pun dilakukan. Perubahan ini dilakukan guna
menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman yang terjadi. Jika
kurikulum pendidikan disusun sesuai dengan tuntunan perkembangan
zaman, diharapkan siswa sebagai generasi penerus bangsa dapat
mempersiapkan diri guna mengahadapi tantangan masa depan. Tahun
ajaran 2013/2014 merupakan waktu yang penting di Indonesia pada bidang
pendidikan. Karena pemerintah khususnya Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan Indonesia (Kemendikbud) memilih beberapa sekolah terpilih
sebagai pengganti kurikulum yang lama yaitu Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP).
Menurut Kemendikbud, Kurikulum 2013 bertujuan untuk
mendorong siswa untuk mampu lebih baik dalam melakukan observasi,
bertanya, bernalar dan mengkomunikasikan apa yang telah mereka peroleh
selama proses pembelajaran. Pengembangan Kurikulum 2013 mengangkat
tema yaitu menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif
dan afektif. Hal ini dilakukan melalui penguatan sikap (tahu mengapa),
keterampilan (tahu bagaimana), dan pengetahuan (tahu apa) secara
terintegrasi. Dalam mengembangkan sikap, keterampilan dan pengetahuan
siswa Kurikulum 2013 mengamanatkan pendekatan saintifik (scientific
approach) dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik (Scientific Approach)
mendorong siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri melalui
tahapan pembelajaran yang dialami, sehingga tidak hanya produk
pengetahuan saja yang diterima siswa tetapi juga memahami prosesnya.
Dengan pembelajaran yang terjadi diharapkan dapat mengembangkan
sikap, keterampilan dan pengetahuan siswa sebagai modal mereka
menghadapi perkembangan zaman.
Pendekatan saintifik (Scientific Approach) dalam pembelajaran
IPA dapat diterapkan melalui keterampilan proses sains. Keterampilan
proses sains merupakan seperangkat keterampilan yang digunakan para
atau sains bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan
dan mengusahakan siswa memahami fenomena, teori dan metode ilmiah.
Dengan demikian, pendidikan sains di Indonesia mempunyai peranan
penting untuk menumbuhkan dan membina siswa dalam suatu
kebudayaan ilmiah (Gie, 1992). Dengan berbudaya ilmiah maka
diharapkan lulusan suatu jenjang sekolah memiliki keterampilan dan
pemikiran sains.
Salah satu penentu keberhasilan dari pelaksanaan Kurikulum 2013
adalah guru. Sebab guru lah yang secara langsung mengajar, membimbing
dan mendidik siswa. Guru menggunakan kurikulum sebagai pedoman
dalam merancang pembelajaran. Sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013,
maka guru harus melaksanakan pembelajaran mengggunakan pendekatan
saintifik yang dapat diterapkan melalui keterampilan proses sains. Maka
pemahaman dan kemampuan guru terkait dengan keterampilan proses
sains menjadi penting untuk diperhatikan.
Terdapat instrument yang dapat digunakan untuk mengukur
keterampilan proses sains guru secara tidak langsung yaitu Test of
Integrated Process Skills (TIPS II). Intrumen ini bersifat pilihan ganda dan
pertanyaan-perntanyaannya mencakup keterampilan mengidentifikasi
variabel, mendefinisikan variabel secara operasional, merumuskan
hipotesis, merancang eksperimen dan interpretasi data. Berpedoman
dengan TIPS II maka peneliti ingin meneliti sejauh mana keterampilan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah
yang diteliti adalah:
1. Sejauh mana tingkat penguasaan keterampilan proses sains guru
IPA beberapa SMA di Kabupaten Bantul?
2. Apa saja aspek pada keterampilan proses sains yang sudah dikuasai
oleh guru IPA beberapa SMA di Kabupaten Bantul?
3. Apa saja aspek pada keterampilan proses sains yang belum dikuasai
oleh guru IPA beberapa SMA di Kabupaten Bantul?
C. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini keterampilan proses sains guru tidak diteliti
secara langsung karena untuk meneliti semua aspeknya membutuhkan
waktu yang lama. Maka penelitian ini menggunakan tes tertulis supaya
lebih efisien. Selain itu yang keterampilan proses yang diteliti bertumpu
pada lima aspek yaitu mengidentifikasi variabel, mendefinisikan variabel
secara operasional, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen dan
interpretasi data.
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat penguasaan keterampilan
proses sains guru IPA SMA di beberapa SMA di Kabupaten
2. Untuk mengetahui aspek keterampilan proses sains yang sudah
dikuasai dan yang belum dikuasai guru IPA beberapa SMA di
Kabupaten Bantul.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Memberikan gambaran tentang keterampilan proses sains
yang dimiliki guru IPA di beberapa sekolah di Kabupaten Bantul.
2. Bagi Guru
Memberikan informasi tentang kelima aspek yang telah
dikuasai dengan baik, maupun yang belum dikuasai, sehingga
6 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kurikulum 2013 dengan Pendekatan Saintifik (Scientific Approach)
Dimyati dan Mudjiono (2006) menuliskan tentang kurikulum yaitu
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 pasal
1(9) menyebutkan bahwa: ”Kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai isi dan bahan serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar” (Depdikbud,
1989:3) sedangkan dalam pasal 37 menyebutkan: ”Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan
tahap perkembangan peserta didik dan kesesuainnya dengan lingkungan
kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta kesenian sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing
suatu pendidikan. Sehingga penyusunan kurikulum menjadi hal yang
penting dalam sistem pendidikan. Oleh karena itu, penyusunan kurikulum
pendidikan harus sesuai dengan perkembangan zaman.
Menurut Rokhman, Kurikulum 2013 telah dirancang sedemikian
rupa agar peserta didik mampu meraih kompetensi utama, yakni sikap,
pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor).
Kompetensi tersebut diharapkan dapat menggambarkan kualitas yang
tersebut, pemerintah memandang perubahan kurikulum dari KTSP ke
kurikulum 2013 merupakan ikhtiar dalam peningkatan mutu pendidikan
Indonesia.
Pengembangan Kurikulum 2013 mengutamakan upaya untuk
menghasilkan insan yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui
penguatan sikap (tahu mengapa), keterampilan (tahu bagaimana) dan
pengetahuan (tahu apa). Berdasarkan hal ini, pembelajaran diharapkan
dapat mendorong siswa untuk aktif mencari tahu dari berbagai sumber,
aktif menanya, berpikir untuk mengambil keputusan dan meningkatkan
kerjasama untuk menyelesaikan suatu masalah.
Pembelajaran pada Kurikulum 2013 dianjurkan menggunakan
pendekatan saintifik/pendekatan ilmiah (Scientific Approach). Pendekatan
saintifik ialah pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran tersebut
dilakukan melalui proses ilmiah (Fadillah, 2014:175). Dengan mengusung
pendekatan saintifik ini, proses pembelajaran diharapkan mampu untuk
menciptakan generasi yang berfikir kritis dan berketerampilan. Sebab apa
yang dipelajari siswa dilakukan dengan indra dan akal pikiran sendiri
sehingga mereka mengalami secara langsung proses mendapatkan
pengetahuan.
