• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

H. Analisis Data

Hasil angket yang diperoleh berupa data kuantitatif, kemudian diproses untuk mendeskripsikan kualitas media pembelajaran yang dikembangkan. 1. Analisis kevalidan

Data lembar penilaian perangkat pembelajaran berupa RPP dan multimedia interaktif dari validator dianalisis. Data diperoleh dari dua dosen ahli dan seorang guru matematika SMP PGRI Semanu. Tabel 4 berikut

41 menunjukkan pedoman penskoran pada lembar penilaian RPP dan multimedia interaktif menurut Eko Putro Widoyoko (2011: 238).

Tabel 4. Pedoman penskoran lembar penilaian RPP dan media pembelajaran Skor Kategori 5 Sangat Baik 4 Baik 3 Cukup 2 Kurang 1 Sangat Kurang

Analisis dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut. a) Menghitung ̅ dan sbi berdasarkan tabulasi data.

b) Mengkonversi rata-rata yang diperoleh menjadi nilai kualitatif skala likert sesuai kriteria penilaian dalam tabel 5.

Tabel 5. Konversi data kuantitatif ke data kualitatif dengan skala Likert untuk aspek kevalidan Interval Interval Kelayakan

RPP Interval Kelayakan Media Kriteria X sb Xi 1,8 i

109,2  X 197,4 X

Sangat Baik i i i i sb X X sb X 0,6   1,8

95,4  X 109,2 159,8 X 197,4

Baik i i i i sb X X sb X 0,6   0,6

60,6 X 95,4 122,2  X 159,8

Cukup Baik i i i i sb X X sb X 1,8   0,6

46,8 X 60.6 84,6 X 122,2

Kurang i i sb X X  1,8

X46,8 X 84,6

Sangat Kurang

42 Keterangan:

X

= skor dari validator

i

X

= rerata skor ideal

= (skor maksimum ideal + skor minimum ideal)

i

sb

= simpangan baku ideal

= (skor maksimum ideal – skor minimum ideal) Skor maksimum ideal = (butir penilaian x skor tertinggi) Skor minimum ideal = (butir penilaian x skor terendah) Merujuk pada Lampiran B,

Diketahui

Banyaknya butir penilaian RPP = 26

Banyaknya butir penilaian media (ahli materi & ahli media) = 47 Banyaknya skala penilaian = 5

Maka, ̅ ̅

Produk yang dikembangkan dikatakan layak berdasarkan aspek kevalidan, jika kriteria minimal yang dicapai adalah baik.

2. Analisis Kepraktisan

Kepraktisan perangkat pembelajaran yang dihasilkan dapat dilihat dari hasil analisis lembar penilaian siswa dan guru. Menurut Eko Putro Widoyoko (2011: 238), analisis lembar penilaian siswa dilakukan dengan langkah-langkah yaitu:

43 a. Tabulasi data penilaian siswa.

Tabel 6a. Pedoman Penskoran Lembar Penilaian Siswa untuk Pernyataan Positif dan Negatif

Skor Kategori untuk Pernyataan Positif

Kategori untuk Pernyataan Negatif 5 Sangat Setuju Sangat Tidak Setuju

4 Setuju Tidak Setuju

3 Netral Netral

2 Tidak Setuju Setuju

1 Sangat Tidak Setuju Sangat Setuju

b. Menghitung ̅ dan sbi dari tabulasi data penilaian.

c. Mengkonversikan rata-rata skor yang diperoleh menjadi nilai kualitatif sesuai dengan tabel 6b.

d. Menganalisis hasil penilaian siswa.

Analisis lembar penilaian guru dilakukan dengan langkah-langkah yaitu: a. Tabulasi data penilaian guru kelas.

Pedoman penskoran pada lembar penilaian guru seperti tabel penskoran kevalidan (tabel 6a).

b. Menghitung ̅ dan sbi dari tabulasi data penilaian guru.

c. Mengkonversikan rata-rata skor yang diperoleh menjadi nilai kualitatif sesuai dengan tabel 6b.

