ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Anggaran Perusahaan 1. Definisi Anggaran
Didalam melaksanakan kegiatan usahanya, setiap perusahaan akan selalu dihadapkan pada masa depan dengan ketidakpastian, hingga akan menimbulkan masalah pemilihan dari berbagai alternatif kebijakan yang akan ditempuhnya dengan melaksanakan kegiatan usaha tersebut. Disamping itu dengan pelaksanaan kebijakan yang telah diputuskan tersebut perlu adanya suatu alat untuk mengkoordinasikan semua kegiatan agar dapat berjalan secara serasi dan terkendali. Untuk keperluan tersebut sarana manajemen yang dapat dipergunakan yaitu anggaran.
Anggaran perusahaan mempunyai definisi yang beraneka ragam namun apabila diamati dengan teliti masing-masing definisi tersebut akan mempunyai pengertian yang sama atau hampir sama. Banyak para ahli mendefinisikan pengertian dari anggaran adalah sebagai berikut.
a. Menurut Munandar (1986 : 1)
Anggaran yaitu suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter yang berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang.
b. Menurut Ahyari (1994 : 8)
Anggaran perusahaan merupakan perencanaan formal dari seluruh kegiatan perusahaan dalam jangka waktu tertentu yang dinyatakan dalam unit kuantitatif (moneter).
21
Anggaran adalah suatu pendekatan yang formal dan sistematis daripada pelaksanaan tanggungjawab manajemen didalam perencanaan, koordinasi, dan pengawasan.
d. Menurut Supriyono (1999 : 340)
Anggaran yaitu suatu rencana terinci yang dinyatakan secara formal dalam ukuran kuantitatif untuk menunjukkan bagaimana sumber-sumber akan diperoleh dan digunakan selama jangka waktu tertentu, umumnya satu tahun.
e. Menurut Nafarin (2000 : 9)
Anggaran merupakan rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang untuk jangka waktu tertentu.
Berdasarkan berbagai definisi dari para ahli diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Anggaran adalah suatu rencana terinci yang dinyatakan secara formal dalam unit (kesatuan) moneter yang berlaku untuk jangka waktu tertentu yang akan datang dan disusun secara sistematis daripada pelaksanaan
tanggungjawab manajemen didalam perencanaan, koordinasi, dan pengawasan.
2. Unsur-unsur anggaran
Menurut Munandar (1986 : 1) dari definisi anggaran secara garis besar mempunyai unsur-unsur sebagai berikut. a. Rencana, adalah suatu penentuan terlebih dahulu tentang aktivitas yang akan datang. Anggaran juga
merupakan rencana, karena anggaran merupakan penentuan terlebih dahulu tentang kegiatan-kegiatan
perusahaan di waktu yang akan datang.
b. Anggaran meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yaitu mencakup kegiatan yang akan dilakukan oleh
semua bagian-bagian yang ada dalam perusahaan.
c. Anggaran dinyatakan dalam unit moneter, yaitu unit (kesatuan) yang dapat diterapkan pada berbagai
kegiatan perusahaan yang beraneka ragam. Unit moneter yang berlaku di Indonesia adalah rupiah.
d. Anggaran mempunyai jangka waktu yang akan datang, menunjukkan bahwa anggaran berlaku untuk masa yang akan datang dengan jangka waktu yang telah ditentukan.
3. Tujuan penyusunan anggaran
Menurut Nafarin (2000 : 12) ada beberapa tujuan disusunnya anggaran adalah sebagai berikut.
a. Untuk digunakan sebagai landasan yuridis formal dalam memilih sumber dan penggunaan dana. b. Untuk mengadakan pembatasan jumlah dana yang dicari dan digunakan.
c. Untuk merinci jenis sumber dana yang dicari maupun jenis penggunaan dana, sehingga dapat mempermudah pengawasan.
d. Untuk merasionalkan sumber dan penggunaan dana agar dapat mencapai hasil yang maksimal.
e. Untuk menyempurnakan rencana yang telah disusun, karena dengan anggaran lebih jelas dan nyata
terlihat.
