• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

3. Analisis Data

a. Uji Asumsi Klasik 1) Uji Normalitas

Pengujian normalitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan melihat grafik histogram, yaitu membandingkan data pengamatan dengan distribusi yang mendekati normal adalah salah satu teknik paling mudah untuk melihat apakah residual terdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan hasil perhitungan dengan uji normalitas, diperoleh grafik histogram sebagai berikut:

55 Gambar 4.1 Grafik Histogram Uji Normalitas

Sumber: Data sekunder diolah

Grafik histogram di atas menunjukkan pola distribusi normal. Tapi, hal ini belum dikatakan akurat terutama untuk jumlah sampel kecil. Teknik lain yang lebih akurat adalah dengan melihat Normal P-Plot yang membandingkan distribusi kumulatif dengan distribusi normal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data yang sebenarnya akan mengikuti garis diagonal. Berikut adalah hasil uji normalitas dengan menggunakan normal probability plot:

56 Gambar 4.2 Uji Normalitas Dengan P-Plot

Gambar 2 Uji Normalitas dengan Normal P-Plot Sumber: Data sekunder diolah

Titik-titik pada normal P-Plot di atas saling berdekatan di sekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti garis diagonal yang artinya model regresi ini telah memenuhi syarat normalitas.

2) Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk memastikan bahwa dalam model regresi tidak ditemukan korelasi antar varibel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas (Ghozali, 2011:105). Regresi bebas dari masalah multikolinearitas jika nilai tolerance lebih dari 10 persen (0,10) dan nilai VIF kurang dari 10,00. Berdasarkan hasil uji multikolinearitas yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut:

57 Tabel 4.2 Uji Multikolinearitas

Sumber : Data sekunder diolah

Nilai Variance Inflation Factor (VIF) keempat variabel bebas < 10,00. Selanjutnya, nilai tolerance masing-masing keempat variabel bebas > 0,10. Dari hasil uji tersebut, dapat disimpulkan bahwa model regresi sudah memenuhi syarat multikolinearitas.

3) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk melihat apakah ada hubungan antara confounding error pada periode t dengan confounding error pada periode t-1 dalam regresi linier. Tidak

terjadi autokorelasi dalam model regresi yang baik. Hasil pengujian Durbin Watson sebagai berikut:

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Autokorelasi

Tabel Durbin Watson

1 1,886 Coefficientsa Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 PAD .695 1.439 DAU .554 1.804 DAK .638 1.569 DBH .814 1.229

58 Sumber: Data sekunder diolah

Karena nilai tabel 1.745133 dan tingkat signifikansi 5%, jumlah variabel bebas 4, tabel DW menghasilkan nilai batas atas (dU) 1.80305 dan batas bawah (dL) 1.74513. karena DW 1.886 merupakan lebih besar dari batas atas dan kurang dari 4-1.80305, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa model regresi yang bersangkutan tidak memiliki autokorelasi.

4) Uji Heteroskedastisitas

Uji Glajser digunakan untuk mengevaluasi apakah ada masalah heteroskedastisitas dalam penelitian ini. berikut hasil yang diperoleh dengan menggunakan pengujian SPSS:

Tabel 4.4 Hasil Uji Glajser

Sumber: Data sekunder diolah

Berdasarkan hasil Uji Glajser di atas dapat diketahui bahwa keempat variabel independen memiliki tingkat signifikansi lebih

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 5644.166 15865.996 .356 .722 PAD 8.058E-6 .019 .000 .000 1.000 DAU .035 .021 .145 1.648 .101 DAK .071 .037 .157 1.915 .057 DBH .330 .113 .211 2.910 .470

59 dari 0,05 yang artinya tidak terdapat masalah heteroskedastisitas dalam model regresi ini.

b. Model Regresi Berganda

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan aplikasi SPSS maka diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.5 Hasil Pengujian Regresi Berganda

Berdasarkan tabel di atas, maka didapatkan model persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:

Y = -24.550,249 + 0,401X1 + 0,155X2 + 0,259X3 + 1,064X3 + e Persamaan tersebut dapat diartikan sebagai berikut:

a) Konstanta sebesar -24.550,249 menyatakan jika variabel bebas 0 maka Belanja Modal di seluruh daerah di Provinsi Jawa Tengah adalah nsebesar -24.550,249.

b) Koefisien PAD bertambah sebesar 0,401, artinya jika terdapat perubahan PAD sebesar 1% maka akan meningkatkan Belanja Modal sebesar 0,401%.