Menurut Hosnan (2014:34) pembelajaran yang menerapkan
pendekatan saintifik melibatkan keterampilan proses seperti mengamati,
mengkalsifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan dan menyimpulkan.
informasi melalui pengamatan/observing, bertanya/questioning,
percobaan/experimenting, kemudian mengolah data atau informasi,
menyajikan data atau informasi dilanjutkan dengan menganalisis, menalar/
associating dan kemudian menyimpulkan dan membentuk jaringan
(Hosnan, 2014:37).
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik tidak hanya memandang
hasil belajar sebagai hasil akhir, namun proses pembelajaran dipandang
sangat penting. Oleh karena itu, pendekatan saintifik menekankan pada
keterampilan proses, yaitu pembelajaran yang mengintegrasikan
keterampilan proses secara terpadu. Aspek-aspek pada pendekatan
saintifik tersebut terintegrasi atau terpadu pada keterampilan proses sains.
Sehingga pembelajaran IPA dengan pendekatan saintifik dapat diterapkan
melalui keterampilan proses sains.
B. Keterampilan Proses Sains
Keterampilan proses sains merupakan salah satu pendekatan yang
dapat digunakan guru dalam pembelajaran. Keterampilan Proses
merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif
maupun psikomotorik) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu
konsep atau prinsip atau teori untuk mengembangkan konsep yang telah
ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu
penemuan (Indrawati dalam Trianto, 2012:144). Selain itu Kemendikbud
keterampilan yang digunakan para ilmuwan dalam melakukan
penyelidikan ilmiah.
Menurut American Association for the Advancement Science
(dalam Devi, 2010) dan juga Kemendikbud keterampilan proses sains
atau IPA di klasifikasi menjadi dua yaitu keterampilan proses dasar dan
keterampilan proses terpadu. Penelitian ini difokuskan untuk mempelajari
sejauhmana tingkat penguasaan guru IPA SMA tentang keterampilan
proses terapadu. Sehingga pada kajian ini akan dibahas tentang
keterampilan proses sains terpadu.
Keterampilan proses terpadu terdiri dari aspek merumuskan
hipotesis, mengidentifikasi variabel, mendefinisikan variabel secara
operasional, merancang eksperimen dan interpretasi data. Berikut ini
adalah penjelasan dari masing-masing aspek pada keterampilan proses
terpadu:
1. Mengidentifikasi variabel
Tujuan umum dilakukan ekperimen ataupun percobaan
adalah melihat pengaruh besaran-besaran yang diukur. Besaran
inilah yang disebut sebagai variabel. Variabel didefinisikan
sebagai besaran kualitatif atau kuantitatif yang dapat bervariasi
atau berubah pada situasi tertentu (Devi, 2010). Besaran
kualitatif adalah besaran yang tidak dinyatakan dalam satuan
baku tertentu sedangkan besaran kuantitatif adalah besaran
Pengontrolan variabel memiliki tujuan agar seagala sesuatu
dalam percobaan tetap sama kecuali satu faktor. Terdapat tiga
macam variabel, yaitu:
a. Variabel bebas, adalah variabel yang sengaja diubah
atau dimanipulasi dalam suatu situasi. Variabel bebas
merupakan faktor yang menjadi sebab atau terjadinya
perubahan variabel lain (yaitu variabel terikat). Variabel
bebas sering juga disebut sebagai variabel manipulasi.
b. Variabel terikat, adalah variabel yang berubah sebagai
akibat dari kegiatan manipulasi atau perubahan variabel
manipulasi. Karena perubahan itu sebagai tanggapan
dari faktor lain (variabel bebas) maka disebut variabel
terikat (variabel respon).
c. Variabel kontrol, adalah variabel yang sengaja
dipertahankan konstan agar tidak berpengaruh terhadap
variabel respon.
Keterampilan mengidentifikasi variabel (Devi, 2010) dapat
diukur berdasarkan tujuan pembelajaran yaitu sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi variabel dari suatu pernyataan tertulis
atau dari deskripsi suatu eksperimen.
b. Mengidentifikasi variabel manipulasi dan variabel
c. Mengidentifikasi variabel kontrol dari pernyataan
tertulis atau deskripsi suatu eksperimen.
2. Mendefinisikan Variabel secara Operasional
Mendefinisikan secara operasional suatu variabel berarti
menetapkan bagaimana variabel diukur. Definisi operasional
variabel merupakan definisi yang menguraikan bagaimana
mengukur suatu variabel. Dari definisi tersebut harus
menyatakan tindakan apa yang akan dilakukan dan pengamatan
apa yang akan dicatat dalam eksperimen.
3. Merumuskan Hipotesis
Trianto (2012:147) menjelaskan bahwa perumusan
hipotesis adalah perumusan dugaan yang masuk akal yang akan
dapat diuji tentang bagaimana atau mengapa sesuatu terjadi.
Hipotesis dirumuskan atau dibuat pada awal percobaan, dalam
bentuk pernyataan bukan pertanyaan. (Nur dalam Devi, 2010).
4. Merancang Ekperimen
Ekperimen dapat didefinisikan sebagai kegiatan terinci
yang direncanakan untuk menghasilkan data untuk menjawab
suatu masalah atau menguji suatu hipotesis. Melatihkan
merencanakan eksperimen tidak harus selalu dalam bentuk
penelitian yang rumit, tetapi cukup dilatihkan dengan menguji
hipotesis-hipotesis yang berhubungan dengan konsep-konsep
5. Interpretasi Data
Interpretasi data atau penafsiran data biasanya diawali
dengan pengumpulan data, analisis data dan mendeskripsikan
data. Penyajian data hasil percobaan harus dalam bentuk yang
mudah dipahami misalnya dalam bentuk daftar atau tabel dan
diagram atau grafik. Data yang diperoleh dari percobaan
kemudian dilihat ‘polanya’ sehingga dari pola tersebut dapat
dapat ditarik suatu kesimpulan.
C. Pembelajaran IPA
1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu
pengetahuan yang mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada
dipermukaan bumi, benda yang ada di dalam bumi dan luar angkasa,
baik yang dapat diamati oleh indera maupun yang tidak dapat diamati
oleh indera. Secara umum IPA meliputi tiga bidang ilmu dasar yaitu
fisika, kimia dan biologi. Dalam Trianto (2012:137) IPA dibangun
atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah dan sikap ilmiah. Sejalan
dengan pernyataan tersebut, menurut Susanto (2013:167-171) ilmu
pengetahuan alam dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu:
a. IPA sebagai produk, yaitu kumpulan hasil penelitian yang telah
dikaji sebagai kegiatan empiris dan kegiatan analitis (misalnya:
fakta, prinsip, hukum dan teori ilmiah).
b. IPA sebagai proses, yaitu untuk menggali dan memahami
pengetahuan tentang alam. Proses dalam memahami IPA
disebut dengan keterampilan proses sains. Keterampilan proses
sains adalah keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuwan
seperti mengamati, mengukur, mengkasifikasi dan
menyimpulkan.
c. IPA sebagai sikap, yaitu sikap yang harus dikembangkan dalam
pembelajaran sains disebut sikap ilmiah. Sikap ilmiah dapat
dikembangkan melalui kegiatan diskusi, percobaan, simulasi
dan kegiatan proyek dilapangan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa IPA
merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari semesta. Dalam
mempelajarinya dibutuhkan sikap ilmiah serta proses-proses ilmiah
untuk memahami semesta sehingga terbentuklah suatu produk ilmiah
yang biasa kita pelajari misalnya teori, prinsip, hukum,dll.