4. Manfaat anggaran
Menurut Ahyari (1994 : 5) penggunaan anggaran di dalam perusahaan akan mendapatkan beberapa manfaat yang cukup besar, antara lain sebagai berikut ini.
a. Terdapatnya perencanaan terpadu
Dengan mempergunakan anggaran perusahaan akan dapat menyusun perencanaan seluruh kegiatan secara terpadu, karena dengan mempergunakan anggaran berarti seluruh kegiatan dalam perusahaan akan “disentuh” oleh anggaran perusahaan .
b. Terdapatnya pedoman pelaksanaan kegiatan perusahaan
Dengan adanya anggaran perusahaan, maka kegiatan yang ada dalam perusahaan tersebut dapat dilaksanakan dengan lebih pasti, karena dapat mendasarkan diri pada anggaran yang telah ada. c. Terdapatnya alat koordinasi dalam perusahaan
Pelaksanaan kegiatan dengan mempergunakan anggaran sebagai pedoman berarti melakukan kegiatan perusahaan tersebut dibawah koordinasi yang baik.
d. Terdapatnya alat pengawasan yang baik.
Anggaran disamping berfungsi sebagai alat perencanaan juga dapat mempunyai fungsi ganda sebagai alat pengawasan pelaksanaan kegiatan perusahaan.
e. Terdapatnya evaluasi kegiatan perusahaan
Perusahaan yang mempunyai anggaran untuk melaksanakan kegiatan operasionalnya akan dapat melaksanakan evaluasi rutin setiap selesai melaksanakan kegiatan tersebut.
5. Kelemahan anggaran
Menurut Nafarin (2000 : 13) anggaran disamping mempunyai banyak manfaat, namun anggaran juga mempunyai beberapa kelemahan, antara lain sebagai berikut.
a. Anggaran dibuat berdasarkan taksiran dan anggapan, sehingga mengandung unsur ketidakpastian. b. Menyusun anggaran yang cermat memerlukan waktu, uang, dan tenaga yang tidak sedikit, sehingga tidak
semua perusahaan mampu menyusun anggaran secara lengkap.
c. Bagi pihak yang merasa dipaksa melaksanakan anggaran dapat mengakibatkan mereka menggerutu dan
menentang, sehingga anggaran tidak akan efektif.
6. Penggolongan anggaran
Menurut Nafarin (2000 : 17) anggaran dapat dikelompokkan dari beberapa sudut pandang berikut ini. a. Menurut dasar penyusunan
1) Anggaran variabel
Anggaran variabel yaitu anggaran yang disusun berdasarkan Interval (kisar) kapasitas (aktivitas) tertentu dan pada intinya merupakan suatu seri anggaran yang dapat disesuaikan pada tingkat-tingkat aktivitas yang berbeda. Anggaran ini sering juga disebut juga anggaran fleksibel. Misalnya anggaran penjualan disusun berkisar antara 500 unit sampai 1000 unit.
2) Anggaran tetap
Anggaran tetap yaitu anggaran yang disusun berdasarkan suatu tingkat kapasitas tertentu. Anggaran tetap dapat juga disebut anggaran statis. Misalnya penjualan direncanakan 1000 unit, dengan demikian anggaran lainnya dibuat berdasarkan anggaran penjualan 1000 unit.
b. Menurut cara penyusunan 1) Anggaran periodik
23
Anggaran periodik yaitu anggaran yang disusun untuk satu periode tertentu, pada umumnya periode satu tahun yang disusun setiap akhir periode anggaran.