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) -24550.249 25722.961 -.954 .341

PAD .401 .032 .547 12.715 .000

DAU .155 .034 .218 4.526 .000

DAK .259 .060 .193 4.298 .000

DBH 1.064 .184 .230 5.790 .000

60 c) Koefisien DAU bertambah sebesar 0,155, artinya jika terdapat perubahan DAU sebesar 1% maka akan meningkatkan Belanja Modal sebesar 0,155%.

d) Koefisien DAK sebesar 0,259, artinya jika terdapat kenaikan perubahan DAK sebesar 1% maka akan meningkatkan Belanja Modal sebesar 0,259%.

e) Koefisien DBH bertambah sebesar 1,064, artinya jika terdapat perubahan DBH sebesar 1% maka akan meningkatkan Belanja Modal sebesar 1,064%.

c. Pengujian Hipotesis

1) Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Melalui perhitungan dengan program SPSS Statistic Versi 17 diperoleh hasil regresi anova seperti dalam tabel di bawah ini:

Tabel 4.6 Anovab

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. Regression 4.905E12 4 1.226E12 143.373 .000a

Residual 1.753E12 205 8.553E9

Total 6.659E12 209

a. Predictors: (Constant), DBH, DAK, PAD, DAU b. Dependent Variable: Belanja Modal

61 Dari hasil regresi di atas diketahui bahwa nilai sig <  yaitu 0,000 < 0,05 dan nilai Fhitung > Ftabel yaitu 143,373 > 2,84. Maka dari itu keputusan yang diambil ialah tolak H0 atau terima H1 dan dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel bebas memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel terikat secara simultan atau dengan kata lain PAD, DAU, DAK, dan DBH berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal pada kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Tengah.

2) Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

a) Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Modal

Berdasarkan tabel hasil uji regresi berganda didapatkan nilai thitung 12,715 dan nilai sig untuk variabel Pendapatan Asli Daerah (X1) sebesar 0,000. Karena nilai thitung > ttabel yaitu 12,715 > 1,971 dan nilai sig <  yaitu 0,000 < 0,05. Hasil ini menyatakan bahwa H0 ditolak atau H1

diterima sehingga didapatkan kesimpulan bahwa variabel PAD memiliki pengaruh signifikan terhadap Belanja Modal. b) Pengaruh Dana Alokasi Umum Terhadap Belanja Modal Berdasarkan tabel hasil uji regresi berganda didapatkan nilai thitung 4,526 dan nilai sig untuk variabel Dana Alokasi Umum (X2) sebesar 0,000. Karena nilai thitung

62 0,05. Hasil ini menyatakan bahwa bahwa H0 ditolak atau H1

diterima sehingga didapatkan kesimpulan bahwa variabel DAU memiliki pengaruh signifikan terhadap Belanja Modal. c) Pengaruh Dana Alokasi Khusus Terhadap Belanja

Modal

Berdasarkan tabel hasil uji regresi berganda didapatkan nilai thitung 4,298 dan nilai sig untuk variabel Dana Alokasi Khusus (X3) sebesar 0,000. Karena nilai thitung

> ttabel yaitu 4,298 > 1,971 dan nilai sig <  yaitu 0,000 < 0,05. Hasil ini menyatakan bahwa H0 ditolak atau H1

diterima sehingga didapatkan kesimpulan bahwa variabel DAK memiliki pengaruh signifikan terhadap Belanja Modal.

d) Pengaruh Dana Bagi Hasil Terhadap Belanja Modal Berdasarkan tabel hasil uji regresi berganda didapatkan nilai thitung 5,790 dan nilai sig untuk variabel Dana Bagi Hasil (X4) sebesar 0,000. Karena nilai thitung > ttabel

yaitu 5,790 > 1,971 dan nilai sig <  yaitu 0,000 < 0,05. Hasil ini menyatakan bahwa H0 ditolak atau H1 diterima sehingga didapatkan kesimpulan bahwa variabel DBH memiliki pengaruh signifikan terhadap Belanja Modal.