2. Pembelajaran IPA
Dahulu pembelajaran dengan model klasik yaitu Dengar, Catat
dan Hafal. Dengan pembelajaran seperti ini tidak membiasakan siswa
untuk belajar secara aktif dan menjadikan siswa terbiasa mengahafal
pelajaran. Selain itu, pembelajaran model mengahafal tidak
perubahan kurikulum diharapkan mampu mengubah proses
pembelajaran yang semula berpusat pada guru menjadi berpusat
kepada siswa. Menurut Hosnan (2014:36) pembelajaran dengan
pendekatan saintifik atau scientific approach memliki karakteristik
yaitu :
a. Berpusat pada siswa.
b. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkonstruksi
konsep, hukum atau prinsip.
c. Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam
merangsang perkembangan intelek khususnya keterampilan
berpikir tingkat tinggi siswa.
d. Dapat mengembangkan karakter siswa.
Dalam pembelajaran sains atau IPA dilaksanakan berdasarkan teori
konstruktivisme. Konstruktivisme melandasi pemikiran bahwa
pengetahuan bukanlah sesuatu yang diberikan dari alam karena hasil
kontak manusia dengan alam, tetapi pengetahuan merupakan hasil
konstruksi (bentukan) aktif manusia itu sendiri. Hal ini
mengisyaratkan bahwa pengetahuan tidak begitu saja ditransfer dari
guru ke siswa, tetapi siswa sendiri yang membangun pengetahuan
tersebut. Menurut Bettencourt dalam Suparno (2007) pengetahuan
selalu akibat dari suatu konstruksi kognitif melalui kegiatan berpikir
membangun pengetahuannya berdasarkan pengalaman langsung yang
dialami peserta didik.
Berdasarkan uraian di atas terdapat kesesuaian antara karakteristik
pembelajaran dengan pendektan saintifik dan teori konstruktivisme.
Yaitu bahwa pembelajaran harus berpusat pada siswa dengan
melibatkan keterampilan-keterampilan proses. Sehingga siswa
mengalami secara langsung proses mendapatkan pengetahuan.
Menurut Trianto (2012:143) tujuan pembelajaran IPA dapat
memberikan:
a. Kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam untuk
meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa
b. Pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang dasar dari
prinsip dan konsep, fakta yang ada di alam, hubungan
saling ketergantungan, hubungan antara sains dan
teknnologi.
c. Keterampilan dan kemampuan untuk mengani
peralatan, memecahkan masalah dan melakukan
observasi.
d. Sikap ilmiah, antara lain skeptis, kritis sensitive,
e. Kebiasaan mengembangkan kemampuan berpikir
analitis induktif dan deduktif dengan menggunakan
konsep dan prinsip sains.
Dengan demikian jelas bahwa pembelajaran IPA atau sains dapat
menggunakan pendekatan keterampilan proses sains. Berdasarkan
teori konstruktivisme dan tujuan pendidikan IPA di atas, implikasi
bagi guru IPA atau sains adalah menyediakan suatu pembelajaran IPA
yang dapat membantu peserta siswa untuk membangun
pengetahuannya dan juga membangun pemahaman siswa tentang
keterampilan proses sains.
3. Guru IPA
Seorang guru selalu dikatakan sebagai ujung tombak dalam
implementasi kurikulum pendidikan. Sebab guru lah yang
berhubungan langsung dengan siswa melalui pembelajaran yang ia
laksanakan. Maka pengetahuan guru tentang materi pelajaran dan
berbagai metode maupun pendekatan dalam pembelajaran sangat
diperlukan. Hal itu merupakan pengetahuan yang harus dimiliki oleh
seorang guru. Sehingga sebelum mengajar di kelas, sudah sewajarnya
jika guru memiliki pengetahuan luas bidang ajarnya.
Salah satu mata pelajaran IPA yaitu fisika, menurut Trowbridge&
Bybee (1996:2-5 dalam Suparno (2007:2-4) ) untuk menjadi seorang
guru fisika terdapat beberapa hal yang harus dilatih terus-menerus dan
a. Penguasaan bahan fisika, bertujuan agar tidak
menyebabkan miskonspesi saat mengajar. Untuk
mendukung penguasaan bahan, seorang guru harus
mengembangkan diri dengan cara menambah ilmu melalui
sumber belajar seperti buku-buku, seminar, internet
maupun bertanya kepada tenaga ahli.
b. Mengerti tujuan pengajaran fisika, agar pembelajaran
menjadi lebih terarah dan efektif
c. Guru dapat mengorganisasi pengajaran fisika, guru harus
mempersiapkan pengajaran sesuai dengan tujuan. Berkaitan
dengan cara mengajar, alat dan sarana pembelajaran dan
evaluasi pembelajaran.
d. Mengerti situasi siswa. Agar pembelajaran fisika akan
mengena pada siswa dan menyenangkan bagi siswa.
Beberapa situasi siswa yang perlu diketahui seperti :
konspesi awal, pemikiran siswa, konsep yang telah
dipunyai, tingkah laku, dan lain-lain. Dengan mengerti
keadaan siswa, guru akan dapat membantu pembelajaran
sesuai dengan situasi siswa.
e. Guru dapat berkomunikasi dengan siswa. Hubungan yang
akrab dengan siswa perlu dibangun.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi
seorang guru dituntut untuk tidak hanya menguasai materi pelajaran
saja tetapi juga berbagai metode pembelajaran dan keterampilan
berkomunikasi dengan peserta siswa.
Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya, bahwa dalam
pembelajaran IPA pendekatan saintifik dapat diterapkan melalui
keterampilan proses sains, sehingga sebelum mengajar sudah
sewajarnya guru terlebih dahulu memahami tentang keterampilan
proses sains. Secara umum, jika seorang guru IPA memiliki
pengetahuan yang mendalam tentang IPA dan memahami hakekat
IPA serta terampil melakukan kerja ilmiah tak dapat diragukan jika
guru tersebut akan dapat melaksanakan pembelajaran dengan
keterampilan proses. Menurut Radford (1992) jika guru IPA
mengaharapkan siswanya untuk mempelajari dan memahami
keterampilan proses sains, setidaknya terdapat 3 aspek yang harus
dipersiapkan guru yaitu:
a. Guru harus memiliki kecakapan atau menguasai tentang
keterampilan proses sains.
b. Siswa harus dibimbing dan diberi kesempatan untuk
mempraktekkan keterampilan tersebut.
c. Kemajuan siswa dalam melaksananakan keterampilan proses
Guru IPA yang telah menguasai keterampilan proses sains dengan
baik diharapkan dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik pula
dikelas. Peran guru IPA adalah membantu dan memfasilitasi siswa
untuk memngembangkan keterampilan proses sains.
D. Pentingnya Melatihkan Keterampilan Proses Sains
Dalam pembelajaran IPA yang melatihkan keterampilan proses
sains, tidak dituntut bahwa setiap siswa akan menjadi saintis atau
ilmuwan. Namun, melalui keterampilan proses siswa dibiasakan untuk
aktif berpikir. Selain itu, dengan proses yang dialami oleh siswa, maka
siswa akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri
pengetahuannya. Disamping itu, keterampilan proses sains merupakan
keterampilan yang digunakan dalam mengumpulkan data dan menganalisa
data sehingga dapat memecahkan masalah yang muncul (Lan, 2005).
