• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

3. Kohesi

3.2 Kohesi Leksikal

3.2.1 Repetisi

Repetisi atau Pengulangan menurut Baryadi (2002: 25) adalah kohesi

leksikal yang berupa pengulangan konstituen yang telah disebut. Berdasarkan

tempat satuan lingual yang diulang dalam baris, klausa atau kalimat, Sumarlam

(2003: 35) membagi repetisi menjadi delapan macam, yaitu repetisi epizeuksis,

tautotes, anafora, epistrofa, simploke, mesodiplosis, epanalesis, dan anadiplosis.

Temuan tentang jenis-jenis repetisi itu dapat dilihat pada contoh-contoh di bawah

ini.

3.2.1.1Repetisi Epizeuksis

Repetisi epizeuksis menurut Sumarlam (2003: 35) adalah pengulangan

satuan lingual (kata) yang dipentingkan beberapa kali sacara berurut-urut. contoh

repetisi semacam itu dapat diperhatikan pada tuturan berikut.

Sebagai orang beriman, berdoalah selagi ada kesempatan, selagi diberi

kesehatan, dan selagi diberi umur panjang. Berdoa wajib bagi manusia. Berdoa selagi kita sehat tentu lebih baik daripada berdoa selagi kita butuh. Mari kita berdoa bersama-sama selagi Allah mencintai umat-Nya (Sumarlam, 2003: 36).

Pada tuturan di atas, kata selagi diulang beberapa kali secara berturut-turut

untuk menekankan pentingnya kata tersebut dalam konteks tuturan.

3.2.1.2Repetisi Tautotes

Repetisi tautotes menurut Sumarlam (2003: 36) adalah pengulangan satuan

lingual (sebuah kata) beberapa kali dalam sebuah konstruksi. Agar lebih jelas

perhatikan contoh berikut.

Aku dan dia terpaksa harus tinggal berjauhan, tetapi aku sangat mempercayai dia, dia pun sangat mempercayai aku. Aku dan dia saling mempercayai. (Sumarlam, 2003: 36).

Dalam hal ini, kata mempercayai diulang tiga kali dalam sebuah konstruksi.

3.2.1.3Repetisi Anafora

Repetisi anafora menurut Sumarlam (2003: 36) adalah pengulangan satuan

lingual berupa kata atau frasa pertama pada tiap baris atau kalimat berikutnya.

Pengulangan kata pada tiap baris biasanya terjadi dalam puisi, sedangkan

pengulangan pada tiap kalimat terdapat dalam prosa. Agar lebih jelas perhatikan

contyoh berikut ini.

Sunyi itu duka Sunyi itu kudus Sunyi itu lupa

Pada penggalan puisi di atas terjadi repetisi anafora berupa pengulangan

frasa sunyi itu pada baris pertama sampai dengan keempat. Repetisi semacam itu

dimanfaatkan oleh penulis puisi untuk menyampaikan maksud bahwa sunyi itu

duka, sunyi itu kudus, dan sunyi itu lupa.

3.2.1.4Repetisi Epistrofa

Repertisi epistrofa menurut Sumarlam (2003: 37) adalah pengulangan satuan

lingual kata/frasa pada akhir baris (dalam puisi) atau akhir kalimat (dalam prosa)

secara berturut-turut. Perhatikan contoh berikut ini.

Bumi yang kaudiami, lautan yang kaulayari, adalah puisi. Udara yang kauhirupi, air yang kauteguki, adalah puisi. Kebun yang kautanami, bukit yang kaugunduli, adalah puisi. Gubug yang kauratapi, gedung yang kautinggali, adalah puisi.

(Gorys Keraf, 1994, melalui Sumarlam, 2003: 37)

Tampak pada bait puisi di atas satuan lingual adalah puisi diulang empat kali

pada tiap baris secara berturut-turut.

3.2.1.5Repetisi Simploke

Repetisi simploke menurut Sumarlam (2003: 37) adalah pengulangan satuan

lingual pada awal dan akhir beberapa baris/kalimat berturut-turut, seperti tampak

pada contoh di bawah ini.

