• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

B. Analisis Data

Pada analisis ini, akan dijabarkan satu persatu jenis gaya bahasa yang terdapat dalam novelAroma Karsa karya Dewi Lestari. Sebagaimana yang telah dijabarkan pada bagian deskripsi data. Ada beberapa data yang akan dianalisis dalam penelitian ini diantaranya, analisis tentang gaya bahasa yang terdapat dalam

novelAroma Karsa karya Dewi Lestari, di antaranya yaitu, gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan yang terdapat dalam novelAroma KarsaKarya Dewi Lestari.Data-data tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

1. AnalisisData Gaya Bahasa Retoris dalam Novel Aroma Karsa karya Dewi Lestari

Gayabahasa adalah bahasa indah yang digunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta membandingkan sesuatu benda atau hal lain yang lebih umum. Melalui penggunaan gaya bahasa itulah seorang pengarang akan memilikikeistimewaanataucirikhasdalammenyampaikan gagasan-gagasan lewatkaryasastranyasehingga,denganbegituakanlebihmudahiamenarik perhatian dan minat orang yang membacanya.Dalam novel ini terdapat dua jenis gaya bahasa yang dianalisis yaitu gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan. Adapun analisis data gaya bahasa retoris yang telah ditemukan dapat dijabarkan berikut ini.

a. Analisis Data Gaya Bahasa Aliterasi dalam Novel Aroma Karsa karya Dewi Lestari

Aliterasi adalah gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan yang sama. Data tentang gaya bahasa aliterasi dalamnovel Aroma Karsa karya Dewi Lestari dapat dilihat pada kutipan berikut.

Data 6

“Puspa karsa adalah tanaman yang punya

kehendak dan bisa mengendalikan kehendak“

(Lestari, 2018: 10)

Gaya bahasa aliterasi pada kutipan diatas ditandai dengan adanya perulangan bunyi konsonan (k). Pengarang memperlihatkan keindahan bunyi

dengan perulangan (k).Dari kata tersebut terlihat bahwa bahasa yang disampaikan memiliki pengulangan bunyi konsonan kata yang sama, bunyi konsonan yang sama yaitu pada kehendak, Tanaman puspa karsa yang bisa memberikan kehendak kepada seseorang yang bisa memiliki nya.maka dari itu data tersebut termasuk dalam kata jenis gaya bahasa aliterasi. Berikut ini juga terdapat jenis gaya bahasa aliterasi yaitu sebagai berikut.

Data 8

“Namun dorongan itu mendesak, membakar,

membuatnya seperti demam” (Lestari, 2018:22)

Gaya bahasa aliterasi pada kutipan diatas ditandai dengan adanya perulangan bunyi konsonan (m). pengarang memperlihatkan keindahan bunyi dengan perulangan (m). Bunyi konsonan yang sama yaitu pada kata mendesak,

membakar, membuatnya. Pada kutipan tersebut pengarang ingin menyampaikan

bahwa karena sesuatu hal dorongan membuat seseorang seperti sakit atau lemas. Data 9

“Sama seperti neneknya dahulu, ia menyebar

bokor-bokorkuninganberisi melati” (Lestari,

2018:23)

Berdasarkan data di atas, Gaya bahasa aliterasi pada kutipan diatas ditandai dengan adanya perulangan bunyi konsonan (b). pengarang memperlihatkan keindahan bunyi dengan perulangan (b). Gaya bahasa aliterasi pada kutipan di atas dapat dilihat pada kata bokor-bokor, dari kata tersebut terlihat bahwa bahasa yang disampaikan memiliki pengulangan bunyi konsonan kata yang sama, bunyi konsonan yang sama yaitu pada kata bokor-bokor, dalam kalimat tersebut terdapat pengulangan bunyi maka dari itu data tersebut termasuk dalam

kata jenis gaya bahasa aliterasi. Berikut ini juga terdapat jenis gaya bahasa literasi yaitu sebagai berikut.

