• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Evaluasi Sifat Fisik Nanoemulsi Minyak Biji Delima

Sediaan nanoemulsi dikatakan baik dan stabil apabila memiliki penampakan jernih, tidak terjadi pemisahan fase, memiliki tipe nanoemulsi M/A, nilai pH berada dalam rentang pH kulit yakni 4 - 6, persen transmitan mendekati 100%, turbiditas kurang dari 1%, viskositas rendah, serta ukuran droplet < 100 nm. Oleh karena itu, dilakukan evaluasi sifat fisik yang meliputi pemeriksaan

organoleptis dan pH, tipe nanoemulsi, persen transmitan, turbiditas, viskositas, serta ukuran droplet.

1. Pengujian organoleptis dan pH

Pengujian organoleptis yang diamati meliputi warna, bau, kejernihan, homogenitas, dan pemisahan fase sediaan nanoemulsi. Hasil pengujian organoleptis dan pH dari dua formula sediaan nanoemulsi minyak biji delima dapat dilihat pada Tabel V.

Tabel V. Data organoleptis dan pH nanoemulsi minyak biji delima

Formula A Formula B

Warna Kuning Kuning

Kejernihan Jernih Jernih

Pemisahan fase Tidak memisah Tidak memisah

Bau Khas Khas

Homogenitas Homogen Homogen

pH 5,94±0,01 5,99±0,008

Keterangan: Formula A= Formula dengan VCO Formula B= Formula dengan MCT oil

Hasil pengamatan organoleptis menunjukkan formula A dan formula B menghasilkan sediaan nanoemulsi yang berwarna kuning jernih, bau khas, homogen secara fisik, dan tidak terjadi pemisahan. Nilai pH sediaan berada dalam kisaran pH kulit yakni antara 4 – 6 (Ali and Yosipovitch, 2013), sehingga dapat meminimalkan resiko iritasi. Variasi fase minyak yang digunakan dalam formula A dan formula B tidak memberikan perbedaan karakteristik pada pH sediaan nanoemulsi minyak biji delima. Data analisis statistik pH pada kedua formula nanoemulsi menunjukkan bahwa variasi fase

minyak tidak memberikan perbedaan yang signifikan dengan p-value sebesar 0,0765.

2. Pengujian tipe nanoemulsi

Pengujian tipe nanoemulsi dilakukan untuk mengetahui tipe nanoemulsi yang terbentuk. Perhitungan secara teoritis pada formula A dan formula B mempunyai nilai HLB sebesar 14,37 (Lampiran 2) yang membentuk emulsi dengan tipe M/A. Berdasarkan hasil pengujian, tipe emulsi sediaan nanoemulsi minyak biji delima baik yang diformulasikan dengan fase minyak VCO dan MCT oil ialah tipe emulsi M/A.

3. Pengujian persen transmitan

Persen transmitan diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan aquadest sebagai blanko pada panjang gelombang 650 nm. Pengukuran persen transmitan menunjukkan tingkat kejernihan sediaan nanoemulsi yang terbentuk. Hasil pemeriksaan persen transmitan masing-masing formula dapat dilihat pada Tabel VI.

Tabel VI. Data hasil uji sifat fisik nanoemulsi minyak biji delima

Berdasarkan Tabel VI, variasi fase minyak yang digunakan pada kedua formula yang dibuat tidak memberikan perbedaan yang signifikan

Formula A Formula B p-value

pH 5,94±0,01 5,99±0,008 0,0765

Transmitan (%) 99,83±0,15 99,67±0,05 0,1642

Turbiditas (%) 0,108±0,02 0,157±0,02 0,0494

Viskositas (dPa.s) 0,058±0,001 0,046±0,02 0,4247

dengan p-value sebesar 0,1642. Hal ini dapat menunjukkan bahwa semua sediaan yang dihasilkan memiliki karakteristik jernih karena memiliki nilai persen transmitan mendekati 100%.