63 3) Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi yang digunakan ialah nilai adjusted R square karena lebih dapat dipercaya dalam mengevaluasi model

regresi. Berdasarkan pengujian dengan SPSS diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.7 Koefisien Determinasi

Hasil R2 dalam tabel di atas menunjukkan nilai R2 dari hasil estimasi ialah sebesar 0,737 yang berarti 73,2 % Belanja Modal kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Tengah selama tahun 2014-2019 dipengaruhi oleh PAD, DAU, DAK, dan DBH. Sedangkan sisanya sebesar 26,8 % dipengaruhi variabel lainnya yang belum diteliti.

B. Pembahasan

1. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Modal Dari hasil regresi yang sudah dilakukan, variabel Pendapatan Asli Daerah berpengaruh cukup signifikan terhadap Belanja Modal pada kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2014-2019. Seperti tertera pada tabel bahwa nilai sig lebih kecil dari  dan nilai uji t sebesar 12,715 sehingga dapat disimpulkan bahwa naik turunnya nilai

Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .858a .737 .732 92483.135 1.886

a. Predictors: (Constant), DBH, DAK, PAD, DAU b. Dependent Variable: Belanja Modal

64 PAD berdampak signifikan pada naik turunnya anggaran untuk Belanja Modal. Koefisien PAD berada pada posisi positif yang artinya sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa PAD sangat mempengaruhi Belanja Modal karena berkaitan dengan pembangunan daerah. Semakin tinggi PAD yang didapat pemerintah maka akan semakin tinggi pula alokasi anggaran untuk Belanja Modal.

Hasil ini senada dengan penelitian terdahulu yang ditulis Andreas Marzel Pelealu (2013), PAD berpengaruh positif dan signifikan terhadap Belanja Modal. Hal ini sejalan juga dengan teori bahwa memaksimalkan PAD sebagai sumber penerimaan daerah yang akan membiayai pengeluaran pemerintah daerah lewat Belanja Modal akan menarik investor untuk menanamkan modalnya dan akan berujung pada penambahan PAD. Dengan begitu peningkatan investasi modal diharapkan mampu meningkatkan kualitas publik dan selanjutnya akan mampu meningkatkan tingkat partisipasi publik terhadap pembangunan yang tercermin dari adanya peningkatan PAD.

2. Pengaruh Dana Alokasi Umum Terhadap Belanja Modal

Dari hasil regresi yang sudah dilakukan variabel Dana Alokasi Umum berpengaruh cukup signifikan terhadap Belanja Modal pada kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2014-2019. Seperti tertera pada tabel bahwa nilai sig lebih kecil dari  dan nilai uji t sebesar 4,526 sehingga dapat disimpulkan bahwa Dana Alokasi Umum berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal. Koefisien DAU berada

65 pada posisi positif yang menunjukkan bahwa setiap peningkatan Dana Alokasi Umum maka akan meningkatkan alokasi dana untuk Belanja Modal pemerintah daerah Provinsi Jawa tengah.

Hasil ini berbeda dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Susi Susanti dan Heru Fahlevi (2016) yang menyebutkan bahwa DAU tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap Belanja Modal. Tapi penelitian ini didukung oleh teori yang menyebutkan bahwa setiap transfer DAU yang diterima oleh pemerintah daerah selanjutnya akan ditujukan untuk belanja pemerintah daerah termasuk juga untuk Belanja Modal. Di beberapa daerah peran DAU sangat signifikan karena kebijakan belanja daerah lebih didominasi oleh jumlah DAU dari pada PAD.