Data 19

“Badan kering dan kantong juga kering atau badan basah dan kantong juga basah” (Lestari, 2018:23)

Gaya bahasa aliterasi pada kutipan diatas ditandai dengan adanya perulangan bunyi konsonan (k). pengarang memperlihatkan keindahan bunyi dengan perulangan (k). Pada kutipan tersebut pengarang ingin menyampaikan menegaskan kepada seseorang memilih badan kering kurus hitam tidak punya uang, atau badan basah maksudnya bersih terpandang dan punya uang banyak.

Data 20

“Kasih tau kalau kamu sudah bisa cium bau

kiamat” (Lestari, 2018:23)

Gaya bahasa aliterasi pada kutipan diatas ditandai dengan adanya perulangan bunyi konsonan (k). pengarang memperlihatkan keindahan bunyi dengan perulangan (k). Pada kutipan tersebut ingin menyampai kan ke pada seseorang kalau sudah bisa tercium bau kiamat tolong kasih tau. Ini adalah tokoh Jati yang mempunyai hidung seperti hidung tikus.

Data 22

“Kononbuah jatuh tak jauh dari pohonnya” (Lestari, 2018:36)

Gaya bahasa aliterasi pada kutipan diatas ditandai dengan adanya perulangan bunyi konsonan (h). pengarang memperlihatkan keindahan bunyi dengan perulangan (h). Pada kutipan tersebut tersirat makna tentang bahwa sifat anak tidak jauh berbeda dengan ayah dan ibunya. Hal yang menurun pasti akan ada kemiripannya dengan orangtuanya.

Data 42

“Aku mencarikanmu dokter terbaik

memberimu perawatan terbaik, pendidikan

terbaik, pelatihan terbaik “. (Lestari,2018:107)

Gaya bahasa aliterasi pada kutipan diatas ditandai dengan adanya perulangan bunyi konsonan (t). pengarang memperlihatkan keindahan bunyi dengan perulangan (t). Pada kutipan tersebut pengarang menyampaikan bahwa bahwa tokoh Raras telah memberikan segala hal yang terbaik buat anaknya Suma. Supaya Suma sembuh dari masalah pembauan hidungnya, dan memberikan segala hal terbaik mulai dari pendidikan dan segala hal lainnya

Data 76

“Ia membayangkan jati menunggui dan

membaui hari ke hari bangkai demi bangkai, mencatat detail bagi seseorang”(Lestari, 2018:280)

Gaya bahasa aliterasi pada kutipan diatas ditandai dengan adanya perulangan bunyi konsonan (m). pengarang memperlihatkan keindahan bunyi dengan perulangan (m). Pada kutipan tersebut pengarang ingin menyampaikan bahwa seorang tokoh yang bernama Suma membaca buku Jati, dan Suma membayangkan tokoh jati yang pemilik buku ini menunggui bau bangkai dari hari kehari bahkan seminggu dan mencatat ke bukunya.

Data 77

“Suma menyaksikan sosok jati yang dari waktu ke waktu menontoni bagaimana bangkai bangkai itu mengembang, membusuk,

melunak, mencair, membubur, dalam kunyahan belatung”(Lestari, 2018:280)

Gaya bahasa aliterasi pada kutipan diatas ditandai dengan adanya perulangan bunyi konsonan (m). Pengarang memperlihatkan keindahan bunyi dengan perulangan (m). Pada kutipan tersebut pengarang ingin menyampaikan

bahwa seorang tokoh yang bernama Suma membaca buku Jati, dan Suma membayangkan Jati melihat proses pembusukan bangkai.

