• Tidak ada hasil yang ditemukan

Responsifitas guru IPA sekolah menengah terhadap budaya siswa di Kabupaten Nias Barat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Responsifitas guru IPA sekolah menengah terhadap budaya siswa di Kabupaten Nias Barat."

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

vii

ABSTRAK

Agus Petra Gulo. 2016. Responsifitas Guru IPA Sekolah Menengah terhadap budaya siswa di Kabupaten Nias Barat. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui sejauh mana responsifitas guru IPA Sekolah Menengah terhadap budaya siswa di Kabupaten Nias Barat dan (2) untuk mengetahui aspek responsif yang sudah diterapkan dan yang belum diterapkan guru IPA Sekolah Menengah di Kabupaten Nias Barat.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Februari 2016 di beberapa SMP dan SMA Kabupaten Nias Barat. Penelitian ini dilakukan pada 17 Sekolah Menengah di Kabupaten Nias Barat yang masing-masing 8 SMP dan 9 SMA. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 44 guru yang terdiri dari 21 guru IPA SMP (IPA Terpadu) dan 23 guru IPA SMA (Fisika, Biologi, Kimia). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes responsif guru IPA terhadap budaya siswa.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) guru IPA Sekolah Menengah di Kabupaten Nias Barat tergolong sangat responsif terhadap budaya siswa (80.27%) dan (2) aspek responsif yang sudah diterapkan oleh guru IPA Sekolah Menengah dengan baik adalah mengamati tingkah laku siswa dalam situasi sehari-hari, mengenal para siswa yang memerlukan bantuan khusus, mengadakan pertemuan atau hubungan dengan orang tua siswa, serta menyusun program bimbingan sekolah, sedangkan aspek responsif yang cukup diterapkan oleh guru IPA Sekolah Menengah adalah mengumpulkan data tentang siswa.

(2)

viii

ABSTRACT

Agus Petra Gulo. 2006. The Responsive Science Teachers Toward Students Culture at West Nias Barat Regency. Thesis. Physics Education Study Program, Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, University of Sanata Dharma

This research was done on January – February 2016 in some junior high and senior high schools at West Nias regency. This research was done on 17 high schools at West Nias regency which consist of eight junior high schools and nine senior high schools. The amount of samples on this research were 44 teachers which consist of 21 junior high science teachers (IPA) and 23 senior high science teachers (physics, biology, chemistry). The instrument used on this research was the test of responsive teachers toward student’s culture.

The result of this research shows that (1) the science teachers at West Nias regency was responsive toward students culture (80.27%) and (2) the responsive aspects that have been applied by science teachers were observing students behavior in a daily situation, recognizing students who need the special help, organizing the meeting or relation with student’s parents, and arranging the school guidance program , while the responsive aspects that was enough to be applied by science teachers was collecting students data.

(3)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

Agus Petra Gulo

NIM : 121424031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

i

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

Agus Petra Gulo

NIM : 121424031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Jangan takut gagal dan mudah menyerah, tetapi teruskanlah berjuang sampai kegagalan itu akan berakhir

-Thomas Alva Edison-

Skripsi ini kupersembahkan untuk: Orang tua ku tercinta: T rõnasõkhi Gulõ (Alm) dan Filiana Zai Kakak-kakak ku: Firman N. Gul , Aperiso Gul , Seni’aro Gul , Sekariani Gul , Notafati Gul

(8)
(9)
(10)

vii

ABSTRAK

Agus Petra Gulo. 2016. Responsifitas Guru IPA Sekolah Menengah terhadap budaya siswa di Kabupaten Nias Barat. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui sejauh mana responsifitas guru IPA Sekolah Menengah terhadap budaya siswa di Kabupaten Nias Barat dan (2) untuk mengetahui aspek responsif yang sudah diterapkan dan yang belum diterapkan guru IPA Sekolah Menengah di Kabupaten Nias Barat.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Februari 2016 di beberapa SMP dan SMA Kabupaten Nias Barat. Penelitian ini dilakukan pada 17 Sekolah Menengah di Kabupaten Nias Barat yang masing-masing 8 SMP dan 9 SMA. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 44 guru yang terdiri dari 21 guru IPA SMP (IPA Terpadu) dan 23 guru IPA SMA (Fisika, Biologi, Kimia). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes responsif guru IPA terhadap budaya siswa.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) guru IPA Sekolah Menengah di Kabupaten Nias Barat tergolong sangat responsif terhadap budaya siswa (80.27%) dan (2) aspek responsif yang sudah diterapkan oleh guru IPA Sekolah Menengah dengan baik adalah mengamati tingkah laku siswa dalam situasi sehari-hari, mengenal para siswa yang memerlukan bantuan khusus, mengadakan pertemuan atau hubungan dengan orang tua siswa, serta menyusun program bimbingan sekolah, sedangkan aspek responsif yang cukup diterapkan oleh guru IPA Sekolah Menengah adalah mengumpulkan data tentang siswa.

(11)

viii

ABSTRACT

Agus Petra Gulo. 2006. The Responsive Science Teachers Toward Students Culture at West Nias Barat Regency. Thesis. Physics Education Study Program, Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, University of Sanata Dharma

This research was done on January – February 2016 in some junior high and senior high schools at West Nias regency. This research was done on 17 high schools at West Nias regency which consist of eight junior high schools and nine senior high schools. The amount of samples on this research were 44 teachers which consist of 21 junior high science teachers (IPA) and 23 senior high science teachers (physics, biology, chemistry). The instrument used on this research was the test of responsive teachers toward student’s culture.

The result of this research shows that (1) the science teachers at West Nias regency was responsive toward students culture (80.27%) and (2) the responsive aspects that have been applied by science teachers were observing students behavior in a daily situation, recognizing students who need the special help, organizing the meeting or relation with student’s parents, and arranging the school guidance program , while the responsive aspects that was enough to be applied by science teachers was collecting students data.

(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan YME yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Responsifitas Guru IPA Sekolah Menengah terhadap Budaya Siswa di Kabupaten Nias Barat.

Penulis skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan di FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti mendapat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan FKIP USD dan dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Dwi Nugraheni R., Msi. Sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini.

3. Seluruh dosen Pendidikan dan karyawan Program Studi Pendidikan Fisika yang telah membagi ilmu selama ini serta layanan administrasi dengan baik kepada penulis selama menempuh pendidikan.

4. Kepala SMA dan SMP yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut.

5. Guru IPA SMP dan guru Fisika, Biologi, Kimia SMA yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

6. Pemerintah Kabupaten Nias Barat yang telah memberikan biaya perkulliahan sampai menyelesaikan skripsi ini.

(13)

x

8. Kelompok skripsi, Mariati Daeli, Otami Hia dan Timotius Gulo atas bantuan, saran dan kerjasamanya selama menyelesaikan tugas akhir ini. 9. Seluruh teman-teman di Pendidikan Fisika 2012 yang selalu memberi

inspirasi.

10.Sahabat-sahabat yang selalu mendukung dan memberikan motivasi kepada penulis.

11.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan.

Yogyakarta, 29 Juli 2016

(14)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

A. Tindakan Responsif terhadap Situasi Sosial dan Pendidikan Multikultural ... 6

B. Peranan Pendidikan Sains Bagi Indonesia ... 8

C. Strategi Belajar Mengajar dalam Pendidikan IPA ... 9

D. Pengaruh Pembelajaran Kontekstual terhadap Kompetensi Siswa ... 12

(15)

xii

1. Responsifitas Guru IPA Sekolah Menengah terhadap Budaya Siswa ... 29

2. Responsifitas Guru IPA SMA dan SMP terhadap Budaya Siswa ... 33

(16)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Kuisioner Responsifitas Guru IPA terhadap Budaya Siswa ... 22 Tabel 3.2. Pembagian Aspek Responsif untuk Setiap Item ... 24 Tabel 3.3. Analisis Responsifitas Guru IPA terhadap Budaya Siswa ... 25 Tabel 3.4. Kualifikasi Responsifitas Guru IPA Sekolah Menengah terhadap

Budaya Siswa ... 26 Tabel 4.1. Persentase Jumlah Guru Berdasarkan Tingkat Responsifitas Guru

IPA Sekolah Menengah terhadap Budaya Siswa ... 29 Tabel 4.2. Responsifitas Guru IPA Sekolah Menengah terhadap Budaya Siswa

di Kabupaten Nias Barat ... 30 Tabel 4.3. Responsifitas Guru IPA SMA dan SMP terhadap Budaya Siswa di

