• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK Pebi Mutia (NPM: ), Gaya Bahasa dalam Novel Aroma Karsa Karya Dewi Lestari, Skripsi, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK Pebi Mutia (NPM: ), Gaya Bahasa dalam Novel Aroma Karsa Karya Dewi Lestari, Skripsi, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

i

Penelitian ini dilatar belakangi dengan adanya beberapa jenis gaya bahasa persamaan/simile didalam Novel Aroma Karsa karya Dewi Lestari, karena ada percampuran cerita pada zaman majapahit Jawa kuno dan zaman modern yang masih dipercayai untuk dicari yaitu bunga Puspa Karsa yang bisa mengendalikan kehendak dan memberi kehendak kepada siapa yang bisa memilikinya. Penelitian ini difokuskan kepada gaya bahasa retoris dan kiasan dalam novel Aroma Karsa

karya Dewi Lestari. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan gaya bahasa dalam novel Aroma Karsa karya Dewi Lestari.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Data pada penelitian ini berupa kata-kata, kalimat dan dialog yang berhubungan dengan gaya bahasa dalam novel Aroma Karsa Dewi Lestari. Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Aroma Karsakarya Dewi Lestari yang terbit pada tahun 2018 oleh badan penerbit Bentang Pustaka dengan jumlah halaman 702.

Dari hasil penelitian gaya bahasa dalam novel Aroma Karsa, terdapat beberapa jenis gaya bahasa yaitu gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan. Jenis gaya bahasa retoris yaitu : aliterasi, asonansi, anastrof, asidenton, polisidention, elipsis, eufemismus, pleonasme, silepsis, koreksio, jenis gaya bahasa kiasan yaitu: persamaan/simile, metafora, personifikasi, alusi, epitet , metonimia, ironi, satire. Gaya bahasa yang paling dominan dipakai dalam novel

Aroma Karsa adalah gaya bahasa persamaan/simile. Tujuan pemakaian gaya bahasa dalam novel Aroma Karsa adalah agar pembaca mengetahui dan memahami gaya bahasa yang terdapat dalam novel tersebut

(6)

ii

skripsi yang berjudul “. Skripsi Gaya Bahasa dalam Novel Aroma Karsa karya Dewi Lestari”.Skripsi ini disusun sebagai syarat dalam memperoleh gelar sarjana pendidikan di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat.

Kerja keras serta berusaha memperbaiki kesalahan telah penulis lakukan demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan, bimbingan, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak berikut ini. 1. Ketua Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI

Sumatera Barat Ibu Dr. Zusmelia, M.Si, Wakil Ketua 1 Bidang Akademik STKIP PGRI Sumatera Barat Ibu Sri Imelwaty, M.Pd.,Ph.D., Wakil Ketua II Bidang Administarsi Umum dan Keuangan STKIP PGRI Sumatera Barat Ibu Liza Husnita M. Pd., Wakil Ketua Bidang Kemahasiswaan Bapak Jarudin, MA., Ph.D., yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk dapat menuntut ilmu di STKIP PGRI Sumatera Barat.

2. Emil Septia, S.S.,M.Pd sebagai pembimbing I, sekaligus sebagai validator yang telah membimbing dan memberi arahan serta pengetahuan demi kesempurnaan skripsi ini dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.

(7)

iii

4. Dra. IndrianiNisja, M.Pd sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

5. Samsiarni, S.S., M.Hum sebagai sekretaris Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

6. Emil Septia, S.S.,M.Pd sebagai Penasihat Akademik (PA) yang telah memberikan nasihat dan arahan dari awal semester selama menempuh pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa danSastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat.

7. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu pendidikan.

8. Untuk mama terima kasih terima kasih telah melahirkan ke dunia ini, menjadi salah satu anak gadismu. Bahkan dengan menyelesaikan tanggung jawabku ini belum bisa memberikan kebanggaan apapun untukmu, tapi selama aku masih bisa bernafas aku akan selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk mama. 9. Untuk ayah, kakakku dan keluarga terima kasih pengorbanan, kerja keras serta

do’a yang selalu dicurahkan kepada penulis sebagai dorongan semangat dan motivasi untuk menyelesaikan pendidikan .

Penulis menyadari bahwa skripsi penelitian ini masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang

(8)

iv

skripsi penelitian ini dan apabila terdapat kesalahan dan kekurangan, penulis mohon maaf. Penulis berharap semoga skripsi penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Padang, September 2019

(9)

v

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Batasan Istilah ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 8

a. Hakikat Novel ... 8

b. Pengertian Novel ... 8

c. Unsur-Unsur Pembangun Novel ... 9

a. Hakikat Gaya Bahasa ... 14

b. Pengertian Gaya Bahasa ... 14

c. Jenis Gaya Bahasa ... 15

B. Penelitian yang Relevan ... 27

C. Kerangka Konseptual ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 31

B. Metode Penelitian... 31

C. Data dan Sumber Data ... 31

(10)

vi BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Temuan Penelitian ... 36 B. Analisis Data ... 41 C. Pembahasan...100 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...105 B. Saran ...105 DAFTAR PUSTAKA...107 A. Sinopsis Novel...110 LAMPIRAN I...109 LAMPIRAN II...110 LAMPIRAN III...113

(11)

1

Bahasa digunakan oleh manusia sebagai alat komunikasi antara yang satu dengan yang lainnya. Dengan begitu, manusia dapat berinteraksi mengunakan bahasa dalam menyampaikan ide dan gagasannya dalam berkomunikasi. Selain itu bahasa juga digunakan oleh manusia dalam karya sastra sebagai alat mengekspresikan diri lewat tulisan kreatif hasil pemikirannya. Tulisan pengarang yang kreatif terletak pada unsur-unsur bahasa dalam membangun tulisannya. Pengarang karya sastra memanfaatkan kekayaan bahasa dalam penulisan karya sastra untuk menimbulkan efek gaya bahasa kepada si pembaca. Semakin banyak gaya bahasa yang digunakan oleh pengarang maka semakin bernilai tulisan yang dihasilkan.

Gaya bahasa merupakan ciri khas dari pribadi pengarang. Pengarang menggunakan gaya bahasa dalam membangun tulisannya untuk mencapai maksud dari tulisannya. Sehingga apa yang ingin disampaikan oleh pengarang dapat dimengerti oleh pembaca. Gaya bahasa digunakan oleh pengarang untuk memperindah tulisan yang dihasilkannya. Selain itu gaya bahasa yang digunakan oleh pengarang juga dimaksudkan untuk menyentuh perasaan pembaca. Sehingga pembaca dapat merasakan hasil tulisan pengarang. Gaya bahasa juga dapat sebagai pembeda pengarang yang satu dengan yang lainnya.

Gaya bahasa berguna untuk menimbulkan keindahan dalam karya sastra atau dalam berbicara. Hal senada diungkapkan oleh Emy Susilowati (2016) gaya

(12)

bahasa adalah penggunaan bahasa indah yang digunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta membandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum. Setiap orang atau pengarang memiliki cara tersendiri dalam memilih dan menggunakan gaya bahasa. Keraf (2009:133) mengungkapkan bahwa gaya bahasa dapat diketahui sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlibatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakaian bahasa).

Gaya bahasa juga berkaitan dengan situasi dan suasana hati pengarang. Halinitercermin dalamcara pengarang menyusun danmemilih kata-kata,dalam memilih tema,memandangtemaataumeninjaupersoalan,simpulannyagaya bahasa mencerminkan pribadi pengarangnya. Ada pengarang yang membawakan cerita-ceritanya secara lembut,ada yang pemberontak, . Gaya seorang pengarang baru tampak kalau ia telah menulis banyak karya.

Penggunaan gaya bahasa selalu ada dalam karya sastra yang dihasilkan oleh seorang pengarang termasuk novel. Novel adalah jenis karya sastra yang banyak digemari oleh pembaca.Novel merupakan satu di antara jenis karya sastra yang banyak ditulis oleh pengarang Indonesia. Novel merupakan karya fiksi yang dibangun oleh unsur-unsur pembangun, yakni unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Novel juga diartikan sebagai suatu karangan berbentuk prosa yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang lain di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat pelaku.