4. Pengujian turbiditas

Turbiditas diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis dengan aquadest sebagai blanko pada panjang gelombang 502 nm. Pengukuran turbiditas menunjukkan tingkat kekeruhan sediaan nanoemulsi yang terbentuk. Hasil pengujian turbiditas masing-masing formula dapat dilihat pada Tabel VI. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ariviani, Raharjo, Anggrahini, and Naruki (2015), pengukuran turbiditas dapat digunakan untuk memperoleh informasi mengenai sifat fisik sediaan nanoemulsi. Turbiditas dengan nilai di bawah 1% menunjukkan bahwa nanoemulsi yang terbentuk memiliki penampakan yang jernih dan ukuran droplet yang kecil. Berdasarkan hasil analisis secara statistik yang dilakukan pada kedua formula nanoemulsi minyak biji delima, variasi fase minyak yang digunakan memberikan perbedaan hasil secara signifikan dengan nilai p-value ≤ 0,05. Turbiditas yang dihasilkan dengan fase minyak VCO lebih rendah dibandingkan dengan turbiditas yang dihasilkan dengan fase minyak MCT oil, hal ini menandakan bahwa ukuran droplet yang dihasilkan oleh fase minyak VCO lebih kecil dibandingkan dengan ukuran droplet yang dihasilkan oleh MCT oil sehingga tingkat kekeruhan formula dengan fase minyak VCO lebih rendah meskipun keduanya sama-sama memiliki penampakan fisik yang jernih.

5. Pengujian viskositas

Viskositas ialah tahanan suatu cairan untuk dapat mengalir. Semakin tinggi viskositas suatu sediaan, maka semakin besar pula tahanannya. Pengukuran viskositas pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan viskometer Rheosys. Hasil pengukuran viskositas masing-masing formula dapat dilihat pada Tabel VI. Berdasarkan hasil pengukuran viskositas yang dilakukan pada kedua formula nanoemulsi minyak biji delima, adanya variasi fase minyak yang digunakan tidak memberikan perbedaan yang signifikan, dengan nilai p-value sebesar 0,4247.

6. Pengujian ukuran droplet

Pengujian ukuran droplet dilakukan untuk melihat apakah sediaan nanoemulsi yang dihasilkan mempunyai ukuran droplet yang memenuhi kriteria ukuran droplet nanoemulsi yaitu < 100 nm. Pengukuran ukuran droplet dilakukan dengan particle size analyzer (PSA) Horiba SZ-100. Prinsip kerja alat ini adalah adanya hamburan cahaya yang terjadi akibat penembakan sinar laser mengenai partikel dalam sampel. Cahaya yang dihamburkan tersebut akan dibaca oleh detektor foton pada sudut tertentu secara cepat sehingga dapat menentukan ukuran partikel (Volker, 2009).

Pengujian dilakukan hanya terhadap formula A2 dan B2 dengan asumsi bahwa kedua formula lain dengan variasi minyak yang sama memiliki ukuran droplet yang kurang lebih sama. Hasil pengujian ukuran droplet dapat dilihat pada Tabel VI. Pada penelitian ini, sediaan nanoemulsi yang

diformulasikan diharapkan mempunyai ukuran droplet yang kurang dari 100 nm. Namun berdasarkan hasil pemeriksaan, ukuran droplet yang dihasilkan masih berada di atas 100 nm. Hal ini dapat disebabkan oleh perbandingan antara surfaktan dan kosurfaktan yang digunakan belum cukup optimal untuk menghasilkan sediaan nanoemulsi dengan ukuran droplet kurang dari 100 nm.

Indeks polidispersitas mengindikasikan keseragaman ukuran droplet pada sediaan. Semakin rendah nilai indeks polidispersitas, maka semakin tinggi keseragaman ukuran droplet pada sediaan (Chhabra, Chuttani, Mishra, and Pathak, 2011). Formula A dengan fase minyak VCO memiliki indeks polidispersitas sebesar 0,508, sedangkan formula B dengan fase minyak MCT

oil memiliki indeks polidispersitas sebesar 0,392. Hal ini menunjukkan bahwa

formula dengan fase minyak MCT oil menghasilkan ukuran droplet yang lebih seragam.

Dokumen terkait