• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Data

Dalam dokumen Universitas Sumatera Utara (Halaman 48-176)

BAB I PENDAHULUAN

G. Metode Penelitian

4. Analisis Data

Analisis data merupakan bagian penting dari sebuah penelitian, yang wajib dilakukan oleh semua peneliti. Penelitian tanpa analisis data hanya akan melahirkan data mentah tanpa arti. Dalam penelitian ini, akan digunakan analisis data secara kualitatif. Analisis data secara kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mengsintesiskan, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.57

Dalam penelitian ini akan menggunakan metode penarikan kesimpulan secara deduktif. Metode hipotesis deduktif melihat keberadaan

57Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, h.248.

suatu teori sebagai kodifikasi dari hipotesis, dimana hipotesis diperoleh melalui beberapa pengujian.58

Dalam metode penarikan kesimpulan secara deduktif, teori digunakan sebagai awal menjawab pertanyaan penelitian, bahwa :

“sesungguhnya pandangan deduktif menuntun penelitian dengan terlebih dahulu menggunakan teori sebagai alat, ukuran dan bahkan instrumen untuk membangun hipotesis, sehingga peneliti secara tidak langsung akan menggunakan teori sebagai “kacamata kuda” nya dalam melihat masalah penelitian “.59

Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara deduksi, yaitu dimulai dari hal – hal yang umum kepada hal – hal yang lebih khusus. Proses pembentukan kesimpulan dekduktif dapat dimulai dari suatu dalil atau hukum menuju kepada hal – hal yang akhirnya konkrit.

58Danandjaja, Metodologi Penelitian Sosial, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2012, h.33.

59Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, Kencana, Jakarta, 2008, h.26.

BAB II

FAKTOR – FAKTOR PENYEBAB PEMBATALAN PERDAMAIAN DALAM PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG (PKPU) A. Perdamaian dalam PKPU

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) merupakan alternatif penyelesaian utang untuk menghindari kepailitan. Menurut Munir Fuady Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) ini adalah :60

“suatu periode waktu tertentu yang diberikan oleh undang-undang melalui putusan pengadilan niaga, dimana dalam periode waktu tersebut kepada kreditor dan debitor diberikan kesepakatan untuk memusyawarahkan cara-cara pembayaran utang-utangnya dengan memberikan rencana perdamaian (composition plan) terhadap seluruh atau sebagian utangnya itu, termasuk apabila perlu merestrukturisasi utangnya tersebut. Dengan demikian Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) merupakan semacam moratorium dalam hal ini legal moratorium.”

Dengan adanya penundaan pembayaran, maka dapat terjadi beberapa kemungkinan, yaitu :61

1. Piutang –piutang para kreditor akan dibayar / dapat dibayar seluruhnya oleh debitor.

2. Pembayaran piutang kreditor itu dilunasi sebagian melalui pemberesan tahap demi tahap.

3. Suatu perdamaian dibawah tangan.

4. Pengesahan perdamaian apabila terjadi perdamaian yang lazim disebut gerechtelijke accoord atau dwang accord.

5. Pernyataan pailit, apabila tujuan yang hendak dicapai dengan pengunduran pembayaran itu tidak tercapai.

Pada hakekatnya tujuan PKPU adalah untuk perdamaian, karena itu perdamaian dalam PKPU merupakan mata rantai yang teramat penting, bahkan merupakan tujuan utama dari debitor. Oleh karena itu, pengajuan rencana perdamaian harus dilakukan dengan penuh itikad baik dan kesungguhan.

60Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2001, h. 82

61Zainal Asikin, Op.Cit, h.106

UUKPKPU menganut prinsip “perdamaian tunggal”. Prinsip perdamaian tunggal ini terefleksi dalam hal – hal sebagai berikut :62

1. Para pihaknya hanya sekali dapat mengajukan rencana perdamaian.

Apabila rencana perdamaian ditolak, tidak dapat lagi diajukan rencana perdamaian kedua. Sungguhpun begitu, perubahan dan perbaikan rencana perdamaian di tengah jalan tetap dimungkinkan (sebelum rencana perdamaian tersebut ditolak). Sebab setelah rencana perdamaian tersebut ditolak, hakim pengawas wajib segera meberitahukan hal tersebut kepada Pengadilan Niaga dan debitor langsung dinyatakan pailit oleh pengadilan niaga, vide Pasal 289 Undang – undang kepailitan.