Data 83

“Kembali keingatan masa kecilnya yang terpilin bersama benang benang perasaannya yang rapuh”” (Lestari, 2018:353)

Gaya bahasa aliterasi pada kutipan diatas ditandai dengan adanya perulangan bunyi konsonan (b). pengarang memperlihatkan keindahan bunyi dengan perulangan (b). Berdasarkan data diatas,maka dapat dilihat bahwa gaya bahasa retoris yang terdapat yaitu gaya bahasa aliterasi. Gaya bahasa aliterasi pada kutipan di atas dapat dilihat pada kata benang-benang, dari kata tersebut terlihat bahwa bahasa yang disampaikan memiliki pengulangan bunyi konsonankata yang sama, adapun maksud yang disampaikan dari kata tersebut yaitu ingin menyampaikan bahwa adanya perasaan luka yang dialami oleh seseorang pada masa lalunya.

Data 103

“Kelabang malang yang kini tercincang”(Lestari, 2018:597).

Gaya bahasa aliterasi pada kutipan diatas ditandai dengan adanya perulangan bunyi vokal (g). pengarang memperlihatkan keindahan bunyi dengan perulangan (g).

Data 105

“Sehari semalam sudah ia dan anung berjalan, luntang lantung menggendong bayi yang gelisah” (Lestari, 2018:604)

Gaya bahasa aliterasi pada kutipan diatas ditandai dengan adanya perulangan bunyi konsonan (s). pengarang memperlihatkan keindahan bunyi dengan perulangan (s). Berdasarkan data diatas,maka dapat dilihat bahwa gaya bahasa retoris yang terdapat yaitu gaya bahasa aliterasi. Gaya bahasa aliterasi

pada kutipan di atas dapat dilihat pada katasehari-semalam, dari kata tersebut terlihat bahwa bahasa yang disampaikan memiliki pengulangan bunyi konsonankata yang sama, adapun maksud yang disampaikan dari kata tersebut yaitu ingin menyampaikan bahwa Anung berjalan tidak tau arah dan kemana tempat yang ia tuju.

b. Analisis Data Gaya Bahasa Asonansi dalam Novel Aroma Karsa karya Dewi Lestari

Asonansi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan vokal yang sama. Data tentang gaya bahasa asonansi dalam novel Aroma Karsa karya Dewi Lestari dapat dilihat pada kutipan berikut.

Data 24

“Tidak perlu tegas jati. Lama tak ada suara dari komandan Mada(Lestari, 2018:41)

Gaya bahasa asonansi pada kutipan diatas ditandai dengan adanya perulangan bunyi vokal (a). pengarang memperlihatkan bunyi dengan perulangan (a). Pada kutipan tersebut pengarang menyampaikan bahwa tidak ada suara yang terucap dari mulut komandannya yang bernama Mada, komandan hanya diam membisu.

Data 24

“Komandan Mada sebetulnya sudah menduga jawaban jati”. (Lestari, 2018:43)

Gaya bahasa asonansi pada kutipan diatas ditandai dengan adanya perulangan bunyi vokal (a). pengarang memperlihatkan bunyi dengan perulangan (a). Pada kutipan tersebut Komandan Mada sudah menduga jawaban dari Jati.

Data 24

“Saya percaya, apa yang terlahir bersama kita adalah anugerah”. (Lestari, 2018:46)

Gaya bahasa asonansi pada kutipan diatas ditandai dengan adanya perulangan bunyi vokal (a). pengarang memperlihatkan bunyi dengan perulangan (a). Pada kutipan tersebut pengarang menyampaikan bahwa apa yang terlahir dari diri kita adalah anugerah yang Tuhan berikan terhadap kita, jadi kita harus bersyukur atas anugerah yang diberikan itu.

Data 24

“Buat apa buang-buang waktumu”. (Lestari, 2018:51)

Gaya bahasa asonansi pada kutipan diatas ditandai dengan adanya perulangan bunyi vokal (u). pengarang memperlihatkan bunyi dengan perulangan (u). Pada kutipan tersebut pengarang menyampaikan bahwa apa jangan sia-siakan waktu yang ada, karena kesempatan yang ada tidak datang dua kali.

