• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Data

Dalam dokumen PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI (Halaman 51-0)

BAB III. METODE PENELITIAN

F. Analisis Data

Data hasil sifat fisik yang diperoleh pada penelitian ini terlebih dahulu diuji normalitasnya menggunakan uji Shapiro-Wilk. Bila menunjukkan data yang terdistribusi normal, pengujian dilanjutkan dengan uji Student-t untuk melihat signifikansi pada sampel dengan fase minyak yang berbeda. Namun, apabila hasil uji Shapiro-Wilk menunjukkan data yang tidak terdistribusi normal, maka dilakukan uji Wilcoxon. Data analisis dengan Student-t dan Wilcoxon berbeda signifikan jika nilai p-value ≤ 0,05.

Data hasil stabilitas fisik sebelum dan sesudah melewati uji stabilitas terlebih dahulu diuji normalitasnya menggunakan uji Shapiro-Wilk. Bila menunjukkan data yang terdistribusi normal, pengujian dilanjutkan dengan uji Student-t untuk melihat signifikansi pada sampel dengan fase minyak yang sama.

Namun, apabila hasil uji Shapiro-Wilk menunjukkan data yang tidak terdistribusi normal, maka dilakukan uji Wilcoxon. Pengolahan statistik dilakukan dengan software R 3.2.2 dengan taraf kepercayaan 95%.

33

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakterisasi Minyak Biji Delima

Minyak biji delima yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dengan menggunakan ekstraksi cold pressing sehingga dapat dihasilkan minyak dengan kualitas yang baik dan kandungan yang tetap terjaga. Karakterisasi minyak biji delima dilakukan dengan membandingkan kandungan asam lemak yang tercantum pada certificate of analysis (CoA) minyak biji delima yang digunakan pada penelitian ini (Lampiran 1) dengan hasil karakteristik kandungan asam lemak pada minyak biji delima yang telah dilakukan oleh Melo et al. (2014). Hasil karakterisasi disajikan pada Tabel IV.

Tabel IV. Hasil karakterisasi minyak biji delima Kandungan asam lemak Melo et al. (2014) (%) CoA (%)

punicic acid (C18:3) 71,5±17,9 77,5

linoleic acid (C18:2) 10,8±6,9 6,2

oleic acid (C18:1) 9,0±5,6 6,0

palmitic acid (C16:0) 5,7±4,1 2,9

stearic acid (C18:0) 2,1±3,1 2,8

B. Formulasi Nanoemulsi Minyak Biji Delima

Formulasi nanoemulsi minyak biji delima pada penelitian ini menggunakan dua fase minyak yang berbeda dengan tujuan untuk melihat pengaruh dari fase minyak yang digunakan terhadap stabilitas fisik nanoemulsi yang terbentuk. Fase minyak yang digunakan dalam penelitian ini ialah virgin coconut oil (VCO) dan medium-chain triglycerides (MCT) oil. Surfaktan dan kosurfaktan yang digunakan pada kedua formulasi ialah Tween 80 dan PEG 400.

Pembuatan nanoemulsi minyak biji delima diawali dengan melakukan pengadukan secara konstan campuran antara minyak biji delima, fase minyak, surfaktan, serta kosurfaktan dengan menggunakan magnetic stirrer selama 10 menit pada kecepatan 1000 rpm. Selanjutnya campuran ditambahkan fase air dan kecepatan pengadukan ditingkatkan menjadi 1250 rpm selama 10 menit.

Pengadukan dengan menggunakan magnetic stirrer termasuk dalam metode pembuatan nanoemulsi secara spontan di mana energi yang dibutuhkan rendah sehingga ukuran droplet yang dihasilkan kurang seragam. Pembuatan nanoemulsi secara spontan memiliki kekurangan salah satunya ialah membutuhkan surfaktan dengan jumlah yang lebih banyak untuk menghasilkan sediaan dengan ukuran droplet < 100 nm. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan kombinasi pembuatan nanoemulsi minyak biji delima dengan metode emulsifikasi energi tinggi menggunakan homogenizer dan sonikator. Metode pembuatan nanoemulsi minyak biji delima diperoleh melalui orientasi yang telah dilakukan sebelumnya dengan melakukan optimasi waktu dan kecepatan pada saat pengadukan dengan magnetic stirrer, homogenizer, dan sonikator.