Kabupaten Nias Barat ... 33 Tabel 4.4. Hasil Responsifitas Guru IPA SMA dan SMP terhadap Budaya Siswa

di Kabupaten Nias Barat ... 36 Tabel 4.5. Hasil uji T-Test Independen Responsifitas Guru IPA SMA dan SMP

terhadap Budaya Siswa di Kabupaten Nias Barat ... 37 Tabel 4.6. Responsifitas Guru Fisika, Biologi, dan Kimia SMA terhadap Budaya

Siswa di Kabupaten Nias Barat ... 38 Tabel 4.7. Hasil Uji Anova Responsifitas Guru Fisika, Biologi, Kimia SMA

(17)

xiv

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 3.1. Peta Kabupaten Nias Barat ... 20 2. Gambar 4.1. Grafik Responsifitas Guru IPA Sekolah Menengah terhadap

Budaya Siswa ... 31 3. Gambar 4.2. Responsifitas Guru IPA SMA dan SMP terhadap Budaya

(18)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

5. Surat Permohonan Izin Penelitian Bersama dari USD ... 54

6. Surat Pemberitahuan Pelaksanaan Penelitian dari Dinas Pendidikan Nias Barat ... 55

7. Surat Pemberitahuan Terlaksananya Penelitian dari Dinas Pendidikan Nias Barat ... 56

8. Lampiran Daftar Sekolah Tempat Terlaksananya Penelitian ... 57

9. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian dari Setiap Kepala Sekolah Menengah ... 58

10.Contoh Hasil Pengisian Kuisioner dari Guru Fisika SMA ... 70

11.Contoh Hasil Pengisian Kuisioner dari Guru Biologi SMA ... 72

12.Contoh Hasil Pengisian Kuisioner dari Guru Kimia SMA ... 74

13.Contoh Hasil Pengisian Kuisioner dari Guru IPA Terpadu SMP ... 76

14.Daftar Guru IPA Sekolah Menengah ... 78

15.Analisis Guru IPA Sekolah Menengah Secara Keseluruhan ... 79

16.Analisis Guru IPA Sekolah Menengah Setiap Aspek ... 82

17.Analisis Guru IPA SMA dan SMP ... 85

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan sumber daya manusia. Menurut Aunurrahman (2012:2), pendidikan bukan hanya sekedar menempatkan manusia sebagai alat produksi tetapi manusia harus dipandang sebagai sumber daya yang utuh. Melalui pendidikan, manusia dapat belajar dan berproses untuk menjadi pribadi yang utuh. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan memiliki peranan yang penting dalam pembangunan manusia.

(20)

Manusia dikaruniai kemampuan yang berbeda-beda oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, yang menjadi bekal dan dasar kita untuk berkreasi dalam lingkungan kita dengan segala aspeknya. Selanjutnya hasil kreasi akan juga dipengaruhi oleh kondisi alam sekitar kita, yang akan menambah tingkat perbedaan di antara komunitas manusia. Kalau dua orang memiliki kemampuan bawaan yang sama, perbedaan akan timbul karena lingkungan dan kesempatan belajar mereka berbeda. Semua ini menghasilkan keragaman perilaku dan prestasi atau keberhasilan dalam ajang kehidupan kita, dengan ikut membentuk budaya kita. Dengan perbedaan-perbedaan tersebut, terdapat pula perbedaan-perbedaan kultural antar komunitas, termasuk perbedaan cara memandang masalah dan cara mengatasinya dalam kehidupan nyata. Oleh sebab itu, sangat sulit bagi kita untuk menemukan satu cara paling efektif untuk memecahkan persoalan kehidupan masyarakat (Suwarsih, 2007:2-3).

(21)

membangun koneksi yang cepat untuk mengembangkan hubungan dengan siswa dan relasi yang kuat selama jangka waktu yang panjang seperti: guru harus responsif, mempelajari siswa, mengapresiasi siswa, mendengarkan siswa, menghargai siswa, mempelajari bahasa menyambung, dan membangun koneksi dengan keluarga. Sebagai seorang guru yang profesional selain memperhatikan akademik siswa, juga sangat penting memperhatikan latar belakang setiap siswa.

(22)

Adapun beberapa kesulitan belajar di dalam IPA banyak bersumber pada hal-hal seperti kesulitan dalam membaca suatu kalimat dan istilah, kesulitan dengan angka, kesulitan mengerti tentang konsep-konsep IPA, kesulitan dalam menggunakan alat-alat IPA dan termasuk kesulitan yang disebabkan karena pribadi siswa sendiri (Habiburrahman, 1981).

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian yang dapat memberikan gambaran tentang responsifitas guru IPA Sekolah Menengah terhadap budaya siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang diteliti adalah:

1. Sejauh mana responsifitas guru IPA Sekolah Menengah terhadap budaya siswa di Kabupaten Nias Barat?

2. Apa aspek responsif yang sudah diterapkan dan yang masih belum diterapkan guru IPA Sekolah Menengah di Kabupaten Nias Barat?

C. Batasan Masalah

(23)

menggunakan kuesioner yang isinya tentang responsifitas guru IPA terhadap budaya siswa supaya lebih efisien.

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui sejauh mana responsifitas guru IPA Sekolah Menengah terhadap budaya siswa di Kabupaten Nias Barat.

2. Untuk mengetahui aspek responsif yang sudah diterapkan dan yang belum diterapkan guru IPA Sekolah Menengah di Kabupaten Nias Barat.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Memberikan gambaran tentang responsifitas guru IPA terhadap budaya siswa di Kabupaten Nias Barat.

2. Bagi guru

(24)

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tindakan Responsif terhadap Situasi Sosial dan Pendidikan

Multikultural

Dalam melakukan penelitian tindakan orang menyelidiki apa yang terjadi dalam situasi tertentu dan berupaya untuk meningkatkannya. Orang tidak hanya melakukan observasi dan membuat deskripsi tetapi juga melakukan tindakan. Mereka memulai dengan memahami posisi mereka dalam situasi terkait dan menilai apakah yang mereka kerjakan telah sesuai dengan nilai-nilai yang mereka yakini. Mereka tidak bertujuan mengubah orang lain, melainkan mengubah dirinya sendiri dengan mempertanyakan apa yang mereka kerjakan, mengevaluasinya secara ketat, dan menjelaskan kepada orang lain tentang bagaimana peningkatan pribadi sosial mereka (Suwarsih, 2007:21-22).

(25)

belakang kebudayaan dari para peserta didik sebagai salah satu kekuatan untuk membentuk sikap multikultural. Strategi ini sangat bermanfaat, sekurang-kurangnya bagi sekolah sebagai lembaga pendidikan untuk dapat membentuk pemahaman bersama atas konsep kebudayaan, perbedaan budaya, keseimbangan, dan demokrasi dalam arti yang luas.

Menurut Moltanto dalam Abdullah (2005:4-5) strategi pendidikan multikultural telah lama berkembang di Eropa, Amerika dan Negara maju lainnya. Gagasan ini dengan demikian bukan merupakan hal baru. Pendidikan mutikultural menggunakan perbedaan-perbedaan kultural yang ada pada siswa seperti perbedaan etnis, agama, bahasa, gender, kelas sosial, ras, kemampuan, dan umur agar proses belajar menjadi efektif dan mudah, sekaligus untuk melatih dan membangun karakter siswa agar mampu bersikap demokratis, humanis dan pluralis di sekolah ataupun di luar sekolah.

(26)

B. Peranan Pendidikan Sains Bagi Indonesia

Sains dalam zaman modern ini tumbuh dan berkembang di berbagai Negara Barat dengan latar belakang kebudayaan Barat. Dengan demikian, kecenderungan ilmiah dan sikap keilmuan merupakan hal yang wajar dalam masyarakat Barat. Tetapi negara-negara sedang berkembang pada umumnya termasuk Indonesia mempunyai kebudayaan berlainan. Semangat keilmuan dan pemikiran ilmiah belum berakar pada kebudayaan negara-negara sedang berkembang dan tidak dengan sendirinya berkembang dalam masyarakat.