2. Prinsip perdamaian tunggal juga tercermin dari ketentuan dalam Pasal 292. Dalam pasal ini ditentukan bahwa apabila telah ditolak perdamaian dalam proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang dan kemudian debitor dinyatakan pailit, dalam proses kepailitan tersebut tidak boleh lagi debitor mengajukan rencana perdamaian.

Dengan dibukanya kemungkinan untuk mengadakan perdamaian, maka hal itu akan dapat menguntungkan kedua belah pihak, karena :63

1. Bagi para kreditor, apabila harta si pailit dijual / dilelang atau dilakukan pemberesan dengan perantaraan Hakim, dan hasilnya dibagi menurut imbangan jumlah piutang kreditor, maka belum tentu para kreditor itu akan mendapat pembayaran yang lebih tinggi seperti ditawarkan di dalam perdamaian. Jadi penawaran di dalam perdamaian mungkin lebih tinggi dibanding dengan pembagian melalui pemberesan oleh hakim.

2. Bagi debitor, ia akan membayar sejumlah utang yang telah disetujui dalam perdamaian – lebih kecil dari utang sebenarnya, sedangkan sisanya tidak menjadi beban bagi debitor untuk melunasinya. Apabila perdamaian telah dipenuhi, akan berakhirlah kepailitan. Hal itu berbeda dengan pemberesan oleh Hakim, yakni dari hasil pelelangan itu belum atau tidak cukup untuk melunasi utang – utang si pailit secara penuh, maka sisanya akan tetap menjadi utang si pailit, yang pelunasannya dijamin dengan harta pailit yang masih akan ada (Pasal 1131 KUHPerdata).

62Munir Fuady, Op.Cit, h.194.

63Zainal Asikin,Hukum Kepailitan dan Penundaan Pembayaran di Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001, h.88-89.

1. Pengertian perdamaian

Di dalam banyak literatur kepailitan dan PKPU tidak ditemukan adanya keseragaman penggunaan istilah perdamaian / accord. Ada yang memakai istilah akor (akkoord), ada yang memakai akur, dan ada yang menggunakan istilah aslinya accoord.

Dalam Black’s Laws Dictionary, pengertian accord diartikan sebagai:64

An agreement between two persons, one of the whom has a right of action against the other, to settle the dispute. In a debtor/creditor relationship, an agreement between the parties to settle a dispute for same partial payment. It is called an accord because the creditor has a right of action against the debtor.

Dari pengertian dalamBlack’sLaw Dictionary tersebut, accord / perdamaian dapat diartikan sebagai sebuah perjanjian antara dua orang, yang salah satunya memiliki hak tindakan terhadap yang lain, untuk menyelesaikan perselisihan tersebut.Dalam hubungan debitor dan kreditor, mereka membuat kesepakatan antara para pihak untuk menyelesaikan sengketa pembayaran utang. Disebut sebagai perdamaian karena kreditor memiliki hak bertindak terhadap debitor.

KUHPerdata memberi pengertian tentang perdamaian dalam Pasal 1851, yaitu: “suatu persetujuan dengan mana kedua belah pihak, dengan menyerahkan, menjanjikan atau menahan suatu barang, mengakhiri suatu

64Henry Campbell Black, Black’s Law Dictionary, Thomson West, USA, 2014, h.585.

perkara yang sedang bergantung ataupun mencegah timbulnya suatu perkara, persetujuan itu tidaklah sah melainkan dibuat secara tertulis”.