2) Anggaran kontinue
Anggaran kontinue adalah anggaran yang dibuat untuk mengadakan perbaikan anggaran yang pernah dibuat, misalnya tiap bulan diadakan perbaikan sehingga anggaran yang dibuat dalam setahun mengalami perubahan.
c. Menurut jangka waktunya
1) Anggaran jangka panjang (anggaran strategis)
Anggaran jangka panjang adalah anggaran yang dibuat dalam jangka waktu lebih dari satu tahun. 2) Anggaran jangka pendek (anggaran taktis)
Anggaran jangka pendek adalah anggaran yang dibuat dengan jangka waktu paling lama sampai satu tahun.
d. Menurut bidangnya 1) Anggaran operasional
Anggaran operasional yaitu anggaran untuk menyusun anggaran laporan rugi-laba. 2) Anggaran keuangan
Anggaran keuangan yaitu anggaran untuk menyusun neraca. e. Menurut kemampuan menyusun
1) Anggaran komprehensif
Anggaran komprehensif yaitu rangkaian dari berbagai macam anggaran yang disusun secara lengkap. Anggaran komprehensif merupakan perpaduan dari anggaran operasional dan anggaran keuangan yang disusun secara lengkap.
2) Anggaran partial
Anggaran partial yaitu anggaran yang disusun tidak secara lengkap. Anggaran partial hanya menyusun bagian anggaran tertentu saja. Misalnya karena keterbatasan kemampuan, maka hanya dapat menyusun anggaran operasional.
f. Menurut fungsinya
1) Appropriation Budget
Appropriation Budget adalah anggaran yang diperuntukkan bagi tujuan tertentu dan tidak boleh digunakan untuk manfaat lain. Misalnya anggaran untuk penelitian dan pengembangan.
2) Performance Budget
Performance Budget adalah anggaran yang disusun berdasarkan fungsi aktivitas yang dilakukan dalam perusahaan untuk menilai apakah biaya/beban yang dikeluarkan oleh masing-masing aktivitas tidak melampaui batas.
7. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan anggaran
Menurut Munandar (1986 : 10) untuk bisa melakukan penaksiran secara lebih akurat, diperlukan berbagai data, informasi, dan pengalaman, yang merupakan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan didalam menyusun anggaran. Faktor-faktor tersebut secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu sebagai berikut.
a. Faktor Intern
Faktor Intern yaitu data, informasi, dan pengalaman yang terdapat didalam perusahaan sendiri. Faktor-faktor intern ini sering disebut sebagai Faktor-faktor yang controlable (dapat diatur) yaitu faktor-faktor yang dalam batas-batas tertentu masih bisa disesuaikan dengan keinginan atau kebutuhan untuk periode yang akan datang. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut.
2) Kebijaksanaan perusahaan yang berhubungan dengan harga jual. 3) Kapasitas yang dimiliki perusahaan.
4) Tenaga kerja yang dimiliki perusahaan.
5) Modal kerja yang dimiliki Penjualan perusahaan. 6) Fasilitas-fasilitas yang dimiliki perusahaan.
7) Kebijaksanaan-kebijaksanaan yang terkait dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perusahaan. b. Faktor Ekstern
Faktor Ekstern yaitu data, informasi, dan pengalaman yang terdapat diluar perusahaan, tetapi dirasa mempunyai pengaruh terhadap kehidupan perusahaan. Faktor-faktor ekstern sering disebut sebagai faktor yang Un controlable (tidak dapat diatur) yaitu faktor-faktor yang tidak dapat diatur dan tidak dapat disesuaikan dengan keinginan perusahaan. Akibatnya perusahaan yang harus menyesuaikan dirinya, menyesuaikan kebijaksanaannya dengan faktor-faktor tersebut. Faktor-faktor ekstern adalah sebagai berikut.
1) Keadaan persaingan.
2) Tingkat pertumbuhan penduduk.
3) Tingkat penghasilan masyarakat.
4) Tingkat pendidikan masyarakat. 5) Tingkat penyebaran penduduk.
6) Agama, adat istiadat, dan kebijaksanaan masyarakat. 7) Kebijaksanaan pemerintah.
8) Keadaan perekonomian nasional maupun internasional, kemajuan teknologi, dan lain sebagainya.