Pendidikan sains di Indonesia mempunyai peranan utama yang sangat penting untuk menumbuhkan dan membina suatu kebudayaan ilmiah. Pendidikan bertugas untuk menanamkan suatu kesadaran ilmiah pada seluruh generasi muda Indonesia. Suatu kesadaran ilmiah pada rakyat merupakan prasyarat pokok bagi pembangunan ekonomi dan perubahan sosial serta penghapusan kebodohan (Gie, 1992).

Menurut Michael Martin dalam The Liang Gie (1992) ada 4 tujuan pendidikan sains yaitu:

1. Pengetahuan.

(27)

2. Keterampilan.

Penguasaan keterampilan dapat dikuasai melalui praktek. Keterampilan itu bermacam-macam misalnya membedah kelinci percobaan, meyusun perlengkapan laboratorium, atau membuat kesimpulan dari data yang diperoleh.

3. Pemahaman.

Tujuan pendidikan sains mengusahakan agar para pelajar memahami fenomena fisik, teori dan kaidah, metode ilmiah, dan bahkan sains sendiri.

4. Kecenderungan.

Tujuan yang ingin dicapai oleh pendidikan ialah penanaman dan pengembangan kecenderungan tertentu dalam diri setiap pelajar. Berbagai kecenderungan itu menyangkut sikap batinnya maupun perilaku lahirnya yang mencerminkan ciri-ciri tertentu sains, misalnya kecenderungan mental untuk membaca secara kritis atau kecenderungan yang bersifat otomatis untuk senantiasa membuka kamus mencari arti sesuatu perkataan baru yang dijumpai.

C. Strategi Belajar Mengajar dalam Pendidikan IPA

(28)

1. Rumpun pengolahan informasi

Dalam rumpun ini ditekankan pada bagaimana cara pemrosesan informasi dalam pikiran manusia untuk dapat memahami dunia, misalnya dengan mengorganisasikan data, memecahkan masalah, mengembangkan konsep, serta mendorong siswa untuk berpikir kreatif. Secara umum model ini dapat digunakan baik untuk pengembangan diri maupun untuk kemampuan sosial.

2. Rumpun pengembangan pribadi

Strategi belajar dari model pengembangan pribadi ini bertolak dari kepentingan individual. Proses belajarnya ditujukan untuk memahami dirinya kemudian meningkatkan pada kemampuan yang lebih tinggi misalnya lebih kreatif, lebih kuat pendiriannya, lebih sensitif, yang kesemuanya itu ditujukan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik. 3. Rumpun pengembangan kemampuan sosial

Bertolak dari fenomena bahwa bekerja bersama itu akan membentuk suatu sinergi atau kekuatan sosial. Model ini pada dasarnya dirancang untuk memanfaatkan adanya fenomena tersebut. Oleh karena itu biasanya dilakukan dalam bentuk kelompok kecil. Namun ini tidak berarti belajar secara mandiri maupun dalam kelompok besar tidak digunakan.

4. Rumpun pengubahan tingkah laku

(29)

karena itu model belajarnya didasarkan atas Stimulus Response Reinforcement (S-R-R). Stimulus adalah kondisi belajar dalam sebarang

bentuk, dapat berupa suatu lingkungan yang pasif atau suatu perlakuan yang aktif. Reaksi terhadap stimulus itu disebut respons yang berupa tingkah laku.

Proses interaksi belajar mengajar IPA dapat digambarkan sebagai berikut:

a) Kegiatan guru yaitu mengorganisasi proses belajar yang bebas dan terkendali; tidak mendominasi pembicaraan dan kegiatan tetapi memberi dorongan agar siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan; memberikan fasilitas atau kemudahan belajar, misalnya menyediakan sumber belajar, media dan alat-alat bantu pengajaran; mendorong siswa agar berani mengeluarkan pendapat serta dapat menerima pikiran-pikiran siswa; dan berinteraksi dengan siswa secara akrab.

(30)

D. Pengaruh Pembelajaran Kontekstual terhadap Kompetensi Siswa

Kuatnya hubungan antara pembelajaran kontekstual dengan kompetensi siswa dapat dianalisis dari beberapa hal. Pembelajaran kontekstual bersifat alamiah bagi siswa, artinya mengajak siswa untuk bertindak dengan cara yang alami bagi manusia yaitu sesuai dengan cara otak berfungsi. Pembelajaran kontekstual merangsang otak untuk mengkonstruk pola-pola pengetahuan melalui keterkaitan dengan konteks realita kehidupan siswa. Hal tersebut sejalan dengan paham konstruktivisme bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri.

(31)

E. Peran Guru Sebagai Pengajar dan Pembimbing

Guru dewasa ini berkembang sesuai dengan fungsinya, membina untuk mencapai tujuan pendidikan. Bagaimanapun baiknya kurikulum, administrasi dan fasilitas perlengkapan, kalau tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas guru-gurunya tidak akan membawa hasil yang diharapkan. Oleh karena itu, peningkatan mutu tenaga pengajar untuk membina tenaga-tenaga guru yang profesional adalah unsur yang penting bagi pembaharuan dunia pendidikan (Oemar, 2009).

1. Guru sebagai pengajar

Salah satu tugas yang harus dilaksanakan oleh guru di sekolah ialah memberikan pelayanan kepada para siswa agar selaras dengan tujuan sekolah itu. Melalui bidang pendidikan, guru mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, baik sosial, budaya, maupun ekonomi. Dalam keseluruhan proses pendidikan, guru merupakan faktor utama yang bertugas sebagai pendidik. Guru bertanggung jawab atas hasil kegiatan belajar siswa melalui interaksi belajar mengajar dan harus menguasai prinsip-prinsip belajar di samping menguasai materi yang diajarkan. Dengan kata lain guru harus mampu menciptakan suatu situasi belajar yang sebaik-baiknya.

2. Guru sebagai pembimbing

(32)

Sehubungan dengan peranannya sebagai pembimbing, seorang guru harus:

a. Mengumpulkan data tentang siswa;

b. Mengamati tingkah laku siswa dalam situasi sehari-hari; c. Mengenal para siswa yang memerlukan bantuan khusus;

d. Mengadakan pertemuan atau hubungan dengan orang tua siswa, baik secara individu maupun secara kelompok, supaya saling pengertian tentang pendidikan anak;

e. Bekerja sama dengan masyarakat untuk membantu memecahkan masalah siswa;

f. Membuat catatan pribadi siswa serta menyiapkannya dengan baik; g. Menyelenggarakan bimbingan kelompok atau individu;

h. Bekerja sama dengan petugas bimbingan lainnya untuk membantu memecahkan masalah para siswa;

i. Menyusun progran bimbingan sekolah bersama-sama dengan petugas bimbingan lainnya;

(33)

F. Model-model Mengajar

Menurut Habiburrahman (1981) suatu model mengajar yang baik mempunyai beberapa ciri umum sebagai berikut:

a) Memiliki scientific prosedure. Suatu model mengajar harus memiliki suatu prosedur yang sistematik untuk mengubah tingkah laku para siswa. b) Memiliki perincian dari hasil belajar (spesification of learning outcome).

Semua model mengajar menyebutkan hasil-hasil belajar secara mendetail mengenai penampilan siswa (student’s performance).

c) Menyebutkan lingkungan belajar (spesificationm of environment). Setiap model mengajar menyebutkan secara pasti kondisi lingkungan dimana respon dari para siswa diobservasi.

d) Kriteria penampilan (criterion of performance). Suatu model mengajar menunjuk kriteria penerimaan penampilan yang diharapkan dari para siswa. Model mengajar merencanakan tingkah laku yang diharapkan dari siswa yang dapat didemonstrasikannya setelah langkah-langkah mengajar tertentu.

Semua model mengajar menyebutkan mekanisme yang menunjuk reaksi-reaksi siswa dan interaksinya dengan lingkungan. Pengelompokkan model mengajar berdasarkan sumbernya sebagai beriktut:

1) Interaksi sosial (the social interaction sources)

(34)

kelompok ini, berasumsi dasar bahwa hubungan sosial adalah kendaraan dari pada pendidikan.

2) Proses informasi (the information processing sources)

Kemampuan memproses informasi oleh para siswa menangani stimuli, data yang terorganisir, problema serta pemecahannya. Model mengajar dalam kategori ini berkembang pesat terutama mengenai kesanggupan intelektual dari para siswa.

