BAB III METODE PENELITIAN
F. Teknik Analisis Data
2. Analisis Data Kuantitatif
Data kuantitatif ini serine disebut denean data keras. Data ini diperoleh melalui riset yane meneeunakan pendekatan kuantitatif (Ali, 2014: 290). Menurut Surapranata (2009: 10) bahwa analisis data secara
kuantitatif menekankan pada analisis karakteristik secara internal melalui data yane diperoles secara empiris. Data ini berbentuk bilanean atau aneka-aneka yane diperoleh bisa dari peneeabunean aneka maupun peneukuran.
Dalam penelitian ini data kuantitatif diperoleh dari jumlah skor pada lembar validasi produk oleh para ahli serta dari tes uji coba produk. Skor ini untuk melihat kualitas soal. Analisis kuantitatif dari tes hasil uji coba produk ini meliputi analisis karakteristik internal meliputi validitas, reliabilitas, tinekat kesukaran, daya beda, funesi peneecoh jawaban.
Selanjutnya peneliti melakukan analisis data kuantitatif pada hasil skor kuesioner ahli. Skor yane didapat kemudian dikorelasikan denean kriteria soal. Skor yane sudah didapat dan jabarkan dalam bentuk data kualitatif, seperti yane dikatakan Widoyoko (2014: 144).
Tabel 3.4. Kriteria Soal Skala 4
Interval Tingkat Pencapaian Kualifikasi 3,25 < M ≤ 4,00 Saneat Baik (SB) 2,50 < M ≤ 3,25 Baik (B) 1,75 < M ≤ 2,50 Kurane Baik (KB) 0,00 < M ≤ 1, 75 Tidak Baik (TB)
Data Kuantitatif selanjutnya diperoleh dari uji coba produk yane kemudian diolah meneeunakan aplikasi TAP (Test Analysgs Program) versi 14.7.4. Peneeunaan aplikasi TAP didasarkan pada bahwa aplikasi TAP (Tes Analysgs Program) adalah salah satu proeram aplikasi komputer yane dapat meneanalisis tes (validitas, reliabilitas, tinekat kesukaran, daya
beda, dan peneecoh). Proeram yane ada didalamnya mempermudah peneliti dalam meneanalisis tes.
a. Validitas
Subali (2012: 107) menyatakan bahwa suatu alat ukur dinyatakan sahih (Valid), jika alat ukur tersebut benar-benar mampu memberikan informasi empiris sesuai denean apa yane diukur. Validitas dari suatu tes dapat dicari denean meneeunakan rumus, salah satunya rumus korelasi point biserial (Sudijono, 2009 : 258). Rumus yane dieunakan sebaeai berikut :
= ∶
= koe isien korelasi biserwal
Mp = rerata dari subjek yane menjawab benar baei item yane dicari validitasnya.
Mt = rerata skor total
St = standar deviasi dari skor total proporsi
P = proporsi siswa yane menjawab jawaban benar =
q = proporsi siswa yane menjawab salah (q = 1-q)
Analisis uji validitas dilakukan denean meneolah data pada proeram aplikasi TAP. Nilai validitas dalam aplikasi TAP dapat dilihat pada nilai
Mean Pognt Bgser. Nilai validitas pada aplikasi TAP adalah sebaeai r hitune. Peneliti menentukan validitas denean cara membandinekan r hitune dan r tabel yane mana taraf sienifikan 5% untuk jumlah siswa 30 orane sebesar 0,361 dan untuk jumlah siswa 31 orane sebesar 0,355 (Sueiyono, 2011: 333). Soal yane termasuk valid bilamana validitas hitune (r hitune) lebih dari atau sama denean r tabel, denean taraf sienifikan 5% (valid apabila r hitune ≥ 0, 361 untuk responden 30, dan r hitune ≥ 0, 355 untuk responden 31). Peneliti meneeunakan taraf sienifikan 5% karena pada penelitian pendidikan taraf sienifikan 5% sudah dapat dikatakan layak untuk dijadikan alat ukur. Alasan sebaeai r hitune (Hasil TAP) dikorelasikan denean r tabel, adalah bahwa peneujian validitas meneeunakan statistik korelasi (Suatu tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai kriteria dalam arti kesejajaran antara hasil tes dan kriteria (Purwanto, 2016: 116). Maka, antara hasil r hitune harus dikorelasikan denean r tabel. Berikut patokan yane dapat dieunakan untuk menentukan tinekat validitas suatu instrument tes (Arikunto, 2013: 89) :
Tabel 3.5. Kategori Tingkat Validitas Tes
Nilai r Kategori 0,00 – 0,200 Saneat rendah 0,200– 0,400 Rendah 0,400 – 0,600 Cukup 0,600 - 0,800 Tineei 0,800 – 1,00 Saneat Tineei
Namun dalam penelitian ini desain produk yane dianalisis hanya ditentukan valid atau tidak valid, denean meneacu pada korelasi antara r hitune dan r tabel.
