• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gbr 4.2 Yoji melakukan kekerasan psikologis terhadap grup musik dangdut

4.2.3 Analisis Keseluruhan

Pada level realitas melalui kode sosial kostum dapat dilihat cara berpakaian tokoh-tokoh utama film “Punk In Love” yang terkesan lusuh ,kotor dan tidak pernah berganti kostum jauh dari kesan glamour dan mewah menggambarkan latar belakang ekonomi yang dialami para tokoh-tokoh utama dalam film ini. Dari keseharian Arok, Yoji, Mojo dan Almira yang berlatar belakang sub kultur Punk, memang menganut hidup yang anti dengan kemapanan dan kemewahan. Dan pada kode sosial setting yang banyak mengambil lokasi out door dan berpindah-pindah mencerminkan keseharian tokoh utama yang kurang dalam hal ekonomi.

Pada level representasi, penggunaan teknik kamera yang sengaja mengambil ekspresi atau bahasa tubuh dari tokoh-tokoh utama dalam film “Punk In Love” memberikan informasi bagaimana kekerasan yang ingin di tonjolkan dalam film ini seperti pengambilan teknik close up saat salah satu tokoh bersimbah darah dan ekspresi marah pada saat melakukan pemerasan.

Pada level ideology khususnya pada kode sosial dialog adalah level yang paling menunjukaan adanya kekerasan dalam film ini. Dengan

penggunaan kata-kata yang kasar melalui umpatan-umpatan, hinaan, yang berdampan psikologis pada korban memberikan informasi bagaimana kekerasan yang ingin ditonjolkan dalam film ini merupakan dampak dari latar belakang ekonomi dan budaya dari tokoh-tokoh utama.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan di bab sebelumnya, maka dapatlah ditarik kesimpulan dari penelitian ini bahwa kekerasan dalam film Punk In Love ini direpresentasikan dalam media verbal dan non verbal dari tokoh seperti pukulan,tendangan, makian, umpatan, hingga kepada pelecehan seksual.

Dari dua jenis kekerasan, yang paling sering direpresentasikan dalam film ini adalah kekerasan verbal yang jika diuraikan lagi menjadi kekerasan psikologis, kekerasan spiritual dan kekerasan fungsional. Kekerasan secara verbal dalam ini dimuculkan mulai dari mengejek / menghina (kekerasan verbal yang bertujuan untuk menyakiti perasaan dan emosi orang lain), membentak (kekerasan verbal dengan nada tinggi biasanya disertai dengan rasa marah), mengancam (suatu pernyataan yang menyudutkan atau memaksa, memaki (kekerasan verbal dengan kata-kata kasar dan kotor yang ditujukan untuk merendahkan atau menyinggung perasaan orang lain misalanya : Jancok, taek, asu, mbokne ancok dan yang lainnya) yang ditujukan untuk menunjukkan kekuasaan, menakut-nakuti sampai kekerasan verbal yang dilakukan hanya sebagai kesenangan semata atau lelucon. Kekerasan secara fisik juga terdapat

dalam film ini seperti memukul, memaksa, menyerang, pengrusakan hingga pelecehan seksual

Jika ditelusuri lebih dalam lagi kekerasan dalam film ini tidak hanya hadir karena latar belakang konflik atau kesalah pahaman antar tokoh tetapi merupakan hasil dari keadaan ekonomi yang kurang atau kemiskinan yang yang dialami para tokoh utamanya. Hampir semua kekerasan yang terjadi pada film ini bermotivasi pada alasan ekonomi seperti melakukan pemerasan, pemaksaaan hingga penolakan terhadap status kemiskinan yang dialami.

Gambaran kekerasan dalam fim ini dapat dianggap sebagai bumbu penyedap bagi yang melihatnya. Karena itu jika penyajian representasi kekerasan ini tidak diimbangi dengan pesan-pesan moral dikhawatirkan dapat menimbulkan dampak buruk yang hadir dari adanya film ini.

5.2 Saran

Film “Punk In Love” yang sudah tersabar luas dan telah ditonton jutaan penonton memiliki banyak kekerasan sidalam nya dan Jika didalam film menampilkan adegan yang mengandung kekerasan, maka akan berdampak negatif bagi penontonnya, karena bukan tidak mungkin bagi mereka untuk meniru apa yang dilihatnya dalam film.

Dan bagi pembuat film sebaiknya lebih bijaksana lagi dalam memuat unsur-unsur dalam sebuah film, karena muatan-muatan yang seharusnya tidak

   

diperbolehkan untuk dimasukkan dalam sebuah film sudah diatur jelas dalam Undang-Undang Perfilman maupun peraturan yang dibuat KPI (Komisi Penyiaran Indonesia).

   

Berger, Arthur Asa. 2000. Media and communication research methods. London: Sage Publication.

Djuarsa Sendjaja, Sasa, et.al. Teori Komunikasi, Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2004

Eriyanto, 2002. Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan Politik Media. Yogyakarta: LKIS.

Fiske, John. (2004) . Cultural and communication studies. (Yosal Iriantara dan Idi Subandy Ibrahim, Trans.) Yogyakarta& Bandung: Jalasutra.

Fiske, J. (2006). Culture and communication studies – sebuah pengantar paling komprehensif. Idi Subandy Ibrahim (Ed.). Yogyakarta: Jalasutra.

Hakim, Budiman. (2005). Dasar-dasar kreatif periklanan. Yogyakarta: Galang Press

Haryatmoko. (2007). Etika komunikasi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Hendrarti, I.M., & Herudjati. (2008). Aneka sifat kekerasan. Jakarta: PT. Indeks.

Irawanto, Budi. (1999). Fim, ideologi dan militer; hegemoni militer dalam sinema Indonesia. Yogyakarta: Media Pressindo.

Jalaluddin Rakhmat, 1994, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Kurniawan. 2001, Semiologi Roland Barthes, Magelang : Yayasan Indonesiatera.

McQuail, Denis. 1987, Teori Komunikasi Massa, Jakarta : Erlangga.

Sumarsana,Partana 2002, Sosiolinguistik. Michigan : Sabda bekerjasama dengan Pustaka Pelajar.

Sunarto. (2009). Televisi, kekerasan dan perempuan. Jakarta: PT. Kompas Media.

Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia Nomor 03/P/KPI/12/2009 tentang standar program siaran.

Poloma, Margaret,M.,2000. Sosiologi Kontemporer, Jakarta : Penerbit Rajawali Press.

Traudt, Paul, J. (2005) Media, audiences, effects an introduction to the study of media content and audience analysis. Boston: Pearson Education Inc. Undang-Undang Nomor 33 tahun 2009 tentang perfilman

Windhu Marsana. 1992. Kekuasaan dan kekerasan menurut Johan Galtung. Yogyakarta: Kanisius Non buku : http://id.wiki.detik.com/wiki/Tindakan_kekerasan http://www.apakabar.ws/viewtopic.php?f=1&t=52588 http://kunci.or.id/esai/nws/04/representasi.htm http://www.fathurin-zen.com/?m=20081106

Studies Center. http://kunci.or.id/esai/nws/04/representasi.htm

http://slidemaker.com/2009/04/02/arti-warna-versi-psikologi

SKRIPSI

Oleh :

CLAUDITA SASTRIS PASKANONKA

Dokumen terkait