3) Sumber pribadi (the personal sources)

Model-model mengajar dalam kelompok ini berorientasi pada individu sebagai sumber ide-ide pendidikan. Penekanan diberikan pada proses dimana individu menyusun dan mengorganisasikan realita. Disini berperan kehidupan pribadi, emosional dan organisasi internal dalam mempengaruhi hubungan dengan lingkungan.

4) Modifikasi tingkah laku (behaviour modification as asources)

(35)

G. Guru dalam Pembinaan Kurikulum

Kegagalan atau keberhasilan situasi belajar mengajar sangat tergantung pada seni dan keterampilan guru. Guru harus terbuka dan menyentuh kehidupan murid. Guru harus memahami segala sesuatu tentang siswa yang ada di bawah tanggung jawabnya. Hal-hal tersebut dapat dikategorikan menjadi tingkat perkembangan keadaan emosional dan lingkungan kultural (Oemar, 2006).

Menurut Eric (2010) guru yang menjejali siswa dengan pengetahuan sudah merupakan pemahaman kuno. Internet adalah sumber isi pelajaran yang jauh lebih unggul dari pada mayoritas guru, yang mengemukakan bahwa guru itu lebih dari sekadar penyedia isi pengetahuan: mereka mengembangkan keterampilan, nilai, dan sistem keyakinan untuk memampukan siswa berhasil dalam hidup.

Di sekolah siswa belajar atau tidak didasarkan pada besar dan luasnya tiga jenis relasi yaitu: relasi dengan topik materi, relasi dengan siswa lain, dan relasi dengan guru.

a) Relasi siswa dan topik pelajaran.

(36)

b) Relasi siswa dengan siswa.

Untuk membangun relasi siswa dengan siswa yang kuat, guru bisa mengajarkan siswa untuk ramah, suportif terhadap teman di dekat mereka, dan membantu bila diperlukan.

c) Relasi siswa dengan guru.

Relasi siswa dengan guru sangat berpengaruh pada hasil belajar siswa. Ciptakan hubungan yang otentik, membumi, jujur, dan peduli berdasarkan pada saling menghargai dan integritas, serta membereskan banyak masalah.

Menurut Eric (2010:124-128) ada tujuh teknik membangun koneksi yang cepat untuk mengembangkan hubungan dengan siswa dan relasi yang kuat selama jangka waktu yang panjang yaitu menjadi responsif, mempelajari siswa, mengapresiasi siswa, mendengarkan siswa, menghargai siswa, mempelajari bahasa menyambung, dan berinteraksi dengan keluarga siswa.

(37)

19

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif. Penelitian ini dilakukan pada guru-guru IPA SMP dan SMA di Nias Barat dengan mengisi kuesioner yang kemudian akan dianalisis dengan statistik dan hasilnya akan dideskripsikan.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - Februari 2016 di SMP dan SMA di Nias Barat.

Kabupaten Nias Barat merupakan salah satu kabupaten di propinsi Sumatera Utara, Indonesia yang berdiri pada tanggal 26 Mei 2009. Berdasarkan UU Nomor 46 Tahun 2008, luas wilayah Kabupaten Nias Barat adalah 544,09 Km2 yang terdiri dari 8 Kecamatan dan 110 Desa dengan ibukota terletak di Kecamatan Lahomi. Kabupaten Nias Barat berbatasan dengan (www.niasbaratkab.go.id) :

1. Sebelah Utara dengan Kecamatan Tugala Oyo Kabupaten Nias Utara. 2. Sebelah Selatan dengan Kecamatan Lolowau Kabupaten Nias Selatan. 3. Sebelah Timur dengan Kecamatan Botomuzoi, Kecamatan

(38)

4. Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

Batas-batas wilayah Kabupaten Nias Barat tersebut diatas dapat dilihat pada peta berikut:

Gambar 3.1. Peta Kabupaten Nias Barat (sumber: Bappeda Nias Barat)

C. Subyek Penelitian

(39)

D. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini hanya terdapat satu variabel yaitu responsifitas guru IPA Sekolah Menengah terhadap budaya siswa di Nias Barat. Variabel ini diukur dengan alat ukur yaitu kuesioner Preservice teachers’ culturally responsive teaching self-efficacy and outcome

expectancy beliefs (Siwatu, 2007).

E. Desain Penelitian

1. Kegiatan Penelitian

Kegiatan penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: a. Peneliti mengajukan kuesioner kepada guru-guru IPA SMP dan

SMA untuk menguji responsifitas guru IPA Sekolah Menengah terhadap budaya siswa secara tidak langsung. Tindakan ini dilakukan untuk mengetahui tentang tingkat responsifitas yang dilakukan oleh guru IPA terhadap budaya siswa di Nias Barat. Kuesioner ini berupa soal tentang sangat setuju (SS), setuju (S), kurang setuju (KS), dan tidak setuju (TS).

(40)

2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen berupa beberapa pernyataan yang memiliki skor setiap pilihan tentang responsifitas guru IPA terhadap budaya siswa. Data tentang guru IPA tersebut diperoleh dari pilihan-pilihan kuesioner yang telah diisi.

F. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan instrumen dengan kuesioner Preservice teachers’ culturally responsive teaching self-efficacy and

outcome expectancy beliefs (Siwatu, 2007). Kuesioner ini adalah sebuah

alat ukur yang digunakan untuk menguji sejauh mana tingkat responsifitas guru IPA Sekolah Menengah terhadap budaya siswa di Kabupaten Nias Barat.

Kuesioner asli dalam Bahasa Inggris kemudian diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia dan beberapa item kuesioner diubah menjadi tertuju pada guru IPA. Kuesioner ini berjumlah 40 pernyataan dengan beberapa pilihan yaitu SS (sangat setuju), S (setuju), KS (kurang setuju), dan TS (tidak setuju).

Tabel 3.1. Kuesioner Responsifitas Guru IPA terhadap Budaya Siswa

No Pernyataan SS S KS TS

1 Saya beradaptasi untuk mengetahui kebutuhan siswa 2 Saya memperoleh informasi tentang kebutuhan siswa 3 Saya menuntun siswa agar menyukai kerja mandiri atau

berkelompok

(41)

No Pernyataan SS S KS TS

5 Saya mengidentifikasi budaya sekolah (misalnya nilai-nilai, norma dan praktik) yang berbeda dari kebiasaan siswa di rumah

6 Saya menerapkan strategi untuk meminimalkan efek dari ketidakcocokan budaya siswa di rumah dengan budaya di sekolah

7 Saya menilai kegiatan belajar siswa dengan menggunakan berbagai jenis penilaian

8 Saya mendapatkan informasi tentang kehidupan siswa di rumah

9 Saya membangun rasa percaya diri siswa

10 Saya membangun relasi yang positif antara rumah dan sekolah

11 Saya menggunakan berbagai metode pengajaran 12 Saya mengembangkan komunitas kelas pelajar dari

berbagai latar belakang

13 Saya membagi siswa dari berbagai latar belakang supaya proses pembelajaran lebih bermakna

14 Saya menggunakan pengetahuan siswa untuk menambah informasi baru

15 Saya mengidentifikasi bagaimana cara berkomunikasi siswa di rumah dan perbedaannya dengan norma-norma sekolah 16 Saya memperoleh informasi tentang kebiasaan siswa 17 Saya mengajarkan siswa dengan memanfaatkan budaya

siswa

18 Saya melatih siswa dengan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar

19 Saya merancang lingkungan kelas dengan menggunakan berbagai display yang mencerminkan budaya

20 Saya membangun hubungan pribadi dengan siswa 21 Saya memperoleh informasi tentang kelemahan siswa

dalam bidang akademik

22 Saya memberikan pujian untuk keberhasilan siswa dengan menggunakan sebuah frase.

23 Saya mengidentifikasi cara menstandarkan tes IPA untuk menuju mahasiswa

24 Saya berkomunikasi dengan orang tua untuk kemajuan pendidikan siswa

25 Saya mengadakan rapat antara orang tua dengan guru agar tidak terjadi intimidasi dari orang tua

26 Saya membantu siswa untuk mengembangkan hubungan positif dengan teman sekelas

27 Saya merevisi materi pembelajaran untuk menyertakan perwakilan yang lebih baik dari kelompok siswa 28 Saya memeriksa kurikulum dengan kritis untuk

menghindari budaya negatif siswa

29 Saya merancang sebuah pembelajaran yang menunjukan bagaimana budaya penggunaan pembelajaran IPA 30 Saya memodel kelas tugas untuk meningkatkan

keberhasilan belajar IPA

(42)