Dalam proseskepailitan, yang dimaksud dengan perdamaian adalah

“suatu perjanjian antara debitor dan kreditor yang disahkan oleh Pengadilan Niaga (Homologasi) yang berisi mekanisme pembayaran seluruh atau sebagian utang debitor. “65

Pendapat lain mengatakan bahwa perdamaian dalam kepailitan diartikan sebagai “suatu perjanjian perdamaian antara si pailit dengan para kreditor, dimana diadakan suatu ketentuan, bahwa si pailit dengan membayar suatu prosentase tertentu (dari utangnya) ia akan dibebaskan untuk membayar sisanya.”66

2. Perdamaian sebagai Perjanjian

Berdasarkan pengertian dan ruang lingkup perdamaian, maka dapat dilihat bahwa perdamaian tidak lain adalah suatu kesepakatan, perikatan, perjanjian.

Menurut Subekti, kontrak ialah “sebuah peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau dua orang yang saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu.”67 Dalam hukum perdata di Indonesia, tidak dikenal istilah kontrak, melainkan perikatan atau perjanjian.

Perdamaian pada pokoknya adalah suatu perjanjian antara debitor pailit / PKPU dengan para kreditor konkuren yang memuat kesepakatan

65Suyudi, Aria, dkk, Kepailitan di Negeri Pailit, Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia, Jakarta, 2004, h.203.

66H.F.A Vollmar, De Faillissement, Jakarta, Cetakan keempat 1953, h.236.

67R. Subekti, Hukum Perjanjian, intermassa, Jakarta, 1998, h.36.

tentang cara bagaimana para kreditor dapat memperoleh pembayaran piutang mereka dengan cara yang disetujui para kreditor.68

Proses perdamaian dalam kerangka PKPU juga dapat diklasifikasikan ke dalam kontrak formal dan kontrak bernama, sebab pada perjanjian perdamaian kontrak dituangkan atau diformulasikan ke dalam bentuk tulisan yang formal.69

Pasal 1320 KUHPerdata menyebutkan bahwa untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat :

a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya.

b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan.

c. Suatu hal tertentu.

d. Suatu sebab yang halal.

Perdamaian dalam rangka kepailitan disebut “dwang akkord”

(perdamaian yang memaksa) karena :70

a. Berdasarkan Pasal 152 UUKPKPU perdamaian yang telah disahkan oleh Pengadilan berlaku bagi semua kreditor konkuren, baik kreditor konkuren yang telah mengajukan tagihan mereka dalam kepailitan maupun yang tidak mengajukannya, baik mereka yang menyetujui maupun mereka yang menentang rencana perdamaian yang dibicarakan dalam rapat kreditor.

b. Rencana perdamaian diterima dalam rapat kreditor sebagaimana diatur dalam Pasal 141 UUKPKPU yang berbunyi : “rencana perdamaian diterima apabila disetujui dalam rapat kreditor oleh lebih dari ½ (satu per dua) jumlah kreditor konkuren yang hadir dalam rapat dan yang haknya diakui atau yang untuk sementara diakui yang mewakili paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah seluruh piutang konkuren yang diakui atau yang untuk sementara

68Suyudi, Aria, dkk, Op.Cit, h. 203.

69Ridwan Khairandy, Hukum Kontrak Indonesia (dalam perspektif perbandingan), FHUII Press, Yogyakarta, 2013, h.75.

70Ibid, h.204.

diakui dari kreditor konkuren atau kuasanya yang hadir dalam rapat tersebut.

“Berdasarkan esensinya, perdamaian ini merupakan penjelmaan dari Pasal 1338 KUH Perdata, dimana bila suatu perdamaian telah disepakati oleh pihak kreditor dan debitor, maka perdamaian itu sesungguhnya berlaku sebagai Undang – undang yang mengikat bagi para pihak”.71

Sifat memaksa dari perdamaian dalam proses kepailitan dan PKPU ini yang berbeda dengan perjanjian perdamaian sebagaimana dikenal dalam Pasal 1851 KUHPdt (dading).

Dading dibuat oleh para pihak yang berkepentingan, hanya berlaku

diantara mereka dan juga berlaku selayaknya keputusan hakim yang berkekuatan hukum tetap. Berkekuatan hukum tetap artinya terhadap dading tersebut tidak diperlukan lagi adanya pengesahan oleh Pengadilan seperti pengesahan perdamaian (Homologasi) dalam UUKPKPU.

