• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Data

Dalam dokumen SKRIPSI PENELITIAN KUALITATIF (Halaman 42-69)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.6 Analisis Data

Sugiyono (2015) berpendapat bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Tahapan analisis datanya sebagai berikut (Sugiyono, 2015):

3.5.1. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang memerlukan kecerdasan, keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Bagi peneliti yang masih baru, dalam melakukan reduksi data dapat mendiskusikan pada teman atau orang lain yang dipandang ahli. Melalui diskusi itu, maka wawasan peneliti akan berkembang, sehingga dapat mereduksi data-data yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang signifikan.

3.5.2. Penyajian data (Data Display)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data.

Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami. Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori.

3.5.3. Kesimpulan (Verification)

Kesimpulan merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.

Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih belum jelas. Sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau iteraktif, hipotesis atau teori. Dengan demikian kesimpulan mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mngkin juga tidak karena masalah dan rumusan masalah masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.

32 BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

4.1. Deskripsi Wilayah Penelitian

Penelitian ini diakukaan di SDN 3 Padurenan pada bulan Januari-Juli tahun 2021. SDN 3 Padrenan merupakan salah satu Sekolah Dasar Negeri yang terletak di Desa Padurenan RT 01/ RW 03 Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus, Provinsi Jawa Tengah. Sekolah ini berada di tengah-tengah desa Padurenan dengan kultur masyarakat yang masih memgang budaya jawa dan keislamannya.

Sama dengan sekolah pada umumnya di Indonesia masa pendidikan sekolah di SDN 3 Padurenan ditempuh dalam waktu enam tahun pelajaran, mulai dari Kelas I sampai Kelas VI. Sekolah ini berada di antara SDN 1 Padurenan dan MI NU Mifathul Huda.

Akses untuk menuju ke SDN 3 Padurenan ini sangat mudah dijangkau, karena sekolah ini terletak di barat jalan, jalur utama menuju balai desa padurenan serta dekat dengan Terminal angkutan Desa Padurenan. Sehingga transportasi umum maupun pribadi sangatlah mudah. Hal ini memudahkan warga untuk mengakses sekolah tersebut. Kelengkapan sarana prasarana maupun fasilitas yang ada di SDN 3 Padurenan ini cukup lengkap. SDN 3 Padurenan memiliki halaman yang telah di paving, juga terdapat pohon-pohon mangga dan tanaman lainnya.

Hal ini membuat kegiatan belajar mengajar menjadi sangat nyaman serta sejuk tentunya. Berikut ini adalah rincian profil sekolah di SDN 3 Padurenan

Kepala sekolah di SD Negeri 3 Padurenan adalah Ibu Munziati, S.Pd, SD.

Sedangkan Komite sekolah di SDN 3 Padurenan ini adalah Bapak Ali Darsono.

Jumlah guru yang mengajar di SDN 3 Padurenan adalah 9 guru. Gambaran lengkap kondisi guru dan karyawan di SDN 3 Padurenan Tahun Pelajaran 2020/2021 dapat dijelaskan dalam tabel dibawah yaitu:

33

Tabel.4.1.1 Data Jumlah Guru dan karyawan di SDN 3 Padurenan.

No. Nama Jabatan

1. Ali Darsono Dewan Komite

2. Munziati, S.Pd.SD Kepala sekolah

3. Muhamad Usman, S.Pd Tata Usaha berjumlah 64 orang, sedangkan siswa perempuan ada 43 orang. Dalam tiap kelas jumlah siswanya berbeda-beda. Gambaran kondisi siswa di setiap kelas di SDN 3 Padurenan dapat dijelaskan dalam tabel dibawah.

Tabel. 4.1.2 Data Jumlah Siswa di SDN 3 Padurenan

Kelas

34

Adapun Visi Misi SDN 3 Padurenan adalah sebagai berikut:

VISI

“Terwujudnya sekolah yang unggul dalam IMTAQ, IPTEK, Pengetahuan, Keterampilan, dan Berbudaya Santun”.

MISI

1. Mengembangkan keyakinan semua warga sekolah bahwa SD Negeri 3 Padurenan dapat berprestasi dan meraih keunggulan secara kompetitif.