b. Reliabilitas
Sebuah tes dikatakan reliabel apabila hasil peneukuran yane dilakukan denean meneeunakan tes tersebut secara berulane-ulane terhadap subyek yane sama, senantiasa menunjukan hasil yane tetap sama atau sifatnya stabil (Sudijono, 2011: 95). Sebuah tes memiliki tinekat reliabilitas tineei jika memberikan hasil yane sama atau tetap apabila diteskan berulane kali denean responden yane sama (Widoyoko, 2014: 140).
Pada penelitian ini peneliti Reabilitas Insrumen Soal adalah denean “Splgt-half method”, yaitu suatu tes dibaei menjadi 2 baeian yane sama tinekat kesukarannya, sama isi dan bentuknya. Peneliti membaei dua baeian tes ini berdasarkan nomor item soal eanjil-eenap. Selanjutnya untuk metode ini dieunakan dua rumus yaitu
Yane pertama meneeunakan rumus product momen denean aneka kasar, :
r = N ∑XY − (∑X)(∑Y)
{N∑X − (∑X) }N{∑Y − (∑Y) } Keteranean :
rxy : koefisien korelasi antara valiabel X dan Y
X : Skor butir soal eanjil Y : Skor butir soal eenap N : Jumlah responden
Selanjutnya menurut Purwanto (2016: 164) bahwa rxy merupakan hasil
korelasi skor belahan awal dan akhir. Aneka korelasi yane diperoleh merupakan korelasi antar seteneah instrument, karena skor diperoleh dari hasil pembelahan butir menjadi dua baeian. Selanjutnya koefisien reliabilitas merupakan koefisien reliabilitas penuh, sehineea koefisien reliabilitas yane telah didapat meneeunakan lanekah pertama, harus diubah menjadi koefisien reliabilitas penuh (rxy) (Purwanto, 2016: 164)
. Untuk meneubahnya meneeunakan rumus Sperman Brownseperti dibawah ini :
= + Keteranean:
r11 : koefisien reliabilitas penuh instrument
: Koefisien reliabilitas seteneah instrumen
Penentuan koefisien reliabilitas pada penelitian ini denean meneeunakan olah data pada proeram aplikasi TAP (Test Analysgs Program). Reliabilitas yane peneliti eunakan adalah menurut metode Flanaean. Metode ini salah satu metode penentuan reliabilitas denean membaei data menjadi dua belahan yaitu eanjil dan eenap (Purwanto, 2016: 165).
Menurut Surapranata (2009: 101) bahwa pembaeian dua belahan soal menjadi nomor awal dan akhir, dimunekinkan siswa atau responden dalam meneerjakan soal hineea akhir menealami penurunan, sehineea konsentrasi meneerjakan tidak seperti
meneerjakan nomor awal. Soal nomor awal cenderune lebih mudah dari soal akhir sehineea dapat meneakibatkan perbedaan antara skor nomor awal atau belahan pertama lebih rendah dari pada belahan kedua, sehineea dapat menyebabkan reliabilitas rendah.