3. Syarat – syarat terpenuhinya perdamaian

Perdamaian dalam PKPU mengharuskan beberapa syarat agar perdamaian dapat terpenuhi berdasarkan Pasal 281 UUKPKPU :

a. Persetujuan lebih dari ½ (satu perdua) jumlah kreditor konkuren yang haknya diakui atau sementara diakui yang hadir pada rapat kreditor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 268 termasuk kreditor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 280, yang bersama – sama mewakili paling sedikit 2/3 (dua pertiga) bagian dari seluruh tagihan yang diakui atau sementara diakui dari kreditor konkuren atau kuasanya yang hadir dalam rapat tersebut.

b. Persetujuan lebih dari ½ (satu perdua) jumlah kreditor yang piutangnya dijamin dengan gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan,

71Berdasarkan hasil wawancara dengan Djamaluddin, Hakim Niaga pada Pengadilan Niaga Medan, Rabu 23 Mei 2018.

hipotek, atau hak agunan atas kebendaan lainnya yang hadir dan mewakili paling sedikit 2/3 (dua pertiga bagian dari seluruh tagihan kreditor tersebut atau kuasanya yang hadir dalam rapat tersebut.

Terhadap Kreditor dengan jaminan kebendaan sebagaimana disebutkan pada poin b, yang tidak menyetujui rencana perdamaian, diberikan kompensasi sebesar nilai terendah di antara nilai jaminan atau nilai aktual pinjaman yang secara langsung dijamin dengan hak agunan atas kebendaan. Nilai jaminan yang dimaksud adalah nilai jaminan yang dapat dipilih di antara nilai jaminan yang telah ditentukan dalam dokumen jaminan atau nilai objek jaminan yang ditentukan oleh penilai yang ditunjuk oleh Hakim pengawas.

Syarat – syarat perdamaian dalam PKPU ini berbeda dengan syarat – syarat perdamaian dalam kepailitan. Dalam PKPU, Pasal 281 ayat 2 tersebut diatas secara tegas menyebutkan bahwa “persetujuan kreditor separatis mutlak diperlukan untuk terwujudnya suatu rencana perdamaian, dengan kuota yang sudah ditentukan Undang – undang.” Sedangkan syarat – syarat perdamaian dalam kepailitan berdasarkan Pasal 151 UUKPKPU :

“Rencana perdamaian diterima apabila disetujui dalam rapat kreditor oleh lebih dari ½ (satu per dua) jumlah kreditor konkuren yang hadir dalam rapat dan yang haknya diakui atau yang untuk sementara diakui, yang mewakili paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah seluruh piutang konkuren yang diakui atau yang untuk sementara diakui dari kreditor konkuren atau kuasanya yang hadir dalam rapat tersebut.”

Dalam perdamaian kepailitan, menurut Sunarmi :72

“hanya kreditor konkurenlah yang berhak untuk mengeluarkan suara terhadap rencana perdamaian yang ditawarkan oleh debitor pailit.Kreditor

72Sunarmi, Op.Cit. h.76.

separatis, kreditor preferen dengan hak untuk didahulukan tidak berhak memberikan suaranya dalam rapat tentang rencana perdamaian tersebut.”

Jika kreditor separatis dan kreditor preferen memberikan suaranya dalam rapat rencana perdamaian, maka berarti bahwa kreditor tersebut telah melepaskan hak-hak istimewanya sebagaimana dalam KUH Perdata dan selanjutnya berubah menjadi kreditor konkuren, meskipun jika pada akhirnya rencana perdamaian tersebut tidak diterima, kreditor ini tetap menjadi kreditor konkuren.

Diabaikannya kreditor separatis dan kreditor preferen atas rencana perdamaian dalam hal debitor pailit, dimaksud oleh pembuat undang-undang sebagai pertimbangan keamanan kedudukan piutang kreditor, sehingga rencana perdamaian difokuskan pada kepentingan kreditor konkuren. Terkecuali apabila hasil eksekusi nantinya atas barang-barang yang dibebani dengan hak jaminan itu tidak cukup untuk membayar seluruh tagihan pihak kreditor, maka untuk sisa utang itu, kreditor separatis tetap berhak untuk memperoleh pelunasan atas sisa tagihannya dengan kedudukan sebagai kreditor konkuren, yang bersama-sama dengan kreditor konkuren lainnya berhak memperoleh pelunasan dari hasil penjualan harta kekayaan debitor yang tidak dibebani dengan suatu hak jaminan, secara proporsional atau secara paripassu sesuai dengan perbandingan besarnya jumlah masing-masing utang dari para kreditor konkuren itu.73

73Ishak, “Perdamaian antara debitor dan kreditor konkuren dalam kepailitan”, Kanun jurnal ilmu hukum, Vol.18, No.1, April, 2016, h.155.