2. Menciptakan kehidupan sekolah yang berbudaya religious dan santun.

3. Memenuhi standart kompetensi lulusan yang sesuai dengan kebutuhan hidup siswa pada konteks global.

4. Mengembangkan pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan untuk mengembangkan potensu peserta didik secara optimal.

5. Memberdayakan teknologi informasi dan komunikasi sebagai pendukung keunggulan pembelajaran.

6. Memberdayakan teknologi informasi dan komunikasi sebagai pendukung keunggulan pembelajaran.

4.2. Hasil Penelitian

4.2.1. Sikap Nasionalisme di SDN 3 Padurenan 4.2.1.1. Bangga sebagai bangsa indonesia

Bangga sebagai bangsa Indonesia merupakan cara berfikir, bersikap, berbuat dan bertindak yang menunjukkan kesetiaan, kepedualian dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial budaya, ekonomi dan politik bangsa. Bangga sebagai bangsa Indonesia merupakan sikap yang harus dan wajib dimiliki oleh setiap warga negara Indonesia. Siswa, Guru, dan Kepala Sekolah SDN 3 Padurenan merupakan bagian dari warga negara Indonesia.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah, siswa SDN 3 Padurenan telah memiliki perilaku bangga menjadi bangsa indonesia dalam dirinya. Hal tersebut diwujudkan dengan senantiasa menggunakan produk-produk dalam negeri. Mereka semua menggunakan alat tulis,

35

sepatu dan tas buatan dalam negeri. Selain itu setiap memperingatan hari-besar islam dan nasional juga dianjurkan memakai baju batik.

Hal ini sejalan dengan apa yang telah dilakukan guru kelas V ketika pembelajaran jarak jauh yaitu meminta siswa mengirimkan foto menggunakan baju batik pada saat Peringatan Hari Kartini pada 21 April 2021 lalu. Beliau mengatakan bahwa :

“Dengan pembelajaran jarak jauh ini saya harus memutar otak mas dalam memperingati hari kartini tahun ini, yang biasanya siswa menggunakan batik ke sekolah dan ada lomba-lomba memasak dll.

Kali ini saya hanya meminta siswa untuk foto menggunakan baju batik dan mengirimkan ke saya. Hal ini agar siswa tetap memperingati Hari Kartini”

Pada pembelajaran jarak jauh juga siswa tetap di minta serta di ingatkan untuk selalu sebisa mungkin menggunakan bahasa daerah atau bahasa indonesia saat pembelajaran di media sosial whatsapp. Hal yang menarik saat peniliti bertemu siswa di rumahnya adalah siswa biarpun sudah masuk pada era digital meraka tetap menjunjung tinggi kebanggan atas permainan tradisonal indonesia yaitu dengan bermain layang-layang hal ini sangat bagus untuk mengembangkan dan melestarikan kebudayaan lokal.

Dari pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa sikap bangga sebagai bangsa indonesia ini sudah dilakukan ketika pembelajaran jarak jauh maupun pembelajaran tatap muka dengan tetap melestarikan permainan tradisional, memakai baju batik ketika hari hartini, dan menggunkan bahasa indonesia maupun bahasa daerah dengan benar.

4.2.1.2. Cinta Tanah Air

Cinta tanah air merupakan perasaan yang harus dimiliki dan menjadi bagian setiap individu untuk negara dan bangsanya. Cinta tanah air adalah cinta kepada negara tempat kita dilahirkan, dibesarkan, dan memperoleh kehidupan di dalamnya. Cinta tanah air juga merupakan suatu sikap tulus dan ikhlas yang diwujudkan dalam perbuatan untuk kejayaan tanah air dan kebahagiaan bangsanya. Sebagai warga negara Indonesia kita wajib mempunya rasa cinta tanah air. Hal tersebut dapat

36

ditunjukkan dengan menjaga dan merawat lingkungan sekitar, menjaga dengan baik simbol negara, dan semangat menyanyikan lagu-lagu nasional maupun perjuangan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Guru Kelas V, yang mengatakan bahwa:

“Sikap cinta tanah air sangatlah penting karena jika tidak diterapkan maka siswa kurang adanya rasa persatuan dan kesatuan antar sesama dan sikap cinta tanah air adalah salah satu cara agar anak didik bisa bangga kepada bangsanya sendiri.”