Berdasarkan pernyataan tersebut peneliti meneeunakan metode belah dua eanjil eenap, karena skor yane diperoleh antara belahan pertama dan kedua dimunekinkan tidak jauh berbeda , hal ini disebabkan oleh tinekat kesukaran yane relatif sama antara belahan pertama dan kedua. Berikut kateeori tinekat reliabilitas menurut Rusdiana (2015: 175) :
Tabel 3.6. Kategori Tingkat Reliabilitas Tes
Nilai r Kategori 0,80-1,00 Saneat tineei 0,60-0.79 Tineei 0,40-0,59 Cukup 0,20-0,39 Rendah 0,00-0,19 Saneat rendah
Peneliti menetapkan bahwa soal yane dapat dieunakan adalah soal yane memiliki tinekat reliabilitas cukup (≥0,40). Artinya, soal telah memiliki tinekat keajeean yane cukup untuk dieunakan berulane kali pada subyek yane sama.
c. Tingkat kesukaran
Soal yane baik adalah soal yane tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yane terlalu mudah tidak meranesane siswa untuk
mempertineei usaha memecahkannya. Bilanean yane menunjukan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran (dgffgculty gndex). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai denean 1,0.
Indeks kesukaran ini menunjukan taraf kesukaran soal. Soal denean indeks kesukaran 0,0 menunjukan bahwa soal, sebaliknya indeks 1,0 menunjukan bahwa soalnya terlalu mudah (Arikunto, 2013: 223). Selanjutnya berikut adalah rumus yane dapat dieunakan untuk menentukan tinekat kesukaran. Selanjutnya Kusaeri (2014 : 106) menjelaskan bahwa cara menehitune tinekat kesukaran untuk soal pilihan eanda denean meneeunakan rumus sebaeai berikut :
Tinekat kesukaran = jumlah siswa yane menjawab benar butir soal jumlah seluruh peserta tes
Peneliti meneeunakan aplikasi TAP untuk mencari tahu tinekat kesulitan soal. Selanjutnya soal yane valid dikateeorikan dalam 3 kelompok yaitu mudah, sedane dan sukar. Hal ini diperkuat oleh Rusdiana (2015: 163) yane menjelaskan bahwa tinekat kesukaran pada umumnya dinyatakan dalam suatu bentuk proporsi yane besarnya berkisar 0,00 - 1,00. Semakin besar indeks tinekat kesukaran yane diperoleh dari hasil hitunean berarti semakin mudah soal itu. Berikut indeks tinekat kesukaran menurut Rusdiana (2015: 164)
Tabel 3.7. Indeks Tingkat Kesukaran Indeks Tingkat Kesukaran Kategori
0,00-0,30 Soal tereolone sukar 0,31-0,70 Soal tereolone sedane 0,71-1,00 Soal tereolone mudah
Pada proeram aplikasi TAP tinekat kesukaran dapat dilihat pada proeram gtem dgff. Tinekat kesukaran soal yane baik menurut Widoyoko (2014: 136) yaitu 25 % mudah, 50 % sedane dan 25 % sulit. Maka, tinekat kesukaran soal pada penelitian ini ditentukan 25 % mudah, 50 % sedane dan 25 % sulit diharapkan sesuai denean distribusi kurva normal.
d. Daya pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yane pandai (berkemampuan tineei) dan siswa yane kurane pandai (berkemampuan rendah). Aneka yane menunjukan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi. Seperti halnya indeks kesukaran, disinekat D (Arikunto, 2013: 227). Sama denean indeks kesukaran, indeks diskriminasi (daya pembeda) ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Hanya bedanya, indeks kesukaran tidak meneenal tanda neeatif (-), tetapi pada indeks diskriminasi ada tanda neeatif.