B. Para pihak yang terlibat perdamaian dalam PKPU

Proses perdamaian dalam PKPU tentu saja melibatkan beberapa pihak, yaitu, debitor, kreditor, pengurus, para ahli, Hakim pengawas. Berikut ini akan dijelaskan tugas dan peranan masing – masing pihak dalam perdamaian dalam proses PKPU.

1. Debitor

Menurut Pasal 1 angka 1 UUKPKPU, yang dimaksud dengan debitor adalah:

”Debitor adalah orang yang mempunyai utang karena perjanjian atau Undang-undang yang pelunasannya dapat ditagih di muka pengadilan”.

Menurut Aliminsyah dan Padji, menyatakan bahwa :74

“Debitor adalah pihak yang menerima kredit atau pinjaman”

Menurut Rahmat Firdaus dan Maya Arianti :75

“Debitor adalah pihak yang membutuhkan atau meminjam uang, barang dan jasa”

Debitor dapat juga mengajukan permohonan pailit bagi dirinya sendiri (Voluntary petition). Dari beberapa kasus voluntary petition dapat dilihat

bahwa biasanya debitor mengambil tindakan ini dengan alasan bahwa dirinya ataupun kegiatan usahanya sudah tidak lagi mampu melaksanakan kewajiban – kewajiban internal ataupun eksternalnya secara ekonomi.76

74Aliminsyah dan Padji,Kamus istilah keuangan dan perbankan, Yrama Widya, Bandung, 2003, h.98.

75Rahmat Firdaus dan Maya Arianti, Manajemen perkreditan Bank Umum, Alfabeta, Bandung, 2009, h.3.

76Aria Suyudi, Op.Cit, h.78.

2. Kreditor

Pasal 1 angka 2 UUKPKPU, diberikan pengertian kreditor sebagai berikut:

“Kreditor adalah orang yang mempunyai piutang karena perjanjian atau Undang – undang yang dapat ditagih di muka pengadilan.”

Secara umum, ada 3 (tiga) macam kreditor yang dikenal dalam KUHPdt :

a. Kreditor konkuren

Kreditor konkuren diatur dalam Pasal 1132 KUHPdt. Kreditor konkuren adalah para kreditor dengan hak pari passu dan pro rata;

artinya para kreditor secara bersama – sama memperoleh pelunasan (tanpa ada yang didahulukan) yang dihitung berdasarkan besarnya piutang masing – masing dibanding piutang mereka secara keseluruhan dan seluruh harta kekayaan debitor.77

b. Kreditor preferen.

Kreditor preferen adalah kreditor yang diistimewakan, yaitu kreditor yang oleh Undang – undang, semata – mata karena sifat piutangnya, mendapat pelunasan terlebih dahulu. Kreditor preferen merupakan kreditor yang mempunyai hak istimewa, yaitu suatu hak yang oleh Undang – undang diberikan kepada seorang berpiutang.

Tingkatnya lebih tinggi daripada orang berpiutang lainnya, semata – mata berdasarkan sifat piutangnya (Pasal 1134 KUHPdt).

77Kartini Muljadi, Kreditor Preferen dan Kreditor Separatis dalam Kepailitan, Pusat Pengkajian Hukum, Jakarta, 2005, h.164-165.

c. Kreditor Separatis.

Kreditor separatis adalah kreditor pemegang hak jaminan kebendaan in rem, yang dalam KUHPdt disebut dengan nama gadai dan hipotek. Saat ini, sistem hukum jaminan Indonesia mengenal 4 (empat) macam jaminan, yaitu : hipotik, gadai, hak tanggungan, fidusia.