44 Tabel 6b. Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif dengan

Skala Likert untuk Aspek Kepraktisan

Interval Interval Kepraktisan Media oleh Guru Interval Kepraktisan Media oleh siswa

Kriteria X sb Xi 1,8 i

46,2 X 50,4 X

Sangat Baik i i i i sb X X sb X 0,6   1,8

37,4 X 46,2 40,8 X 50,4

Baik i i i i sb X X sb X 0,6   0,6

28,6 X 37,4 31,2 X  40,8

Cukup Baik i i i i sb X X sb X 1,8   0,6

19,8 X 28,6 21,6 X 31,2

Kurang i i sb X X  1,8

X19,8 X 21,6

Sangat Kurang Keterangan:

X

= skor dari validator

i

X

= rerata skor ideal

= (skor maksimum ideal + skor minimum ideal)

i

sb

= simpangan baku ideal

= (skor maksimum ideal – skor minimum ideal) Skor maksimum ideal = (butir penilaian x skor tertinggi) Skor minimum ideal = (butir penilaian x skor terendah) Merujuk pada Lampiran B,

Diketahui

Banyaknya butir penilaian respon Guru = 11 Banyaknya butir penilaian respon Siswa = 12 Banyaknya skala penilaian = 5

Maka, ̅

45 ̅

Multimedia interaktif yang dikembangkan memiliki derajat kepraktisan yang baik jika berdasarkan hasil lembar penilaian siswa dan guru minimal masuk kategori baik.

3. Analisis keefektifan

Siswa mengerjakan tes hasil belajar setelah ujicoba penggunaan multimedia interaktif selesai dilakukan. Nilai maksimum tes hasil belajar adalah 100. Data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk menentukan keefektifan multimedia interaktif. Indikator hasil tes belajar yang harus dipenuhi untuk mengatakan suatu media pembelajaran efektif menurut Yuni Yamasari (2010: 3) adalah:

a. Rata-rata skor pengerjaan tes hasil belajar dari seluruh siswa yang mengikuti tes adalah tuntas.

109 DAFTAR PUSTAKA

Ariesto Hadi S. (2003). Multimedia Interaktif Dengan Flash. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Ariyanto. (2006). Pembuatan Animasi Dengan Macromedia Flash 8 Professional. Jakarta: Salemba Infotek.

Azhar Arsyad. (2003). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Benny A. Pribadi. (2009). Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat. Daryanto. (2009). Panduan Proses Pembelajaran. Jakarta: AV Publiser.

Depdiknas. (2008). Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Depdiknas. Eko Putro Widyoko. (2009). Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka.

Erman Suherman. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kotemporer. Bandung: JICA. Gd. Gunantara, Md. Suarjana, Pt. Nanci Riastini. (2014). Penerapan Model Pembelajaran

Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas V. Jurnal Mimbar PGSD Ganesha. 2 (1).

Jamil Suprihatiningrum. (2012). Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasi.Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

M Hosnan. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.

Mayer, R E. (2009). Multi-Media Learning (Prinsip-prinsip dan Aplikasi). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Made Wena. (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: BumiAksara.

Mei Fita. (2013). Implementasi Pendekatan Saintifik (Scientific Aproach) Dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jurnal diunduh dari prosiding.upgrismg.ac.id pada tanggal 3 juni 2014 pukul11:32.

Ngalim Purwanto. (2002). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nieveen, N. (1999). “Prototype to Reach Product Quality. Dlm. Van den Akker, J., Branch, R.M., Gustafson, K., Nieveen, N., & Plomp, T. (pnyt.)”. Dordrecht: Kluwer Academic Publisher.

110 Paul Eggen & Don Kauchak. (2012). Strategi dan Model Pembelajaran Mengajarkan Konten

dan Ketrampilan Berpikir, Edisi 6. Jakarta: PT Index.

Rita Eka Izzaty,dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press.

Rochmad. (2012). Desain Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika. Jurnal Kreano. Volume 3, nomor 1. Diakses dari http://journal.unnes.ac.id/

nju/index.php/kreano/article/view/2613. pada tanggal 22 September 2014 pukul 20:34.

Romi Satrio Wahono. (2006). Aspek dan Kriteria Penilaian Media Pembelajaran. Jakarta. Diakses dari

http://romisatriowahono.net/2006/06/21/aspek-dan-kriteria-penilaian-media-pembelajaran/, pada tanggal 20 september 2014 pukul 20:53.

Sugihartono,dkk. (2007). Psikologi pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Tatang Herman. (2006). Membangun Pengetahuan Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Jurnal iunduh dari eprints.uny.ac.id pada tanggal 30 Oktober2014 pukul 13:14.

Trianto. (2009). Medesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).Jakarta: Kencana.

Yuni Yamasari. (2010). Pengembangan Media Pembelajaran Matematika Berbasis ICT yang Berkualitas. Seminar Nasional Pascasarjana X-ITS, Surabaya 4 agustus 2010.

Yunus Abidin. (2014). Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: Refika Aditama.

Dokumen terkait