Dengan demikian, penerapan sikap cinta tanah air memang sangat penting untuk dimengerti dan dilaksanakan oleh siswa, sebab tanpa adanya sikap cinta tanah air, maka segala tindakan maupun perbuatan akan lebih menyimpang dan lebih mengutamakan hal yang berbau ke luar negerian. Atau dapat dikatakan dengan adanya rasa cinta tanah air maka kita akan ada rasa bangga terhadap bangsa ini.

Salah satu upaya yang telah dilakukan dalam menanamkan sikap cinta tanah air adalah dengan mengadakan upacara bendera setiap hari Senin. Untuk membuktikan kecintaan kita terhadap tanah air memang tidak hanya dengan mengikuti upacara bendera. Namun, dengan upacara bendera kita telah mengajarkan kepada siswa untuk menghormati bendera nasional dan para pahlawan yang telah gugur.

Rasa cinta tanah air juga tetap dibentuk walaupun dengan pebelajaran jarak jauh, yaitu siswa dikenalkan dan diajarkan untuk selalu menjaga rumah masing-masing agar tetap bersih, serta mengajarkan lagu-lagu nasional maupun lagu-lagu daerah melalui grup WhatsApp. Menyanyikan lagu nasional dan lagu daerah merupakan kegiatan wajib yang dilakukan sebelum dan sesudah pembelajaran. Lagu nasional atau yang kita kenal dengan lagu wajib merupakan salah satu ikon budaya masyarakat Indonesia yang wajib dihafal oleh siswa. Sebab lagu ini merupakan lagu nasionalisme masyarakat Indonesia mengenai perjuangan para pahlawan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Sedangkan lagu daerah merupakan lagu khas tiap daerah di Indonesia yang mencerminkan

37

adanya keberagaman budaya tiap daerah di Indonesia. Sehingga dari gambaran inilah, menyanyikan lagu nasional dan lagu daerah menggambarkan rasa kebanggaan serta cinta tanah air.

4.2.1.3. Rela Berkorban demi Bangsa Indonesia

Rela berkorban merupakan kesediaan dengan ikhlas untuk memberikan segala sesuatu yang dimiliki baik itu tenaga, harta atau pemikiran untuk kepentingan orang lain, dan sekalipun menimbulkan penderitaan bagi dirinya demi kepentingan bangsa dan negara. Sebagai siswa sekolah dasar mereka harus mau membantu siswa lain yang kesulitan. Misalnya dengan membantu temannya ketika ada yang tidak memahami materi pelajaran dan bersedia meminjamkan alat tulisnya kepada sesama teman yang tidak membawanya.

Dari hasil wawanacara dengan Kepala Sekolah, dapat diketahui bahwa sikap rela berkorban siswa ditunjukkan melalui sikap dan perilaku mereka dalam bentuk kesetiakawanan sosial seperti membantu temannya ketika ada yang tidak memahami materi pelajaran dan bersedia meminjamkan alat tulisnya kepada sesama teman yang tidak membawanya. Serta rasa tanggung jawab yang terwujud dalam perilaku siswa dalam mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh.

Kemudian, untuk mendapatkan informasi lebih akurat dan terpercaya, peneliti melakukan wawancara terhadap Ibu Muryanti selaku guru kelas V SDN 3 Padurenan tentang sikap rela berkorban siswa, beliau mengatakan bahwa:

“Sikap rela berkorban sudah diterapkan kepada siswa, siswa diajarkan untuk saling tolong menolong antar sesama seperti membantu teman yang kesulitan memahami pelajaran dan meminjamkan alat tulis ke temannya dan itu salah satu contoh dari adanya sikap rela berkorban yang sudah ada pada siswa.”

Dari pernyataan yang diungkap oleh Ibu Muryanti bahwa rasa kebersamaan serta tolong menolong dalam pembelajaran yang diberikan guru terhadap siswanya baik di kelas maupun di luar kelas, sesama siswa terbiasa untuk saling tolong menolong dan berbagi. Hal itu sejalan

38

dengan hasil obervasi peneliti terhadap siswa, walaupun dengan pembelajaran jarak jauh siswa juga saling membantu temannya yang meminjam buku pelajaran, siswa dengan senang hati meminjamkan buku tersebut selain itu juga membantu teman dalam kesulitan memahami materi atau pertanyaan yang di berikan oleh guru. Juga berkata jujur kepada orang tua ketika mau bermain.