C. Evaluasi Sifat Fisik Nanoemulsi Minyak Biji Delima

Sediaan nanoemulsi dikatakan baik dan stabil apabila memiliki penampakan jernih, tidak terjadi pemisahan fase, memiliki tipe nanoemulsi M/A, nilai pH berada dalam rentang pH kulit yakni 4 - 6, persen transmitan mendekati 100%, turbiditas kurang dari 1%, viskositas rendah, serta ukuran droplet < 100 nm. Oleh karena itu, dilakukan evaluasi sifat fisik yang meliputi pemeriksaan

organoleptis dan pH, tipe nanoemulsi, persen transmitan, turbiditas, viskositas, serta ukuran droplet.

1. Pengujian organoleptis dan pH

Pengujian organoleptis yang diamati meliputi warna, bau, kejernihan, homogenitas, dan pemisahan fase sediaan nanoemulsi. Hasil pengujian organoleptis dan pH dari dua formula sediaan nanoemulsi minyak biji delima dapat dilihat pada Tabel V.

Tabel V. Data organoleptis dan pH nanoemulsi minyak biji delima Formula A Formula B

Keterangan: Formula A= Formula dengan VCO Formula B= Formula dengan MCT oil

Hasil pengamatan organoleptis menunjukkan formula A dan formula B menghasilkan sediaan nanoemulsi yang berwarna kuning jernih, bau khas, homogen secara fisik, dan tidak terjadi pemisahan. Nilai pH sediaan berada dalam kisaran pH kulit yakni antara 4 – 6 (Ali and Yosipovitch, 2013), sehingga dapat meminimalkan resiko iritasi. Variasi fase minyak yang digunakan dalam formula A dan formula B tidak memberikan perbedaan karakteristik pada pH sediaan nanoemulsi minyak biji delima. Data analisis statistik pH pada kedua formula nanoemulsi menunjukkan bahwa variasi fase

minyak tidak memberikan perbedaan yang signifikan dengan p-value sebesar 0,0765.

2. Pengujian tipe nanoemulsi

Pengujian tipe nanoemulsi dilakukan untuk mengetahui tipe nanoemulsi yang terbentuk. Perhitungan secara teoritis pada formula A dan formula B mempunyai nilai HLB sebesar 14,37 (Lampiran 2) yang membentuk emulsi dengan tipe M/A. Berdasarkan hasil pengujian, tipe emulsi sediaan nanoemulsi minyak biji delima baik yang diformulasikan dengan fase minyak VCO dan MCT oil ialah tipe emulsi M/A.

3. Pengujian persen transmitan

Persen transmitan diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan aquadest sebagai blanko pada panjang gelombang 650 nm.

Pengukuran persen transmitan menunjukkan tingkat kejernihan sediaan nanoemulsi yang terbentuk. Hasil pemeriksaan persen transmitan masing-masing formula dapat dilihat pada Tabel VI.

Tabel VI. Data hasil uji sifat fisik nanoemulsi minyak biji delima

Berdasarkan Tabel VI, variasi fase minyak yang digunakan pada kedua formula yang dibuat tidak memberikan perbedaan yang signifikan

Formula A Formula B p-value

pH 5,94±0,01 5,99±0,008 0,0765

Transmitan (%) 99,83±0,15 99,67±0,05 0,1642 Turbiditas (%) 0,108±0,02 0,157±0,02 0,0494 Viskositas (dPa.s) 0,058±0,001 0,046±0,02 0,4247 Ukuran droplet (nm) 109,56±73,52 222,32±127,74 -

dengan p-value sebesar 0,1642. Hal ini dapat menunjukkan bahwa semua sediaan yang dihasilkan memiliki karakteristik jernih karena memiliki nilai persen transmitan mendekati 100%.

4. Pengujian turbiditas

Turbiditas diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis dengan aquadest sebagai blanko pada panjang gelombang 502 nm. Pengukuran turbiditas menunjukkan tingkat kekeruhan sediaan nanoemulsi yang terbentuk.