No Pernyataan SS S KS TS

32 Saya membantu siswa menyadari bahwa dirinya penting sebagai anggota dalam kelas

33 Saya mengidentifikasi cara menstandarkan tes agar budaya siswa lebih baik

34 Saya menggunakan referensi belajar untuk mengumpulkan data tentang bagaimana siswa giat belajar

35 Saya menggunakan contoh yang menarik untuk mengetahui berbagai latar belakang budaya siswa

36 Saya menjelaskan konsep-konsep baru kepada siswa dengan menggunakan contoh dari kehidupan sehari-hari 37 Saya memperoleh informasi mengenai minat akademik

siswa

38 Saya menggunakan minat siswa untuk mengembangkan pengetahuan siswa

39 Saya menerapkan pembelajaran koorperatif agar siswa suka bekerja kelompok

40 Saya mendesain instruksi yang sesuai untuk kebutuhan perkembangan siswa

Kuesioner ini terdiri dari 40 item yang berisi tentang pernyataan-pernyataan responsifitas terhadap budaya siswa. Untuk mempermudah analisisnya, setiap item dibagi ke dalam lima aspek responsif berdasarkan peran guru sebagai pembimbing yang dikemukakan oleh Oemar (2007) seperti pada tabel berikut ini.

Tabel 3.2. Pembagian Aspek Responsifitas untuk Setiap Item

No Aspek responsif No. Item

1 Mengumpulkan data tentang siswa 8, 14, 16, 19, 27, 34, 35, 37

2 Mengamati tingkah laku siswa dalam situasi sehari-hari

3, 4, 12, 18, 21, 22, 26, 32, 39, 40

3 Mengenal para siswa yang memerlukan

bantuan khusus 1, 2, 9, 20, 30, 33

4 Mengadakan pertemuan atau hubungan

dengan orang tua siswa 10, 24, 25, 31

(43)

G. Analisis Data

Hasil jawaban guru-guru dari kuesioner tersebut maka dapat diketahui tentang responsifitas guru-guru IPA Sekolah Menengah terhadap budaya siswa. Data akan dianalisis secara kuantitatif yang kemudian hasilnya akan dideskripsikan. Untuk setiap jawaban kuesioner diberi masing-masing skor yaitu 1 = tidak setuju, 2 = kurang setuju, 4 = setuju, dan 5 = sangat setuju. Kemudian data tersebut dikelompokkan dan dianalisis dalam bentuk data statistik. Dari pengelompokkan data tersebut dideskripsikan berdasarkan keterangan sangat responsif, responsif, kurang responsif, dan tidak responsif.

Data yang diperoleh dapat dianalisis dengan cara: Kuesioner yang terkumpul = 44 lembar

Skor minimal = 40

Skor maksimal = 40 x 5 = 200 Range = 200 – 40 = 160

Interval yang terbagi dalam 4 kelas (sangat responsif, responsif, kurang responsif, tidak responsif) = 160 / 40 = 40.

Tabel 3.3. Analisis Responsifitas Guru IPA terhadap Budaya Siswa

Interval Tally f(x) Keterangan

160 – 199 Sangat responsif

120 – 159 Responsif

80 – 119 Kurang responsif

(44)

Kemudian tabel 3.3 dianalisis dengan menggunakan statistik. Hasil tersebut, dapat diambil suatu kesimpulan tentang informasi dari tingkat responsifitas guru IPA Sekolah Menengah terhadap budaya siswa di Kabupaten Nias Barat yaitu sangat responsif, responsif, kurang responsif, dan tidak responsif.

Tabel 3.4. Kualifikasi Responsifitas Guru IPA Sekolah Menengah terhadap Budaya Siswa

Rata-rata Skor (%) Tingkat responsif

≥ 80 Sangat responsif

60 – 79 Responsif

40 – 59 Kurang responsif ≤ 39 Tidak responsif

(45)

27

BAB IV

DATA DAN ANALISIS

A. Pelaksanaan Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian untuk mengetahui responsifitas guru IPA Sekolah Menengah terhadap budaya siswa beberapa SMP dan SMA di Kabupaten Nias Barat yang diawali dengan kegiatan menyusun instrumen berupa kuesioner tentang responsifitas guru IPA terhadap budaya siswa serta mencari sekolah (SMP dan SMA) yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini. Penyusunan instrumen diawali pada bulan November sampai Januari 2016 dan bersamaan dengan itu, peneliti mengkomunikasikan untuk melakukan penelitian di Kabupaten Nias Barat.

(46)

dengan menyebar kuesioner kepada guru untuk dapat mengetahui tingkat responsifitas guru IPA Sekolah Menengah terhadap budaya siswa.

Kegiatan penelitian dilaksanakan dengan mengunjungi tiap sekolah yang dimulai dari tanggal 12-26 Februari 2016. Dari 17 sekolah yang dikunjungi diperoleh sebanyak 44 responden. Penelitian ini dilakukan dengan menyebar kuesioner kepada guru. Ada beberapa guru yang memilih mengerjakan di rumah dan beberapa hari kemudian mengembalikannya kepada peneliti. Ada juga guru yang langsung mengerjakan di sekolah, sehingga peneliti langsung mengawasi proses pengisian kuisioner tersebut.

B. Data

Tes ini diikuti oleh guru IPA dari beberapa SMP dan SMA di Kabupaten Nias Barat. Guru tersebut terdiri dari 21 guru IPA SMP (IPA Terpadu) dan 23 guru IPA SMA (Fisika, Biologi, Kimia). Waktu pengerjaan kuesioner tersebut adalah 30 menit.

C. Deskripsi dan Analisis Data

(47)

digunakan untuk mengukur sejauh mana responsifitas guru IPA Sekolah Menengah terhadap budaya siswa terdiri dari 5 aspek. Oleh karena itu, responsifitas guru IPA terhadap budaya siswa dibahas dalam setiap aspek dan juga secara keseluruhannya.

1. Responsifitas Guru IPA Sekolah Menengah terhadap Budaya Siswa Secara Keseluruhan

Tabel 4.1. Persentasi Jumlah Guru Berdasarkan Tingkat Responsifitas Guru IPA Sekolah Menengah terhadap Budaya

Siswa

Kualifikasi Jumlah Guru Total (%)

Sangat responsif 23 52.27

Responsif 21 47.73

Kurang responsif 0 0

Tidak responsif 0 0

Total 44 100

(48)

Table 4.2. Responsifitas Guru IPA Sekolah Menengah terhadap

(49)

Gambar 4.1. Grafik Responsifitas Guru IPA Sekolah Menengah

terhadap Budaya Siswa

(50)

berada pada aspek pertama yaitu mengumpulkan data tentang siswa dengan persentase 78.47%. Untuk semua aspek masih tergolong sangat responsif dan responsif.

Setelah mengetahui responsifitas guru IPA Sekolah Menengah terhadap budaya siswa secara keseluruhan, selanjutnya adalah analisis untuk setiap aspeknya. Aspek pertama yaitu mengumpulkan data tentang siswa dengan rata-rata skor sebesar 78.47%, artinya guru tegolong responsif. Aspek kedua yaitu mengamati tingkah laku siswa dalam situasi sehari-hari dengan rata-rata skor 85.09%, artinya guru tergolong sangat responsif. Aspek ketiga yaitu mengenal para siswa dengan rata-rata skor 78.94%, artinya guru tergolong responsif. Aspek keempat yaitu mengadakan pertemuan atau hubungan dengan orang tua siswa dengan rata-rata skor 80.00%, artinya guru tergolong sangat responsif. Aspek kelima yaitu menyusun program bimbingan sekolah dengan rata-rata skor 78.86%, artinya guru tergolong responsif.

(51)

2. Responsifitas Guru IPA SMA dan SMP terhadap Budaya Siswa

(52)

Gambar 4.2. Responsifitas Guru IPA SMA dan SMP

terhadap Budaya Siswa

Berdasarkan tabel 4.3 di atas, dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan guru IPA SMA dan SMP tergolong sangat responsif terhadap budaya siswa dengan rata-rata skor 80.21%. Secara keseluruhan guru IPA SMA tergolong sangat responsif terhadap budaya siswa dengan rata-rata skor 81.69 %, dan guru IPA SMP tergolong responsif terhadap budaya siswa dengan rata-rata skor 78.72 %.