Dari hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa sikap rela berkorban siswa sudah cukup baik dengan memberikan contoh-contoh yang bersangkutan dengan sikap rela berkorban dan siswa sudah melakukan hal-hal yang bersangkutan dengan sikap rela berkorban dengan dibuktikan seperti membantu teman yang kesulitan dalam memahami pelajaran dan meminjamkan alat tulis kepada teman yang membutuhkan. Berkata jujur kepada orang tuanya ketika mau bermain.

4.2.1.4. Menghargai Kebudayaan

Sikap menghargai kebudayaan harus selalu di ajarkan, karena semakin majunya era digital pada zaman sekarang. Era digital ini perlu diimbangi dengan wajib melestarikan kebudayaan daerah, mendukung kegiatan seni, bahkan kalau perlu mempelajari kebudayaan daerah masing-masing.

Guru Kelas V SDN 3 Padurenan mempunyai cara dalam mengajarkan siswanya agar senantiasa menghargai kebudayaan walaupun denagan kondisi pembelajaran jarak jauh yaitu mengenalkan siswanya kesenian tari daerah lewat video pembelajaran. Hal ini sejalan dengan keadaan siswa ketika pembelajaran jarak jauh yaitu ada beberapa siswa yang gemar mengikuti rebana di rumahnya, bahkan ada yang latihan alat musik rebana.

4.2.1.5. Menghargai Jasa Pahlawan

Sikap menghargai jasa pahlawan ini merupakan sikap yang harus dilestarikan sejak masih usia sekolah dasar misalnya dengan meniru sifat-sifat yang dimiliki pahlwan maupun mengenang jejaknya dengan cara

39

meneruskan semangat dan perjuangan pahlawan bangsa indonesia karena bangsa yang besar adalah yang menghargai jasa pahlawan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah, menghargai jasa pahlawa terwujud dari baik, yaitu dengan menempelkan foto-foto pahlawan di kelas, menempel tata tertib di setiap ruangan, dan meneladani cerita-cerita kepahlawan.

Hal ini sama dengan hasil wawancara dengan guru kelas V upaya lain yang dapat dilakukan guru untuk menanamkan sikap menghargai jasa pahlawan adalah menggunakan metode sosiodrama untuk mengenang sejarah jasa pahlawan pada zaman dulu. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Muryati selaku Guru Kelas V, beliau menyatakan bahwa:

“Saat pembelajaran saya berikan materi tentang peristiwa rengasdengklok mas, saya menggunakan metode sosiodrama. Jadi para siswa melakukan sebuah drama tentang nasionalisme atau sejarah kepahlawanan mas. Dengan melakukan drama tersebut, siswa akan lebih mengerti dan memahami makna menghargai jasa pahlawan Indonesia.”

Pada saat pembelajaran jarak jauh siswa juga tetap diajarkan untuk menghargai jasa pahlawan dengan cara selalu disiplin dalam menaati peraturan yang ada seperti mengerjakan tugas sekolah tepat waktu, mengerjakan dengan jujur, mandiri, dan pantang menyerah. Hal ini peneliti temukan saat wawancara dan observasi kepada, siswa bener-benar mengerjakan tugas dirumah dengan sendiri tanpa bantuan orang lain. Guru juga memantau siswanya agar selalu disiplin melaksanakan pekerjaan rumah. Karena kalau ada siswa yang tidak disiplin pasti ada guru yang mengecek kerumah masing-masing. Pernyataan ini sejalan dengan wawancara peneliti dengan Kepala sekolah beliau mengatakan bahwa:

“Sikap nasionalisme yang paling penting adalah disiplin mas, siswa saya kadang kurang memperhatikan dalam mengerjakan tugas rumah. Jadi, saya menugaskan guru untuk selalu memantau tugas-tugas anak, kalau ada siswa yang satu dua tidak menyelesaikan

40

tugas bapak ibu gurunya saya minta untuk home visit kerumah siswa agar tau dan membantu dalam menyelesaikan tugas”.

Dari hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa sikap menghagai jasa pahlawan ini telah diajarkan oleh siswa yaitu pada saat pembelajaran di kelas dengan metode sosiodrama dalam memperagakan perjuangan para pahlwan dalam perumusan nahkah proklamasi. Selain itu, siswa juga disiplin dalam mengerjakan tugas sekolah, jujur, serta mandiri.

