• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.2 Analisis Data

Berdasarkan data yang ada, peneliti dapat mendeskripsikan jenis-jenis kohesi

dan koherensi yang terdapat dalam wacana buku teks Bahasa dan Sastra

Indonesia Kelas X karangan Dawud, dkk. terbitan Erlangga tahun 2004. Kohesi

dapat dibagi menjadi dua, yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Sedangkan

untuk koherensi dapat dibagi menjadi koherensi berpenanda dan koherensi tidak

berpenanda. Tidak semua analisis data disajikan pada bab ini, penulis hanya

mencantumkan kohesi dan koherensi yang dapat mewakili dari 25 wacana di buku

teks tersebut.

1. Kohesi

Kohesi merupakan aspek penting dalam analisis wacana. Kohesi dapat

dibagi menjadi dua yaitu (1) kohesi gramatikal (gramatical cohesion) dan (2)

ko-hesi leksikal (lexsical cohesion). Kohesi gramatikal mengacu pada hubungan

antarunsur dalam wacana yang direalisasikan melalui tata bahasa, sedangkan

kohesi leksikal mengacu pada hubungan antarunsur dalam wacana yang

direalisasikan secara semantis.

1.1 Kohesi Gramatikal

Konsep kohesi gramatikal mengacu pada hubungan antarunsur dalam

wacana yang direalisasikan melalui tata bahasa. Kohesi gramatikal itu muncul jika

terdapat unsur lain yang dapat ditautkan dengannya. Secara lebih rinci, Sumarlam

(2003: 23) menjelaskan aspek gramatikal wacana meliputi: (1) pengacuan

(reference), (2) penyulihan (substitution), (3) pelesapan (ellipsis), dan (4)

perang-kaian (conjunction).

1.1.1 Referensi

Referensi adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa satuan

lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain (atau suatu acuan) yang

mendahului atau mengikutinya (Sumarlam, 2003: 23). Referensi dapat dibagi

menjadi tiga, yaitu (1) referensi persona, (2) referensi demonstratif, dan (3)

refe-rensi komperatif.

1.1.1.1 Referensi Persona

Referensi persona adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa kata

ganti orang yang mengacu pada satuan lingual lain (atau suatu acuan) yang

mendahului atau mengikutinya. Referensi persona dapat dibedakan menjadi

(1) referensi persona I (tunggal dan jamak), (2) referensi persona II (tunggal dan

jamak), dan (3) referensi persona III (tunggal dan jamak).

1.1.1.1.1 Referensi Persona I Tunggal

Pemakaian referensi persona I tunggal, dapat dilihat pada data berikut.

(1) Tina : “Kita bisa kompak lagi, ya! Saya dengar Beta Ayu, anggota “geng” kita juga diterima di sekolah ini. Kamu lihat, nggak?” (w. 5 / hal. 17).

(2) Lebih lanjut dikemukanakan, dengan adanya ancaman kepunahan itu Departeman Eksplorasi Kelautan dan Perikanan harus melapor ke Convention on International Trade in Endangered Species (CITES), yang kemudian akan menentukan tingkat perlindungannya. Ia mengharapkan pelaksanan pengendalian penangkapan lobser diawasi lewat mekanisme pasar: ada penjual, ada pembeli. Kalau pengendaliannya bagus, nelayan tidak akan menangkap satwa itu lagi. Yakinlah apa kata saya! (w. 10 / hal. 25).

(3) Pemuda : ”Aku sendiri sudah sebulan ini tidak pernah bisa ketemu. Rupaya sebagai perawan pingitan, bapaknya melarang Wati keluar, dan ketemu dengan lelaki. Termasuk juga aku. Malah barusan Bapak dengan keras melarangku menemui Wati” (w. 22 / hal. 273).

(4) Pemuda : ”Aku sendiri sudah sebulan ini tidak pernah bisa ketemu. Rupaya sebagai perawan pingitan, bapaknya melarang Wati keluar, dan ketemu dengan lelaki. Termasuk juga aku. Malah barusan Bapak dengan keras melarangku menemui Wati” (w. 22 / hal. 273).

(5) Pelamar I : ”Well, eh, I kira larangan itu tidak ada buruknya. Dan di mana Bapak?” (w. 22 / hal. 273).