Hasil pengujian turbiditas masing-masing formula dapat dilihat pada Tabel VI.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ariviani, Raharjo, Anggrahini, and Naruki (2015), pengukuran turbiditas dapat digunakan untuk memperoleh informasi mengenai sifat fisik sediaan nanoemulsi. Turbiditas dengan nilai di bawah 1% menunjukkan bahwa nanoemulsi yang terbentuk memiliki penampakan yang jernih dan ukuran droplet yang kecil. Berdasarkan hasil analisis secara statistik yang dilakukan pada kedua formula nanoemulsi minyak biji delima, variasi fase minyak yang digunakan memberikan perbedaan hasil secara signifikan dengan nilai p-value ≤ 0,05. Turbiditas yang dihasilkan dengan fase minyak VCO lebih rendah dibandingkan dengan turbiditas yang dihasilkan dengan fase minyak MCT oil, hal ini menandakan bahwa ukuran droplet yang dihasilkan oleh fase minyak VCO lebih kecil dibandingkan dengan ukuran droplet yang dihasilkan oleh MCT oil sehingga tingkat kekeruhan formula dengan fase minyak VCO lebih rendah meskipun keduanya sama-sama memiliki penampakan fisik yang jernih.

5. Pengujian viskositas

Viskositas ialah tahanan suatu cairan untuk dapat mengalir. Semakin tinggi viskositas suatu sediaan, maka semakin besar pula tahanannya.

Pengukuran viskositas pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan viskometer Rheosys. Hasil pengukuran viskositas masing-masing formula dapat dilihat pada Tabel VI. Berdasarkan hasil pengukuran viskositas yang dilakukan pada kedua formula nanoemulsi minyak biji delima, adanya variasi fase minyak yang digunakan tidak memberikan perbedaan yang signifikan, dengan nilai p-value sebesar 0,4247.

6. Pengujian ukuran droplet

Pengujian ukuran droplet dilakukan untuk melihat apakah sediaan nanoemulsi yang dihasilkan mempunyai ukuran droplet yang memenuhi kriteria ukuran droplet nanoemulsi yaitu < 100 nm. Pengukuran ukuran droplet dilakukan dengan particle size analyzer (PSA) Horiba SZ-100. Prinsip kerja alat ini adalah adanya hamburan cahaya yang terjadi akibat penembakan sinar laser mengenai partikel dalam sampel. Cahaya yang dihamburkan tersebut akan dibaca oleh detektor foton pada sudut tertentu secara cepat sehingga dapat menentukan ukuran partikel (Volker, 2009).

Pengujian dilakukan hanya terhadap formula A2 dan B2 dengan asumsi bahwa kedua formula lain dengan variasi minyak yang sama memiliki ukuran droplet yang kurang lebih sama. Hasil pengujian ukuran droplet dapat dilihat pada Tabel VI. Pada penelitian ini, sediaan nanoemulsi yang

diformulasikan diharapkan mempunyai ukuran droplet yang kurang dari 100 nm. Namun berdasarkan hasil pemeriksaan, ukuran droplet yang dihasilkan masih berada di atas 100 nm. Hal ini dapat disebabkan oleh perbandingan antara surfaktan dan kosurfaktan yang digunakan belum cukup optimal untuk menghasilkan sediaan nanoemulsi dengan ukuran droplet kurang dari 100 nm.

Indeks polidispersitas mengindikasikan keseragaman ukuran droplet pada sediaan. Semakin rendah nilai indeks polidispersitas, maka semakin tinggi keseragaman ukuran droplet pada sediaan (Chhabra, Chuttani, Mishra, and Pathak, 2011). Formula A dengan fase minyak VCO memiliki indeks polidispersitas sebesar 0,508, sedangkan formula B dengan fase minyak MCT oil memiliki indeks polidispersitas sebesar 0,392. Hal ini menunjukkan bahwa formula dengan fase minyak MCT oil menghasilkan ukuran droplet yang lebih seragam.

D. Stabilitas Fisik Nanoemulsi Minyak Biji Delima

Sediaan nanoemulsi yang stabil ialah sediaan yang memenuhi parameter sifat fisik yang ditentukan dan dapat mempertahankan sifat fisiknya selama masa penyimpanan.

1. Sentrifugasi

Pengujian sentrifugasi dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pemisahan fase yang mungkin terjadi akibat gaya gravitasi. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel VII.