Salah satu penulis yang banyak menghasilkan karya sastra adalah Dewi Lestari.Dengan judul novel terbarunya adalah Aroma Karsa. Novel Aroma

(13)

Karsamerupakan salah satu karya Dewi Lestari yaitu sebuah novel yang bercerita tentang sebuah misi dari keluarga Prayagung yang termotivasi untuk melakukan ekspedisi “mustahil” dalam pencarian sebuah jejak yang sengaja dihapuskan. Berbekal Prasasti dan beberapa tulisan yang ada pada daun lontar yang diambil secara diam-diam dari Keraton. Dari deskripsi tersebut permasalahan dalam novel ini terjadi. Keluarga Prayagung terobsesi untuk mencari sumber aroma tersebut. Penciuman menjadi tema khusus pada novel ini. Berlatarkan cerita di Jawa, menyambungkan antara Yogyakarta dengan beberapa tempat lainnya seperti Karangayar, Bekasi, bahkan sempat mendeskripsikan salah satu kota di Prancis. Kota yang berhubungan erat dengan parfum.

Dewi Lestari mengemas novel Aroma Karsa dengan bahasa yang sederhana, imajinatif secara menarik, bahasa yang mampu menciptakan daya khayal pembaca terhadap karya sastra yang dihasilkan. Dewi menyajikan permasalahan dan melukiskan kehidupan nyata yang terjadi dalam hidup tokohnya secara detail. Melalui novel Aroma Karsa menyatakan perasaan cinta, benci, obsesi. Membaca novel Aroma Karsa membuat pembaca seolah-olah melihat potret nyata kehidupan yang dialami oleh masing-masing tokoh.

Salah satu bentuk gaya bahasa yang terdapat dalam novel ini adalah gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna, salah satu gaya bahasa yang terdapat yaitu epitet. Dalam novel ini terdapat gaya bahasa epitet, dimana gaya bahasa yang disampaikan menggunakan ungkapan gaya bahasa yang mendeskripsikan sifat atau karakteristik dari sesuatu hal yang ingin disampaikan. Gaya bahasa yang digunakan pengarang ditulis dengan baik sehingga novel ini

(14)

menarik untuk dibaca. Novel ini unik karena menggunakan kata-kata puitis yang ringan dan dapat mudah dipahami oleh pembaca.

Secara umum novel Aroma Karsa karya Dewi Lestari menarik. Hal ini dapat dilihat darikisah yang diceritakan, kisah cemerlang dari sebuah karya sastra yang mudah dipahami sesuai dengan gaya penulisan atau gaya bahasa dalam novel Aroma Karsa karya, sehingga suasana menjadi hidup, gambaran angan menjadi jelas. Adanya keindahan dalam gambaran kisah tersebut,banyak pelajaran yang bisa diambil dari cerita Aroma Karsa yang bisa diimplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari, beragam gaya bahasa digunakan dalam penyampaian pesan.

Pemilihan novel Aroma Karsa karya Dewi Lestari sebagai sumber data penelitian berdasarkan beberapa alasan. Pertama,setelah melakukan pembacaan sementara novel Aroma Karsa kaya akan gaya bahasa. Kedua,banyak pelajaran yang bisa diambil dari ceritaAroma Karsayang bisa diimplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari.Ketiga,Novel Aroma Karsa menambah pengetahuan dan pengalaman batin pembaca, sehingga amanat yang tersirat itu bisa dijadikan pelajaran untuk kehidupan pembaca dan beragam gaya bahasa digunakan dalam penyampaian pesan. Hal itulah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti gaya bahasa dalam novel Aroma Karsa karya Dewi Lestari.

Berdasarkan dari latar belakang masalah di atas, bahwa penggunaan gaya bahasa dalam karya satra dapat dilihat lebih dalam, karena melalui gaya bahasa seorang dapat menyampaikan karyanya kepada pembaca dengan pemakaian bahasa-bahasa yang menarik dan dapat diambil maknanya oleh pembaca. Oleh

(15)

karena itu pada kali ini penulis tertarik melakukan penelitian tentang gaya bahasa dalam novelAroma Karsa karya Dewi Lestari.Adapunjudul dalampenelitianiniadalah"GayaBahasadalam NovelAroma Karsa karya Dewi Lestari”.

B. Fokus Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, penelitian ini difokuskan pada gaya bahasa dalam novel Aroma Karsa karyaDewi Lestari.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu“Bagaimanakah gaya bahasa yang terdapat dalam novel Aroma Karsa karya Dewi Lestari”?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan gaya bahasa yang terdapat dalam novel Aroma Karsa karya Dewi Lestari.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi semua pihak sebagai berikut. (1) Adapun manfaat-manfaat yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis penelitian ini adalah untuk memperkaya pengetahuan dalam penelitian kesusastraan, terutama mengenai gaya bahasa.

(16)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pembaca, untuk menambah pengetahuan tentang gaya bahasa. b. Bagi peneliti lainnya, penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan

penelitian sejenis

c. Bagi guru bidang studi bahasa indonesia dapat dijadikan pedoman dalam menerapkan dan mengembangkan serta menambah wawasan guru tentang pembelajaran kesusastraan indonesia khususnya mengenai gaya bahasa.

d. Bagi penulis sendiri, dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang gaya bahasa perbandingan dalam novel Aroma Karsa karya Dewi Lestari.

F. Batasan Istilah

Batasan istilah penelitian ini meliputi:

1. Gaya bahasa dapat diketahui sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlibatkan jiwa dan kepribadian penulis pemakaian bahasa.

2. Novel adalah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif dan bersifat imajinatif, biasanya dalam bentuk cerita.Novel sebagai sebuah karya sastra menawarkan sebuah dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan dunia imajiner, yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsiknya seperti plot, tokoh, latar dan lain-lain yang semuanya bersifat imajiner.

(17)

3. Aroma Karsa adalah sebuah judul novel karya Dewi Lestari yang diterbitkan oleh penerbit Bentang (PT Bentang Pustaka) cetakan pertama pada bulan Maret tahun 2018, dengan tebal 710 halaman.

(18)

8

Dalam kajian pustaka, khususnya novel diperlukan suatu metode atau teori dalam upaya memberikan jawaban terhadap permasalahan yang akan diteliti. (1) hakikat novel, (2) hakikat gaya bahasa.

1. Hakikat Novel

Teori yang digunakan pada bagian ini adalah (a) pengertian novel, (b) unsur-unsur pembangun novel. Teori tersebut dikutip berdasarkan pendapat para ahli yang relevan, berikut ini akan dijelaskan teori tersebut satu per satu.

a. Pengertian Novel

Menurut Wicaksono (2017:68), novel adalah gambaran perpecahan yang tidak terjembatani dengan suatu komunitas yang merupakan kisah-kisah berkecamuknya pikiran-pikiran. Pandangan orang-orang yang jujur sehingga novel dapat disebut karya sastra yang baik bukanlah tulisan/karya yang kaya dengan tindakan jasmani yang menakjubkan, akan tetapi karena terlibatnya sekian banyak pikiran yang sebenarnya tanpa tambahan apa-apa kehidupan ini akan menarik selama dapat dikemukakan orang-orang yang jujur dan bernilai dan terus terang setiap karya sastra yang baik pada hakikatnya adalah kisah berkecamuknya pikiran dan pandangan orang-orang yang tidak malu-malu mengakui sikap mereka sebenarnya.

Berdasarkan pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa novel adalah gambaran perpecahan yang tidak terjembatani dengan suatu komunitas yang

(19)

merupakan kisah-kisah berkecamuknya pikiran-pikiran, kehidupan dan perilaku yang nyata dari zaman pada saat novel itu ditulis, karena memiliki sifat realistis novel berkembang dari bentuk-bentuk naratif nonfiksi, surat, jurnal, memoir, biografi, kronik atau sejarah.

b. Unsur-Unsur Pembangun Novel

Teori yang akan diuraikan pada bagian ini adalah (a) unsur intrinsik dan (b) unsur ekstrinsik. Teori tersebut dikutip berdasarkan pendapat ahli yang akan dijelaskan di bawah ini:

1) Unsur Intrinsik

Menurut Nurgiyantoro (1995: 23), unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya itu sendiri yang menyebabkan karya sastra itu hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Dalam penelitian tidak semua unsur intrinsik yang digunakan unsur intrinsik berfungsi sebagai pendukung dalam kajian gaya bahasa dalam novel. Adapun unsur intrinsik yang terdapat dalam novel diantaranya yaitu tema, alur, penokohan, gaya bahasa, amanat dan sudut pandang. Selanjutnya akan di jelaskan seperti berikut ini.

a) Alur atau Plot

Wicaksono (2017:126) menyatakan bahwa alur merupakan salah satu unsur fiksi yang penting, bahkan bisa jadi orang menganggapnya sebagai unsur fiksi yang paling penting dibandingkan unsur fiksi yang lain. Alur yang mendasari kisah, kehadiran alur dapat membuat cerita berkesinambungan. Oleh sebab itu, antara peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain dalam alur harus saling

(20)

berhubungan. Dengan kata lain alur harus memiliki keterpaduan sehingga apabila salah satu peristiwa dihilangkan dengan sengaja maka keseluruhan cerita akan rusak, untuk menyebut plot menggunakan istilah alur dalam cerita.