Pada tuturan (1) kata saya mengacu pada Tina (kohesi gramatikal referensi

endofora anaforis melalui pronomina persona I tunggal bentuk bebas). Pada

tuturan (2) kata saya mengacu pada Departenam Eksplorasi Kelautan dan

Perikanan (kohesi gramatikal referensi eksofora anaforis melalui pronomina

persona I tunggal bentuk bebas). Pada tuturan (3) kata aku mengacu pada pemuda

(kohesi gramatikal referensi endofora anaforis melalui pronomina persona I

tunggal bentuk bebas). Pada tuturan (4) kata -ku mengacu pada pemuda (kohesi

gramatikal referensi endofora anaforis melalui pronomina persona I tunggal

bentuk terikat). Pada tuturan (5) kata I mengacu pada pelamar I (kohesi

gramatikal referensi endofora anaforis melalui pronomina persona I tunggal

bentuk bebas [kata I merupkan bentuk tuturan tidak resmi]).

1.1.1.1.2 Referensi Persona I Jamak

Pemakaian referensi persona I jamak, dapat dilihat pada data berikut.

(1) …

Tina : “Sama!”

Dini : “Hah, kita satu kelas lagi?”

Tina : “Iya, kita sama-sama lagi! Kita kumpul lahi! Hore!”

Tina : “Kita bisa kompak lagi, ya! Saya dengar Beta Ayu, anggota “geng” kita juga diterima di sekolah ini! Kamu lihat nggak?” (w. 5 / hal. 17).

(2)

… Sehubungan dengan kegiatan kami tersebut, kami menawarkan kerja sama kepada pemilik Toko Buku Adila untuk memberikan potongan harga bagi pemilik Kartu Anggota KPB Smandu ketika membeli buku-buku di Toko Buku Adila. Potongan harga itu akan membantu kami meningkatkan minat baca siswa SMA Negeri 2, sementara bagi Toko Buku Adila akan meningkatkan volume penjualan buku. Adapun besarnya potongan harga itu, kami serahkan pada kebijakan bapak pimpinana (w. 13 / hal. 138).

(3)

Punahnya hutan di Indonesia menjadi punahnya pula tumbuhan dan hewan

yang berada di sana. Dan, bila dibiarkan berlanjut, cerita indah tentang keanekaragaman kekayaan bangsa ini tinggal kenangan. Dan, siapa pun di antara kita tak ingin hal itu berkelanjutan. (w. 16 / hal. 149)

(4)

Bila sebuah buku telah menjelma seperti makanan yang paling kita suka, tentu kita akan melahap buku itu dengan kenikmatan yang tiada tara. Kita akan membutuhkan buku itu setiap hari, sebagaimana kita tidak dapat meninggalkan makan pagi, makan siang, makan malam, ngemil pada sore hari, atau waktu-waktu luang lainnya (w. 19 / hal. 266).

(5)

Kita juga akan kagum kepada penyusun buku itu lantaran bahasanya yang jernih mengalir dan teratur. Saran Hernowo, bersegeralah kita mengubah persepsi mengenai buku (w. 19 / hal. 267).

Pada tuturan (1) kata kita mengacu pada Tina dan Dini (kohesi gramatikal

referensi endofora anaforis melalui pronomina persona I jamak bentuk bebas).

Pada tuturan (2) kata kami mengacu pada OSIS SMA N 2 Gorontalo (kohesi

gramatikal referensi endofora anaforis melalui pronomina persona I jamak bentuk

bebas). Pada tuturan (3) kata kita mengacu pada penuls dan pembaca buku (kohesi

gramatikal referensi endofora anaforis melalui pronomina persona I jamak bentuk

bebas). Pada tuturan (4) kata kita mengacu pada penulis dan pembaca buku

(kohesi gramatikal referensi eksofora anaforis melalui pronomina persona I jamak

bentuk bebas). Pada tuturan (5) kata kita mengacu pada penulis dan pembaca

buku (kohesi gramatikal referensi eksofora anaforis melalui pronomina persona I

jamak bentuk bebas).

1.1.1.1.3 Referensi Persona II Tunggal

Pemakaian referensi persona II tunggal, dapat dilihat pada data berikut.