Tabel VII. Data pemisahan fase nanoemulsi sebelum dan sesudah sentrifugasi

Berdasarkan Tabel VII, semua sediaan nanoemulsi yang melewati uji sentrifugasi tidak mengalami pemisahan fase. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan nanoemulsi yang terbentuk stabil secara fisik.

2. Freeze-thaw cycle

a. Stabilitas organoleptis dan pH nanoemulsi minyak biji delima.

Pengujian organoleptis dan pH sediaan nanoemulsi setelah freeze-thaw cycle bertujuan untuk melihat adanya perubahan penampilan yang dikarenakan perubahan suhu yang ekstrim selama proses uji. Hasil pengamatan uji stabilitas freeze-thaw terhadap organoleptis dan pH sediaan masing-masing formula disajikan dalam Tabel VIII.

Tabel VIII. Data organoleptis dan pH nanoemulsi minyak biji delima sebelum dan sesudah freeze-thaw cycle

Formula A Formula B

Sebelum uji Sesudah uji Sebelum uji Sesudah uji

Warna Kuning Kuning Kuning Kuning

Kejernihan Jernih Jernih Jernih Jernih Pemisahan fase Tidak

Homogenitas Homogen Homogen Homogen Homogen pH 5,94±0,01 5,79±0,14 5,99±0,008 5,95±0,1

p-value 0,2163 0,5

Hasil pengujian organoleptis dan pH setelah freeze-thaw cycle menunjukkan bahwa kedua sediaan nanoemulsi yang terbentuk stabil setelah melewati tiga siklus. Penampilan fisik sediaan tidak menunjukkan

Sebelum uji Sesudah uji Formula A Tidak memisah Tidak memisah Formula B Tidak memisah Tidak memisah

adanya perubahan warna ataupun pemisahan fase. Perhitungan secara statistik menunjukkan bahwa pada kedua formula, pH sebelum dan sesudah uji freeze-thaw cycle tidak berbeda signifikan dengan nilai p-value > 0,05.

Hal ini menunjukkan bahwa baik formula dengan fase minyak VCO maupun MCT oil dapat menghasilkan sediaan nanoemulsi dengan organoleptis dan pH yang stabil.

b. Stabilitas persen transmitan nanoemulsi minyak biji delima

Pengujian persen transmitan setelah freeze-thaw cycle bertujuan untuk melihat perubahan nilai persen transmitan setelah tiga siklus pengujian. Hasil pengukuran persen transmitan pada kedua formula sebelum dan sesudah freeze-thaw cycle disajikan dalam Tabel IX dan Tabel X.

Tabel IX. Data stabilitas fisik nanoemulsi minyak biji delima formula A sebelum dan sesudah freeze-thaw cycle Viskositas (dPa.s) 0,058±0,001 0,0257±0,006 0,01 Ukuran droplet (nm) 109,56±73,52 153,34±145,37 -

Indeks polidispersitas 0,508 0,617 -

Tabel X. Data stabilitas fisik nanoemulsi minyak biji delima formula B sebelum dan sesudah freeze-thaw cycle

Formula B

p-value Sebelum uji Sesudah uji

Transmitan (%) 99,67±0,05 99,7±0,05 0,37 Turbiditas (%) 0,157±0,02 0,22±0,02 0,005 Viskositas (dPa.s) 0,046±0,02 0,0255±0,008 0,22 Ukuran droplet (nm) 222,32±127,74 183,89±81,68 -

Indeks polidispersitas 0,392 0,574 -

Berdasarkan hasil pengujian persen transmitan, dapat disimpulkan bahwa baik formula dengan fase minyak VCO dan MCT oil stabil setelah tiga siklus freeze-thaw. Analisis secara statistik pada kedua formula menunjukkan persen transmitan sebelum dan sesudah freeze-thaw cycle tidak berbeda signifikan dengan nilai p-value sebesar 0,67.

c. Stabilitas turbiditas nanoemulsi minyak biji delima

Pengukuran turbiditas bertujuan untuk melihat tingkat kekeruhan sediaan setelah melewati tiga siklus pada freeze-thaw cycle. Hasil pengujian turbiditas pada masing-masing formula sebelum dan sesudah freeze-thaw cycle disajikan pada Tabel IX dan Tabel X.