3. Pengaruh Dana Alokasi Khusus Terhadap Belanja Modal

Dari hasil penelitian yang sudah didapatkan, DAK memiliki pengaruh signifikan terhadap Belanja Modal pada kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2014-2019. Seperti tertera pada tabel bahwa nilai sig lebih kecil dari  dan nilai uji t sebesar 4,298 sehingga dapat disimpulkan bahwa DAK berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal. Koefisien DAK berada pada posisi positif yang menunjukkan bahwa setiap terjadi peningkatan DAK dari pemerintah pusat maka alokasi anggaran untuk Belanja Modal juga akan menigkat. Hasil ini senada dengan penelitian yang dilakukan Ni Luh Dina Selvia, Wayan Cipta, dan I Wayan Suwendra (2013) yang menunjukkan

66 bahwa Dana Alokasi Khusus berpengaruh positif dan signifikan terhadap Belanja Modal. Hasil penelitian ini juga didukung teori yang menjelaskan bahwa pengalokasian DAK diharapkan bisa meningkatkan distribusi anggaran untuk Belanja Modal karena DAK memiliki fungsi untuk menambah aset tetap yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan publik.

4. Pengaruh Dana Bagi Hasil Terhadap Belanja Modal

Dari hasil regresi yang telah dilakuukan variabel DBH memiliki pengaruh signifikan terhadap Belanja Modal pada kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2014-2019. Seperti tertera pada tabel bahwa nilai sig lebih kecil dari  dan nilai uji t sebesar 5,790 sehingga dapat disimpulkan bahwa Dana Bagi Hasil berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal. Koefisien DBH berada pada posisi positif yang menunjukkan bahwa setiap peningkatan DBH maka akan meningkatkan dana yang digunakan untuk Belanja Modal.

Hasil ini senada dengan penelitian yang dilakukan Muhammad Fadli, Ethika, dan Dandes Rifa (2015) yang menyatakan bahwa Dana Bagi Hasil berpengaruh positif dan signifikan terhadap Belanja Modal. Hasil penelitian ini juga didukung oleh teori yang menyebutkan baha DBH adalah salah satu dana yang penting untuk daerah karena fungsinya yang berkaitan dengan pembangunan dan juga pemenuhan belanja daerah. Dana Bagi Hasil bersumber dari pajak kekayaan daerah. Pemerintah menetapkan alokasi Dana Bagi Hasil yang berasal dari

67 sumber daya alam sesuai dengan penetapan dasar perhitungan dan daerah penghasil. Dana bagi Hasil yang merupakan bagian daerah yang disalurkan berdasarkan realisasi penerimaan tahun anggaran berjalan. Hasil penelitian di atas menerangkan bahwa DBH memiliki pengaruh positif dan memiliki hubungan yang signifikan terhadap Belanja Modal. 5. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Dana Bagi Hasil Secara Bersama-sama Terhadap Belanja Modal

Berdasarkan hasil dengan menggunakan uji F menunjukkan bahwa nilai signifikansi 0,000, nilai ini lebih kecil dari 0,05, Ftabel yaitu 2,84 dan Fhitung sebesar 143,373 sehingga Fhitung > Ftabel yang artinya secara simultan variabel Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Dana Bagi Hasil berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal. Hal ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Muhammad Fadli, Ethika, dan Dandes Rifa (2015) yang menyatakan bahwa secara simultan variabel Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Dana Bagi Hasil berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Belanja Modal.

68

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Selama tahun penelitian yaitu tahun 2014-2019, PAD memberikan pengaruh positif dan memiliki hubungan yang signifikan terhadap Belanja Modal pada seluruh kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Tengah. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan yang didapat oleh daerah dalam bentuk PAD, akan dibarengi pula dengan peningkatan alokasi anggaran untuk Belanja Modal.

2. Selama tahun 2014-2019, DAU memberikan pengaruh positif dan memiliki hubungan yang signifikan terhadap Belanja Modal pada seluruh kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Tengah. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar DAU yang diberikan pemerintah pusat, maka alokasi anggaran untuk Belanja Modal juga akan bertambah.

3. Selama tahun penelitian, DAK memberikan pengaruh positif dan memiliki hubungan yang signifikan terhadap Belanja Modal di seluruh kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Tengah. Temuan ini menunjukkan bahwa ketika DAK yang diterima pemerintah provinsi Jawa Tengah meningkat, maka Belanja Modal juga akan meningkat.