Berdasarkan pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa alur atau plot adalah rangkaian suatu peristiwa berdasarkan urutan waktu kejadian, yang menghubungkan urutan kejadian peristiwa dalam cerita serta sebagai sebuah interaksi fungsional yangs sekaligus menandai urutan bagian-bagian dalam keseluruhan fiksi.

b)Tokoh dan Penokohan

Menurut Wicaksono (2017:171) mengemukakan bahwa tokoh dapat di definisikan sebagai pelaku cerita atau “ karakterisasi” seluruh kesatuan antara tokoh dan karakterisasinya karena tidak jarang menyebutkan nama karakter tertentu secara langsung kita untuk memahami karakterisasinya. Penggunaan istilah karakter menyaran pada dua hal yang berbeda yaitu, sebagai tokoh cerita yang disajikan dan sebagai perilaku, daya tarik, emosi, dan moral yang dimiliki oleh tokoh. Tokoh dalam novel biasanya muncul sepenuhnya, misalnya korelasi karakteristik fisik, kondisi sosial, perilaku karakteristik dan kebiasaan dan hubungan antara karakter baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, ia akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan konkret tentang situasi karakter-karakter dalam cerita. Itulah cara karakter dalam novel dapat memberikan kesan lebih.

Berdasarkan pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa tokoh di definisikan sebagai pelaku cerita atau “karakterisasi” seluruh kesatuan antara tokoh dan

(21)

karakterisasinya karena tidak jarang menyebutkan nama karakter tertentu secara langsung kita untuk memahami karakterisasinya tokoh atau perwatakan merupakan orang-orang yang dihadirkan pengarang di dalam cerita yang dibuatnya gambaran dari sikap, tingkah laku dan juga keyakinan dari tokoh yang digambarkan oleh pengarang di dalam karya sastra. Sedangkan penokohan adalah karakter atau sifat yang diperankan oleh tokoh tersebut.

c) Latar (Setting)

Menurut Wicaksono (2017:211) mengatakan bahwa latar cerita kita mengartikannya “waktu dan tempat”. Kedua kata tersebut mungkin mengingatkan pada logam yang menampung berlian pada sebuah cincin atau sett yang digunakan dalam drama barangkali sebuah kursi kosong di selembar kanvas lukis. Hal ini dapat mendorong tindakan tokoh membawa mereka ke perwujudan atau menyebabkan mereka untuk mengungkapkan gejolak batin tokoh.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa latar adalah tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan, tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya sastra.Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat disuatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.

d)Sudut Pandang

Wicaksono (2017:241) menyatakan bahwa sudut pandang dikatakan sebagai dasar berpijak pembaca untuk melihat peristiwa-peristiwa dalam cerita.

(22)

Pengarang sengaja memilih sudut pandang secara berhati-hati agar dapat memiliki berbagai posisi dan berbagai hubungan dengan setiap peristiwa baik di dalam dan di luar tokoh Maupun keterlibatan atau secara tidak emosional.

Berdasarkan pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa sudut pandang merupakan strategi atau teknik pengarang untuk mengemukakan posisi di dalam karyanya, buat permbaca dapat informasi fiksi.Pengarang sengaja memilih sudut pandang secara berhati-hati agar dapat memiliki berbagai posisi dan berbagai hubungan dengan setiap peristiwa baik di dalam dan di luar tokoh Maupun keterlibatan atau secara tidak emosional.

e) Gaya Bahasa

Untuk unsur intrinsik yang satu ini berfungsi untuk menguraikan cerita dalam suatu karangan oleh pengarang. Menurut Nurgiyantoro (1995: 277), menyatakan bahwa gaya bahasa pada hakikatnya merupakan teknik, teknik pemilihan ungkapan kebahasaan yang dirasa dapat mewakili sesuatu yang akan diungkapkan. Penggunaan bahasa harus relevan dan menunjang permasalahan-permasalahan yang hendak dikemukakan, harus serasi dengan teknik-teknik yang digunakan, dan harus tepat merumuskan alur, penokohan, latar, tema, dan amanat.

Berdasarkan pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa merupakan teknik, teknik pemilihan ungkapan kebahasaan yang dirasa dapat mewakili sesuatu yang akan diungkapkan. Dengan demikian gaya bahasa merupakan ungkapan bahasa yang digunakan oleh pengarang untuk memberikan sebuah nilai di dalam cerita yang dibuatnya.

(23)

f) Tema dan Amanat

Wicaksono (2017:94) menyatakan bahwa tema merupakan sebuah karya sastra yang selalu berkaitan dengan makna (pengalaman) kehidupan. Melalui karyanya itulah pengarang menawarkan makna kehidupan mengajak pembaca untuk melihat, merasakan dan menghayati makna (pengalaman) kehidupan tersebut dengan cara memandang permasalahan.

Berdasarkan pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita yang selalu berkaitan dengan berbagai pengalaman kehidupan,inti permasalahan yang hendak dikemukakan pengarang dalam karyanya, Melalui karyanya itulah pengarang menawarkan makna kehidupan mengajak pembaca untuk melihat, merasakan dan menghayati makna (pengalaman) kehidupan tersebut dengan cara memandang permasalahan

2) Unsur Ekstrinsik

Nurgiyantoro(2010:23), menjelaskan bahwa unsur ekstrinsik (extrinsic) adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu sendiri, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisasi karya sastra. Secara lebih khususnya ia dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi bangunan cerita sebuah karya sastra, walaupun tidak menjadi bagian dalamnya. Unsur ekstrinsik cukup berpengaruh terhadap totalitas bangunan cerita yang dihasilkan. Oleh karena itu, unsur ekstrinsik sebuah novel haruslah tetap di pandang sebagai suatu yang penting.

(24)

Berdasarkan pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa unsur ekstrinsik merupakan unsur-unsur yang berbeda di luar karya sastra itu sendiri. Tetapi secara tidak langsung mempengaruhi sistem organisasi karya sastra. Secara lebih khusus dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi cerita dalam sebuah karya sastra. Unsur ekstrinsik cukup berpengaruh (cukup menentukan) terhadap totalitas cerita yang dihasilkan.

2. Hakikat Gaya Bahasa

Teori yang digunakan pada hakikat gaya bahasa ini adalah (a) pengertian gaya bahasa (b) jenis gaya bahasa. Teori tersebut dikutip berdasarkan pendapat para ahli yang relevan. Berikut ini akan dijelaskan teori tersebut satu persatu.

a. Pengertian Gaya Bahasa

Menurut Keraf (2009:199)Gaya bahasa adalah dapat diketahui sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlibatkan jiwa dan kepribadian penulis pemakaian bahasa. Menurut Tarigan (2009:4), gayabahasa adalah bahasa indah yang digunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta membandingkan sesuatu benda atau hal lain yang lebih umum.

Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa merupakan bahasa yang digunakan pengarang dalam menulis karangan sehingga hasil karyanya hidup, indah, dan menarik untuk dibaca. Sebuah karya sastra yang ditulis pengarang dengan menggunakan bahasanya dapat membuat karyanya menjadi tidak membosankan dan memiliki nilai tersendiri bagi pembaca.

(25)

b. Jenis Gaya Bahasa

Keraf (2009:117-145), menyatakan bahwa gaya bahasa dilihat dari sudut bahasa dan unsur-unsur bahasa yang digunakan terdiri dari (1) gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna. Hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. Dalam penelitian ini jenis teori gaya bahasa yang digunakan adalah teori menurut Gorys Keraf (2009:117-145).