Berdasarkan hasil pengukuran, pada formula A dengan fase minyak VCO menunjukkan kestabilan turbiditas setelah melewati tiga siklus freeze-thaw cycle dilihat dari tidak adanya perbedaan yang signifikan secara statistik dengan nilai p-value sebesar 0,37. Namun hal yang berbeda terjadi pada formula B yang menggunakan MCT oil di mana terjadi perbedaan signifikan secara statistik dengan nilai p-value ≤ 0,05. Hal ini dapat diakibatkan karena telah terjadi Ostwald ripening sehingga ukuran droplet menjadi lebih besar dan turbiditas meningkat. Kandungan asam kaprilat dan asam kaprat dalam MCT oil mengakibatkan Ostwald ripening lebih cepat terjadi pada MCT oil dibandingkan dengan VCO. Kedua asam lemak rantai pendek tersebut mengakibatkan MCT oil mempunyai polaritas yang tinggi sehingga lebih mudah larut dalam air. Faktor lain yang mengakibatkan formula B cenderung lebih keruh ialah perubahan suhu

yang ekstrim selama freeze-thaw cycle. Pada suhu freeze gugus hidrofil pada bagian kepala surfaktan akan membeku dan pada saat thaw gugus tersebut akan kembali seperti semula untuk menangkap dan melingkupi fase minyak kembali. Namun dalam proses ini, tidak semua droplet akan tertangkap sempurna oleh surfaktan dan membentuk droplet dengan ukuran yang serupa. Terdapat droplet yang akan saling menggabungkan diri dan membentuk droplet dengan ukuran yang lebih besar dan menyebabkan peningkatan kekeruhan pada sediaan nanoemulsi.

d. Stabilitas viskositas nanoemulsi minyak biji delima

Perubahan viskositas setelah proses freeze-thaw dapat menunjukkan adanya ketidakstabilan dalam sediaan nanoemulsi. Hasil pengukuran viskositas pada kedua formula sebelum dan sesudah freeze-thaw cycle disajikan pada Tabel IX dan Tabel X.

Analisis secara statistik pada formula A menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada viskositas nanoemulsi minyak biji delima, sedangkan pada formula B tidak memberikan perbedaan yang signifikan.

Viskositas nanoemulsi pada formula A mengalami penurunan setelah melewati tiga siklus freeze-thaw karena adanya pembesaran ukuran partikel yang akan menurunkan interaksi antar droplet dan tahanan sediaan sehingga viskositas menurun (Fletcher and Suhling, 1998).

e. Stabilitas ukuran droplet nanoemulsi minyak biji delima

Parameter ukuran droplet penting untuk diketahui karena kestabilan suatu sistem nanoemulsi dapat dilihat dari perubahan yang

terjadi pada ukuran droplet sebelum dan sesudah freeze-thaw cycle. Hasil pengukuran ukuran droplet pada kedua formula sebelum dan sesudah melewati tiga siklus freeze-thaw disajikan pada tabel Tabel IX dan Tabel X.

Perubahan ukuran droplet pada formula A dan formula B setelah melewati freeze-thaw cycle dapat menandakan telah terjadinya Ostwald ripening yang tidak hanya mengakibatkan perbesaran ukuran droplet namun juga mengacaukan distribusi ukuran droplet sehingga ukuran droplet yang terbentuk tidak seragam. Ketidakseragaman ukuran droplet pada kedua formula dapat dilihat berdasarkan pengukuran nilai indeks polidispersitas pada Tabel IX dan Tabel X. Pada formula A dan B terjadi kenaikan nilai indeks polidispersitas setelah melewati uji stabilitas yang dapat menggambarkan bahwa ukuran droplet yang dihasilkan semakin tidak seragam.

Berdasarkan hasil pengujian dapat dilihat bahwa ukuran droplet yang dihasilkan dengan menggunakan VCO sebagai fase minyak cenderung lebih kecil bila dibandingkan dengan menggunakan MCT oil sebagai fase minyak. Hal ini dipengaruhi oleh kelarutan fase minyak yang digunakan dalam medium dispers (Segalowicz and Leser, 2010). VCO merupakan minyak yang mengandung long chain triglyceride berupa asam laurat yang memiliki polaritas yang lebih rendah dibandingkan dengan MCT oil. Semakin polar suatu fase minyak maka semakin mudah kelarutannya dalam air. Akibatnya fase minyak yang membawa zat aktif tersebut akan lebih mudah berinteraksi satu sama lain dan saling

menggabungkan diri. Hal ini mengakibatkan semakin luas permukaan zat aktif yang harus dilingkupi oleh surfaktan dan kosurfaktan untuk menurunkan tegangan permukaan sedangkan kemampuan emulsifier untuk menstabilkan pembentukan droplet menjadi lebih terbatas dan droplet akan cenderung untuk mengalami Ostwald ripening dan membentuk droplet dengan ukuran yang lebih besar.