Conny Semiawan dkk (1984:14-16) ada beberapa alasan yang melandasi
perlunya diterapkan pendekatan keterampilan proses dalam kegiatan
pembelajaran, yaitu:
a. Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat,
sehingga tak mungkin para guru mengajarkan semua fakta dan
konsep.
b. Anak-anak mudah memahami konsep yang rumit dan abstrak
jika disertai contoh yang sesuai kondisi dengan
c. Untuk menanamkan sikap ilmiah pada anak, perlu dilatih
untuk selalu bertanya dan berpikir kritis.
d. Proses pembelajaran seyogyanya pengembangan konsep tidak
dilepaskan dari pengembangan sikap dan nilai dalam diri
anak.
Menurut Muhammad (dalam Trianto, 2012:150) tujuan melatihkan
keterampilan proses pada pembelajaran IPA adalah:
a. Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa, karena siswa
dipacu untuk aktif dalam belajar.
b. Menuntaskan hasil belajar siswa secara serentak, baik
keterampilan produk, proses maupun keterampilan kinerjanya.
c. Menemukan dan membangun sendiri konsep .
d. Untuk lebih memperdalam konsep, pengertian dan fakta yang
dipelajari.
e. Mengembangkan pengetahuan atau konsep dengan kenyataan
dalam kehidupan sehari-hari.
f. Sebagai persiapan dan latihan dalam menghadapi kenyataan
hidup di dalam masyarakat, karena siswa telah dilatih
keterampilan dan berpikir logis dalam memecahkan masalah
dalam kehidupan.
Dari beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penting
melatihkan keterampilan proses kepada siswa. Siswa akan terbiasa
keterampilan proses, siswa akan lebih mengerti bahwa IPA bukan hanya
sekedar produk ilmiah, tetapi juga proses di dalamnya.
Peran guru adalah menyediakan kegiatan belajar yang menunjang
siswa untuk belajar aktif . Membiasakan siswa belajar dengan pendekatan
saintifik, dimana pendekatan saintifik dapat diterapkan melalui
keterampilan proses sains. Sehingga dengan melatihkan keterampilan
proses kepada siswa, tujuan pendidikan dalam kurikulum 2013 akan
tercapai yaitu mengambangkan keterampilan, sikap dan pengetahuan
sehingga melahirkan siswa yang produktif, kreatif dan inovatif sebagai
22 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif. Hasil
penelitian ini terbatas pada beberapa guru-guru IPA di Bantul yang diteliti
saja, sehingga hasil dan kesimpulan berdasarkan penelitian ini tidak dapat
digeneralisasikan kepada seluruh guru IPA di Bantul.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan bulan
Agustus 2014 di beberapa SMA di Kabupaten Bantul, Yogyakarta.
C. Subyek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah guru IPA yang berjumlah 25 guru dari
enam SMA di Bantul.
D. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini hanya terdapat satu variabel yaitu
alat ukur yaitu Test of Integrated Process Skills II (TIPS II) atau Tes
Keterampilan Proses Sains Terpadu.
E. Desain Penelitian
1. Kegiatan Penelitian
Kegiatan penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Peneliti mengajukan tes kepada beberapa guru IPA SMA untuk
menguji keterampilan proses sains terpadu secara tidak
langsung. Hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
pemahaman guru IPA tentang keterampilan proses sains
terpadu. Tes berupa soal pilihan ganda dan tanpa soal hitungan.
b. Hasil tes tersebut dianalisis dengan mengoreksi jawaban yang
benar dan jawaban yang salah.
2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan satu
macam instrument yaitu soal berupa pilihan ganda tentang
keterampilan proses sains terpadu (TIPS II). Data tentang tingkat
keterampilan proses sains guru diperoleh dari hasil jawaban guru.
F. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan instrument Test of Integrated Process
menguji sejauhmana tingkat pemahaman dalam keterampilan proses sains
terpadu. Tes ini diambil dari jurnal ‘Journal of Research In Science Teaching’yang berjudul Development of an Integrated Process Skill Test :
TIPS II. TIPS II ini dikembangkan oleh Dillshaw dan Okey (1985). Soal
terdiri dari 3 bidang yaitu fisika, kimia dan biologi.
Pertanyaan-pertanyaannya mencakup keterampilan merumuskan hipotesis,
menendefinisian variabel secara operasional, mengidentifikasi variabel,
merancang eksperimen, dan interpretasi data.
Tes asli yang berupa soal pilihan ganda dalam Bahasa Inggris
kemudian dengan bantuan ahli, soal tersebut diterjemahkan dalam Bahasa
Indonesia. Soal yang sebenarnya terdiri dari 36 item. Namun dalam
penelitian ini, peneliti mengurangi jumlah item soal menjadi 25 soal.
Pengurangan soal dengan cara memilih soal-soal yang memiliki aspek
yang sama. 25 soal tersebut sudah mewakili lima aspek yang ingin diteliti.
Tabel 3.1. Klasifikasi Item Tes TIPS II Berdasarkan Keterampilan Proses
Sains Terpadu
Aspek di dalam tes TIPS II No Item
Mengidentifikasi Variabel 1, 3, 10, 11, 12, 21, 22, 23 Mendefinsikan variabel secara
operasional
2, 13, 14, 17, 24
Merumuskan Hipotesis 4, 8, 9, 18, 20, 25 Merancang eksperimen 6, 15
Tabel 3.2. Tujuan dan contoh soal tes pada TIPS II
Sebuah penelitian tentang efisiensi mobil telah dilakukan. Hipotesa yang diuji adalah penambahan campuran zat additive pada bahan bakar dapat meningkatkan efisiensi mesin. Lima mobil yang identik diisi dengan jumlah dan jenis bensin yang sama tetapi jumlah zat additive (zat tambahan) yang berbeda. Mobil berjalan pada jalur yang sama sampai bahan bakar habis. Peneliti mencatat jarak yang dapat ditempuh setiap mobil. Bagaimana efisiensi mesin diukur dalam penelitian ini?
A) Waktu yang ditempuh mobil hingga kehabisan bensin.
B) Jarak tempuh tiap mobil.
C) Jumlah bahan bakar yang mengenali variabel bebas, respon dan variabel control
Rini ingin mengetahui jika suhu mempengaruhi jumlah gula yang akan larut di dalam air. Ia menuangkan 50 mL air yang bersuhu 0°C, 50°C, 75°C, and 95°C kedalam empat botol. Kemudian, ia melarutkan gula sebanyak mungkin di setiap botol dengan mengaduknya. Manakah Hipotesis yang sedang diuji?
A) Semakin sering dilakukan pengadukan, semakin banyak gula yang larut. digunakan, semakin tinggi suhu air tersebut.
Tujuan Contoh soal
dari variabel yang rumit, memilih hipotesis yang akan diuji
makanan yang dihasilkan oleh tanaman buncis. Dalam percobaan, peneliti mengubah intensitas cahaya, jumlah karbon dioksida, dan jumlah air yang diterima oleh tanaman. Hipotesis manakah yang dapat diujikan, jika Susan akan melakukan ui tersebut?