4.2.1.6. Mengutamakan Kepentingan Umum

Mengutamakan kepentingan umum ini suatu sikap yang sering sekali di lakukan di dalam lingkungan sekolah atau di masyarakat tentunya. Hal ini dapat ditunjukkan dengan menjaga sopan santun kepada orang lain. Mengutamakan kelompok ketika melaksankan tugas bersama.

Mengikuti kegiatan-kegiatan kemasyarakatan.

Berdasarkan wawancara dengan Ibu Murwati selaku guru kelas V SDN 3 Padurenan, beliau mengatakan :

“Jenjang kelas v itu nakal-nakalnya siswa mas, karena sifat bawaan kelas V yang sudah saatnya aktif. Jadi saat melaksanakan kegiatan kelompok dan bersama-sama harus di pandu dan selalu diingatkan.

Sebagai contoh mas ketika shalat berjamaah masih ada siswa yang usil, maka saya berkoordinasi dengan guru PAI Bp. Ahmad Salim mengingatkan dengan baik.Selain itu juga saat presentasi, kerja kelompok dll.

Dari pernyataan tersebut, siswa kelas V diajarkan untuk selalu menghormati orang lain ketika menjalankan ibadah, saat ada siswa yang menyampaikan hasil diskusi juga diperhatikan dengan baik, bersikap sopan, tidak berkelahi saat ada permasalahan serta mementingkan kepentingan kelompok ketika ada lomba pramuka dan berkerja sama ketika ada bersih-bersih kelas. Hal ini pun sama ketika peneliti mewawancarai beberapa siswa pada saat pembelajaran jarak jauh mereka bilang “ada corona aku tetep melu muludan pak , takbir keliling,”. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kelas V SDN 3 Padurenan tetap mengikuti kegiatan-kegiatan masyarakat.

41

4.2.2. Strategi sekolah dalam menumbuhkan sikap nasionalisme siswa di SDN 3 Padurenan

Strategi SDN 3 Padurenan dalam menumbuhkan sikap nasionalisme pada siswa dilakukan pada saat pembelajaran di luar kelas dan kebiasaan di sekolah. Berdasarkan hasil wawancara kepala sekolah, beliau mengatakan:

“Strategi saya mas sebagai kepala sekolah di sini itu selalu menekankan kedisiplinan ketika upacara, ekstrakurikuler, berdoa, dan siswanya disiapkan untuk mengikuti lomba dan beberapa pertunjukan mas.”

Dari penuturan beliau ekstrakurikuler dan upacara bendera setiap hari senin sebagai sebuah strategi yang selalu dimaksimalkan dalam menumbuhkan sikap nasionalisme. SDN 3 Padurenan juga mengajarkan siswanya utk selalu bersikap kepahlawanan, disiplin, jujur, mandiri, selalu membantu teman dengan jiwa korsanya dan gotong royong ini semua terdapat pada kegiatan ekstrakurikuler Pramuka. Hal ini sangat cocok karena siswa di SDN 3 Padurenan selalu mengikuti lomba pesta siaga dan jambore ranting dan selalu membawa pulang Piala.

Sebagai bentuk menghargai kebudayaan siswanya diminta untuk mengikuti ekstrakurikuler tari dan rebana bagi yang minat. Terbukti dengan beberapa dokumentasi sekolah siswa SDN 3 Padurenan sering mengikuti kegiatan lomba salah satu yaitu Juara 1 lomba Tari dalam peringatan Hari Aksara di Balai desa Padurenan pada tahun 2019 lalu.

Disana siswa SDN 3 Padurenan dikenalkan beberapa permainan tradisional dan menampilkan kesenian tari. Selain lomba, siswanya juga di ajarkan untuk tampil di beberapa kegiatan keagamaan dalam bentuk seni rebana, tari, puisi, dan lain sebagainya. Rencana di tahun 2021 ini SDN 3 Padurenan juga telah menyiapkan untuk ektrakurikuler Drum band sebagai bentuk rasa bangga menjadi bangsa indoseia.