B. Metode anggaran Incremental
Pada organisasi pemerintah dan nirlaba untuk memudahkan dalam menyusun anggaran lazim menggunakan metode anggaran incremental. Pengertian anggaran incremental menurut Simamora (1994 : 196) adalah metode anggaran yang hanya mempertimbangkan perubahan sumber-sumber daya dari anggaran tahun sebelumnya. Definisi yang hampir sama mengenai anggaran incremental menurut Muljono (1996 : 22) adalah metode yang berdasarkan pengalaman tahun lalu, kemudian diproyeksikan beberapa volume usaha yang akan dicapai pada tahun yang akan datang. Berdasarkan definisi dari para ahli tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa anggaran incremental adalah metode penyusunan anggaran dengan mendasarkan pada realisasi yang terjadi pada tahun lalu kemudian digunakan untuk menentukan anggaran pada periode yang akan datang.
Keunggulan dengan menggunakan metode anggaran incremental yaitu relatif mudah, menyederhanakan proses penganggaran dengan hanya mempertimbangkan kenaikan-kenaikan dalam berbagai pos anggaran, dan tidak perlu mengadakan berbagai evaluasi dari kegiatan operasional itu sendiri tetapi hanya menggunakan angka-angka rupiah yang telah dipakai. Kelemahan dengan menggunakan metode incremental tetap ada yaitu pemborosan dan inefisiensi dapat menumpuk dari tahun ke tahun tanpa pernah diketahui serta sering kali pihak pelaksana anggaran berusaha menghabiskan semua jatah anggaran pengeluaran sehingga tidak terdapat anggaran yang tersisa pada akhir tahun sekarang dan memungkinkan untuk meminta tambahan dana untuk tahun anggaran berikutnya.
C. Analisis Varians Anggaran
Perusahaan yang mempunyai anggaran untuk kegiatan operasionalnya, akan dapat melaksanakan evaluasi rutin setiap kali selesai melaksanakan kegiatan tersebut, misalnya satu tahun satu kali. Kegiatan evaluasi ini pada intinya membandingkan antara apa yang direncanakan dalam bentuk anggaran dan realisasinya. Penyimpangan antara realisasi dengan anggaran memerlukan penelitian untuk mencari penyebab terjadinya penyimpangan tersebut dan juga diperlukan tindakan segera seperti koreksi, revisi, dan saran oleh manajemen yang pada dasarnya ingin mendapatkan informasi untuk perbaikan penyusunan anggaran yang akan datang.
25
Definisi varians menurut Muljono (1996 : 441) merupakan perbedaan antara satu hal dengan hal lain yang diperbandingkan. Welsch (2000 : 498) juga memiliki definisi tersendiri tentang analisis varians yaitu analisis matematis dari dua perangkat data untuk mendapatkan pendalaman penyebab terjadinya suatu penyimpangan/varians. Berdasarkan definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa analisis varians yaitu analisis yang membandingkan dua perangkat data untuk mencari penyebab terjadinya penyimpangan/varians/selisih.
Menurut Muljono (1996 : 442) analisis varians dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan yaitu secara kualitatif dan kuantitatif.
1. Analisis varians secara kualitatif
Analisis varians secara kualitatif untuk mengetahui apakah target yang pada anggaran telah tercapai atau belum. Apabila realisasi pendapatan yang diperoleh lebih besar dari anggaran pendapatan yang berarti bahwa target yang telah dibuat telah tercapai (terjadi penyimpangan yang bersifat menguntungkan (favorable)). Namun apabila realisasi pendapatan yang lebih kecil dari anggaran pendapatan yang telah dibuat, hal itu berarti bahwa target tidak tercapai (terjadi
penyimpangan yang bersifat merugikan (unfavorable)).
Rumus untuk menghitung persentase penyimpangan yang terjadi (Welsch, 2000:485, Muljono, 1996:445) adalah:
Persentase penyimpangan = Re x100%
Anggaran Anggaran alisasi
-2. Analisis varians secara kuantitatif
Analisis varians secara kuantitatif untuk mengetahui penyebab
terjadinya penyimpangan. Apabila penyimpangan tersebut dikarenakan oleh volume (unit) yang tidak sesuai dengan anggaran yang biasa disebut varians volume, tetapi dapat juga disebabkan oleh harga/tarif per unit yang tidak sama dengan anggaran yang biasa disebut varians harga.