1)Gaya Bahasa Berdasarkan Langsung Tidaknya Makna

Dalam Suatu penyimpangan bahasa secara evaluatif atau secara emotif dari bahasa biasa dalam (1) ejaan, (2) pembentukan kata, (3) kontruksi (kalimat, klausa, frasa), atau (4) aplikasi sebuah istilah untuk memperoleh kejelasan, penekanan, hiasan, humor, atau sesuatu efek yang lain. Gaya bahasa yang berarti, pembalikan atau penyimpangan, trope atau figure of speech ini mempunyai dua gaya yaitu: gaya bahasa retoris, dan gaya bahasa kiasan. Selanjutnya akan diperjelas satu persatu.

a)Gaya Bahasa Retoris

Gaya bahasa yang semata-mata merupakan penyimpangan dari kontruksi biasa untuk mencapai efek tertentu. Bentuk gaya bahasa berdasarkan langsung tidak nya makna, retoris dalam keraf terdapat macam gaya bahasa yaitu: aliterasi, asonansi, anastrof, apofasis atau preterisio, apostrof, asindenton, polisindenton, kiasmus, ellipsis, eufemismus, litotes, histeron proteron, pleonasme atau taulologi, perifrasis, prolepsis atau antisipasi, erotis atau pertanyaan retoris, silepsis atau zeugma, koreksio atau

(26)

epanortosis, hipebola, paradoks, dan oksimoron. Selanjutnya akan diperjelas satu persatu.

(1)Aliterasi

Aliterasi adalah gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan yang sama, yang digunakan dalam puisi, dan dalam prosa, untuk perhiasan atau penekanan.

Contoh: Takut titik lalu tumpah.

Keras-keras kerakkena air lembut juga. (2)Asonansi

Asonansi adalah gaya bahasa yang berwujud perulangan bunyi vokal yang sama, yang digunakan dalam puisi, dan prosa, untuk memperoleh efek penekanan atau sekedar keindahan.

Contoh: Ini muka penuh luka siapa punya Kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu (3)Anastrof

Anastrof adalah gaya retoris yang diperoleh dengan pembalikan susunan kata yang biasa dalam kalimat.

Contoh:

Pergilah ia meninggalkan kami, keheranan kami melihat perangainya. Bersorak-sorak orang di tepijalan memukul bermacam-macam bunyi-bunyian melalui gerbang dihiasi bunga dan panji berkibar.

(27)

(4)Apofasis atau preterisio

Apofasis atau preterisio adalah gaya bahasa penulis atau pengarang menegaskan sesuatu, yang tampaknya menyangkal, dengan berpura-pura membiarkan sesuatu berlalu, tetapi sebenarnya menekankan atau menyembunyikan sesuatu tetapi sebenarnya memamerkannya.

(5)Apostrof

Apostrof adalah gaya bahasa yang berbentuk pengalihan atau amanat dari para hadirin kepada sesuatu yang tidak hadir, yang biasa dipergunakan oleh orator klasik.

(6)Asindenton

Asidenton adalah gaya bahasa yang berupa acuan, yang bersifat padat dan mampat di mana beberapa kata, frasa, atau klausa, yang sederajat tidak dihubungkan dengan kata sambung, yang bentuk-bentuknya dipisah dengan koma.

(7)Polisidention

Polisidenton adalah gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari asindenton. Beberapa kata, frasa atau klausa yang berurutan dihubungkan satu sama lain dengan kata-kata sambung.

Contoh:

Dan kemanakah barang-barang yang gelisah dan tak berumah dan tak menyerah pada geklap dan dingin yang bakal merontokkan bulu-bulunya ?

(28)

(8)Kiasmus

Kiasmus adalah gaya bahasa yang terdiri dari frasa dan klausa, yang sifatnya berimbang, dan dipertentangkan satu sama lain, tetapi susunan frasa atau klausanya itu terbalik bila dinangingkan dengan frasa atau klausa. Contoh:

Semua kesabaran kami sudah hilang, lenyap sudah ketekunan kami untuk melanjutkan usaha itu.

(9)Elipsis

Elipsis adalah gaya yang berwujud menghilangkan suatu unsur kalimat yang dengan mudah dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembaca atau pendengar, sehingga struktur gramatikal atau kalimatnya memenuhi pola yang berlaku.

Contoh:

masihkah kau tidak percaya bahwa dari segi fisik engkau tak apa-apa badanmu sehat, tetapi psikis.

(10)Eufemismus

Eufemismus adalah gaya bahasa yang acuannya berupa ungkapan-ungkapan yang tidak menyinggung persaan orang, atau ungkapan-ungkapan-ungkapan-ungkapan yang halus untuk menggantikan acuan-acuan yang dirasakn menghina, mentinggung perasaan atau mensugesti sesuatu yang tidak menyenangkan. (11)Litotes

Litotes adalah gaya bahasa yang dipakai untuk menyatakan sesuatu dengan tujuan merendahkan diri, dari hal yang dinyatakan kurang dari

(29)

keadaan yang sebenarnya, atau suatu pikiran dinyatakan dengan menyangkal lawan katanya.

Contoh:

Saya tidak akan merasa bahagia bila mendapat warisan satu milar rupiah

(12)Histeron Proteron

Histeron adalah gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari sesuatu yang logis atau kebalikan dari sesuatu yang wajar, misalnya menempatkan sesuatu yang terjadi dikemudian pada awal peristiwa.

Contoh:

Jendela ini telah memberi sebuah kamar padamu untuk dapat berteduh dengan tenang.

(13)Pleonasme dan Tautologi

Pleonasme adalah acuan yang mempergunakan kata-kata lebih banyak dari pada yang diperlukan untuk menyatakan satu pikiran atau satu gagasan, suatu acuan disebut pleonasme yang apabila kata yang berlebihan itu dihilanhgkan artinya tetap utuh. Tautologi juga disebut acuan yang mengandung perulangan dari sebuah kata lain.

Contoh:

Saya telah mendengar hal itu dengan telinga saya sendiri, saya telah melihat kejadian itu dengan mata kepala saya sendiri.

(30)

(14)Perifrasis

Perifrasis adalah gaya bahasa yang mirip dengan pleonasme, yang mempergunakan kata lebih banyak dari yang diperlukan. Perbedaannya terletak dalam kata-kata yang berlebihan itu diganti dengan satu kata saja. Contoh:

ia telah beristirahat dengan damai (mati atau meninggal). (15)Prolepsis atau Antisipasi

Prolepsis atau antisipasi adalah gaya bahasa yang mempergunakan lebih dahulu kata-kata atau sebuah kata sebelum peristiwa atau gagasan yang sebenarnya terjadi, yang mendeskripsikan sebuah peristiwa.

Contoh:

Pada pagi yang naas itu, ia mengendarai sebuah sedan biru. (16)Erotis atau Pertanyaan Retoris.

Erotis atau pertanyaan retoris adalah gaya bahasa yang dipergunakan dalam berpidato atau tulisan dengan tujuan untuk mencapai efek yang lebih mendalam sehingga memiliki penekanan yang wajar, dan tidak menghendaki adanya suatu jawaban.

Contoh:

Rakyatkah yang harus menanggung akibat semua korupsi dan manipulasi negara ini ?

(17)Silepsis atau Zeugma

Silepsis atau zeugma adalah gaya bahasa yang mempergunakan dua kontruksi atau rapatan dengan menghubungkan sebuah kata dengan kata lain

(31)

sebenarnya yang mempunyai hubungan dengan salah satu kata pertama, dibenarkan secara gramatikal tetapi secara semantik tidak dibenarkan. Contoh:

ia sudah kehilangan topi dan semangatnya. (18)Koreksio atau Epanortosis

Koreksio atau epanortosis adalah gaya bahasa yang berwujud, mula-mula menegaskan sesuatu, tetapi kemudian memperbaikinya.

Contoh:

Sudah empat kali saya mengunjungi daerah itu, ah bukan, sudah lima kali.

(19)Hiperbola

Hiperbola adalah gaya bahasa yang mengandung suatu peryataan yang berlebihan, dengan membesar-besarkan sesuatu hal.

Contoh:

Kemarahanku sudah menjadi-jadi hingga hampir-hampir meledak dan mati. Kata hiperbola berasal dari kata bahasa Yunani yang berarti pemborosan; berlebih-lebihan‟ dan diturunkan dari hyper „melebihi‟ ballien „melemparkan‟.

Hiperbola adalah sejenis gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebih-lebihan jumlahnya, ukurannya atau sifatnya dengan maksud memberi penekanan pada suatu pernyataan atau situasi untuk memperdebat, meningkatkankesan dan pengaruhnya. Gaya bahasa ini melibatkan kata-kata, frase, atau kalimat (Tarigan, 2009: 55).

(32)

(20)Paradoks

Paradoks adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada bertujuan untuk menarik perhatian karena kebenarannya.

Contoh:

Musuh sering merupakan kawan yang akrab.. (21)Oksimoron

Oksimoron adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan dengan mempergunakan kata-kata yang berlawanan dalam frasa yang sama, dan sifatnya lebih padat dan tajam dari paradoks.