69 4. Selama tahun 2014-2019 DBH memiliki pengaruh positif dan memiliki hubungan yang signifikan terhadap Belanja Modal. Hasil ini menunjukkan bahwa peningkatan DBH yang diterima Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, maka akan meningkatkan anggaran untuk Belanja Modal

5. PAD, DAU, DAK, dan DBH secara simultan memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap Belanja Modal di seluruh kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014-2019.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang sudah didapatkan dalam penelitian ini, maka saran yang tepat adalah:

1. Berdasarkan hasil penelitian, PAD dapat meningkatkan alokasi dana untuk Belanja Modal. Jadi, pemerintah diharapkan dapat mengoptimalkan perannya dalam upaya untuk menggali potensi penerimaan daerah dari sisi PAD agar kontribusi PAD trhadap Belanja Modal bisa lebih besar lagi dari sebelumnya.

2. Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang masih dihadapi, bagi pemerintah kota, pemerintah kabupaten, dan pemerintah provinsi Jawa Tengah juga diharapkan dapat meningkatkan pengelolaan dan pemanfaatan sepenuhnya Dana Perimbangan agar pelayanan kepada publik bisa terus diperbaiki.

3. Penelitian selanjutnya bisa menggunakan studi kasus daerah penelitian maupun variabel yang lain agar penelitian lebih luas, dan lengkap.

70 DAFTAR PUSTAKA

A.A, Ayupov. 2014. Management Of Financial Stability Of The Non-Tax Income Of Regional Budgets. PROCEDIA-Social and Behavioral Sciences Journal. Elsevier doi: 10.1016/j.sbspro.2014.04.102.

Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Jawa Tengah pada Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2019. https://kesbangpol.jatengprov.go.id. 2020.

Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. https://jateng.bps.go.id. 2020. Bhuono, Agung. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian Dengan

SPSS. Andi: Yogyakarta.

Clara, Rully Dea dan Heni Mulyani. 2014. Hubungan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dan Dana Alokasi Umum (DAU) Dengan Belanja Modal Pada Pemerintah Daerah SeProvinsi Jawa Barat. Jurnal UPI (dipublikasikan). Cont, Walter, Alberto Porto, Pedro Juarros. 2017. Regional Income Redistribution

And Risk-Sharing: Lessons From Argentina. Journal Of Applied Economics Vol 20 (2) 241-269. Doi 10.1016/S1514-0326(17)30011-9.

Darise, N. 2008. Akuntansi Keuangan Daerah, Akuntansi Sektor Publik. Indeks: Jakarta.

DeJuan, Joseph, Joakim Persson, Marc Tomljanovich. 2012. Regional Income Convergence In Sweden, 1911—2003: A Time Series Analysis. The Journal Of Economic Asymmetries Vol 9 (1), 67-87. Doi 10.1016/j.jeca.2012.01.004.

Direktorat Jendral Perimbangan dan Keuangan, Departemen Keuangan. www.djpk.depkeu.go.id. 2020.

71 Ditjen Bina Keuangan Daerah. 2013. Belanja Modal Pemda Harus Capai 30 Persen.

http://keuda.kemendagri.go.id/artikel/detail/41-belanjamodal-pemda-harus-capai-30-persen.

Ellendythia, Indra Maipita and M. Fitri Rahmadana. 2017. The Effect of Regional Generated Revenues and General Allocation Fund to Capital Expenditure and the Impact on Economic Growth in North Sumatera Province. Journal Published by Atlantis Press. Volume 104.

Fadli, Muhammad, Ethika dan Dandes Rifa. 2015. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Dana Bagi Hasil Terhadap Belanja Modal. Kumpulan Artikel Mahasiswa Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi. Vol. 6, No. 1.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Edisi V. Badan Penebit UNDIP: Semarang.

Hairiyah, Lewi Malisan, dan Zaki Fakhroni. 2017. Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja Modal. Jurnal KINERJA. Vol. 14, No. 2: 85-91.

Halim, Abdul. 2007. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah. Salemba Empat: Jakarta.

Harianto, David dan Priyo Hari Adi. 2010. Hubungan Antara Dana Alokasi Umum, Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah dan pendapatan Per Kapita. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi (dipublikasikan) Universitas Hasanuddin Makassar.

Irsyadi, M.A. 2014. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Alokasi Belanja Modal (Studi Empiris Pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Tengah). Universitas Muhammadiyah (Naskah Publikasi): Surakarta.