UUKPKPU menggunakan prinsip umum yang dikenal dengan prinsip paritas creditorium yang berarti bahwa semua kreditor konkuren

mempunyai hak yang sama atas pembayaran dan bahwa hasil kekayaan debitor akan dibagikan secara proporsional menurut besarnya tagihan mereka.78

Seluruh kesepakatan mengenai rencana perdamaian tetap berlaku dan mengikat seluruh para kreditor baik kreditor konkuren maupun para kreditor separatis dan dalam pelaksanaan sidang-sidang senantiasa harus mengikut sertakan seluruh para kreditornya.

Dalam hal jumlah kreditor banyak, maka dapat dibentuk suatu panitia kreditor. Panitia kreditor ini bertujuan untuk memudahkan dalam berkomunikasi dan juga berhubungan dengan para kreditor yang mungkin tersebar dan jumlahnya banyak.Hal ini sesuai dengan pengaturan dalam Pasal 231 UUKPKPU yang berbunyi :

a. Pengadilan harus mengangkat panitia kreditor apabila :

1) Permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang meliputi utang yang bersifat rumit atau banyak kreditor, atau;

78Jerry Hoff, Undang – undang Kepailitan di Indonesia, penerjemah Kartini Muljadi, SH, Tatanusa, Jakarta, 2000, h.97.

2) Pengangkatan tersebut dikehendaki oleh kreditor yang mewakili paling sedikit ½ (satu perdua) bagian dari seluruh tagihan yang diakui.

b. Pengurus dalam menjalankan tugasnya wajib meminta dan mempertimbangkan saran Panitia kreditor.

Berdasarkan Pasal 81 UUKPKPU, Panitia kreditor setiap waktu berhak meminta agar diperlihatkan semua buku, dokumen, dan surat mengenai kepailitan. Kurator atau pengurus wajib memberikan kepada Panitia semua keterangan yang diminta oleh panitia.

3. Para Ahli

Dalam suatu proses PKPU, dapat pula diangkat satu atau lebih tenaga ahli untuk melakukan pemeriksaaan dan menyusun laporan tentang keadaan harta debitor dalam jangka waktu tertentu berikut perpanjangannya yang ditetapkan oleh hakim pengawas. Laporan ahli tersebut harus memuat pendapat dan disertai dengan alasan yang lengkap tentang keadaan harta debitor. Selain daripada itu, jika diminta oleh pengurus, Hakim pengawas dapat pula memerintahkan pemeriksaan ahli untuk menjelaskan keadaan yang menyangkut PKPU.79

Laporan para ahli menurut ketentuan Pasal 238 ayat 2 UUKPKPU harus memuat hal – hal sebagai berikut :

a. Pendapat yang disertai dengan alasan lengkap tentang keadaan harta debitor dan dokumen yang telah diserahkan oleh debitor.

b. Tingkat kesanggupan atau kemampuan debitor untuk memenuhi kewajibannya kepada kreditor.

c. Tindakan yang harus diambil untuk dapat memenuhi tuntutan kreditor.

79Munir Fuady, Op.Cit, h.200.

4. Pengurus

Pengurus adalah : 80

a. Perorangan atau persekutuan perdata yang berdomisili di Indonesia, yang memiliki keahlian khusus dalam rangka mengurus harta debitor.

b. Telah terdaftar pada Departemen Kehakiman.

Kedudukan pengurus dalam PKPU lain sekali dengan kedudukan kurator dalam kepailitan seperti tercantum dalam Pasal 226 UUKPKPU. Hal ini karena selama PKPU debitor tidak kehilangan penguasaan dan hak (beher en beschikking) atas kekayaannya, tetapi debitor dalam PKPU hanya

kehilangan kebebasannya dalam menguasai kekayaannya.81Tugas pengurus mengarah kepada melakukan pengumuman, mengundang rapat kreditor, dan juga mengawasi kegiatan pengelolaan terhadap usaha dan aset – aset debitor.