Contoh:

untuk menjadi manis seseorang harus menjadi kasar. b). Gaya Bahasa Kiasan

Adalah gaya bahasa yang dibentuk berdasarkan perbandingan atau persamaan, yang menemukan ciri-ciri yang menunjukkan kesamaan antara dua hal tersebut. Maka berdasarkan gaya bahasa kiasan dapat diperoleh gaya sebagai berikut ini.

(1)Persamaan atau Simile

Persamaan atau simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit menyatakan sesuatu yang sama dengan hal yang lain, yang menunjukkan kesamaan yaitu, seperti, sama, sebagai, bagaikan, laksana.

Contoh:

(33)

(2)Metafora

Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung tetapi dalam bentuk yang singkat.

Contoh:

orang itu seperti buaya darat. (3)Alegori, parabel, dan Fabel

Alegori Adalah suatu cerita singkat yang mengandung kiasan. Makna kiasan ini harus ditarik dari bawah permukaan ceritanya. Dalam alegori, nama-nama pelakunya adalah sifat-sifat yang abstrak, serta tujuannya selalu jelas tersurat.Fabel adalah memanfaatkan bentuk-bentuk fabel, yang merupakan metafora-metafora, guna menyampaikan cerita singkat yang membangkitkan sesuatu tentang ajaran moral.

(4)Personifikasi atau Prosopopoeia

Personifikasi atau Prosopopoeia adalah gaya bahsa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memilki sifat-sifat kemanusiaan.

Contoh:

angin yang meraung di tengah malam yang gelap itu menambah lagi ketakutan kami.

(34)

(5)Alusi

Alusi adalah suatu referensi yang eksplisit atau implisit terhadap peristiwa, tokoh-tokoh, atau tempat dalam kehidupan nyata dalam karya-karya yang terkenal.

Contoh:

Bandung adalah paris jawa. (6)Eponim

Eponim adalah gaya bahasa yang menghubungkan namanya dengan sifat tertentu, sehingga nama itu dinyatakan sebagai sifatnya.

Contoh:

Hercules, dipakai untuk menyatakan kekuatan. (7)Epitet

Epitet adalah gaya bahasa yang menyatakan sifat atau ciri khusus dari seseorang.

Contoh:

Raja rimba untuk singa. (8)Sinekdoke

Sinekdoke adalah gaya bahasa figurative yang mempergunakan sebagian dari sesuatu hal untuk menyatakan keseluruhan atau mempergunakan keseluruhan untuk menyatakan sebagian.

Contoh:

(35)

(9)Metonimia

Metonimia adalah gaya bahasa yang mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan suatu hal lain, yang mempunyai penelitian yang sangat dekat.

Contoh:

Saya minum satu gelas, ia dua gelas. (10)Antonomasia

Antonomasia adalah bentuk khusus dari sinekdoke yang berwujud penggunaan sebuah epitete untuk menggantikan diri, atau gelar resmi. Contoh:

Yang mulia tak dapat menghadiri pertemuan ini. (11)Hipalase

Hipalase adalah suatu kebalikan dari suatu relasi alamiah antara dua komponen gagasan.

Contoh:

Ia berbaring di atas sebuah bantal yang gelisah, yang gelisah adalah manusianya, bukan bantalnya.

(12)Ironi, Sinisme dan Sarkasme

Ironi adalah gaya bahasa yang mengatakan sesuatu dengan makna atau maksud berlainan yang terkandung dalam rangkaian kata-kata. Contoh: tidak diragukan lagi bahwa andalah orangnya, sehingga semua kebijaksanaan terdahulu harus dibatalkan seluruhnya!

(36)

Sinisme adalah gaya bahasa sindiran berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan hati. Contoh: memang anda adalah seorang gadis yang tercantik di senatero jagad ini yang mampu menghancurkan seluruh jagad ini.

Sarkasme adalah gaya bahasa yang selalu menyakiti hati yang mengandung kepahitan dan celaan yang getir.

Contoh:

Mulut kau harimau kau. (13)Satire

Satire adalah gaya bahasa yang mengandung kritik tentang kelemahan manusia yang mengungkapkan suatu hal dengan menggunakan penguatan terhadap makna yang ingin disampaikan.

Contoh:

Sup ini terasa begitu asin bagiku dan menurutmu masih harus ditambahi garam, apa lidahmu sedang tidak berfungsi.

(14)Inuendo

Inuendo adalah gaya bahasa sindiran yang mengecilkan kenyataan yang sebenarnya.

Contoh:

Ia menjadi kaya-raya karena sedikit mengadakan komersialisasi jabatannya. (15)Antifrasis

Antrifasis adalah semacam sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang sebenarnya.

(37)

Contoh : Engkau memang orang yang mulia dan terhormat! (16)Pun atau Paranomasia

Pun atau Paranomasia adalah kiasan dengan mempergunakan kemiripan bunyi.

Contoh : Tanggal dua gigi saya tanggal dua

B. Penelitian yang Relevan

Berdasarkan studi kepustakaan yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan mengenai gaya bahasa dalam novel, ditemukan beberapa penelitian yang relevan antara lain: Pertama,penelitian Jhon (2019) dengan judul penelitian “Gaya Bahasa Perbandingan dalam Novel Lemah Tanjung Karya. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa perbandingan yang terdapat dalam novel Lemah Tanjung karya Ratna Indraswari Ibrahim adalah, gaya bahasa perbadingan perumpamaan, gaya bahasa perbandingan metafora, gaya bahasa perbandingan personifikasi, gaya bahasa perbandingan antitesis, dan gaya bahasa perbandingan alagori. Adapun fungsi gaya bahasa yang digunakan dalam penelitian ini adalah fungsi gaya bahasa untuk menegaskan sesuatu dengan lebih jelas, mengungkapkan suatu maksud atau tujuan tertentu, membandingkan dua hal yang berlawanan, mengungkapkan tentang sesuatu hal, dan mengatakan suatu maksud dengan menggunakan kata yang berlainan maksud. Maka perbedaan dan persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama meneliti gaya bahasa, namun perbedaanya terletak dari segi jenis gaya bahasa yang akan diteliti, dimana dalam penelitian ini penulis akan melihat gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna.

(38)

KeduaPutri (2015) dengan judul “Gaya Bahasa Perbandingan dalam Novel Api Tauhid karya Habiburahman El Shairazy. Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa dari sepuluh gaya bahasa perbandingan. Gaya bahasa yang paling dominan yaitu, gaya bahasa perumpamaan,personifikasi dan antisipasi atau prolepis. Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian sebelumnya, yaitu sama-sama melihat gaya bahasa dalam novel. sedangkan perbedaanya terletak dari sumber data yang digunakan.

Ketiga, Desitriya (2018) dengan judul penelitian “Gaya Bahasa Perbandingan dalam Novel Bidadari Untuk Dewa Karya Asma Nadia”. Hasil dari penelitian ini adalah gaya bahasa perbandingan yang terdapat dalam novel Bidadari Untuk Dewa Karya Asma Nadia adalah gaya bahasa perumpamaan, gaya bahasa metafora, gaya bahasa personifikasi, gaya bahasa alegori, gaya bahasa pleonasme dan tautologi, dan gaya bahasa antisipasi atau prolepsis, sedangkan untuk menegaskan sesuatu dengan lebih jelas, mengungkapkan suatu maksud atau tujuan tertentu, membandingkan dua hal yang berlawananan tentang suatu hal dan mengatakan suatu maksud dengan menggunakan kata yang berlainan maksud. Penelitian ini memiliki perbedaan dan persamaan dengan penelitian tersebut. Perbedaannya yaitu terletak pada sumber data yaitu novel Aroma Karsa karya Dewi Lestari. Sedangkan penelitian terdahulu sumber data adalah Novel Bidadari Untuk Dewa Karya Asma Nadia. Persamaan sama-sama meneliti gaya bahasa dalam novel. Objek penelitian ini adalah Novel Aroma Karsa karya Dewi Lestari sedangkan objek penelitian terdahulu Novel Bidadari Untuk Dewa Karya Asma Nadia.

(39)

C. Kerangka Konseptual

Karya sastra memiliki dua unsur pembangun yaitu, unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik merupakan unsur yang ada di dalam sebuah karya sastra. Sedangkan unsur ekstrinsik merupakan unsur-unsur yang ada diluar karya sastra. Di dalam gaya bahasa ada pembagiannya yaitu perbandingan, pertentangan,pertautan dan perulangan. Maka dalam penelitian ini peneliti hanya memfokuskan padagaya bahasadalam novel Aroma Karsa karya Dewi Lestari. Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam kerangka konseptual berikut ini.