E. Diskusi

Sifat fisik nanoemulsi minyak biji delima formula A dengan fase minyak VCO dan formula B dengan fase minyak MCT oil memiliki persen transmitan mendekati 100% yang menunjukkan bahwa sediaan memiliki penampakan yang jernih. Hal ini didukung dengan nilai turbiditas kurang dari 1% yang menunjukkan bahwa nanoemulsi yang terbentuk jernih dan memiliki ukuran droplet yang kecil. Ukuran droplet pada formula A lebih kecil dibandingkan pada formula B sehingga viskositas formula A lebih besar dibandingkan formula B. Hal ini disebabkan karena semakin kecil ukuran droplet maka viskositas cairan akan semakin tinggi. Bila kedua formula dibandingkan secara statistik terdapat perbedaan signifikan pada parameter turbiditas. Turbiditas yang dihasilkan oleh formula A lebih kecil bila dibandingkan dengan turbiditas yang dihasilkan oleh formula B karena ukuran droplet yang dihasilkan pada formula A lebih kecil dibandingkan formula B. Formula B dengan fase minyak MCT oil menghasilkan ukuran droplet yang lebih besar karena sifatnya yang lebih polar sehingga

memudahkan droplet untuk bergerak dalam medium dispers dan saling menggabungkan diri.

Stabilitas fisik nanoemulsi minyak biji delima formula A setelah melewati freeze-thaw cycle menunjukkan adanya perbedaan signifikan pada parameter viskositas di mana terjadi penurunan viskositas setelah melewati uji stabilitas karena ukuran droplet yang membesar. Sedangkan pada parameter pH, turbiditas, dan persen transmitan tidak terdapat perbedaan signifikan secara statistik. Pada formula B, perbedaan signifikan terjadi pada parameter turbiditas di mana terjadi kenaikan nilai turbiditas yang menandakan naiknya tingkat kekeruhan nanoemulsi karena adanya pembesaran ukuran droplet.

47 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Variasi fase minyak VCO dan MCT oil memberikan pengaruh terhadap stabilitas fisik nanoemulsi minyak biji delima. Parameter viskositas pada nanoemulsi dengan VCO sebagai fase minyak dan parameter turbiditas pada nanoemulsi dengan MCT oil sebagai fase minyak menunjukkan adanya ketidakstabilan. Parameter organoleptis, pH, persen transmitan, dan turbiditas pada fase minyak VCO dan parameter organoleptis, pH, persen transmitan, dan viskositas pada fase minyak MCT oil menunjukkan stabilitas yang baik. Ukuran droplet dengan fase minyak VCO lebih kecil dibandingkan dengan nanoemulsi yang dihasilkan dengan fase minyak MCT oil, sehingga stabilitas fisik nanoemulsi dengan fase minyak VCO lebih baik dibandingkan nanoemulsi dengan fase minyak MCT oil.

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait optimasi konsentrasi surfaktan Tween 80 dan kosurfaktan PEG 400 untuk dapat menghasilkan nanoemulsi minyak biji delima dengan ukuran droplet yang kecil dan memiliki stabilitas fisik yang baik.

2. Perlu dilakukan uji iritasi pada sediaan nanoemulsi minyak biji delima.

3. Perlu dilakukan pengukuran nilai IC50 pada sediaan nanoemulsi minyak biji delima.

48

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, A.N., 2005, Virgin Coconut Oil : Minyak Penakluk Aneka Penyakit, Agro Media Pustaka, Jakarta, hal.36-39.

Ali, S.M., and Yosipovitch, G., 2013, Skin pH: From Basic Science to Basic Skin Care, Acta Derm Venereol, 93(1): 261.