Kamu bilang hidup ini brengsek, Biarin.

Kamu bilang hidup ini nggak punya arti, Biarin. Kamu bilang nggak punya kepribadian. Biarin. Kamu bilang nggak punya pengertian. Biarin

(Sumarlam, 2003: 37).

Pada bait puisi tersebut terdapat pengulangan satuan lingual “kamu bilang

hidup ini” pada baris pertama dan kedua, dan satuan lingual “kamu bilang nggak

punya” pada baris ketiga dan keempat, masing-masing terdapat pada awal baris.

Sementara itu satuan lingual yang berupa kata “biarin” diulang empat kali pada

tiap akhir baris pertama sampai dengan keempat.

3.2.1.6Repetisi Mesodiplosis

Repetisi mesodiplosis menurut Sumarlam (2003: 37) adalah pengulangan

satuan lingual di tengah-tengah baris atau kalimat secara berturut-turut.

Pegawai kecil jangan mencari kertas karbon.

Babu-babu jangan mencuri tulang-tulang ayam goreng. Para pembesar jangan mencuri bensin.

Para gadis jangan mencuri perawannya sendiri.

(Gorys Keraf, 1994, melalui Sumarlam, 2003: 37)

Pada tiap baris puisi di atas terdapat pengulangan satuan lingual “jangan

mencuri” yang terletak di tengah-tengah baris secara berturut-turut. Pengulangan

seperti itu oleh penulisnya dimaksudkan untuk menekankan makna satuan lingual

yang diulang, yaitu ‘larangan mencuri’ karena perbuatan mencuri adalah

perbuatan yang tidak terpuji, bagi siapa pun: pegawai kecil, pembantu rumah

tangga, para pejabat, dan lainnya.

3.2.1.7Repetisi Epanalepsis

Repetisi epanalepsis menurut Sumarlam (2003: 38) adalah pengulangan

satuan lingual, yang kata/frasa terakhir dari baris/kalimat itu merupakan

pengulangan kata/frasa pertama. Repetisi jenis ini dapat diamati pada contoh

berikut.

Minta maaflah kepadanya sebelum dia datang minta maaf. Kamu mengalah bukan berarti dia mengalahkan kamu. Berbuat baiklah kepada sesama selagi bisa berbuat baik.

(Sumarlam, 2003: 38)

Pada tuturan di atas terdapat repetisi epanalepsis, yaitu frase minta maaf

pada akhir baris merupakan pengulangan frasa yang sama pada awal baris

pertama. Kata kamu pada akhir baris merupakan pengulangan kata yang sama

pada awal baris kedua. Selanjutnya, frasa berbuat baik pada akhir baris merupakan

pengulangan frasa yang sama pada awal baris ketiga. Pengulangan seperti ini

berfungsi untuk menekankan pentingnya makna satuan lingual yang diulang, yaitu

minta maaf, kamu, dan berbuat baik.

3.2.1.8Repetisi Anadiplosis

Repetisi anadiplosis menurut Sumarlam (2003: 38) adalah pengulangan

kata/frasa terakhir dari baris/kalimat itu menjadi kata/frasa pertama pada

baris/kalimat berikutnya. Mari kita perhatikan contoh di bawah ini.

Dalam hidup ada tujuan tujuan dicapai dengan usaha usaha disertai doa

doa berarti harapan

harapan adalah perjuangan perjuangan adalah pengorbanan

(Sumarlam, 2003: 38)

Tampak pada puisi di atas, kata tujuan pada akhir baris pertama menjadi kata

pertama baris kedua, kata usaha pada akhir baris kedua menjadi kata pertama pada

baris ketiga, kata doa pada akhir baris ketiga menjadi kata pertama pada baris

keempat, kata harapan pada akhir baris keempat menjadi kata pertama baris

kelima dan kata perjuangan pada akhir baris kelima menjadi kata pertama pada

baris terakhir (baris keenam) dari puisi itu.

Dokumen terkait