(1) “Emangnya kenapa? Inikan jilbabku juga?” Pipit tak kalah keras.

“Tapi kamu,kan, baru pake kemaren, sekarang giliranku,” Kaka bertambah sengit (w. 14 / hal. 141).

(2) … Mestinya sekarang giliran Kaka yang pake,” cerita Kaka masih kesal. “Mbok, ya kamu ngalah dikit, to! Dia kan adikmu,” Ibu seakan membela Pipit (w. 14 / hal. 142).

(3) “Tapi, tamen-teman Pipit pakenya yang lebar, Bu” ujar Pipit.

“Jadi, kamu mau pake jilbab lebar karena ikut-ikutan teman?” Pipit diam. Apa kamu mau dicap oleh Allah sebagai umat yang talid, yang segala amal ibadahnya adalah hanya sekedar ikut-ikutan saja? Pipit, sifat orang-orang yang beriman talid dalam beragama itu, seperti daun kering yang ditiup angin. Segala amal ibadahnya sia-sia di sisi Allah,” Ibu berkata dnegan bijaksana (w. 14 / hal. 142).

(4) “Uki haus, Mi,” timpalnya lalu segera mengambil sebotol Coca-cola dari lemari es.

“Mbak Naya dateng, tuh!” lanjut Mami kemudian. “Hah, Mbak Naya? Mana?

“Di kamar kamu, lagi bersih-bersih” (w. 18 / hal. 260).

(5) Mbak Naya menghela nafas panjang. “Uki, kamu sekarang udah enam belas tahun. Mbak pengen melihat kamu berubah (w. 18 / hal. 261).

Pada tuturan (1) kata kamu mengacu pada Pipit (kohesi gramatikal referensi

endofora anaforis melalui pronomina persona II tunggal bentuk bebas). Pada

tuturan (2) kata –mu mengacu pada Kaka (kohesi gramatikal referensi eksofara

anaforis melalui pronomina persona II tunggal bentuk terikat). Pada tuturan

(3) kata kamu mengacu pada Pipit (kohesi gramatikal referensi endofora anaforis

melalui pronomina persona II tunggal bentuk bebas). Pada tuturan (4) kata kamu

mengacu pada Pipit (kohesi gramatikal referensi endofora anaforis melalui

pronomina persona II tunggal bentuk bebas). Pada tuturan (5) kata kamu mengacu

pada Pipit (kohesi gramatikal referensi endofora anaforis melalui pronomina

persona II tunggal bentuk bebas).

1.1.1.1.4 Referensi Persona II Jamak

Pemakaian referensi persona II jamak, dapat dilihat pada data berikut.

(1) …

Tina : “Pak Doni. Pak Doni yang ngajar di sini.” Dini : “Itu kelihatannya Beta! Bet! Beta!”

Beta : [bergabung] “Kamu berdua di sini? Hei, kita satu sekolah lagi, ya? Hebat!” (w. 5 / hal 17).

(2) Dini : “Itu kelihatannya Beta! Bet! Beta!”

Beta : [bergabung] “Kamu berdua di sini? Hei, kita satu sekolah lagi, ya? Hebat!”

Tina : “Kamu di kelas mana?” Beta : “Satu A! Kalian?” Tina : “Satu B. Sayang, ya!!”

Beta : “Nggak apa-apa, deh! Yang penting kita masih satu sekolah.” Bertiga : [ada pak guru lewat] Selamat pagi, Pak Guru!

Pak Guru : “Selamat pagi! Kalian berasal dari satu sekolah, ya!” (w. 5 / hal. 17).

(3) “Itu, Bu, Pipit. Kemaren dia kan baru pake jilbab santung yang lebar itu. Mustinya sekarang giliran Kaka yang pake, cerita Kaka masih kesal.

“Mbok, ya, kamu ngalah dikit, to! Dia kan adikmu,” Ibu seakan membela Pipit.

“Ah, Ibu pasti selalu ngebelain Pipit. Padahal Pipit udah jelas-jelas salah,” Kaka jadi bertambah kesal.