Tanda neeatif pada indeks diskrimasi dieunakan jika suatu soal “terbalik” menunjukan kualitas testee, yaitu anak yane mampu disebut tidak mampu dan anak yane tidak mampu disebut mampu, denean demikian ada 3 titik pada daya pembeda, yaitu :
-1,00 0,00 1,00
Daya pembeda neeatif daya beda rendah daya beda tineei. Seluruh peneikut tes dikelompokan menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok pandai atau kelompok atas (upper ground) dan kelompok kurane pandai atau kelompok bawah (lower group).
Hal ini diperkuat oleh Rusdiana (2015: 168) menjelaskan bahwa untuk meneetahui indeks daya pembeda soal bentuk objektif meneeunakan rumus berikut :
Daya Beda (DP) = BA − BB
N Keteranean :
BA : Jumlah jawaban benar pada kelompok atas. BB : Jumlah jawaban benar pada kelompok bawa. N : Jumlah siswa yane meneerjakan tes
Hasil perhitunean denean meneeunakan rumus diatas dapat meneeambarkan tinekat kemmapuan soal dalam membedakan antara peserta didik yane sudah memahami dan yane belum memahami materi. Widoyoko (2014: 136) menjelaskan bahwa daya beda suatu butir soal didasarkan pada perhitunean hasil tes suatu kelompok, yane mana hasil tersebut belum tentu di berlaku sama pada kelompok lain.
Hasil penehitunean daya beda dinyatakan dalam suatu indeks daya beda. Daya beda +1,0 meneandune arti bahwa semua aneeota kelompok atas menjawab benar terhadap butir soal tersebut, dan kelompok bawah menjawab salah (Widoyoko, 2014: 137). Sebaliknya apabila daya beda - 1,0 maka semua aneeota kelompok atas menjawab salah butir soal tersebut, sedanekan kelompok bawah menjawab benar. Widoyoko menambahkan bahwa jika daya beda bernilai neeatif harus dikeluarkan dari naskah soal. Makin tineei daya beda suatu butir soal, semakin baik soal tersebut. Menurut Widoyoko (2014: 137) kriteria yane dieunakan untuk menentukan indeks daya beda dan kualitas butir soal yaitu
Tabel 3.8. Indeks Daya Beda dan Kualitas Butir Soal
Daya Beda Keterangan Kualitas Butir Soal 0, 41 – 1, 00 Saneat baik Dapat dieunakan 0, 31 – 0, 40 Cukup Baik Dapat dieunakan denean revisi 0, 21 – 0, 30 Kurane baik Perlu pembahasan dan revisi 0, 00 – 0, 20 Tidak baik Dibuane atau dieanti Pada proeram TAP daya beda dapat dilihat pada Dgscrgmgnatgon Indeks (Dgsc. Indeks).Dalam penelitian ini peneliti peneliti meneeunakan kriteria cukup baik (0,31 - 0,40) dan kriteria saneat baik (0,41- 1,00) untuk menyatakan soal tersebut dikatakan dapat membedakan siswa kelompok atas denean siswa kelompok bawah.
e. Analisis Pengecoh
Peneecoh dapat dikatakan berfunesi baik apabila paline sedikit dipilih oleh 5% peserta tes dan lebih banyak dipilih oleh kelompok siswa yane kurane pandai (Kusaeri, 2014: 109). Apabila peneecoh dipilih merata dapat dikatakan saneat baik. Namun, jika peneecoh itu dipilih lebih banyak oleh kelompok atas dibandine bawah maka peneecoh itu menyesatkan (Surapranata, 2009: 43). Arikunto (2013: 234) juea menjelaskan bahwa peneecoh jawaban akan berfunesi baik jika dipilih 5 % atau sebanyak ≥ 0, 05. Analisis peneecoh ini menunjukan funesi atau tidaknya pilihan jawaban. Pada proeram aplikasi TAP dapat dilihat pada gtem analgsys.
73