(53)

Aspek pertama yaitu mengumpulkan data tentang siswa dengan rata-rata skor 78.39%, maka dapat dikatakan bahwa guru IPA SMA dan SMP tergolong responsif terhadap budaya siswa pada aspek yang pertama. Aspek kedua yaitu mengamati tingkah laku siswa dalam situasi sehari-hari dengan rata-rata skor 85.06%, maka dapat dikatakan bahwa guru IPA SMA dan SMP tergolong sangat responsif terhadap budaya siswa pada aspek yang kedua. Aspek ketiga yaitu mengenal para siswa yang memerlukan bantuan khusus dengan rata-rata skor 78.88%, maka dapat dikatakan bahwa guru IPA SMA dan SMP tergolong responsif terhadap budaya siswa pada aspek yang ketiga. Aspek keempat yaitu mengadakan pertemuan atau hubungan dengan orang tua siswa dengan rata-rata skor 79.97%, maka dapat dikatakan bahwa guru IPA SMA dan SMP tergolong responsif terhadap budaya siswa pada aspek yang keempat. Aspek kelima yaitu menyusun program bimbingan sekolah dengan rata-rata skor 78.74%, maka dapat dikatakan bahwa guru IPA SMA dan SMP tergolong responsif terhadap budaya siswa pada aspek yang kelima.

(54)

rata-rata skor guru IPA SMA sebesar 80.82 % dan guru IPA SMP memiliki rata-rata skor sebesar 76.55%.

Untuk mengetahui apakah ada perbedaan responsifitas guru IPA SMA dan SMP terhadap budaya siswa di Kabupaten Nias Barat maka dilakukan uji beda dengan menggunakan analisis compare means: Independent-Sample T-Test. Uji ini digunakan untuk mengukur adanya

perbedaan antara dua kelompok yang independen atau dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah ada bedanya responsifitas guru IPA SMA dan SMP terhadap budaya siswa. Hasil analisis dengan menggunakan uji Independent-Sample T-Test dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.4. Hasil Responsifitas Guru IPA SMA dan SMP

terhadap Budaya Siswa di Kabupaten Nias Barat

Group Statistics

Guru N Mean Std.

Deviation

Std. Error Mean

(55)

Tabel 4.5. Hasil uji T-Test Independen Responsifitas Guru IPA SMA dan SMP terhadap Budaya Siswa di Kabupaten Nias Barat

Independent Samples Test

Berdasarkan data hasil perhitungan menggunakan SPSS pada tabel 4.5, nilai mean responsifitas guru IPA SMA terhadap budaya siswa = 82.04 dan nilai mean responsif guru IPA SMP terhadap budaya siswa = 78.73. Hasil SPSS menunjukkan nilai t = -0.688, p =

0.90 > α = 0.05 maka perbedaan mean keduanya tidak signifikan.

(56)

3. Responsifitas Guru Fisika, Biologi dan Kimia SMA Terhadap Budaya Siswa

Tabel 4.6. Responsifitas Guru Fisika, Biologi dan Kimia SMA terhadap Budaya Siswa di Kabupaten Nias Barat

(57)

Gambar 4.3. Responsifitas Guru IPA SMA terhadap Budaya

Siswa

Berdasarkan tabel 4.6 diatas, dapat dilihat bahwa secara keseluruhan guru IPA SMA tergolong sangat responsif terhadap budaya siswa dengan rata-rata skor sebesar 81.58%. Secara keseluruhan guru Fisika tergolong responsif terhadap budaya siswa dengan rata-rata skor sebesar 79.15%. Secara keseluruhan guru Biologi tergolong sangat responsif terhadap budaya siswa dengan rata-rata skor sebesar 83.41%. Secara keseluruhan guru Kimia juga tergolong sangat responsif terhadap budaya siswa dengan rata-rata skor sebesar 82.19%.

(58)

Aspek pertama yaitu mengumpulkan data tentang siswa dengan rata-rata skornya sebesar 80.12%, maka dari itu dapat dikatakan bahwa guru IPA SMA sangat responsif pada aspek pertama. Aspek kedua yaitu mengamati tingkah laku siswa dalam situasi sehari-hari dengan rata-rata skor sebesar 85.71% yang artinya guru IPA SMA tergolong sangat responsif pada aspek yang kedua. Aspek ketiga yaitu mengenal para siswa yang memerlukan bantuan khusus dengan rata-rata skor yaitu 80.14 % artinya bahwa guru IPA SMA tergolong sangat responsif pada aspek yang ketiga. Aspek keempat yaitu mengadakan pertemuan atau hubungan dengan orang tua siswa dengan rata-rata skor sebesar 80.51% yang artinya bahwa guru IPA SMA tergolong sangat responsif pada aspek yang keempat. Aspek kelima yaitu menyusun program bimbingan sekolah dengan rata-rata skor sebesar 81.43% yang artinya bahwa guru IPA SMA tergolong sangat responsif pada aspek yang kelima.

(59)

77.86%, rata-rata skor guru Biologi sebesar 82.19%, dan rata-rata skor guru Kimia sebesar 80.31%.

Untuk mengetahui adanya perbedaan rata-rata skor antara responsifitas guru IPA Fisika, Biologi dan Kimia terhadap budaya siswa maka dilakukan uji beda. Uji beda yang digunakan adalah One Way ANOVA. Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah ada beda

rata-rata skor lebih dari dua grup. Hasil uji beda ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.7. Hasil Uji Anova Responsifitas Guru Fisika, Biologi,

(60)

Test of Homogeneity of Variances

Skor

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

.721 2 20 .499

ANOVA Skor

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Between

Groups 58.662 2 29.331 .781 .471

Within

Groups 750.795 20 37.540

Total 809.457 22

(61)

D. Pembahasan

Guru merupakan salah satu profesi yang berperan penting dalam membentuk siswa yang berkualitas. Siswa akan terbentuk melalui pendidikan. Proses yang berlangsung di lembaga pendidikan tidak lepas dari peran guru sebagai pengajar dan pendidik. Guru melaksanakan tugas tidak hanya di dalam ruang kelas saja tetapi penting juga guru harus mengetahui perkembangan siswa di luar kelas termasuk di lingkungan sekitarnya.

Guru sebagai pendidik yang profesional bertanggung jawab terhadap pertumbuhan personal dari anak didik, pengembangan sikap sosial anak didik sebagai persiapan menjadi warga negara yang bertanggung jawab, dan penguasaan akademik. Artinya bahwa guru di sekolah tidak hanya bertanggung jawab terhadap akademik siswa saja atau yang berhubungan dengan perkembangan siswa di lingkungan sekolah, tetapi guru juga harus responsif terhadap budaya siswa termasuk perkembangan siswa di rumah dan lingkungan sekitarnya.

(62)

Dalam penelitian ini, dapat diketahui bahwa secara keseluruhan guru IPA sekolah menengah tergolong sangat responsif terhadap budaya siswa dengan persentase sebesar 80.27%. Namun ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan dalam pelaksanaannya seperti yang diuraikan berikut ini.

Berdasarkan hasil analisis untuk keseluruhan aspek, terdapat skor yang paling tinggi dan rendah. Rata-rata skor yang paling tinggi yaitu pada aspek kedua tentang mengamati tingkah laku siswa dalam situasi sosial sebesar 85.09%. Angka tersebut menunjukkan kemungkinan bahwa guru IPA Sekolah Menengah sangat responsif terhadap akademik dan dan perkembangan-perkembangan siswa di sekolah. Rata-rata skor yang paling rendah terdapat pada aspek pertama yaitu mengumpulkan data tentang siswa sebesar 78.47 %. Angka tersebut menunjukan bahwa guru IPA Sekolah Menengah masih kurang responsif terhadap data-data siswa mengenai informasi perkembangan siswa di rumah dan lingkungan sekitarnya.

(63)

Keseluruhan dari guru IPA Sekolah Menengah terlihat sangat responsif pada aspek kedua yaitu mengamati tingkah laku siswa dalam situasi sehari-hari, sementara masih rendah pada aspek pertama yaitu mengumpulkan data tentang siswa. Hasil tersebut menunjukan bahwa guru IPA Sekolah Menengah di Kabupaten Nias Barat kemungkinan lebih memperhatikan untuk pengetahuan siswa saja atau yang berkaitan dengan perkembangan siswa di sekolah, sementara di luar sekolah guru IPA Sekolah Menengah masih perlu untuk lebih memperhatikannya lagi dan mendapatkan lebih banyak informasi tentang siswa.