Selain lewat ekstrakurikuler dan lomba-lomba, setrategi di SDN 3 Padurenan menanamkan sikap nasionalisme ini melalui pembelajaran di dalam kelas. Salah satunya yang di katakan oleh Ibu Murwati sekalu

42

Guru Kelas 5 SDN 3 Padurenan yang intinya adalah beliau menyelipkan di dalam beberapa materi seperti mata pelajaran PPKn sebagai penguatan sikap nasionalisme. Beliau juga mengajarkan sikap nasionalisme dengan cara mengadakan pembelajaran dengan sistem sosiodrama dengan tujuan mengenang sejarah kemerdekaan indonesia. Sosiodrama ini mengenai cerita perjuangan pahlawan dalam peristiwa Rengasdengklok.

Selain itu juga dengan beberapa kebiasaan ketika pembelajaran.

Hal ini dijelaskan oleh Kepala Sekolah beliau mengatakan bahwa:

“Kebiasaan di sini selalu mengajarkan untuk membentuk akhlak baik pada siswa mas dengan semboyan 3S (senyum, sapa, dan salam). Ketika masuk rungan harus salam mas kalau tidak pasti ditegur bapak ibu guru mas.

Kegiatan 3S (senyum, sapa, dan salam) sudah dijalankan dengan baik di SD 3 padurenan. Siswa berjabat tangan mendekat. Senyum saat berpapasan dengan teman maupun guru sambil mengangguk dan menyapa. Cium tangan bapak/ibu guru sambil berjalan masuk kelas.

Sebelum belajar, salam pada guru. Guru memberi teladan/contoh.

Pengkondisian awal belajar sangat baik karena semua siswa dan para guru wajib mengikuti pembacaan Asmaul Husna, serta menyanyikan lagu Indonesia Raya dan lagu Wajib Nasional yang dipimpin perwakilan dari setiap kelas secara bergantian, serta siswa membaca doa sebelum belajar secara bersama-sama. Siswa memakai seragam lengkap dengan , ikat pinggang, dan juga berkaos kaki. Namun masih ada beberapa siswa yang tidak memakai ikat pinggang. Siswa dibiasakan sebelum pulang diwajibkan sholat dhuhur berjamaah. Perilaku siswa terhadap guru Sudah sesuai tata tertib sekolah. Siswa sepenuhnya membudayakan 5K ( kebersihan, kedisiplinan, kesehatan, keindahan, dan kesopanan) di sekolah. Semua ini di tekankan oleh Kepala sekolah setiap rapat dewan guru berlangsung.

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian

43

4.3.1. Sikap nasionalisme siswa di SDN 3 Padurenan

4.3.2. Strategi sekolah dalam menumbuhkan sikap nasionalisme siswa di SDN 3 Padurenan

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

44

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus. 2012. Model Penilaian Outentik dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Berorientasi Pendidikan Karakter. Jurnal Pendidikan Karakter, 2 (2), 166.

Amelia, Citra Ayu. 2014. Peranan Pembelajaran Sejarah Dalam Penanaman Sikap Nasionalisme Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Pecangaan. Indonesian Journal of History education, Vol. 3 (2).

Arikunto. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Arindiono, Rudi Yulio dan Ramadhani, Nugrahadi. 2013. Perancangan Media Pembelajaran Interaktif Matematika untuk siswa kelas 5 SD. JURNAL SAINS DAN SENI POMITS, Vol. 2, No.1.

Azwar, Saifuddin. 1995. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Bahtiar, Reza Syehma. 2016. Upacara Bendera Berbasis Karakter Dalam Pengembangan Sikap Nasionalisme Siswa Sekolah Dasar. INOVASI, 18, 2.

Bausad, Andi Anshari dan Musrifin, Arif Yanuar. 2017. Analisis karakter peserta didik kelas V pada pembelajaran penjaskes di sekolah dasar negeri se kota mataram. JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan IlmuPendidikan, Vol. 1 No. 2 ISSN 2598-9944.

Diyantini, N.K., Yanti, Ni Luh P.E., dan Lismawati, Sagung M. 2015. Hubungan Karakteristik dan Kepribadian Anak dengan Kejadian Bullying Pada Siswa Kelas V di SD “X” di Kabupaten Badung. COPING Ners Journal. Vol. 3 No. 2.

Hendri, Edi. 2010. Guru Berkualitas: Profesional Dan Cerdas Emosi. Jurnal

Hendri, Edi. 2010. Guru Berkualitas: Profesional Dan Cerdas Emosi. Jurnal

Dalam dokumen SKRIPSI PENELITIAN KUALITATIF (Halaman 42-69)

Dokumen terkait