Data 24

“Aku tahu ibumu mengirim aku kemari supaya derajatku naik sebagai peracik parfum”. (Lestari, 2018:267)

Gaya bahasa asonansi pada kutipan diatas ditandai dengan adanya perulangan bunyi vokal (u). pengarang memperlihatkan bunyi dengan perulangan (u). Pada kutipan tersebut pengarang menyampaikan bahwa Ibu Suma Raras Prayagung sengaja mengirim Jati ke toko Attarwala yaitu toko parfum, supaya Jati bisa meracik parfum yang hebat, karena kemampuan yang dimiliki Jati.

Data 24

“Aku membawa teka-teki Puspa Ananta ke mana pun aku pergi”. (Lestari, 2018:274)

Gaya bahasa asonansi pada kutipan diatas ditandai dengan adanya perulangan bunyi vokal (a). pengarang memperlihatkan bunyi dengan perulangan (a). Pada kutipan tersebut pengarang menyampaikan bahwa tokoh Raras membawa teka-teki Puspa Ananta ke mana pun dia pergi.

Data 24

“Jati terpisah sejak bayi dari orang tuanya”. (Lestari, 2018:287)

Gaya bahasa asonansi pada kutipan diatas ditandai dengan adanya perulangan bunyi vokal (i). pengarang memperlihatkan bunyi dengan perulangan (i).

Data 24

“Aku tidak mau memaksamu, Jati”. (Lestari, 2018:59)

Gaya bahasa asonansi pada kutipan diatas ditandai dengan adanya perulangan bunyi vokal (u). pengarang memperlihatkan bunyi dengan perulangan (u).

Data 24

“Jati mencuci kakinya dikeran air dekat garasi”. (Lestari, 2018:25)

Gaya bahasa asonansi pada kutipan diatas ditandai dengan adanya perulangan bunyi vokal (i). pengarang memperlihatkan bunyi dengan perulangan (i).

Data 24

“Komandan Mada mengempaskan punggungnya ke sandaran kursi”. (Lestari, 2018:41)

Gaya bahasa asonansi pada kutipan diatas ditandai dengan adanya perulangan bunyi vokal (a). pengarang memperlihatkan bunyi dengan perulangan (a).

Data 24

“Setiap bau punya campuran masing-masing”. (Lestari, 2018:41)

Gaya bahasa asonansi pada kutipan diatas ditandai dengan adanya perulangan bunyi vokal (u). pengarang memperlihatkan bunyi dengan perulangan (u).

Data 24

“Komandan Mada menilai bahwa tampang Jati tidak terlalu kampungan”. (Lestari, 2018:45)

Gaya bahasa asonansi pada kutipan diatas ditandai dengan adanya perulangan bunyi vokal (a). pengarang memperlihatkan bunyi dengan perulangan (a).

Data 24

“Khalil melipat tangannya didepan dada”. (Lestari, 2018:52)

Gaya bahasa asonansi pada kutipan diatas ditandai dengan adanya perulangan bunyi vokal (a). pengarang memperlihatkan bunyi dengan perulangan (a).

c. Analisis Data Gaya Bahasa Anastrof dalam Novel Aroma Karsa karya Dewi Lestari

Anastrof adalah gaya retoris yang diperoleh dengan pembalikan susunan kata yang biasa dalam kalimat. Data tentang gaya bahasa anastrof dalamnovel Aroma Karsa karya Dewi Lestari dapat dilihat pada kutipan berikut.