(64)

Hasil dari penelitian ini sangat mengharapkan agar responsifitas guru IPA Sekolah Menengah terhadap budaya siswa di Kabupaten Nias Barat masih perlu ditingkatkan pada aspek pengumpulan data tentang siswa. Karena pengaruh kegagalan atau keberhasilan situasi belajar mengajar sangat tergantung pada seni dan keterampilan guru. Guru harus terbuka dan menyentuh kehidupan murid. Agar pelaksanaan pengajaran berjalan secara efektif maka guru perlu memahami banyak hal. Guru harus memahami segala sesuatu tentang siswa yang ada di bawah tanggung jawabnya. Hal-hal tersebut dapat dikategorikan menjadi tingkat-tingkat perkembangan keadaan emosional dan lingkungan sosial dari siswa itu sendiri.

Hal ini kemungkinan guru hanya lebih memperhatikan perkembangan siswa di sekolah, mengajar, pulang sekolah dan tidak lagi memperhatikan lingkungan sosial dari siswa. Guru sebaiknya memperbanyak interaksi dengan orang tua siswa untuk mendapatkan informasi tentang peserta didiknya. Sesungguhnya orang tua di rumah mempunyai pengaruh nomor satu terhadap perkembangan hidup siswa. Bila orang tua berpartisipasi di sekolah, anak-anak biasanya berkinerja lebih baik. Guru harus tetap menjaga interaksi dengan agar orang tua agar mendapatkan informasi tentang siswa.

(65)

belajar siswa sangat kurang. Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan guru-guru IPA di Nias Barat sangat responsif terhadap budaya siswa tetapi tidak menerapkannya dalam proses pembelajaran. Apabila guru sudah responsif terhadap budaya siswa sangat bagus untuk diterapkan pada proses pembelajaran sehingga seharusnya lebih meningkatkan keberhasilan belajar siswa. Salah satu contoh penerapannya yaitu memanfaatkan lingkungan sekitar siswa yang kemudian akan dijadikan sebagai sumber belajar siswa, karena kalau mengaitkan materi dengan lingkungan sekitar siswa, pemahaman siswa pasti akan meningkat.

(66)

pendidik harus berusaha menganalisa lapangan pendidikan dari segi sosial, mengenai hubungan antara siswa di sekolah, di luar sekolah, dalam masyarakat dan sistem-sistem sosialnya.

E. Implikasi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang responsifitas guru IPA Sekolah Menengah terhadap budaya siswa beberapa SMP dan SMA di Kabupaten Nias Barat. Berdasarkan hasil analisa jawaban guru menunjukkan bahwa guru IPA Sekolah Menengah tergolong responsif terhadap budaya siswa. Perbandingan antara responsifitas guru IPA SMA dan SMP, guru Fisika, Biologi, Kimia terhadap budaya siswa juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaannya. Jika dilihat pada setiap aspek responsif, dapat diketahui bahwa pada aspek kedua yaitu mengamati tingkah laku siswa yang memerlukan bantuan khusus, guru IPA Sekolah Menengah tergolong sangat responsif, sedangkan pada aspek pertama yaitu mengumpulkan data tentang siswa masih perlu ditingkatkan. Guru bisa memperbanyak cara memperoleh data informasi tentang siswa seperti sering berinteraksi dengan orang tua siswa.

(67)

lembaga pendidikan dapat membentuk pemahaman bersama atas konsep kebudayaan, perbedaan budaya, keseimbangan, dan demokrasi dalam arti yang luas.

Secara keseluruhan guru IPA Sekolah Menengah di Kabupaten Nias Barat tergolong responsif terhadap budaya siswa. Sehingga dapat dikatakan bahwa guru sangat responsif terhadap akademik/pengetahuan atau yang berkaitan dengan perkembangan siswa di sekolah. Dalam hal ini guru dengan serius melaksanakan tugasnya untuk menyampaikan materi pelajaran di kelas dan juga tentang situasi siswa di lingkungan sekolah.

(68)

50

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Guru IPA Sekolah Menengah secara keseluruhan di Kabupaten Nias Barat tergolong responsif terhadap budaya siswa dengan rata-rata skor 80.27%.

2. Guru IPA Sekolah Menengah di Kabupaten Nias Barat tergolong sangat responsif pada aspek mengamati tingkah laku siswa dalam situasi sehari-hari, atau dapat dikatakan bahwa guru sangat responsif terhadap perkembangan-perkembangan siswa di lingkungan sekolah. 3. Tingkat responsif guru IPA Sekolah menengah di Kabupaten Nias

(69)

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti menyampaikan beberapa saran, yaitu:

1. Bagi guru

Para guru selain melaksanakan tugasnya mengajar di kelas, juga sangat penting mengetahui perkembangan siswa di luar kelas atau di rumah dan lingkungan sosialnya supaya mutu pendidikan lebih meningkat.

2. Bagi peneliti selanjutnya

(70)

52

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Amin. 2005. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta : Pilar Media.

Aunurrahman. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alvabeta.

Darmodjo, Hendro., Jenny, R.E. & Kaligis. Pendidikan IPA II. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Gie, The Liang. 1992. Pendidikan Sains Bagi Pembangunan Nasional Indonesia. Yogyakarta: Yayasan Studi Ilmu dan Teknologi.

Habiburrahman. 1981. Diagnosis Kesulitan Belajar dan Pengajaran Remedi dalam Pendidikan IPA. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Hamalik, Oemar. 2006. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Hamalik, Oemar. 2009. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algesindo.

Jensen, Eric. 2010. Guru Super & Super Teaching. Jakarta: PT. Indeks.

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT Refika Aditama.

(71)

Natmodjo, Soekidjo. 1993. Pendidikan Kesehatan dan Ilmu perilaku Kesehatan. Yogyakarta : Andi Offset.

N.N. Profil Kabupaten Nias Barat. www.niasbaratkab.go.id. Diakses pada tanggal 30 Juli 2016.

Rampengan, M.J, Habiburahman & Tobing. 1981. Model-model Mengajar dalam Pendidikan IPA. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Siwatu, K. O. (2007). Preservice teachers’ culturally responsive teaching

self-efficacy and outcome expectancy beliefs. Teaching and Teacher Education, 23, 1086-1101.

(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)

Daftar Guru IPA Sekolah Menengah

No Tingkat Sekolah Menengah Bidang Studi

1 SMA N 1 Ulumoro'o Biologi

8 SMA S Kristen Arastamar Biologi

9 SMA N 1 Sirombu Fisika

15 SMA S Kristen Arastamar Fisika

16 SMA N 1 Lolofitu Moi Kimia

23 SMA S Kristen Arastamar Kimia

(97)

79

Analisis Guru IPA SMA Sekolah Menengah Secara Keseluruhan

No Kode Guru

Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3 Aspek 4 Aspek 5 Total

Skor % 8 14 16 19 27 34 35 37 3 4 12 18 21 22 26 32 39 40 1 2 9 20 30 33 10 24 25 31 5 6 7 11 13 15 17 23 28 29 36 38

1 SMA 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 2 5 4 5 5 4 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 2 4 4 4 4 4 4 5 166 83.00

2 SMA 5 5 4 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 5 5 2 4 4 5 5 4 4 5 5 4 5 5 4 4 5 4 5 5 5 182 91.00

3 SMA 5 4 5 4 4 5 4 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 4 4 5 4 5 4 5 5 4 4 5 4 4 5 5 5 5 183 91.50

4 SMA 4 4 4 4 4 2 4 4 5 4 4 5 2 5 5 4 5 4 4 2 5 1 5 4 4 4 5 4 5 4 2 4 4 2 5 5 2 4 5 5 158 79.00

5 SMA 4 5 4 4 5 4 4 4 1 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 4 4 4 5 4 5 1 5 5 4 5 5 5 5 5 5 178 89.00

6 SMA 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 168 84.00

7 SMA 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 1 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 151 75.50

8 SMA 4 4 4 4 2 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 2 4 4 5 5 4 4 4 4 2 5 2 4 4 2 2 4 4 4 154 77.00

9 SMA 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 5 4 4 5 5 4 4 5 2 4 4 4 5 4 5 5 4 4 5 1 4 4 5 4 4 4 4 167 83.50