Menurut Welsch (2000:499) untuk mencari penyebab terjadinya penyimpangan apakah disebabkan karena volume atau harga, maka langkah perhitungan yang pertama adalah menghitung harga jual rata-rata realisasi dan harga jual rata-rata-rata-rata anggaran sebagai berikut:
Hrt R = Total PR : VR Hrt A = Total PA : VA
Selanjutnya menghitung varians volume dan varians harga sebagai berikut:
Varians Volume = (VR - VA) X Hrt A
Varians Harga = (Hrt R – Hrt A) X VR Keterangan:
Hrt R = Harga rata-rata Realisasi. Hrt A = Harga rata-rata Anggaran. PR = Pendapatan Realisasi. PA = Pendapatan Anggaran VR = Volume Realisasi. VA = Volume Anggaran
D. Prosedur Penyusunan Anggaran Pada RSUD Dr. Moewardi
Penyusunan anggaran tidak hanya terbatas pada perusahaan yang bertujuan utamanya mencari laba, melainkan organisasi pemerintah dan nirlaba juga menyusun anggaran dalam kegiatannya. Dasar penyusunan anggaran yang digunakan pada perusahaan yang berorientasi pada laba biasanya memakai anggaran statis (anggaran tetap) atau anggaran fleksibel (anggaran variabel), sedangkan pada organisasi pemerintah dan nirlaba lazim menggunakan metode incremental. Demikian halnya dengan RSUD Dr. Moewardi metode yang digunakan dalam menyusun anggarannya aadalah metode incremental, yaitu dengan mendasarkan pada realisasi yang terjadi pada tahun yang lalu kemudian digunakan untuk menentukan kebijakan penerimaan tahun yang akan datang apakah persentasenya akan dinaikkan atau akan diturunkan. RSUD Dr. Moewardi tetap konsisten menggunakan metode ini karena hal tersebut memang sudah merupakan ketetapan dari Pemda Propinsi. Tolok ukur yang digunakan oleh RSUD Dr. Moewardi untuk menentukan apakah anggaran penerimaan akan dinaikkan atau diturunkan adalah:
1. Adanya penambahan pasien kunjungan rawat jalan maupun rawat inap. 2. Adanya perubahan tarif/penerapan tarif baru.
3. Adanya perkembangan pola penyakit dari masyarakat. 4. Adanya tingkat kompetisi dengan rumah sakit lain.
Proses penyusunan anggaran pada RSUD Dr. Moewardi secara garis besar adalah sebagai berikut:
User/penanggung jawab kegiatan pada triwulan ke tiga pada tahun berjalan menyusun usulan Daftar Rencana Kerja (DRK) dan mengajukan usulan DRK tersebut melalui Bagian Perencanaan rumah sakit. Di dalam bagian ini usulan DRK akan dibahas bersama User dan setelah disepakati dari usulan DRK tersebut akan disusun usulan Program Kerja dan usulan Daftar Skala Prioritas (DSP). Usulan Program Kerja dan usulan DSP tersebut untuk tahun kedepan diajukan kepada Direksi melalui Wadir Umum dan Keuangan. Oleh Wadir Umum dan Keuangan usulan Program Kerja dan usulan DSP tersebut
27
diteruskan ke panitia anggaran dibahas bersama dan menentukan besaran anggaran dan daftar skala prioritas (DSP) serta menyusun program untuk rumah sakit kedepan. Besaran anggaran dan DSP dimasukkkan dalam dokumen RASK (Rencana Anggaran Satuan Kerja) rumah sakit. RASK rumah sakit tersebut kemudian diajukan ke Pemerintah propinsi yaitu Gubernur Jawa Tengah melalui lewat Biro Keuangan SETDA (Sekretariat Daerah), BAPPEDA, Biro Pembangunan Daerah. Bersama-sama eksekutif dan legislatif RASK tersebut dibahas dan apabila semua pihak setuju kemudian ditetapkan sebagai DASK (Dokumen Anggaran Satuan Kerja) untuk tahun berikutnya, tetapi bila RASK tersebut belum disetujui maka akan dilakukan revisi terhadap RASK tersebut.