Jumiati, Eva, Mirna Indriani and Darwanis. 2019. The Influence of Regional Revenue, Balance Funds, Special Autonomy Funds, and Economic Growth

72 on Capital Expenditure Allocation. Journal of Accounting Research, Organization and Economics. Vol. 2, No. 2: 90-97.

Kementrian Keuangan. 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan.

Laporan Kunjungan Kerja Badan Anggaran DPR RI Ke Provinsi Jawa Tengah Dalam Masa Persidangan Tahun Sidang 2016-2017. https://dpr.go.id. 2020. Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Provinsi Jawa Tengah Tahun

Anggaran 2019. https://www.kesbangpol.jatengprov.go.id. 2020.

Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Andi: Yogyakarta. Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Andi: Yogyakarta.

Mardiasmo. 2011. Perpajakan. Andi Offset: Yogyakarta.

Martini, Dina Selvia, Wayan Cipta dan I Wayan Suwendra. 2014. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Buleleng Tahun 2006-2012. E-Jurnal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha. Volume 2.

Oktora, Fahri Eka dan Winston Pontoh. 2013. Analisis Hubungan Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus Atas Belanja Modal Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Tolitoli Provinsi Sulawesi Tengah. Jurnal Akuntansi. Vol. 2, No. 1.

Pelealu, Andreas Manzel. 2013. Pengaruh Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kota Manado Tahun 2003-2012. Jurnal EMBA. Vol. 1, No. 4: 1189-1197. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. https://jatengprov.go.id. 2020.

Priambudi, Wimpi. 2017. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten dan Kota di Pulau Jawa Tahun 2013. Jurnal Nominal Barometer Riset Akuntansi dan Manajemen. Vol. 6, No.1.

73 Priyatno, Duwi. 2013. Olah Data Statistik Dengan Program PSPP. Mediakom:

Yogyakarta.

Rahmayani, Putri. 2016. Pengaruh Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Dana Bagi Hasil Terhadap Belanja Modal Pada Pemerintah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Barat. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Sumatera Utara, Medan.

Republik Indonesia. 2000. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah.

Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang RI No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

Republik Indonesia. 2006. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

Republik Indonesia. 2007. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 91/PMK.06/2007 Tentang Bagan Akun Standar.

Republik Indonesia. 2010. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintah.

Republik Indonesia. 2020. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Pasal 53 Tentang Pedoman Pengeloaan Keuangan Daerah.

Resmi, Siti. 2011. Perpajakan Teori dan Kasus. Salemba Empat: Jakarta.

Rifai, A. Rachmawati. 2017. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Dana Bagi Hasil Terhadap Belanja Modal Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sulawesi Tengah. Jurnal Riset Pendidikan MIPA. Vol. 5, No. 7.

74 Saranggih, J.P. 2003. Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah Dalam Otonomi.

Ghalia Indonesia: Jakarta.

Sianipar, Eva Septriani. 2011. Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan Terhadap Pengalokasian Belanja Modal Pada Kabupaten/Kota di Sumatera Utara. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Song, Yang. 2013. Rising Chinese Regional Income Inequality: The Role Of Fiscal

Decentralization. Journal Of China Economic Review Vol 27, 294-309. ELSEVIER doi: 10.1016/j.chieco.2013.02.001.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta: Bandung.

Sujarweni, V. Miratna dan Poly Endaryanto. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Graha Ilmu: Yogyakarta.

Sunyoto, D. 2007. Analisis Regresi dan Korelasi Bivariat Ringkasan dan Kasus. Amara Books: Yogyakarta.

Suryana. 2018. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Belanja Modal. Jurnal Ilmu Manajemen dan Bisnis. Vol. 9, No. 1.

Susanti, Susi dan Heru Fahlevi. 2016. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Bagi Hasil Terhadap Belanja Modal (Studi Pada Kabupaten dan Kota Di Wilayah Aceh). Jurnal JIMEKA. Vol. 1, No, 1. Syukri, Muhammad dan Didiharyono. 2018. Pengaruh PAD, Dana Perimbangan

Dan PMA Terhadap Tingkat Kemajuan Daerah Kabupaten Dan Kota Di Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Masagena, Vol. 13 No. 2.

Syukri, Muhammad dan Hinaya. 2019. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum Dan Dana Alokasi Khusus

Dokumen terkait