Bukan membela, tapi…”

“Sudah, sudah, tiap hari yang diributin, kok jilbaaab terus! Kalian kan muslimah berjilbab. Tunjukkan dong akhlak yang baik, nggak kayak sekarang, tiap pagi musti ngeributin soal jilbab, jilbaaab terus! Mending kalian nggak usah pake jilbab sekalian, atau jilbab itu Ayah gunting-gunting untuk membungkam mulut kalian,” Ayah sepertinya sudah kehilangan kesabaran (w. 14 / hal. 142).

(4) Pelamar I : “Mungkin Bapak menceritakan sesuatu pada you tentang diriku atau tentang sainganku.”

Pemuda : “Ooo, tentang lamaran kalian?”

Pelamar I : “Ya. Apa komentar Bapak? Apa beliau bicara tentang persetujuan?”

Pemuda : “Maksud Bung, siapa di antara kalian yang disetujui Bapak untuk suami Wati?”

Pemuda : “Tak ada kudengar Bapak menyatakan siapa di antara kalian yang ditolak ataupun disetujui” (w. 22 / hal. 273).

Pada tuturan (1) kata kamu berdua mengacu pada Dini, dan Tina (kohesi

gramatikal referensi eksofora anaforis melalui pronomina persona II jamak bentuk

bebas). Pada tuturan (2) kata kalian mengacu pada Dini, Beta, dan Tina (kohesi

gramatikal referensi eksofora anaforis melalui pronomina persona II jamak bentuk

bebas). Pada tuturan (3) kata kalian mengacu pada Pipit dan Kaka (kohesi

gramatikal referensi endofora anaforis melalui pronomina persona II jamak bentuk

bebas). Pada tuturan (4) kata kalian mengacu pada pelamar I dan saingannya

(kohesi gramatikal referensi eksofora anaforis melalui pronomina persona II

jamak bentuk bebas).

1.1.1.1.5 Referensi Persona III Tunggal

Pemakaian referensi persona III tunggal, dapat dilihat pada data berikut.

(1) Penyu memang memiliki keunikan. Ia tidak dapat menarik leher dan

keempat kakinya sama sekali (w. 1 / hal 6).

(2)

Hutan di Indonesia, termasuk di Jawa, berdasarkan Tata Hutan

Kesepakatan seluruhnya seluas 144 juta hektar, terdiri dari 31 juta

hektar hutan pelindung (w. 4 / hal. 14).

(3) Menurut Winarno Suryadibrata, Asisten III Setwilda Provinsi Jawa Tengah, ruang yang terbuka di kawasan itu semakin menciut. Idealnya, ruang yang terbuka itu mencapai 60 persen. Tapi yang terjadi sekarang, daerah yang bisa menyerap air itu hanya 10 persen. Karena itulah, ia menyarankan agar penduduk di kawasan itu bersedia pindah ke tempat lain bertransmigran (w. 11 / hal.133).

(4) “Itu, Bu Pipit. Kemaren dia kan baru pake jilbab santung yang lebar itu. Mustinya sekarang giliran Kaka yang pake,” cerita Kaka masih kesal (w. 14 / hal. 142).

(5) Pemuda : ”Kukira sekarang Bapak tak suka diganggu dengan pertanyaan-pertanyaan. Tapi, kalau memang sangat perlu, silakan temui sendiri di dalam sana.”

Pelamar I : ”I kuatir nanti beliau akan penasaran. O, ya, apa tadi you lihat sainganku menghadap Bapak?” (w. 22 / hal. 273).

Pada tuturan (1) kata ia mengacu pada penyu (kohesi gramatikal referensi

endofora anaforis melalui pronomina persona III tunggal bentuk bebas). Pada

tuturan (2) kata –nya mengacu pada Hutan di Indonesia, termasuk di Jawa

(kohesi gramatikal referensi endofora anaforis melalui pronomina persona III

tunggal bentuk terikat). Pada tuturan (3) kata ia mengacu pada Winarno

Suryadibrata (kohesi gramatikal referensi endofora anaforis melalui pronomina

persona III tunggal bentuk bebas). Pada tuturan (4) kata dia mengacu pada Pipit

(kohesi gramatikal referensi endofora anaforis melalui pronomina persona III

tunggal bentuk bebas). Pada tuturan (5) kata beliau mengacu pada bapak (kohesi

gramatikal referensi endofora anaforis melalui pronomina persona III tunggal

bentuk bebas).