Sesuai dengan Pasal 226 ayat 1 UUKPKPU pengurus bersama – sama dengan debitor mengurus harta kekayaan debitor, maka dari itu selama dalam proses PKPU, debitor tidak berwenang mengalihkan atau memindahkan hartanya tanpa persetujuan dari pengurus.

Dalam putusan sementara kewajiban pembayaran utang yang ditetapkan, Pengadilan wajib mengangkat pengurus yang akan membantu debitor menjalankan kegiatannya. Pengurus tersebut haruslah independen

80Parwoto Wignjosumarto, Hukum Kepailitan Selayang Pandang (Himpunan Makalah),Tatanusa, Jakarta, 2003, h. 205.

81Rudhy A. Lontoh, dkk, Penyelesaian Utang – Piutang melalui Pailit atau Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Alumni, Jakarta, 2001, h.175.

dan tidak memiliki benturan kepentingan, baik dengan debitor maupun kreditor.82

Menurut UUKPKPU, pengurus yang terbukti tidak independen sebagaimana dalam Pasal 234 ayat (1) dapat dikenai sanksi pidana dan / atau perdata sesuai dengan peraturan perundang – undangan. Walaupun UUKPKPU tidak memberikan rincian secara detail mengenai sanksi tersebut, Hakim pengawas yang ditugaskan untuk mengangkat pengurus, sedikit banyak memiliki tanggung jawab moral terhadap independensi pengurus.

Jumlah anggota pengurus dapat lebih dari satu. Pasal 236 ayat (1) UUKPKPU menentukan apabila diangkat lebih dari satu pengurus, maka untuk melakukan tindakan yang sah dan mengikat diperlukan persetujuan lebih dari ½ (satu per dua) dari jumlah pengurus. Apabila suara setuju dan tidak setuju sama banyaknya,menurut Pasal 236 ayat (2) UUKPKPU, maka Hakim pengawas yang akan menentukan.83

Tata cara penggantian pengurus atau tambahan pengurus :84 a. permohonan pengurus sendiri.

b. Usul hakim pengawas

c. Permohonan lebih dari seperdua kreditor yang hadir dalam rapat kreditor

d. Permohonan pengurus lainnya jika ada (Pasal 236 ayat (3)).

82Ahmad Yani & Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Kepailitan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, h.118.

83Sutan Remy Sjahdeini, Hukum Kepailitan Memahami Undang- Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Kepailitan, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 2008, h.346.

84Munir Fuadi, Op.Cit, h.217.

Pasal 239 ayat (1) UUKPKPU mewajibkan pengurus untuk setiap tiga bulan melaporkan keadaan harta debitor. Laporan tersebut wajib disediakan di kantor panitera Pengadilan Niaga, agar dapat diketahui oleh umum tanpa dipungut biaya.

5. Hakim Pengawas

Diantara tugas dan wewenang dari hakim pengawas menurut UUKPKPU adalah sebagai berikut :85

a. Menetapkan jangka waktu tentang pelaksanaan perjanjian yang masih berlangsung antara debitor dan pihak kreditornya jika antara pihak kreditor dan pihak kurator tidak tercapai kata sepakat tersebut (vide Pasal 36 UUKPKPU).

b. Memberikan putusan atas permohonan kreditor atau pihak ketiga yang berkepentingan yang haknya ditangguhkan untuk mengangkat penangguhan apabila kurator menolak permohonan pengangkatan penangguhan tersebut (vide Pasal 57 ayat (3)).

c. Memberikan persetujuan kepada kurator apabila pihak kurator menjaminkan harta pailit kepada pihak ketiga atas pinjaman yang dilakukan kurator dari pihak ketiga tersebut (vide pasal 69 ayat mengenai keadaan harta pailit dan pelaksanaan tugasnya (vide Pasal 74 ayat (1)).

c. Memberikan persetujuan kepada kurator apabila pihak kurator menjaminkan harta pailit kepada pihak ketiga atas pinjaman yang dilakukan kurator dari pihak ketiga tersebut (vide pasal 69 ayat mengenai keadaan harta pailit dan pelaksanaan tugasnya (vide Pasal 74 ayat (1)).

Dalam dokumen Universitas Sumatera Utara (Halaman 48-176)

Dokumen terkait