• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV DATA DAN ANALISIS

D. Pembahasan

Keterampilan proses adalah keterampilan fisik dan mental berkaitan dengan kemampuan-kemampuan dasar yang dimiliki, dikuasai, dan diterapkan dalam suatu kegiatan ilmiah, sedangkan keterampilan proses sains adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami, memperoleh, atau mengembangkan ilmu pengetahuan. Keterampilan proses sains terpadu sangat penting dimiliki oleh siswa dalam melakukan suatu kegiatan ilmiah untuk memecahkan suatu masalah.

Dari hasil analisis menggunakan uji Anova one way, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan secara significant tingkat penguasaan keterampilan proses sains dari siswa jurusan IPA dari empat sekolah yang

dijadikan tempat penelitian. Hal tersebut berarti terdapat perbedaan penguasaan keterampilan proses sains pada siswa jurusan IPA kelas XI di SMA Negeri 6 Yogyakarta, SMA Negeri 9 Yogyakarta, SMA Swasta IMMANUEL Yogyakarta, dan SMA Swasta PIRI 1 Yogyakarta. Berdasarkan hasil pengamatan saat pengambilan data pada keempat sekolah tersebut didapati sistem pengajaran yang berbeda. Di SMA Negeri 6 Yogyakarta, SMA Negeri 9 Yogyakarta, dan SMA Swasta IMMANUEL Yogyakarta ternyata sering melakukan kegiatan praktikum pada pembelajaran IPA, sedangkan di SMA Swasta PIRI 1 Yogyakarta jarang melakukan kegiatan praktikum. Selain itu, fasilitas penunjang pembelajaran seperti laboratorium pun berbeda untuk SMAN 6 Yogyakarta dan SMAN 9 Yogyakarta kondisi laboratorium baik serta ketersediaan alat dan bahan cukup lengkap, untuk SMA Swasta IMMANUEL Yogyakarta kondisi laboratorium cukup baik serta ketersediaan alat dan bahan cukup lengkap, dan untuk SMA Swasta PIRI 1 Yogyakarta kondisi laboratorium kurang baik dan ketersediaan alat kurang lengkap. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut ada kemungkinan aspek-aspek ini berpengaruh pada penguasaan keterampilan proses sains siswa jurusan IPA pada empat sekolah tersebut. Ada kemungkinan perbedaan itu juga disebabkan oleh kualitas input siswa jurusan IPA di setiap sekolah yang berbeda saat dilakukan penjurusan. Hal tersebut mungkin terjadi, misalnya semestinya siswa yang idealnya ke jurusan IPS, tetapi karena harus ada jurusan IPA, maka sebagian siswa

dimasukkan ke jurusan IPA atau siswa yang idealnya ke jurusan IPA, tetapi karena terdapat guru IPS, maka sebagian siswa dimasukkan ke jurusan IPS.

Untuk masing-masing klasifikasi dan kualifikasi tingkat penguasaan keterampilan proses sains siswa jurusan IPA disajikan dalam Tabel 4.1. dan

Tabel 4.2. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat distribusi persentase siswa jurusan IPA dalam penguasaaan keterampilan proses sains serta dapat dilihat kecenderungan keterampilan proses sains mana yang paling dikuasai dan yang kurang dikuasai oleh siswa jurusan IPA.

Secara keseluruhan distribusi persentase siswa jurusan IPA pada empat SMA di Yogyakarta dalam penguasaan keterampilan proses sains pada kualifikasi sangat baik sebesar 4,60 %; pada kualifikasi baik sebesar 12,61 %; pada kualifikasi cukup sebesar 32,96; pada kualifikasi kurang sebesar 31,46 %; dan pada klasifikasi sangat kurang sebesar 18,36%. Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa hampir sebagian siswa jurusan IPA kurang memiliki penguasaan keterampilan proses sains yang baik. Berdasarkan hal tersebut, maka dibutuhkan beberapa usaha yang dapat mengembangkan keterampilan proses yang baik seperti optimalisasi kegiatan praktikum dalam pembelajaran sains dan pengembangan model praktikum melalui pendekatan discovery atau penemuan.