1.1.1.1.6 Referensi Persona III Jamak

Pemakaian referensi persona III jamak anaforis, dapat dilihat pada data

berikut.

(1) Kaka dan Pipit diam tertunduk. Segumpal penyesalan menyesakkan dada mereka masing-masing (w. 14 / hal. 142).

(2) Kamu kira aku suka kepada kapitalis-kapitalis raksasa itu? Sama sekali tidak. Tapi itu kenyataan yang hidup di tengah kehidupan sekarang. Apa boleh buat. Kita terpaksa bekerja sama dengan mereka. Kita dikepung oleh mereka (w. 20 / hal. 269).

(3) Di sektor pria, atlet Papua diprediksikan akan mampu merajai nomor-nomor lari jarak pendek, misalnya nomor 100, 200, dan 400m. begitu juga dicabang lempar cakram, lembing ataupun tolak peluru. Mereka memang mempersiapkan sejak PON 14 lalu itu.

Atlet-atlet dari Jawa diperkirakan akan mampu mendominasi nomor pendek. Untuk jarak menengah, Jatim masih bisa bersaing dengan mereka, jelasnya (w. 21 / hal. 272).

(4) Sekitar 150 orang hadir pada acara itu untuk menyaksikan testimoni kesembuhan para penderita jantung koroner, stoke, paru-paru, impotensi, tumor, hipertensi, dan batu ginjal. Mereka mengungkapkan kesaksiannya langsung di hadapan suhu Mr. Wong Bao Ming Laotzhe.

(5) Deteksi mencoba menanyakan hal tersebut kepada 420 pelajar SMA/SMK dan mahasiswa metropolis. Ternyata, dari 408 responden yang pernah mengantuk di kelas, sebanyak 63,5 persen bilang karena cara mengajar guru atau dosennya tidak enak. Lantas, apakah rasa kantuk itu menyebabkan mereka tertidur di kelas? (w. 25 / hal. 276).

Pada tuturan (1) kata mereka mengacu pada Kaka dan Pipit (kohesi

gramatikal referensi endofora naforis melalui pronomina persona III jamak bentuk

bebas). Pada tuturan (2) kata mereka mengacu pada kapitalis-kapitalis raksasa

(kohesi gramatikal referensi endofora anaforis melalui pronomina persona III

jamak bentuk bebas). Pada tuturan (3) kata mereka mengacu pada atlet Papua

(kohesi gramatikal referensi endofora anaforis melalui pronomina persona III

jamak bentuk bebas). Pada tuturan (4) kata mereka mengacu pada 150 orang

(kohesi gramatikal referensi endofora anaforis melalui pronomina persona III

jamak bentuk bebas). Pada tuturan (5) kata mereka mengacu pada 420 pelajar

SMA/MSK dan mahasiswa metropolis (kohesi gramatikal referensi endofora

anaforis melalui pronomina persona III jamak bentuk bebas).

1.1.1.2 Referensi Demonstratif

Referensi demonstratif adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa

kata ganti penunjuk yang mengacu pada satuan lingual lain (atau suatu acuan)

yang mendahului atau mengikutinya. Referensi demonstratif dapat dibedakan

menjadi referensi demonstratif waktu, referensi demonstratif tempat, referensi

demonstratif ihwal, dan referensi demonstratif umum.

1.1.1.2.1 Referensi Demonstratif Waktu

Pemakaian referensi demonstratif waktu, dapat dilihat pada data berikut.

(1)

Melihat penyu bertelur mungkin merupakan salah satu atraksi yang paling

unik yang dapat dilihat tiap malam, pada bulan Juli hingga September setiap tahun (w. 1 / hal. 6).

(2)

Penyu hijau di Cikepuh mendarat pada waktu hari mulai gelap, sekitar pukul 20.00 sampai pukul 03.00 pagi (w. 1 / hal. 6).

(3)

“Gantian, Non! Kemaren kan kamu yang terus-terusan memonopolinya. Sekarang giliran Mbak,” kata Kaka tenang (w. 14 / hal. 142).