A) Semakin banyak tanaman memperoleh karbon dioksida, semakin banyak zat makanan yang dihasilkan.
B) Semakin banyak zat makanan dihasilkan oleh tanaman, semakin banyak cahaya yang dibutuhkan. C) Semakin banyak tanaman buncis
mendapat air, semakin banyak karbon dioksida yang dibutuhkan. D) Semakin banyak tanaman buncis
menerima cahaya, semakin banyak karbon dioksida yang dihasilkan. Memberikan deskripsi
sebuah penyelidikan, memperoleh data, mengenali grafik dari data, dan menjelaskan hubungan antar variabel
Seorang peneliti sedang menguji pupuk baru dengan menggunakan lima lahan yang berukuran sama. Ia memberikan jumlah pupuk yang berbeda di setiap lahan. Satu bulan kemudian, ia mengukur tinggi rata-rata rumput di setiap lahan tersebut. Hasil pengukurannya terdapat pada tabel di bawah ini.
Tujuan Contoh soal
Merencakanan
penyelidikan untuk menguji hipotesis
Seorang ahli Biologi menguji hipotesa berikut: Semakin banyak jumlah vitamin yang diberikan kepada seekor tikus, semakin cepat tikus tersebut tumbuh. Bagaimana ia dapat mengukur pertumbuhan tikus tersebut?
A) Mengukur kecepatan tikus berlari B) Mengukur banyaknya latihan yang
dilakukan oleh tikus
C) Mengukur berat tikus setiap hari D) Mengukur jumlah vitamin yang
dimakan oleh tikus
G. Analisis Data
Melalui hasil jawaban atas tes tersebut maka dapat diketahui
tingkat keterampilan proses sains oleh guru IPA. Data akan dianalisis
secara kuantitatif untuk tiap aspek sehingga akan diperoleh jawaban benar
dan salah untuk masing-masing guru. Untuk setiap jawaban guru, jika
benar diberi skor 1 dan jika salah diberi skor 0. Kemudian jawaban guru
tersebut dikelompokkan berdasarkan masing-masing aspek dihitung skor
setiap guru serta dibuat presentase. Kemudian dihitung rata-rata skor
adalah tabel yang digunnakan untuk menghitung skor rata-rata guru untuk
setiap aspek dalam keterampilan proses sains terpadu.
Tabel 3.3. Tabel untuk jawaban guru untuk setiap aspek
Nama Guru
Aspek Skor Skor (%)
No item No item
Keterangan :
Skor = skor mentah guru
Skor (%) = skor guru dalam bentuk persen
Skor (%) =
100
= rata-rata skor guru setiap aspek
= (%)
Hasil dari analisis di atas digunakan untuk menganalisis tingkat
penguasaan guru IPA SMA pada setiap aspek dalam keterampilan
proses sains terpadu dengan melihat kualifikasi berdasarkan tabel 5
Kualifikasi Tingkat Keterampilan Proses Sains Guru IPA.
Selanjutnya, untuk mengetahui tingkat penguasaan keterampilan
proses sains terpadu terhadap keseluruhan aspek maka dilihat nilai
Kemudian berdasarkan hasil tersebut dapat digunakan untuk
mengetahui tingkat penguasaan guru IPA SMA di Kabupaten Bantul
terhadap keterampilan proses sains terpadu dengan cara
mengklasifikasikan nilainya menggunakan tabel 5 Kualifikasi Tingkat
Keterampilan Proses Sains Guru IPA.
Kemudian, berdasarkan rata-rata skor guru untuk setiap aspek
dapat digunakan untuk menentukan standar deviasinya. Jika nilai
standar deviasi besar terhadap rata-rata skor guru untuk setiap aspek
maka dapat dikatakan bahwa tingkat penguasaan keterampilan proses
sains terpadu oleh guru IPA SMA di Kabupaten Bantul adalah
menyebar. Artinya ada aspek keterampilan yang dikuasai dan ada yang
belum dikuasai. Berikut tabel untuk melihat tingkat penguasaan guru
IPA SMA terhadap keterampilan proses sains.
Tabel 3.4. Tingkat Penguasaan Keterampilan Proses Sains Guru IPA
SMA di Kabupaten Bantul
Aspek (%) (%) S.D (%)
Keterangan:
(%) = rata-rata skor guru setiap aspek
(%) =rata-rata skor guru seluruh aspek
(%) =
S.D = Standar deviasi
Tingkat penguasaan guru IPA beberapa SMA di Kabupaten Bantul
terhadap keterampilan proses sains baik setiap aspek maupun
keseluruhan dikategorikan dalam 5 kategori yaitu sangat baik, baik,
cukup, kurang dan sangat kurang. Berikut tabel kategori tingkat
penguasaan keterampilan proses sains :
Tabel 3.5. Kualifikasi Tingkat Penguasaan Keterampilan Proses Sains
Guru IPA
Rata-Rata Skor (%) Tingkat Penguasaan 80 Sangat Baik
68-79 Baik
56-67 Cukup
46-55 Kurang
45 Sangat Kurang
Berdasarkan hasilnya dapat digunakan untuk mengetahui aspek apa
saja yang sudah dikuasi guru (persentase tinggi) maupun aspek mana
saja yang masih lemah oleh guru.
Untuk mengetahui kesalahan jawaban yang banyak terjadi pada
guru, maka jawaban guru pada setiap item soal dibuat presentase.
Tabel yang digunakan untuk mengetahui jawaban guru adalah sebagai
Tabel 3.6. Jawaban Guru
Aspek No item
soal
Jawaban Guru
a (%) b (%) c (%) d (%)
Keterangan:
a = persentase jumlah guru menjawab pilihan a b = persentase jumlah guru menjawab pilihan b
c = persentase jumlah guru menjawab pilihan c d = persentase jumlah guru menjawab pilihan d persentase jumlah guru menjawab =
32 BAB IV
DATA DAN ANALISIS
A. Pelaksanaan Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian untuk mengetahui keterampilan
proses sains pada guru IPA beberapa SMA di Kabupaten Bantul di awali
dengan kegiatan menyusun instrument berupa soal pilihan ganda tentang
keterampilan proses sains serta mencari sekolah (SMA) yang bersedia
digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini. Kegiatan selanjutnya
dalam pelaksanaan penelitian ini adalah pengambilan data dengan cara
mengetes guru yang dijadikan sampel untuk mengerjakan soal tentang
keterampilan proses sains. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan
Mei – Agustus 2014. Sekolah yang menjadi sampel untuk penelitian ini adalah SMA N 1 Bambanglipuro, SMA N 1 Sanden, SMA N 2 Bantul,
SMA N 1 Sewon, SMA N 1 Kasihan Bantul dan SMA Stella Duce Bantul.