Data 81

“Tidak perlu tegas jati. Perjanjian kita mengikat saya kerja

untuk Ibu, tidak mengikat saya untuk tinggal disini”(Lestari,

2018:341)

Pada data di atas, maka dapat dilihat bahwa gaya bahasa retoris yang terdapat yaitu gaya bahasa anastrof. Gaya bahasa anastrof pada kutipan di atas dapat dilihat pada kata perjanjian kita mengingkat saya kerja untuk Ibu, tidak

mengikat saya untuk tinggal disini, dari kata tersebut terlihat bahwa bahasa yang

disampaikan pembalikan susunan kata yang biasa dalam kalimat, dimana di dalam kata tersebut kalimat yang disampaikan sebenarnya yaitu kita memiliki perjanjian kerja, bukan perjanjian untuk tinggal di rumah ibu. Dalam gaya bahasa tersebut ingin disampaikan bahwa tokoh Jati memiliki perjanjian atau kesepakatan dengan ibu Bos ditempat kerjanya, dimana dalam perjanjian tersebut, adalah perjanjian sebatas pekerjaan saja, tidak perjanjian dimana Jati bersedia untuk tinggal dirumah ibu Bosnya. Maka dari itu data tersebut termasuk dalam jenis gaya bahasa anastrof.

d. Analisis Data Gaya Bahasa Asindeton dalam Novel Aroma Karsa karya Dewi Lestari

Asindeton adalah gaya bahasa yang berupa acuan, yang bersifat padat dan mampat di mana beberapa kata, frasa, atau klausa, yang sederajat tidak

dihubungkan dengan kata sambung. Data tentang gaya bahasa asidenton dalam novel Aroma Karsa karya Dewi Lestari dapat dilihat pada kutipan berikut ini.

Data 60

“Jati ingin mengatakan baik-baik saja, kepada Raras, tapi mulutnya belum sanggup mengucap”(Lestari, 2018:151)

Dari data di atas, maka dapat dilihat bahwa gaya bahasa retoris yang terdapat yaitu gaya bahasa asindeton. Gaya bahasa asidenton pada kutipan di atas dapat dilihat pada kata Jati ingin mengatakan baik-baik saja, dari kata tersebut terlihat bahwa bahasa yang disampaikan berupa acuan, dimana di dalam kata tersebut adanya sebuah acuan yang tidak dihubungkan dengan kata sambung, dimana kata tersebut menunjukan rasa kekhawatiran yang sedang dialami oleh Jati, tetapi dalam hal itu digunakannya kata sambung agar kata tersebut menjadi tidak terlihat terjadi apa-apa yang dialami oleh Jati, karena jati tidak meyampaikanya kepada Raras. Maka dari itu data tersebut termasuk dalam jenis gaya bahasa asindeton. Berikut ini juga dapat dilihat jenis gaya bahasa asindeton yaitu sebagai berikut.

Data 70

“Sesekali Arya melihat ke samping, air muka Suma tampak

datar”.(Lestari, 2018:184)

Dari data di atas, maka dapat dilihat bahwa gaya bahasa retoris yang terdapat yaitu gaya bahasa asindenton. Gaya bahasa asidenton pada kutipan di atas dapat dilihat pada kata tampak datar, dari kata tersebut terlihat bahwa bahasa yang disampaikan berupa acuan, dimana di dalam kata tersebut adanya sebuah acuan yang tidak dihubungkan dengan kata sambung, dimana kata tersebut menunjukan rasa kekhawatiran seseorang. Dalam kalimat tersebut yang ingin

disampaikan yaitu bahwa Suma tidak bergairah, karena ha itu terlihat dari raut wajah Suma yang tidak menunjukan apapun atau wajah Suma terlihat biasa saja, padahal Suma sedang merasa tertekan. Maka dari itu data tersebut termasuk dalam jenis gaya bahasa asindenton. Berikut ini juga dapat dilihat jenis gaya bahasa asidenton yaitu sebagai berikut

Data 73

“Bahkan ketika mengucapkan kalimat itu, Suma merasa

darahnya ikut mendidih”.(Lestari, 2018:226)