(40)

30

Gambar 1.BaganKerangkaKonseptual Gaya Bahasa dalam Novel Aroma KarsaKarya Dewi Lestari

Pengarang Realitas Objektif Ff Tema/Amanat Gaya bahasa Sudut Pandang Latars/ Setting Tokoh /Penokoh antokoh Alur/ Plot

Gaya Bahasa Berdasarkan Langsung Tidaknya Makna

Kiasan Retoris

Gaya Bahasa dalam Novel Aroma Karsa

(41)

31

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif karena data penelitian berupa teks atau kata-kata. Ratna (2010:47), menyatakan metode kualitatif memberikan perhatian terhadap data ilmiah, data dalam hubungannya dengan konteks keberadaannya. Cara-cara inilah yang mendorong metode kualitatif dianggap sebagai multimetode sebab penelitian pada gilirannya melibatkan sejumlah besar gejala sosial yang relevan. Penelitian karya sastra, misalnya, akan dilibatkan pengarang, lingkungan sosial di mana pengarang berada, termasuk unsur-unsur kebudayaan pada umumnya. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan objektif.

B. Metode Penelitian

Metode dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Ratna (2010:53) mengatakan bahwa metode deskriptif dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis. Secara etimologis deskripsi dan analisis berarti menguraikan. Akan tetapi, tidak semata-mata menguraikan melainkan juga memberikan pemahaman dan penjelaskan secukupnya. Metode analisis isi digunakan untuk mendeskripsikan fakta-fakta kemudian disusul dengan analisis.

C. Data dan Sumber Data

Ratna (2010:47) menjelaskan dalam ilmu sastra, sumber datanya adalah karya dan naskah sedangkan data penelitiannya sebagai data formal adalah

(42)

kata-kata, kalimat. Data dalam penelitian ini adalah unsur-unsur (berupa teks) yang mendukung gaya bahasa dalam novel Aroma Karsa karya Dewi Lestari. Sumber datanya adalah Novel Aroma Karsa karya Dewi Lestari. Novel ini diterbitkan pada bulan Maret 2018 diterbitkan oleh Penerbit Bentang cetakan pertama, dengan jumlah halaman 710 halaman.

D. Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2008:47) penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Instrumen penelitian digunakan untuk mendukung langkah-langkah penelitian. Instrumen Penelitian akan mempermudah penelitian dalam mengumpulkan dan pengolahan data.Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri.Peneliti mengadakan pengamatan langsung, mencatat, dan mengumpulkan jenis-jenis gaya bahasa yang ditemukan dalam Novel Aroma Karsa Karya Dewi, selanjutnya peneliti menganalisis tiap-tiap jenis gaya bahasa yang ditemukan dan dibantu dengan buku-buku yang berkaitan dengan teori gaya bahasa dan buku sumber lainnya.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian sesuai dengan pendapat Muhardi dan Hasanuddin (2006:41), yaitu data dikumpulkan dengan cara (1) membaca dan memahami kalimat dalam Novel Aroma KarsaKarya Dewi Lestari secara keseluruhan gaya bahasa yang terdapat dalam novel Aroma KarsaKarya Dewi Lestari, (2) mencatat kalimat atau hal-hal yang berkaitan dengan data gaya bahasa yang terdapat dalam novel Aroma KarsaKarya Dewi Lestari, (3) menginventarisasi data atau kalimat yang ditemukan mengenaigaya bahasa dalam

(43)

Novel Aroma Karsa Karya Dewi Lestari, (4) mengklasifikasikan data atau kalimat yang berhubungan dengan gaya bahasa dalam novel Aroma Karsa karya Dewi Lestari, (5) menyimpulkan data atau kalimat yang berhubungan dengan gaya bahasa dalam novel Aroma Karsa karya Dewi Lestari.

F. Teknik Pengabsahan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengabsahan data triangulasi data. Moleong (2010:330) menyatakan bahwa teknik triangulasi merupakan teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu, untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Teknik triangulasi ada empat macam (1) Triangulasi sumber yaitu pemeriksaan sumber yang memanfaatkan jenis sumber data yang berbeda untuk menggali data yang sejenis. (2) Triangulasi metode yaitu pemeriksaan yang menekankan penggunaan metode pengumpulan data yang berbeda dan bahkan jelas untuk diusahakan mengarah pada sumber data yang sama untuk menguji kemantapan informasinya. (3). Triangulasi peneliti yaitu hasil penelitian baik data atau simpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bisa diuji validitasnya dari beberapa peneliti yang lain. 4) Triangulasi teori yaitu pemeriksaan data dengan menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahasa permasalahan yang dikaji. Penelitian ini menggunakan triangulasi peneliti, yaitu baik data atau simpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bisa di uji validitasnya dari beberapa peneliti yang lain. Validator dalam pengabsahan data ini adalah Emil Septia, S.S., M. Pd beliau adalah salah satu dosen Bahasa dan Sastra Indonesia di STKIP PGRI Sumatera Barat.

(44)

G. Teknik Analisis Data

Moleong (2010:248) menyatakan bahwa analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Analisis terhadap data penelitian yang telah terkumpul dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) mendeskripsikan data yang berhubungan dengan gaya bahasa dalam novel Aroma Karsa Karya Dewi Lestari, (2) menganalisis kalimat yang berhubungan dengan gaya bahasa dalam novel Aroma Karsa Karya Dewi Lestari , (3) membahas data atau kalimat sesuai dengan gaya bahasa dalam novel Aroma Karsa Karya Dewi Lestari, (4) membuat kesimpulan berdasarkan hasil penelitian, (5) melaporkan hasil penelitian.

(45)

35

a b c d e f g H i J k l m n o p q r s T u a b c d e F g h i J k l m n o p

Gaya Bahasa Retoris : Gaya Bahasa Kiasan :

a. Aliterasi a Persamaan / Simile

b. Asonansi b Metafora

c. Anastrof c. Alegori , parabel dan Fabel d Apofasis / Preteresio d. Personifikasi / Prosopopoeia

e Apostrof e. Alusi f. Asindenton f. Eponim g. Polisindention g. Epitet h. Kiasmus h. Sinekdoke i. Elipsis i. Metonimia j. Eufemismus j. Antonomasia k. Litotes k. Hipalase

l. Histelon Proteron l. Ironi, Sinisme, dan Sarkasme m. Pleonasme / Tautologi m. Satire

n. Perifrasis n. Inuendo

o. Prolepsis / Antisipasi o. Antifrasis

p. Eroteris / Pertanyaan Retoris p. Pun/ Paranomosia q. Silepsis / zeugma

r. Koreksio / Epanortosis s. Hiperbola

t. Paradoks u. Oksimoron

(46)

36

dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: deskripsi data, analisis data, dan pembahasan gaya bahasa dalam novel Aroma Karsa karya Dewi Lestari. Hasil penelitian ini akan diuraikan berdasarkan data yang telah diperoleh. Data yang disajikan pada bagian ini, yaitu: data yang berkaitan dengan gaya bahasa dalam novelAroma Karsa karya Dewi Lestari.

A.Deskripsi Data

Pada bagian ini dideskripsikan data yang berkaitan dengan gaya bahasa dalam novel Aroma Karsa karya Dewi Lestari. Adapun gaya bahasa yang terdapat pada novel Aroma Karsa karya Dewi Lestari adalah gaya bahasa langsung tidaknya makna yang terdiri dari gaya bahasa 1) retoris dan 2) kiasan:

Gaya bahasa adalah bahasa indah yang digunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta membandingkan sesuatu benda atau hal lain yang lebih umum.Berdasarkan penelitian yang dilakukan berkaitan dengan gaya bahasa dalam novel Aroma Karsa karya Dewi Lestari adalah sebagai berikut : 1. Deskripsi Data Gaya Bahasa Retoris dalam Novel Aroma Karsa karya

Dewi Lestari

Data tentang gaya bahasa retoris dalam novelAroma Karsa karya Dewi Lestariterdapat 2 gaya bahasa yang ditemukan. Yaitu :1) Aliterasi 2) Asonansi3) Anastrof 4) Apofasis/Preterisio 5) Asindeton6) polisindeton 7) Elipsis 8) Eufemismus 9)Pleonasme/Tautologi 10)Silepsis/Zeugma 11) Koreksio/Epanortosis

(47)

a. Deskripsi Data Gaya Bahasa Aliterasi dalam Novel Aroma Karsa karya Dewi Lestari