Pengambilan data di SMA Negeri 1 Bambanglipuro dilakukan
pada tanggal 26 Mei-2 Juni 2014 dengan jumlah guru yang dites ada 7
orang. Di SMA Negeri 1 Sanden pada 28 Mei-2 Juni 2014 dengan jumlah
guru yang dites ada 5 orang. Di SMA Negeri 2 Bantul pada 26 Mei-28
Mei 2014 dengan jumlah guru yang dites ada 3 orang. Di SMA Negeri 1
Sewon pengambilan data dilakukan pada tanggal 3 Juni-5 Juni 2014
dilanjutkan pada bulan Agustus 2014 karena pada bulan Juni-Juli
disekolah sedang dilaksanakan ujian semester dan bertepatan dengan libur
Ramadhan dan libur Idul Fitri. Di SMA Negeri 1 Kasihan penelitian
dilakukan pada tanggal 8 Agustus-12 Agustus 2014 dengan jumlah guru
yang dites ada 4 orang. Sekolah yang terakhir yaitu SMA Stela Duce
Bantul, penelitian dilakukan pada tanggal 9 Agustus dan 16 Agustus
dengan jumlah guru yang dites adalah 2 orang.
B. Data
Tes ini diikuti oleh 25 guru dari beberapa SMA di daerah Bantul.
Guru tersebut terdiri dari guru mata pelajaran fisika, biologi dan kimia.
Waktu pengerjaan soal tersebut adalah 30 menit.
C. Diskripsi dan Analisis Data
Bagian ini akan didiskripsikan keadaan jawaban guru IPA SMA
yaitu guru mata pelajaran fisika, biologi dan kimia atas instrument tentang
keterampilan proses sains terpadu yang terbagi dalam beberapa aspek.
1. Keterampilan Proses Sains
Instrument yang digunakan untuk mengukur sejauhmana
keterampilan proses sains terpadu pada guru terdiri dari 5 aspek.
Oleh karena itu, keterampilan proses sains terpadu yang dimiliki
keterampilan proses sains terpadu. Berikut adalah tabel keterampilan
proses sains terpadu pada guru:
Tabel 4.1. Keterampilan Proses Sains Terpadu Pada Guru IPA SMA
di Bantul
= rata-rata skor guru setiap aspek
= rata-rata skor guru seluruh aspek keterampilan
proses sains terpadu
S.D = Standar Deviasi
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, didapatkan rata-rata skor guru
terkait keterampilan proses sains adalah 70,95 % dengan standar
deviasi 9,88 %. Maka dapat dikatakan bahwa guru IPA beberapa
SMA di Kabupaten Bantul memiliki tingkat penguasaan
keterampilan proses sains yang baik. Dengan nilai standar deviasi
9,88 % merupakan nilai yang cukup besar dari rata-rata skor guru.
Dapat dikatakan bahwa rata-rata skor guru pada setiap aspek
adalah menyebar, yaitu ada perbedaan di setiap aspeknya. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat keterampilan yang sangat dipahami
oleh beberapa guru SMA di Bantul adalah interpretasi data dengan
rata-rata skor guru paling tinggi. Dan aspek yang cukup dipahami
oleh beberapa guru IPA di Bantul adalah aspek mengidentifikasi
variabel dengan rata-rata skor paling rendah.
Setelah dilihat keterampilan proses secara keseluruhan,
selanjutnya dapat diketahui penguasaan guru pada setiap aspek
pada keterampilan proses sains.
Pada aspek mengidentifikasi variabel, rata-rata skor guru
adalah 58,00 % maka dapat dikatakan bahwa guru memiliki tingkat
keterampilan yang cukup dalam mengidentifikasi variabel. Pada
aspek mendefinisikan variabel operasional, rata-rata skor guru
adalah 74,40 % maka dapat dikatakan bahwa tingkat keterampilan
beberapa guru IPA SMA di Bantul pada aspek mendefinisikan
variabel operasional adalah baik. Untuk aspek merumuskan
hipotesis, rata-rata skor guru adalah 67,33 %, dapat dikatakan
bahwa beberapa guru IPA SMA di Bantul memiliki tingkat
keterampilan yang cukup pada aspek merumuskan hipotesis. Pada
aspek merancang eksperimen, rata-rata skor guru adalah 70,00 %
maka dapat dikatakan bahwa guru memiliki keterampilan yang
baik dalam aspek merancang eksperimen. Pada aspek interpretasi
data, rata-rata skor guru adalah 85,00% maka dapat dikatakan
bahwa dalam aspek interpretasi data guru IPA di Bantul dalam
2. Keterampilan Proses Sains Setiap Aspek a. Mengidentifikasi Variabel
Tabel 4.2. Jawaban Guru pada Aspek Mengidentifikasi Variabel
Keterangan:
Arsir : Jawaban Benar
Sebagaimana telah dibahas pada bagian sebelumnya,
keterampilan guru dalam mengidentifikasi variabel adalah
cukup (58,00%). Tabel 4.2 menunjukkan peta respon guru
terhadap persoalan yang diajukan dalam tes. Suatu eksperimen
bertujuan untuk melihat pengaruh besaran-besaran yang diukur.
Besaran inilah yang disebut sebagai variabel. Maka
kemampuan mengidentifikasi atau mengenali besaran-besaran
apa saja menjadi hal yang penting sebelum eksperimen
dilakukan.
Untuk item nomor 3, berdasarkan tabel di atas, guru
menjawab salah (84%) dengan pilihan jawaban D. Pertanyaan
Aspek No
item
Jumlah Guru yang Menjawab (%)
Total
A B C D Kosong
Mengidentifikasi variabel
pada item 3 adalah” Sebuah pabrik otomotif hendak membuat
mobil dengan biaya operasional rendah. Mereka mempelajari beberapa variabel yang akan mempengaruhi jumlah jarak
tempuh per liter bensin dari setiap mobil. Manakah variabel yang nampaknya akan mempengaruhi jumlah jarak tempuh per
liter bensin?”. Respon yang tepat terhadap pertanyaan ini
adalah opsi B yakni “ukuran mesin” yang dipilih guru
sebanyak 12 %. Pernyataan opsi D, yang banyak dipilih guru
adalah jawaban A dan B benar (jawaban A adalah berat mobil
dan jawaban B adalah ukuran mesin). Banyak guru menjawab
opsi D yang menerangkan bahwa berat mobil dan ukuran mesin
mempengaruhi jarak tempuh tiap liter bensin. Sebenarnya berat
mobil berpengaruh terhadap usaha yang dilakukan mobil untuk
bergerak. Dan untuk ukuran mesin berpengaruh terhadap jarak
tempuh per liter bensin.
Pada item 10 dan 21 pada soal tes memiliki persoalan yang
sama yaitu menentukan variabel kontrol dalam suatu
penyelidikan. Berdasarkan tabel 4.2 yang menunjukkan peta
respon guru, pada item 10 dan 21 banyak guru yang menjawab
pada jawaban yang benar. Tetapi ada beberapa guru yang
menjawab salah pada macam jawaban, dan kesalahan tersebut
Item nomor 10 dengan pertanyaan “Ia menuangkan 50 mL air yang bersuhu 0°C, 50°C, 75°C, and 95°C kedalam empat botol. Kemudian, ia melarutkan gula sebanyak mungkin di
setiap botol dengan mengaduknya”. Berarti melalui pernyataan
tersebut yang menjadi variabel kontrol adalah jumlah air dalam
botol, dan beberapa guru salah pada opsi D yaitu suhu air.