Penguasaan keterampilan proses sains terpadu pada klasifikasi menyajikan data memiliki nilai rata-rata tertinggi dibandingkan dengan klasifikasi keterampilan proses sains terpadu yang lainnya. Nilai rata-rata

yang diperoleh siswa jurusan IPA secara keseluruhan yaitu 72,83 %. Berdasarkan nilai rata-rata tersebut dapat dikatakan bahwa penguasaan keterampilan proses sains terpadu pada klasifikasi menyajikan data paling dikuasai siswa dengan baik diantara klasifikasi keterampilan proses sains terpadu yang lain, sehingga secara keseluruhan siswa jurusan IPA memiliki penguasaan yang baik pada keterampilan proses menyajikan data. Penguasaan siswa jurusan IPA paling baik pada klasifikasi ini dikarenakan siswa sudah terbiasa dengan kegiatan praktikum dalam hal mengumpulkan data dan menyajikan data dalam bentuk tabel maupun grafik.

Penguasaan keterampilan proses sains terpadu pada klasifikasi merumuskan hipotesa memiliki nilai rata-rata tertinggi kedua. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa jurusan IPA secara keseluruhan yaitu 70,00 %. Berdasarkan nilai rata-rata tersebut dapat dikatakan bahwa penguasaan keterampilan proses sains terpadu pada klasifikasi merumuskan hipotesa telah dikuasai siswa dengan baik, sehingga secara keseluruhan siswa jurusan IPA memiliki penguasaan yang baik pada keterampilan proses merumuskan hipotesa.

Penguasaan keterampilan proses sains terpadu pada klasifikasi merancang eksperimen dan mendefinisikan variabel secara operasional memiliki nilai rata-rata yang cukup. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa jurusan IPA secara keseluruhan untuk merancang eksperimen yaitu 58,60 % dan untuk mendefinisikan variabel secara operasional sebesar 57,60 %.

Berdasarkan nilai rata-rata tersebut dapat dikatakan bahwa penguasaan keterampilan proses sains terpadu pada klasifikasi merancang penelitian dan mendefinisikan variabel secara operasional masih dalam tingkat kualifikasi yang cukup.

Penguasaan keterampilan proses sains terpadu pada klasifikasi mengidentifikasi variabel memiliki nilai rata-rata terendah dibandingkan dengan klasifikasi keterampilan proses sains terpadu yang lainnya. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa jurusan IPA secara keseluruhan yaitu 25,33 %. Berdasarkan nilai rata-rata tersebut dapat dikatakan bahwa penguasaan keterampilan proses sains terpadu pada klasifikasi mengidentifikasi variabel paling tidak dikuasai siswa dengan baik diantara klasifikasi keterampilan proses sains terpadu yang lain, sehingga secara keseluruhan siswa jurusan IPA memiliki penguasaan yang sangat kurang pada keterampilan proses mengidentifikasi variabel. Sebelumnya terkait dengan calon guru dan guru telah dilakukan penelitian serupa oleh Ong Saw Lan (2005), Budi Lindrawati (2014), dan Wahyu Prabawati (2014), dari hasil penelitiannya ditemukan bahwa untuk mengidentifikasi variabel calon guru dan guru yang ditelitinya memiliki penguasaan yang rendah. Variabel merupakan segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan yang dapat berubah-ubah dan bermacam-macam jenisnya, sehingga pengenalan akan variabel menjadi sangat penting di awal sebelum keterampilan yang lainnya. Rendahnya penguasaan akan keterampilan mengidentifikasi variabel ini

disebabkan oleh kurangnya pengenalan variabel oleh guru kepada siswa jurusan IPA saat melakukan kegiatan praktikum.

Keterampilan proses sains dilatihkan dan diterapkan secara khusus melalui kegiatan praktikum. keterampilan proses sains terpadu diperlukan saat melakukan kegiatan penelitian atau praktikum untuk memecahkan suatu masalah. Sehingga saat melakukan kegiatan penelitian maupun praktikum siswa jurusa IPA dapat memecahkan suatu masalah yang berkaitan dengan materi yang harus di pelajari.

Dokumen terkait