Data tentang gaya bahasa aliterasi dalam novel Aroma Karsa karya Dewi Lestari ini sebanyak 12 data. Aliterasi adalah gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan yang sama. Biasanya dipergunakan dalam puisi, dan dalam prosa, untuk perhiasan atau penekanan. Maka dalam novel ini juga terdapat jenis gaya bahasa aliterasi.

b. Deskripsi Data Gaya Bahasa Asonansi dalam Novel Aroma Karsa karya Dewi Lestari

Data tentang gaya bahasa asonansi dalam novel Aroma Karsa karya Dewi Lestari ini sebanyak 11` data. Asonansi adalah gaya bahasa yang berwujud perulangan bunyi vokal yang sama. Biasanya digunakan dalam puisi, dan prosa, untuk memperoleh efek penekanan atau sekedar keindahan.

c. Deskripsi Data Gaya Bahasa Anastrof dalam Novel Aroma Karsa karya Dewi Lestari

Data tentang gaya bahasa anastrof dalam novel Aroma Karsa karya Dewi Lestari ini sebanyak 1data.Anastrof adalah gaya retoris yang diperoleh dengan pembalikan susunan kata yang biasa dalam kalimat

d. Deskripsi Data Gaya Bahasa Asindeton dalam Aroma Karsa karya Dewi Lestari

Data tentang gaya bahasa asindeton dalam novel Aroma Karsa karya Dewi Lestari ini sebanyak 6 data. Asidenton adalah gaya bahasa yang berupa acuan, yang bersifat padat dan mampat di mana beberapa kata, frasa, atau klausa, yang sederajat tidak dihubungkan dengan kata sambung, yang bentuk-bentuknya dipisah dengan koma.

(48)

e. Deskripsi Data Gaya Bahasa polisindeton dalam Novel Aroma Karsa karya Dewi Lestari

Data tentang gayagaya bahasa polisindenton dalam novel Aroma Karsa

karya Dewi Lestari ini sebanyak 4 data. Polisidenton adalah suatu gayayang merupakan kebalikan dari asindeton. Beberapa kata, frasa, atau klausa yang berurutan dihubungkan satu sama lain dengan kata-kata sambung.

f. Deskripsi Data Gaya Bahasa Elipsis dalam Novel Aroma Karsa karya Dewi Lestari

Data tentang gaya bahasa Elipsisdalam novel Aroma Karsa karya Dewi Lestari ini sebanyak 6data.Elipsis adalah gaya yang berwujud menghilangkan suatu unsur kalimat yang dengan mudah dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembaca atau pendengar, sehingga struktur gramatikal atau kalimatnya memenuhi pola yang berlaku.

g. Deskripsi Data Gaya Bahasa Pleonasme/Tautologi dalam NovelAroma

Karsa karya DewiLestari

Data tentang gaya bahasa pleonasme dalam novel Aroma Karsa karya Dewi Lestari ini sebanyak 1 data.Pleonasme adalah acuan yang mempergunakan kata-kata lebih banyak dari pada yang diperlukan untuk menyatakan satu pikiran atau satu gagasan, suatu acuan disebut pleonasme yang apabila kata yang berlebihan itu dihilangkan artinya tetap utuh. Tautologi juga disebut acuan yang mengandung perulangan dari sebuah kata lain.

h. Deskripsi Data Gaya Bahasa Silepsis/Zeugma dalam Novel Aroma Karsa

karya Dewi Lestari

Data tentang gaya bahasa silepsis dalam novel Aroma Karsa karya Dewi Lestari ini sebanyak 1 data.Silepsis atau zeugma adalah gaya bahasa yang

(49)

mempergunakan dua kontruksi atau rapatan dengan menghubungkan sebuah kata dengan kata lain sebenarnya yang mempunyai hubungan dengan salah satu kata pertama, dibenarkan secara gramatikal tetapi secara semantik tidak dibenarkan.

i. Deskripsi Data Gaya Bahasa Koreksio/ Epanortosis dalam Novel Aroma

Karsa karya Dewi Lestari

Data tentang gaya bahasa koreksio/epanortosis dalam novel Aroma Karsa

karya Dewi Lestari ini sebanyak 1 data. Koreksio atau Epanortosis adalah gaya bahasa yang berwujud, mula-mula menegaskan sesuatu, tetapi kemudian memperbaikinya.

2. Deskripsi Data Gaya Bahasa Kiasan dalam Novel Aroma Karsa karya Dewi Lestari

Data tentang gaya bahasa kiasan dalam novelAroma Karsa karya Dewi Lestariterdapat 62 gaya bahasa yang ditemukan. Yaitu, 1) Persamaan/simile, 2) Metafora, 3) Personifikasi, 4) Alusi, 5) Epitet, 6) Metonimia dan 7) Satire.

a. Deskripsi Data Gaya Bahasa Persamaan/Simile dalam Novel Aroma Karsa

karya Dewi Lestari

Data tentang gaya bahasa persamaan/simile dalam novel Aroma Karsa

karya Dewi Lestari ini sebanyak 29 data.Persamaan atau simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit menyatakan sesuatu yang sama dengan hal yang lain, yang menunjukkan kesamaan yaitu, seperti, sama, sebagai, bagaikan, laksana.

(50)

b. Deskripsi Data Gaya Bahasa Metafora dalam Novel Aroma Karsa karya Dewi Lestari

Data tentang gaya bahasa metafora dalam novel Aroma Karsa karya Dewi Lestari ini sebanyak 5 data.Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung tetapi dalam bentuk yang singkat. :buah hati, buaya darat, bunga bangsa.

c. Deskripsi Data Gaya Bahasa Personifikasi/Prosopopoeia dalam Novel

Aroma Karsa karya Dewi Lestari

Data tentang gaya bahasa personifikasi dalam novel Aroma Karsa karya Dewi Lestari ini sebanyak 21data.Personifikasi atau Prosopopoeia adalah gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat-sifat kemanusiaan.

d. Deskripsi Data Gaya Bahasa Alusi dalam Aroma Karsa karya Dewi Lestari Data tentang gaya bahasa alusidalam novel Aroma Karsa karya Dewi Lestari ini sebanyak 1 data.Alusi adalah suatu referensi yang eksplisit atau implisit terhadap peristiwa, tokoh-tokoh, atau tempat dalam kehidupan nyata dalam karya-karya yang terkenal.

e. Deskripsi Data Gaya Bahasa Epitet dalam Novel Aroma Karsa karya Dewi Lestari

Data tentang gaya bahasa epitet dalam novel Aroma Karsa karya Dewi Lestari ini sebanyak 6 data.Epitet adalah gaya bahasa yang menyatakan sifat atau ciri khusus dari seseorang.

f. Deskripsi Data Gaya Bahasa Metonimia dalam Novel Aroma Karsa karya Dewi Lestari

Data tentang gaya bahasa metonimia dalam novel Aroma Karsa karya Dewi Lestari ini sebanyak 1 data.Metonimia adalah gaya bahasa yang

(51)

mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan suatu hal lain, yang mempunyai penelitian yang sangat dekat.

g. Deskripsi Data Gaya Bahasa Ironi, Sinisme, Sarkasme dalam Novel

Aroma Karsa karya Dewi Lestari

Data tentang gaya bahasa ironi, sinisme, sarkasme dalam novel Aroma Karsa karya Dewi Lestari ini sebanyak 1 data.Ironi adalah gaya bahasa yang mengatakan sesuatu dengan makna atau maksud berlainan yang terkandung dalam rangkaian kata-kata. Sinisme adalah gaya bahasa sindiran berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan hati. Dan sarkasme adalah gaya bahasa yang selalu menyakiti hati yang mengandung kepahitan dan celaan yang getir.

h. Deskripsi Data Gaya Bahasa Satire dalam Novel Aroma Karsa karya Dewi Lestari

Data tentang gaya bahasa satire dalam novel Aroma Karsa karya Dewi Lestari ini sebanyak 2 data.Satire adalah gaya bahasa yang mengandung kritik tentang kelemahan manusia yang mengungkapkan suatu hal dengan menggunakan penguatan terhadap makna yang ingin disampaikan. Maka dari hal itu jenis gaya bahasa satire juga terdapat dalam novel ini. Dan gaya bahasa yang paling banyak ditemukan yaitu gaya bahasa Kiasan.