Item nomor 21 dengan pernyataan “Tanaman-tanaman tomat ditanam di empat bak yang besar. Setiap bak diisi jenis
dan jumlah tanah yang sama. Satu bak diisi 15 kg sampah daun yang dicampur dengan tanah. Bak kedua diisi 10 kg, bak
ketiga diisi 5 kg dan bak keempat tidak diisi sampah daun. Semua bak diletakkan diluar rumah agar mendapat sinar matahari dan dilakukan penyiraman. Kemudian, jumlah tomat
yang dihasilkan di setiap bak dihitung”. Dari pernyataan
tersebut yang menjadi variabel kontrol adalah jenis dan jumlah
tanah yang ditambahkan pada bak. Namun beberapa guru
memilih pada opsi B yaitu jumlah sampah daun yang
ditambahkan dalam bak.
Berdasarkan jawaban guru pada item nomor 10 dan 21, ada
kemungkinan persoalan yang dihadapi beberapa guru adalah
belum paham mengenai pengertian variabel kontrol.
Kemungkinan bahwa guru mengartikan variabel kontrol
yang dijaga tetap selama percobaan. Sehingga pada item
tersebut beberapa guru salah dalam memilih jawaban.
Secara umum pada aspek mengidentifikasi variabel,
beberapa guru belum paham mengenai variabel kontrol,
variabel bebas dan variabel terikat. Hal ini dapat dilihat bahwa
untuk beberapa item yang berkaitan dengan variabel-vaiabel
tersebut, masih banyak guru yang menjawab salah. Ada
kemungkinan bahwa para guru belum paham mengenai
pengertian dari masing-masing variabel, sehingga ketika
dihadapkan dengan pernyataan di soal tes tidak sedikit guru
yang memilih jawaban salah.
b. Mendefinisikan Variabel Secara Operasional
Tabel 4.3. Jawaban Guru pada Aspek Mendefinisikan Variabel
Operasional
Keterangan:
Arsir: Jawaban Benar
Tabel 4.3 menunjukkan peta respon guru terhadap soal
yang berkaitan dengan mendefinisikan variabel secara
Aspek No
Item
Jumlah Guru yang menjawab (%)
A B C D Kosong Total
Pendefinisian Variabel
Secara Operasional
2 12.00 28.00 24.00 36.00 0.00 100.00 13 8.00 12.00 0.00 80.00 0.00 100.00 14 72.00 12.00 0.00 16.00 0.00 100.00
17 0.00 0.00 96.00 4.00 0.00 100.00
operasional. Dalam aspek mendefinisikan variabel secara
operasional berkaitan dengan bagaimana sebuah variabel
ditentukan/diukur pada penelitian. Dari keseluruhan item soal,
guru banyak menjawab salah (36%) pada pilihan jawaban D
dalam menjawab permasalahan pada item nomor 2. Pertanyaan
Pada item nomor 2 adalah“Sebuah penelitian tentang efisiensi
mobil telah dilakukan. Hipotesa yang diuji adalah penambahan campuran zat additive pada bahan bakar dapat meningkatkan
efisiensi mesin. Lima mobil yang identik diisi dengan jumlah dan jenis bensin yang sama tetapi jumlah zat additive (zat
tambahan) yang berbeda. Mobil berjalan pada jalur yang sama sampai bahan bakar habis. Peneliti mencatat jarak yang dapat ditempuh setiap mobil. Bagaimana efisiensi mesin diukur
dalam penelitian ini? “. Respon yang tepat terhadap pertanyaan ini adalah opsi B yakni jarak tempuh mobil, yang
hanya dipilih guru sebanyak 28 %. Pernyataan opsi D, yang
banyak dipilih guru adalah jumlah zat additive (zat tambahan)
yang digunakan.
Item nomor 2 mempersoalkan bagaimana efisiensi mesin
mobil diukur. Sebenarnya di dalam pernyataan item nomor 2
sudah disebutkan variabel secara operasionalnya yaitu mencatat
jarak tempuh yang dapat ditempuh setiap mobil. Ada
kurang cermat dalam mengindentifikasi apa dan bagaimana
variabel yang diukur untuk menentukan efisiensi mesin mobil.
Dengan jenis dan jumlah bensin yang sama, tetapi dengan
jumlah zat additive yang berbeda, efisiensi mesin mobil dapat
diukur berdasarkan jarak tempuh setiap mobil. Pada item soal
nomor 2 yang diukur adalah efisiensi mesin mobil dan cara
menentukannya adalah dengan mengukur jarak tempuh mobil.
c. Merumuskan Hipotesis
Tabel 4.4. Jawaban Guru pada Aspek Merumuskan Hipotesis
Aspek No
Item
Jumlah Guru yang menjawab (%)
A B C D Kosong Total
Merumuskan Hipotesis
4 4.00 20.00 12.00 64.00 0.00 100.00 8 64.00 16.00 4.00 16.00 0.00 100.00 9 0.00 4.00 92.00 4.00 0.00 100.00 18 16.00 12.00 32.00 40.00 0.00 100.00 20 4.00 0.00 4.00 92.00 0.00 100.00 25 0.00 28.00 4.00 68.00 0.00 100.00
Keterangan:
Arsir: Jawaban Benar
Sebagaimana telah dipaparkan pada bagian sebelumnya,
keterampilan guru dalam merumuskan hipotesis adalah cukup
(67,33%). Tabel 4.4 menunjukkan peta respon guru terhadap
persoalan yang diajukan dalam soal. Merumuskan hipotesis
merupakan langkah awal dalam menerapkan keterampilan
proses sains terpadu karena dalam tahap ini dirumuskan dugaan
menjawab salah (40%) dengan pilihan D dalam menjawab
masalah pada item no 18. Pertanyaan pada item nomor 18
adalah” Sekelompok siswa sedang mempertimbangkan
variabel-variabel yang mungkin mempengaruhi waktu yang dibutuhkan untuk melarutkan gula. Mereka mengidentifikasi
suhu air, banyaknya gula yang akan dilarutkan dan banyaknya air untuk melarutkan sebagai variabel-variabel yang dipertimbangkan. Hipotesa apa yang dapat mereka uji untuk
mengetahui pengaruh waktu terhadap proses pelarutan gula?”.Respon yang tepat terhadap pernyataan ini adalah opsi
C yakni“semakin hangat air yang digunakan, semakin banyak
gula yang akan larut”yang hanya dipilih guru sebanyak 32 %.
Pernyataan opsi D yang banyak dipilih guru adalah semakin
hangat air, semakin banyak waktu yang digunakan untuk melarutkan gula.
Dalam merumuskan hipotesis, pengenalan akan variabel
bebas dan variabel terikat menjadi penting. Hipotesis
menyatakan hubungan antara keduanya. Ada kemungkinan
persoalan guru adalah kurang cermat mengidentifikasi mana
diantara ketiga variabel dalam persoalan yang merupakan
variabel bebas dan mana yang merupakan variabel terikat.
Padahal jika air semakin hangat, waktu yang dibutuhkan
pernyataannya adalah semakin hangat air yang digunakan,
semakin banyak gula yang akan larut. Penjelasannya adalah
jika air yang digunakan semakin hangat, maka gula akan larut
dalam waktu singkat, sehingga semakin banyak juga gula yang
akan larut dalam air tersebut. Sedangkan pada opsi D yang
membuat pernyataan tersebut salah adalah ketika suhu air
semakin tinggi, waktu yang digunakan untuk melarutkan gula
di dalam air adalah semakin singkat bukan semakin banyak
waktu atau lama.
d. Merancang Eksperimen
Tabel 4.5. Jawaban Guru pada Aspek Merancang Eksperimen
Aspek No
item
Jumlah Guru yang menjawab (%)
A B C D Kosong Total
Merancang Ekperiman
6 0.00 96.00 4.00 0.00 0.00 100.00 15 52.00 44.00 4.00 0.00 0.00 100.00
Keterangan:
Arsir : Jawaban Benar
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, keterampilan
guru pada aspek merancang eksperimen adalah baik (70%).