(4)

Sekarang, ABG di sana lagi gandrung sama rok ini, Ki. Nah, mumpung rok jins model terbaru ini belum sampai sini, Mbak pengen kamu jadi trend

setter-nya,” ujar Mbak Naya sambil mengepaskannya ke pinggang Uki yang kebetulan sedang berdiri. “Dipakai ya, Ki? Mbak Naya keliling Jakarta lo, nyari rok ini. Semua mall Mbak masuin, eh ketemunya di Kelapa Gading” (w. 18 / hal. 261).

(5)

Setiap akhir pekan, Papi selalu mengajak Uki jalan-jalan, memancing ikan di sungai, latihan memanah, dan sebaginya (w. 18 / hal. 261).

Pada tuturan (1) kata tiap malam mengacu pada Juli hingga September

setiap tahun (kohesi gramatikal referensi endofora kataforis melalui pronomina

demonstratif waktu netral). Pada tuturan (2) kata hari mulai gelap mengacu pada

sekitar pukul 20.00 samapi pukul 03.00 pagi (kohesi gramatikal referensi

endofora kataforis melalui pronomina demonstratif waktu netral). Pada tuturan

(3) kata kemaren mengacu pada waktu lampau (kohesi gramatikal referensi

eksofora anaforis melalui pronomina demonstratif tempat lampau). Pada tuturan

(4) kata sekarang mengacu pada waktu kini (kohesi gramatikal referensi eksofora

anaforis melalui pronomina demonstratif waktu kini). Pada tuturan (5) kata setiap

akhir pekan mengacu pada waktu netral (kohesi gramatikal referensi eksofora

anaforis melalui pronomina demonstratif waktu netral).

1.1.1.2.2 Referensi Demonstratif Tempat

Pemakaian referensi demonstratif tempat, dapat dilihat pada data berikut.

(1) Hal itu dibantah pihak Perum Perhutani, perusahaan negara yang

bertanggungjawab terhadap kawasan hutan di Ungaran. Hutan di sana sepenuhnya hijau. Bahkan, Perhutani sudah memperkaya jenis tumbuhan di sana dengan rotan seluas 100 hektar dari areal hutan yang luas seluruhnya 1.400 hektar (w. 2 / hal. 13).

(2) Sementara, di daerah hilir Sungai Kaligarang sendiri berdiri banyak industri dan rumah-rumah penduduk. Di antaranya pabrik tekstil Daimatex, pabrik obat Phapros, dan Kimia Farma. Menurut Winarno Suryadibrata, Asisten III Setwilda Provinsi Jawa Tengah, ruang yang terbuka di kawasan itu semakin menciut. Idealnya, ruang yang terbuka itu mencapai 60 persen. Tapi yang terjadi sekarang, daerah yang bisa menyerap air itu hanya 10 persen. Karena itulah, ia menyarankan agar penduduk di kawasan itu bersedia pindah ke tempat lain bertransmigran (w. 11 / hal.133).

(3) Lagi-lagi Indonesia dihadapkan pada kondisi dilematis. Punahnya hutan di Indonesia menjadi punahnya pula tumbuhan dan hewan yang berada di sana (w. 16 / hal. 149).

(4) Masalah lingkungan alam pun dibicarakan. Hidayat sebagai pecinta alam sangat khawatir menyaksikan kehancuran alam di Jawa Barat, daerah asalnya, yang disebabkan oleh tindakan keliru di bidang pertanian. Pada halaman 245 Hidayat memberi contoh dalam dialognya dengan Hasan dan Sadikin: Seperti ikan di sini, di daerah ini sekarang. Jumlah ikan berkurang disini karena memang kekurangan makanan (w. 20 / hal. 270).

(5) …

Pemuda : “Kukira sekarang Bapak tak suka diganggu dengan pertanyaan-pertanyaan. Tapi kalau memang sangat perlu, silakan temui sendiri di dalam sana” (w. 22 / hal. 273).