Dari data di atas, maka dapat dilihat bahwa gaya bahasa retoris yang terdapat yaitu gaya bahasa asindenton. Gaya bahasa asindenton pada kutipan di atas dapat dilihat pada katadarahnya ikut mendidih,dari kata tersebut terlihat bahwa bahasa yang disampaikan berupa acuan, dimana di dalam kata tersebut adanya sebuah acuan yang tidak dihubungkan dengan kata sambung, dimana kata tersebut menunjukan rasa kekhawatiran yang sedang dilami oleh Suma. Suma merasa kalau dia tidak suka mendengar berita yang sedang didengarnya. Dalam kalimat tersebut yang ingin disampaikan yaitu bahwa Suma tidak bergairah, karena hal itu terlihat dari raut wajah Suma yang tidak menunjukan apapun. Maka dari itu data tersebut termasuk dalam jenis gaya bahasa asindeton. Berikut ini juga dapat dilihat jenis gaya bahasa asindenton yaitu sebagai berikut.

Data 86

“Suma merasakan debur yang menggemuruh, tiap kali

lengannya menghangat dan menyejuk secara bergantian”.(Lestari, 2018:392)

Dari data di atas, maka dapat dilihat bahwa gaya bahasa retoris yang terdapat yaitu gaya bahasa asindeton. Gaya bahasa asidenton pada kutipan di atas dapat dilihat pada kata Suma merasakan debur yang menggemuruh, dari kata

tersebut terlihat bahwa bahasa yang disampaikan berupa acuan, dimana di dalam kata tersebut adanya sebuah acuan yang tidak dihubungkan dengan kata sambung, dimana kata tersebut menunjukan rasa kekhawatiran yang sedang dialami oleh Suma, rasa kekahawatiran itu disampaikan melalui perasaan yang tidak senang yang dialami oleh Suma. Maka dari itu data tersebut termasuk dalam jenis gaya bahasa asidenton. Berikut ini juga dapat dilihat jenis gaya bahasa asindeton yaitu sebagai berikut.

Data 93

“Di luar dugaanya, tubuhnya terasa ringan dan setiap lejitan menciptakan

tolakan membal seperti pegas.”(Lestari, 2018:531)

Dari data di atas, maka dapat dilihat bahwa gaya bahasa retoris yang terdapat yaitu gaya bahasa asindenton. Gaya bahasa asidenton pada kutipan di atas dapat dilihat pada kata menciptakan tolakan membal, dari kata tersebut terlihat bahwa bahasa yang disampaikan berupa acuan, dimana di dalam kata tersebut adanya sebuah acuan yang tidak dihubungkan dengan kata sambung, dimana kata tersebut menunjukan rasa kekhawatiran yang dialami oleh tokoh jati. Jati merasakan ada sesuatu yang luar biasa yang sedang dialami oleh Jati. Maka dari itu data tersebut termasuk dalam jenis gaya bahasa asindeton.

Data 107

“Keteguhan berangsur kembali ke batin Anung. Mulutnya berkomat kamit mengikuti, meski lelehan air mata tidak

berhenti mengalir di pipi”.(Lestari, 2018:609)

Dari data di atas, maka dapat dilihat bahwa gaya bahasa retoris yang terdapat yaitu gaya bahasa asindeton. Gaya bahasa asidenton pada kutipan di atas dapat dilihat pada katameski lelehan air mata tidak berhenti mengalir di pipi, dari kata tersebut terlihat bahwa bahasa yang disampaikan berupa acuan, dimana di

dalam kata tersebut adanya sebuah acuan yang tidak dihubungkan dengan kata sambung, dimana kata tersebut menunjukan kesedihan yang dialami oleh Anung, kesedihan yang dialami oleh Anung itu terlihat dari Air mata yang mengalir dipipinya. Maka dari itu data tersebut termasuk dalam jenis gaya bahasa asindeton.

e. Analisis Data Gaya Bahasa Polisindeton dalam Novel Aroma Karsa karya Dewi Lestari

Polisindeton adalah suatu gaya yang merupakan kebalikan dari asindeton. Beberapa kata, frasa, atau klausa yang berurutan dihubungkan satu sama lain dengan kata-kata sambung. Data tentang gaya bahasa Polisindetondalam novel

Aroma Karsa karya Dewi Lestari dapat dilihat pada kutipan berikut ini.