Tabel 4.5 menunjukkan peta respon guru terhadap persoalan
tentang merancang eksperimen. Dari kedua item soal, guru
banyak menjawab salah (52%) dengan pilihan jawaban A pada
item 15. Pertanyaan pada item 15 adalah “Vino sedang menyelidiki pengaruh suhu terhadap kecepatan aliran minyak.
pada minyak maka semakin cepat minyak tersebut akan mengalir. Bagaimana ia dapat menguji hipotesa tersebut ?”
Respon yang tepat terhadap pertanyaan ini adalah opsi b yaitu
mengamati kecepatan tertentu dimana minyak dalam suhu yang berbeda-beda mengalir dipermukaan licin. Pernyataan
opsi A, yang banyak dipilih oleh guru adalah memanaskan
minyak dalam suhu yang berbeda-beda dan menimbangnya setelah minyak tersebut mengalir keluar kaleng.
Eksperimen dilakukan untuk menguji suatu hipotesis.
Sebelum dilakukan eksperimen yang harus diketahui terlebih
dahulu adalah aspek hipotesis dan variabel-variabel yang akan
diukur. Berdasarkan pernyataan pada item 15 sudah diketahui
hipotesisnya yaitu semakin tinggi suhu pada minyak maka
semakin cepat minyak tersebut akan mengalir. Berdasarkan
informasi dari hipotesis tersebut, dapat diketahui bahwa yang
menjadi variabel bebas adalah suhu minyak dan yang menjadi
variabel terikat adalah kecepatan aliran minyak. Untuk menguji
hipotesis yang telah diajukan, rancangan eksperimen yang
disiapkan adalah mengamati kecepatan minyak ketika mengalir
pada permukaan pada suhu yang berbeda-beda.
Banyak guru menjawab pada pilihan jawaban salah karena
ada kemungkinan bahwa guru kurang cermat dalam
diajukan tidak disebutkan untuk menimbang minyak setelah
minyak mengalir dari kaleng.
e. Interpretasi Data
Tabel 4.6. Jawaban Guru pada Aspek Interpretasi Data
Keterangan:
Arsir: Jawaban Benar
Telah diuraikan pada bagian sebelumnya, bahwa
keterampilan guru pada aspek interpretasi data adalah sangat
baik (85%). Aspek interpretasi data merupakan tahap
menafsirkan data berdasarkan hasil penyelidikan/eksperimen.
Interpretasi data dapat berupa pernyataan, tabel dan grafik.
Tabel 4.6 menunjukkan distribusi respon guru terhadap
persoalan tentang interpretasi data. Dari keseluruhan item, guru
banyak menjawab pada pilihan jawaban yang benar. Misalnya
item 5 dan 16, kedua item tersebut identik yaitu dengan
menyajikan data dari suatu penyelidikan dan responden diminta
untuk memilih grafik yang sesuai berdasarkan data tersebut.
Berdasarkan jawaban guru, banyak yang menjawab benar pada
Aspek No
Item
Jumlah Guru yang menjawab (%)
A B C D Kosong Total
Interpretasi Data
kedua item tersebut. Dapat dikatakan bahwa keterampilan guru
dalam menginterpretasi data adalah sangat baik.
D. Implikasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan guru
IPA beberapa SMA di Bantul terhadap keterampilan proses sains.
Berdasarkan hasil anlisa jawaban guru menunjukkan bahwa mereka
memiliki tingkat penguasaan yang baik. Jika dilihat setiap aspek pada
keterampilan proses sains terpadu, tingkat penguasaan guru pada aspek
mengidentifikasi variabel dan tingkat penguasaan guru pada aspek
merumuskan hipotesis tergolong cukup. Sedangkan untuk aspek
mendefinisikan variabel secara operasional dan merancang eksperimen
tergolong baik serta untuk tingkat penguasaan pada aspek interpretasi data
tergolong sangat baik.
Keterampilan proses sains merupakan seperangkat keterampilan
yang digunakan ilmuwan untuk melakukan penyelidikan ilmiah.
Berangkat dari definisi tersebut, berarti aspek-aspek dalam keterampilan
proses sains tersebut saling terkait. Dalam pelaksanaannya harus sama,
tidak boleh ada yang lebih dipahami maupun kurang dipahami.
Secara keseluruhan, tingkat penguasaan guru IPA beberapa SMA
di Bantul terhadap keterampilan proses sains terpadu adalah baik.
Sehingga dapat dikatakan bahwa para guru sebenarnya memiliki potensi
yang besar untuk menerapkan pembelajaran dengan pendekatan ilmiah
oleh Kurikulum 2013. Karena pembelajaran dengan pendekatan ilmiah
dapat diterapkan melalui keterampilan proses sains dan beberapa guru IPA
SMA di Bantul menguasainya dengan baik. Dalam hal ini, peran guru
sebagai fasilitator adalah menyiapkan kegiatan belajar yang memfasilitasi
peserta didik untuk membangun pengetahuannya.
Perlu diperhatikan adalah dorongan kepada guru untuk mencoba
menerapkan keterampilan tersebut di dalam kelas. Untuk melihat hasil dari
penerapan keterampilan tersebut, guru harus melakukan evaluasi. Dengan
adanya evaluasi para guru dapat mengetahui keefektifan proses
pembelajaran dengan keterampilan proses sains. Adanya penerapan
keterampilan proses yang kemudian dievaluasi bertujuan agar guru
semakin percaya diri dalam menerapkan kurikulum yang baru yaitu
48 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Tingkat penguasaan guru IPA beberapa SMA di Kabupaten Bantul
terhadap keterampilan proses sains secara keseluruhan adalah baik
dengan rata-rata skor 70,95 %.
2. Tingkat penguasaan keterampilan proses sains guru IPA beberapa
SMA di Bantul pada aspek menginterpretasi data adalah sangat baik,
atau dapat dikatakan bahwa guru menguasai aspek menginterpretasi
data.
3. Tingkat penguasaan keterampilan proses sains guru IPA beberapa
SMA di Bantul pada aspek mendefinisikan variabel secara operasional
dan merancang eksperimen adalah baik, guru menguasai pada aspek
ini.
4. Tingkat penguasaan keterampilan proses sains guru IPA beberapa
SMA di Bantul pada aspek mengidentitifkasi variabel dan
merumuskan hipotesis adalah cukup, guru belum terlalu menguasai
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti menyampaikan beberapa
saran, yaitu:
1. Bagi guru
Para guru mencoba melakukan pembelajaran dikelas dengan
keterampilan proses sains. Jika guru terbiasa menggunakan
keterampilan ini, guru akan tambah percaya diri dalam menerapkan
Kurikulum 2013.
2. Bagi peneliti selanjutnya
a. Penelitian tidak hanya menggunakan soal tes saja, ditambah
dengan wawancara kepada guru yang bersangkutan supaya data