Ariviani, S., Raharjo, S., Anggrahini, S., and Naruki, S., 2015, Formulasi dan Stabilitas Mikroemulsi O/W dengan Metode Emulsifikasi Spontan Menggunakan VCO dan Minyak Sawit Sebagai Fase Minyak: Pengaruh Rasio Surfaktan-Minyak, Agritech, 35(1): 27-34.

Azeem, A., Rizwan, M., Ahmad, F.J., Iqbal, Z., Khar, R.K., Aqil, M., et al., 2009, Nanoemulsion Components Screening and Selection : a Technical Note, AAPS PharmSciTech, 10(1):69-76.

Bouchemal, K., Briancon, S., Perrier, E., and Fessi, H., 2004, Nano-emulsion Formulation Using Spontaneous Emulsification: Solvent, Oil, and Surfactant Optimisation, International Journal of Pharmaceutics, 280(2004):241-251.

Chen, H., Khemtong, C., Yang, X., Chang, X., and Gao, J., 2011, Nanonization Strategies for Poorly Water Soluble Drugs, Drug Discovery Today, 16(7-8): 354-360.

Chhabra, G.K., Chuttani, K., Mishra, A.K., and Pathak, K., 2011, Design and Development of Nanoemulsion Drug Delivery System of Amlodipine Besilate for Improvement of Oral Bioavailability, Drug Development and Industrial Pharmacy, 37(8):907-916.

Cho, Y.H., Kim, S., Bae. E.K., and Mok, C.K., 2008, Formulation of a Cosurfactant-Free O/W Microemulsion Using Nonionic Surfactant Mixtures, Int J Food Science, 73(1): 115.

Darole, P.S., Hegde, D.D., and Nair, H.A., 2008, Formulation and Evaluation of Microemulsion Based Delivery System for Amphotericin B, AAPSPharmSciTech, 9(1):123-124.

Debnath, S., Satayanarayana, and Kumar, G.V., 2011, Nanoemulsion – A Method to Improve The Solubility of Lipophilic Drugs, Pharmanest, 2(2-3):72-83.

Delmas, T., Piraux, H., Couffin, A.C., Texier, I., Vinet, F., Poulin, P., Cates, M.E., and Bibette, J., 2011, How To Prepare and Stabilize Very Small Nanoemulsions, Langmuir, 27(5): 1683-1692.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Jakarta, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia.

Fletcher, P.D.I., and Suhling, K., 1998, Interaction Between Weakly Charged Oil-in-Water Microemulsion Droplets, Langmuir, 14(15): 4065-4069.

Fulekar, M.H., 2010, Nanotechnology: Importance and Applications, I.K International Publishing House Pvt.Ltd., New Delhi, p.1.

Gediya, S.K., 2011, Herbal Plants: Used as a Cosmetics, Journal Nature Product Plants Resources, India.

Gupta, P.K., Pandit, J.K., Kumar, A., Swaroop, P., and Gupta, S., 2010, Pharmaceutical Nanotechnology Novel Nanoemulsion: High Emulsification Preparation, Evaluation, and Application, The Pharma Research, 3: 117-138.

Huynh-Ba, K., 2008, Handbook of Stability Testing in Pharmaceutical Development, Springer, New York, pp. 34, 359, 365-366.

Jaworska, M., Sikora, E., and Ogonowski, J., 2014, The Influence of Glicerides Oil Phase on O/W Nanoemulsion Formation by PIC Method, Per. Pol.

Chem. Eng., 58(1): 43-48.

Jurenka, J.M.T., 2008, Therapeutic Applications of Pomegranate (Punica granatum L.): A Review, Alternative Medicine Review, 13(2):128-129.

Khoddami, A., Man, Y.B.C., and Roberts, T.H., 2014, Physco-chemical Properties and Fatty Acid Profile of Seed Oil from Pomegranate (Punica granatum L.) Extracted by Cold Pressing, Eur. J. Lipid Sci. Technol., 116(5):553-562.

Lachman, L., Lieberman, H.A., and Kanig, J.L., 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi III, UI Press, Jakarta, hal. 643-716.

Lawrence, M.J., and Ress, G.D., 2000, Microemulsion-based Media as Novel

Lawrence, M.J., and Ress, G.D., 2000, Microemulsion-based Media as Novel

Dalam dokumen PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI (Halaman 51-0)

Dokumen terkait