Data 4

“Sebagaimana tidak pernah ditemukan semangka berisi intan permata

dari dongeng Bawang Putih dan Bawang Merah”. (Lestari, 2018:3)

Berdasarkan data di atas, maka dapat dilihat bahwa gaya bahasa retoris yang terdapat yaitu gaya bahasa polisidenton. Gaya bahasa polisidenton pada kutipan di atas dapat dilihat pada kata sebagaimana, dari, dankata tersebut terlihat bahwa bahasa yang disampaikan terdapat beberapa frasa atau klausa yang berurutan dihubungkan satu sama lain dengan adanya penggunaan kata sambung. Kata sambung yang digunakan pada kata di atas adalah sebagaimana,dari, danmaka dari itu data tersebut merupakan contoh gaya bahasa polisindeton.

Data 108

“Mungkin itulah alasan kamu ditakdirkan kembali ke sini.

Kamu dan dia mampu melakukan apa yang tidak mungkin bagi kami” (Lestari, 2018:659)

Berdasarkan data di atas, maka dapat dilihat bahwa gaya bahasa retoris yang terdapat yaitu gaya bahasa polisindeton. Gaya bahasa polisindeton pada kutipan di atas dapat dilihat pada kata mungkin,dan. Dari kata tersebut terlihat bahwa bahasa yang disampaikan terdapat beberapa frasa atau klausa yang berurutan dihubungakan satu sama lain dengan adanya penggunaan kata sambung. Kata sambung yang digunakan pada kata di atas adalah mungkin, dan. Maka dari itu data tersebut merupakan contoh gaya bahasa polisindeton.

Data 108

“Dan, orang yang menangkap mereka membawa kekuatan

yang sanggup menyetir kondisi dan situasi apapun agar berpihak kepada satu kehendak (Lestari, 2018:613)

Berdasarkan data di atas, maka dapat dilihat bahwa gaya bahasa retoris yang terdapat yaitu gaya bahasa polisindeton. Gaya bahasa polisindeton pada kutipan di atas dapat dilihat pada kata dan. Dari kata tersebut terlihat bahwa bahasa yang disampaikan terdapat beberapa frasa atau klausa yang berurutan dihubungakan satu sama lain dengan adanya penggunaan kata sambung. Kata sambung yang digunakan pada kata di atas adalah dan. Maka dari itu data tersebut merupakan contoh gaya bahasa polisindeton.

Data 108

“Bapak dan, ibu mengikat anak-anak dan orangtua mereka

Berdasarkan data di atas, maka dapat dilihat bahwa gaya bahasa retoris yang terdapat yaitu gaya bahasa polisindeton. Gaya bahasa polisindeton pada kutipan di atas dapat dilihat pada kata dan. Dari kata tersebut terlihat bahwa bahasa yang disampaikan terdapat beberapa frasa atau klausa yang berurutan dihubungakan satu sama lain dengan adanya penggunaan kata sambung. Kata sambung yang digunakan pada kata di atas adalah dan. Maka dari itu data tersebut merupakan contoh gaya bahasa polisindeton

Data 108

“Tanpa suara Jati dan basa basi permisi tapi tetap dilakukan

dengan awas dan penuh pertimbangan”(Lestari, 2018:393)

Berdasarkan data di atas, maka dapat dilihat bahwa gaya bahasa retoris yang terdapat yaitu gaya bahasa polisindeton. Gaya bahasa polisindeton pada kutipan di atas dapat dilihat pada kata dan. Dari kata tersebut terlihat bahwa bahasa yang disampaikan terdapat beberapa frasa atau klausa yang berurutan dihubungakan satu sama lain dengan adanya penggunaan kata sambung. Kata sambung yang digunakan pada kata di atas adalah dan. Maka dari itu data tersebut merupakan contoh gaya bahasa polisindeton

Dokumen terkait