Pada tuturan (1) kata di sana mengacu pada kawasan hutan di Ungaran

(kohesi gramatikal referensi endofora anaforis melalui pronomina demonstratif

tempat yang jauh dengan penutur). Pada tuturan (2) terdapat kata di situ mengacu

pada di daerah hilir Sungai Kaligarang (kohesi gramatikal referensi endofora

anaforis melalui pronomina demonstratif tempat yang agak dekat dengan

penutur). Pada tuturan (3) terdapat kata di sana mengacu pada hutan di Indonesia

(kohesi gramatikal referensi endofora anaforis melalui pronomina demonstratif

tempat yang jauh dengan penutur). Pada tuturan (4) terdapat kata di sini mengacu

pada Jawa Barat (kohesi gramatikal endofora anaforis melalui pronomina

demonstratif tempat yang dekat dengan penutur). Pada tuturan (5) terdapat kata di

dalam sana mengacu pada di dalam rumah Bapak (kohesi gramatikal referensi

eksofora anaforis melalui pronomina demonstratif tempat yang jauh dengan

penutur).

1.1.1.2.3 Referensi Demonstratif Ihwal

Pemakaian referensi demonstratif ihwal, dapat dilihat pada data berikut.

(1)

Gubernur Jawa Tengah menyatakan, salah satu penyebab banjir bandang itu

adalah karena adanya penggundulan hutan. Hal itu dibantah oleh pihak Perum Perhutani negara yang bertanggungjawab terhadap kawasan hutan di Ungaran. Hutan di sana sepenuhnya hijau. Bahkan, Perhutani sudah

memperkaya jenis tumbuhan di sana dengan rotan seluas 100 hektar dari areal hutan yang luas seluruhnya 1.400 hektar. Demikian bantahan Isra Jadi Soejokoesomo, yang mewakili Perum Perhutani (w. 2 / hal. 13).

(2)

… Yakinlah apa kata saya! Mereka tidak akan menangkap lagi karena lobster yang bertelur tidak laku di pasaran.

Demikian yang menjadi obsesi kita semua. Bukankah begitu? (w. 10 / hal. 25).

(3)

… Yakinlah apa kata saya! Mereka tidak akan menangkap lagi karena lobster yang bertelur tidak laku di pasaran.

Demikian yang menjadi obsesi kita semua. Bukankah begitu? (w. 25 / hal. 25).

(4)

... Kini saatnya Semarang memikirkan jalur hijau di perkotaan. Demikian laporan Bekti Nugroho dari Semarang, Made Arta dari Bali, dan R. Diyan Subromo dari Bandung (w. 13 / hal. 134).

(5)

Nah, mumpung rok jins model terbaru ini belum sampai sini, Mbak pengen kamu jadi trens-setternya,” ujar Mbak Naya sambil mengepaskannya ke pinggang Uki yang kebetulan sedang berdiri. “Dipakai ya, Ki? Mbak Naya keliling Jakarta lo, nyari rok ini. Semua mall Mbak masukin, eh, ketemunya di Kalapa Gading.”

Siapa suruh? Emang Uki peduli? Batin Uki tidak senang. Uki tahu, Mbak Naya cerita panjang-lebar begitu biar Uki mau pake rok itu (w. 18 / hal. 261).

Pada tuturan (1) kata demikian mengacu pada Hutan di sana (Ungaran)

sepenuhnya hijau. Bahkan, Perhutani sudah memperkaya jenis tumbuhan di sana

dengan rotan seluas 100 hektar dari areal hutan yang luas seluruhnya 1.400

hektar (kohesi gramatikal referensi endofora anaforis melalui pronomina

demonstratif ihwal netral). Pada tuturan (2) kata demikian mengacu pada mereka

tidak akan menangkap lagi karena lobster yang bertelur tidak laku di pasaran

(kohesi gramatikal referensi endofora anaforis melalui pronomina demonstratif

ihwal netral). Pada tuturan (3) kata begitu mengacu pada mereka tidak akan

menangkap lagi karena lobster yang bertelur tidak laku di pasaran (kohesi

gramatikal referensi endofora anaforis melalui pronomina demonstratif ihwal jauh

dengan penutur). Pada tuturan (4) kata demikian mengacu pada kini saatnya

Semarang memikirkan jalur hijau di perkotaan (semua berita yang telah disajikan

melalui pronomina demonstratif ihwal netral). Pada tuturan (5) kata begitu

mengacu pada “Dipakai ya, Ki? Mbak Naya keliling Jakarta lo, nyari rok ini.

Semua mall Mbak masukin, eh, ketemunya di Kalapa Gading” (kohesi gramatikal

Dokumen terkait