B.Analisis Data

Pada analisis ini, akan dijabarkan satu persatu jenis gaya bahasa yang terdapat dalam novelAroma Karsa karya Dewi Lestari. Sebagaimana yang telah dijabarkan pada bagian deskripsi data. Ada beberapa data yang akan dianalisis dalam penelitian ini diantaranya, analisis tentang gaya bahasa yang terdapat dalam

(52)

novelAroma Karsa karya Dewi Lestari, di antaranya yaitu, gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan yang terdapat dalam novelAroma KarsaKarya Dewi Lestari.Data-data tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

1. AnalisisData Gaya Bahasa Retoris dalam Novel Aroma Karsa karya Dewi Lestari

Gayabahasa adalah bahasa indah yang digunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta membandingkan sesuatu benda atau hal lain yang lebih umum. Melalui penggunaan gaya bahasa itulah seorang pengarang akan memilikikeistimewaanataucirikhasdalammenyampaikan gagasan-gagasan lewatkaryasastranyasehingga,denganbegituakanlebihmudahiamenarik perhatian dan minat orang yang membacanya.Dalam novel ini terdapat dua jenis gaya bahasa yang dianalisis yaitu gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan. Adapun analisis data gaya bahasa retoris yang telah ditemukan dapat dijabarkan berikut ini.

a. Analisis Data Gaya Bahasa Aliterasi dalam Novel Aroma Karsa karya Dewi Lestari

Aliterasi adalah gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan yang sama. Data tentang gaya bahasa aliterasi dalamnovel Aroma Karsa karya Dewi Lestari dapat dilihat pada kutipan berikut.

Data 6

“Puspa karsa adalah tanaman yang punya

kehendak dan bisa mengendalikan kehendak“

(Lestari, 2018: 10)

Gaya bahasa aliterasi pada kutipan diatas ditandai dengan adanya perulangan bunyi konsonan (k). Pengarang memperlihatkan keindahan bunyi

(53)

dengan perulangan (k).Dari kata tersebut terlihat bahwa bahasa yang disampaikan memiliki pengulangan bunyi konsonan kata yang sama, bunyi konsonan yang sama yaitu pada kehendak, Tanaman puspa karsa yang bisa memberikan kehendak kepada seseorang yang bisa memiliki nya.maka dari itu data tersebut termasuk dalam kata jenis gaya bahasa aliterasi. Berikut ini juga terdapat jenis gaya bahasa aliterasi yaitu sebagai berikut.

Data 8

“Namun dorongan itu mendesak, membakar,

membuatnya seperti demam” (Lestari,

2018:22)

Gaya bahasa aliterasi pada kutipan diatas ditandai dengan adanya perulangan bunyi konsonan (m). pengarang memperlihatkan keindahan bunyi dengan perulangan (m). Bunyi konsonan yang sama yaitu pada kata mendesak,

membakar, membuatnya. Pada kutipan tersebut pengarang ingin menyampaikan bahwa karena sesuatu hal dorongan membuat seseorang seperti sakit atau lemas.

Data 9

“Sama seperti neneknya dahulu, ia menyebar

bokor-bokorkuninganberisi melati” (Lestari, 2018:23)

Berdasarkan data di atas, Gaya bahasa aliterasi pada kutipan diatas ditandai dengan adanya perulangan bunyi konsonan (b). pengarang memperlihatkan keindahan bunyi dengan perulangan (b). Gaya bahasa aliterasi pada kutipan di atas dapat dilihat pada kata bokor-bokor, dari kata tersebut terlihat bahwa bahasa yang disampaikan memiliki pengulangan bunyi konsonan kata yang sama, bunyi konsonan yang sama yaitu pada kata bokor-bokor, dalam kalimat tersebut terdapat pengulangan bunyi maka dari itu data tersebut termasuk dalam

(54)

kata jenis gaya bahasa aliterasi. Berikut ini juga terdapat jenis gaya bahasa literasi yaitu sebagai berikut.

Data 19

“Badan kering dan kantong juga kering atau badan basah dan kantong juga basah” (Lestari,

2018:23)

Gaya bahasa aliterasi pada kutipan diatas ditandai dengan adanya perulangan bunyi konsonan (k). pengarang memperlihatkan keindahan bunyi dengan perulangan (k). Pada kutipan tersebut pengarang ingin menyampaikan menegaskan kepada seseorang memilih badan kering kurus hitam tidak punya uang, atau badan basah maksudnya bersih terpandang dan punya uang banyak.

Data 20

Kasih tau kalau kamu sudah bisa cium bau

kiamat” (Lestari, 2018:23)

Gaya bahasa aliterasi pada kutipan diatas ditandai dengan adanya perulangan bunyi konsonan (k). pengarang memperlihatkan keindahan bunyi dengan perulangan (k). Pada kutipan tersebut ingin menyampai kan ke pada seseorang kalau sudah bisa tercium bau kiamat tolong kasih tau. Ini adalah tokoh Jati yang mempunyai hidung seperti hidung tikus.

Data 22

“Kononbuah jatuh tak jauh dari pohonnya” (Lestari, 2018:36)

Gaya bahasa aliterasi pada kutipan diatas ditandai dengan adanya perulangan bunyi konsonan (h). pengarang memperlihatkan keindahan bunyi dengan perulangan (h). Pada kutipan tersebut tersirat makna tentang bahwa sifat anak tidak jauh berbeda dengan ayah dan ibunya. Hal yang menurun pasti akan ada kemiripannya dengan orangtuanya.

(55)

Data 42

“Aku mencarikanmu dokter terbaik memberimu perawatan terbaik, pendidikan

terbaik, pelatihan terbaik “. (Lestari,2018:107)

Gaya bahasa aliterasi pada kutipan diatas ditandai dengan adanya perulangan bunyi konsonan (t). pengarang memperlihatkan keindahan bunyi dengan perulangan (t). Pada kutipan tersebut pengarang menyampaikan bahwa bahwa tokoh Raras telah memberikan segala hal yang terbaik buat anaknya Suma. Supaya Suma sembuh dari masalah pembauan hidungnya, dan memberikan segala hal terbaik mulai dari pendidikan dan segala hal lainnya

Data 76

“Ia membayangkan jati menunggui dan

membaui hari ke hari bangkai demi bangkai,

mencatat detail bagi seseorang”(Lestari,

2018:280)

Gaya bahasa aliterasi pada kutipan diatas ditandai dengan adanya perulangan bunyi konsonan (m). pengarang memperlihatkan keindahan bunyi dengan perulangan (m). Pada kutipan tersebut pengarang ingin menyampaikan bahwa seorang tokoh yang bernama Suma membaca buku Jati, dan Suma membayangkan tokoh jati yang pemilik buku ini menunggui bau bangkai dari hari kehari bahkan seminggu dan mencatat ke bukunya.

Data 77

“Suma menyaksikan sosok jati yang dari waktu ke waktu menontoni bagaimana bangkai bangkai itu mengembang, membusuk,

melunak, mencair, membubur, dalam kunyahan belatung”(Lestari, 2018:280)

Gaya bahasa aliterasi pada kutipan diatas ditandai dengan adanya perulangan bunyi konsonan (m). Pengarang memperlihatkan keindahan bunyi dengan perulangan (m). Pada kutipan tersebut pengarang ingin menyampaikan

Gambar

Gambar 1.BaganKerangkaKonseptual Gaya Bahasa dalam Novel Aroma KarsaKarya Dewi Lestari

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “Analisa

Bidang tersebut merupakan suatu bidang lengkung yang dapat digunakan sebagai bidang referensi hitungan untuk menyatakan posisi titik-titik di atas permukaan bumi

seseorang yang telah didiagnosis sebagai penderita SARS, dim gnosis sebagai penderita SARS, dimana ora ana orang yang ng yang   beresiko tersebut adalah orang yang merawat,

Browsing benar-benar diakui oleh pengguna jika dokumen yang ditemukan relevan, berbeda dengan searching mereka mencari informasi dari ingatan tentang informasi tersebut

saat bekerja hal inilah yang memotivasi pekerja untuk menggunakan gogel karena salah satu fungsi penggunaan gogel adalah mencegah cedera dan mengurangi tingkat keparahan

Dalam teori intervensi yang dirumuskan adalah pantau tanda dan gejala dehidrasi, kaji status nutrisi anak, monitor tanda – tanda vital, timbang berat badan setiap

Menurut Mastuti (2008: 13-14), ada beberapa ciri atau karakteristik individu yang memiliki rasa percaya diri diantaranya adalah; (1) percaya akan kompetensi/kemampuan diri

Karena sesungguhnya dua pihak yang bersengketa, jika masing-masing mengajukan argumennya dan ternyata salah satu dari keduanya lebih fasih dan lebih unggul di dalam