10 SMA 4 5 4 4 5 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 5 5 5 2 5 1 4 4 5 4 4 4 4 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 178 89.00

11 SMA 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 165 82.50

12 SMA 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 165 82.50

13 SMA 4 2 2 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 2 4 2 4 2 4 4 5 4 4 2 4 4 4 4 4 4 2 4 2 4 4 4 144 72.00

14 SMA 4 5 5 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 5 5 4 4 4 4 5 5 4 5 4 5 4 5 4 4 174 87.00

15 SMA 4 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 5 5 5 185 92.50

16 SMA 4 4 2 2 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5 5 4 4 2 4 4 4 4 4 2 4 4 2 4 2 4 2 4 5 4 152 76.00

(98)
(99)

81 No Kode

Guru

Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3 Aspek 4 Aspek 5 Total

Skor % 8 14 16 19 27 34 35 37 3 4 12 18 21 22 26 32 39 40 1 2 9 20 30 33 10 24 25 31 5 6 7 11 13 15 17 23 28 29 36 38

39 SMP 4 4 2 2 4 4 4 4 1 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 2 5 2 2 4 4 4 2 4 2 4 2 4 1 2 4 4 2 2 4 4 135 67.50

40 SMP 4 4 4 4 4 5 4 4 5 5 4 5 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 5 4 1 4 4 4 2 4 4 4 164 82.00

41 SMP 5 1 2 5 2 5 5 4 4 2 5 5 5 5 5 5 4 5 2 2 5 4 5 5 5 5 2 5 4 5 5 5 1 2 5 2 4 5 5 4 161 80.50

42 SMP 4 4 4 4 4 2 4 4 5 5 4 2 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 5 4 1 4 4 4 2 4 4 4 157 78.50

43 SMP 4 4 4 2 2 4 2 5 5 5 2 5 4 2 4 4 5 5 2 4 5 1 4 4 5 4 4 2 5 4 4 5 1 4 4 2 4 5 5 5 151 75.50

(100)

82

Analisis Guru IPA Sekolah Menengah Setiap Aspek

(101)
(102)

84 No Kode

Guru

Aspek 1 Total Skor %

Aspek 2 Total Skor %

Aspek 3 Total Skor %

Aspek 4 Total Skor %

Aspek 5 Total Skor % 8 14 16 19 27 34 35 37 3 4 12 18 21 22 26 32 39 40 1 2 9 20 30 33 10 24 25 31 5 6 7 11 13 15 17 23 28 29 36 38

39 SMP 4 4 2 2 4 4 4 4 28 70.00 1 5 4 5 4 4 4 4 4 4 39 78.00 4 2 5 2 2 4 19 63.33 4 4 2 4 14 70.00 2 4 2 4 1 2 4 4 2 2 4 4 35 58.33

40 SMP 4 4 4 4 4 5 4 4 33 82.50 5 5 4 5 4 5 4 4 5 4 45 90.00 4 4 4 4 4 4 24 80.00 4 5 5 4 18 90.00 4 4 5 4 1 4 4 4 2 4 4 4 44 73.33

41 SMP 5 1 2 5 2 5 5 4 29 72.50 4 2 5 5 5 5 5 5 4 5 45 90.00 2 2 5 4 5 5 23 76.67 5 5 2 5 17 85.00 4 5 5 5 1 2 5 2 4 5 5 4 47 78.33

42 SMP 4 4 4 4 4 2 4 4 30 75.00 5 5 4 2 4 4 4 4 5 4 41 82.00 4 4 4 4 4 4 24 80.00 4 5 5 4 18 90.00 4 4 5 4 1 4 4 4 2 4 4 4 44 73.33

43 SMP 4 4 4 2 2 4 2 5 27 67.50 5 5 2 5 4 2 4 4 5 5 41 82.00 2 4 5 1 4 4 20 66.67 5 4 4 2 15 75.00 5 4 4 5 1 4 4 2 4 5 5 5 48 80.00

44 SMP 4 2 4 4 4 4 4 4 30 75.00 5 5 4 5 5 4 4 4 4 4 44 88.00 2 4 5 5 5 4 25 83.33 5 4 4 5 18 90.00 5 4 4 4 2 4 4 4 4 5 4 4 48 80.00

(103)
(104)
(105)

87 No Kode

Guru

Aspek 1 Total Skor %

Aspek 2 Total Skor %

Aspek 3 Total Skor %

Aspek 4 Total Skor %

Aspek 5 Total Skor % 8 14 16 19 27 34 35 37 3 4 12 18 21 22 26 32 39 40 1 2 9 20 30 33 10 24 25 31 5 6 7 11 13 15 17 23 28 29 36 38

38 SMP 4 4 4 4 4 4 4 4 32 80.00 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 41 82.00 4 4 4 4 4 4 24 80.00 4 4 1 4 13 65.00 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 45 75.00

39 SMP 4 4 2 2 4 4 4 4 28 70.00 1 5 4 5 4 4 4 4 4 4 39 78.00 4 2 5 2 2 4 19 63.33 4 4 2 4 14 70.00 2 4 2 4 1 2 4 4 2 2 4 4 35 58.33

40 SMP 4 4 4 4 4 5 4 4 33 82.50 5 5 4 5 4 5 4 4 5 4 45 90.00 4 4 4 4 4 4 24 80.00 4 5 5 4 18 90.00 4 4 5 4 1 4 4 4 2 4 4 4 44 73.33

41 SMP 5 1 2 5 2 5 5 4 29 72.50 4 2 5 5 5 5 5 5 4 5 45 90.00 2 2 5 4 5 5 23 76.67 5 5 2 5 17 85.00 4 5 5 5 1 2 5 2 4 5 5 4 47 78.33

42 SMP 4 4 4 4 4 2 4 4 30 75.00 5 5 4 2 4 4 4 4 5 4 41 82.00 4 4 4 4 4 4 24 80.00 4 5 5 4 18 90.00 4 4 5 4 1 4 4 4 2 4 4 4 44 73.33

43 SMP 4 4 4 2 2 4 2 5 27 67.50 5 5 2 5 4 2 4 4 5 5 41 82.00 2 4 5 1 4 4 20 66.67 5 4 4 2 15 75.00 5 4 4 5 1 4 4 2 4 5 5 5 48 80.00

44 SMP 4 2 4 4 4 4 4 4 30 75.00 5 5 4 5 5 4 4 4 4 4 44 88.00 2 4 5 5 5 4 25 83.33 5 4 4 5 18 90.00 5 4 4 4 2 4 4 4 4 5 4 4 48 80.00

(106)

Gambar

Gambar 3.1. Peta Kabupaten Nias Barat (sumber: Bappeda Nias Barat)
Tabel 3.1. Kuesioner Responsifitas Guru IPA terhadap Budaya Siswa
Tabel 3.2. Pembagian Aspek Responsifitas untuk Setiap Item
Tabel 3.3. Analisis Responsifitas Guru IPA terhadap Budaya Siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Fungsi utama dari aplikasi pelanggan untuk PD Teknik Willys ini adalah sebagai aplikasi tambahan di samping aplikasi penjualan dan pembelian yang telah ada sebelumnya dan

1) Memberikan pemahaman kepada guru tentang kemampuan empati. 2) Memberikan pengetahuan kepada guru mengenai social skill training. guna meningkatkan kemampuan empati anak.

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan hubungan pekerjaan, peran PMO, pelayanan kesehatan, dukungan keluarga dan diskriminasi terhadap ketidakteraturan

[r]

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang hubungan persepsi Wanita Usia Subur tentang IUD dengan motivasi penggunaan ulang IUD di wilayah kerja Puskesmas Lintau Buo III

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori menurut Mottaghipur dan Bickerton (2005, dalam Nazara,2006), psikoedukasi merupakan suatu tindakan yang dilakukan pada

Pengetahuan tentang berbagai gejala (fisik maupun sosial) yang berlangsung di muka bumi yang direpresentasikan sebagai gejala keruangan (spatial phenomena) suatu obyek tertentu

Instrumen kuesioner ini terdiri dari 20 pertanyaan yaitu: (1) variabel kinerja sistem informasi ini mengacu pada instrumen yang digunakan oleh Astuti (2003),