E. Analisis Varians P endapatan Rawat Inap
Anggaran dengan realisasi jarang terdapat kesamaan, sehingga hampir selalu terjadi penyimpangan/selisih (varians). Dalam realisasinya yang kita harapkan bila terjadi penyimpangan tersebut merupakan selisih yang menguntungkan (favorable), bukan selisih yang merugikan (unfavorable). Penyimpangan tersebut dapat disebabkan oleh varians volume (unit) yang tidak sesuai dengan anggaran, tetapi dapat juga karena harga/tarif per unit yang tidak sama dengan anggaran.
Berikut ini daftar anggaran pendapatan rawat inap RSUD Dr. Moewardi dari tahun anggaran 2002-2004. Tabel II.1
Anggaran Pendapatan Rawat Inap
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Tahun Anggaran 2002-2004 Jenis Pendapatan 2002 2003 2004 Akomodasi Rp. 2.625.000.000 Rp. 2.505.000.000 Visite dr/Konsul Rp. 1.205.000.000 Rp. 1.479.000.000 Rp. 1.530.000.000 Tnd Md non OP. Rp. 468.000.000 Rp. 499.000.000 Rp. 519.000.000 Tnd Kebidanan Rp. 95.000.000 Rp. 530.000.000 Administrasi Rp. 195.000.000 Rp. 203.000.000
Rawat Intensif Rp. 138.000.000 Rp. 143.000.000 Rp. 198.000.000
Jumlah Rp. 4.548.000.000 Rp. 5.036.000.000 Rp. 5.485.000.000
Sumber: Laporan Tahunan RSUD Dr. Moewardi
Tabel II.2
Realisasi Pendapatan Rawat Inap
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Tahun Anggaran 2002-2004 Jenis Pendapatan 2002 2003 2004 Akomodasi Rp. 2.050.614.745 Rp. 1.879.926.925 Visite dr/Konsul Rp. 1.150.980.891 Rp. 1.211.917.524 Rp. 1.487.265.431 Tnd Md non OP. Rp. 360.519.550 Rp. 410.784.975 Rp. 337.162.850 Tnd Kebidanan Rp. 419.039.525 Rp. 358.022.200 Administrasi Rp. 159.352.000 Rp. 252.114.125 Rawat Intensif Rp. 91.707.250 Rp. 122.077.700 Rp. 187.756.000 Jumlah Rp. 4.398.523.156 Rp. 4.373.786.469 Rp. 4.502.247.531
Sumber: Laporan Tahunan RSUD Dr. Moewardi
Tabel II.3
Anggaran Dan Realisasi Pendapatan Rawat Inap Tahun Anggaran 2002-2004
Selisih
Tahun Anggaran Realisasi
Jumlah % Ket
2002 Rp.4.548.000.000 Rp.4.398.523.156 (Rp.149.476.844) (3,29%) (UF) 2003 Rp.5.036.000.000 Rp.4.373.786.469 (Rp.662.213.531) (13,15%) (UF) 2004 Rp.5.485.000.000 Rp.4.502.247.531 (Rp.982.752.469) (17,92%) (UF) Sumber: Laporan Tahunan RSUD Dr. Moewardi.
Berdasarkan tabel anggaran dan realisasi pendapatan rawat inap RSUD Dr. Moewardi di atas dapat dilihat bahwa selama tiga tahun berturut-turut target tidak dapat tercapai atau dengan kata lain selalu terjadi selisih yang merugikan. Hal tersebut disebabkan jumlah pasien rawat inap yang menurun sehingga menyebabkan rata-rata kapasitas tempat tidur yang rendah, pasien yang mempunyai kartu sehat akan memperoleh keringanan biaya pengobatan dari rumah sakit karena RSUD Dr. Moewardi yang mengemban misi sosial tetap konsisten dalam melayani pasien tidak mampu yaitu melalui jalur fasilitas Jaring Pengaman Sosial (JPS), yang terdiri dari pasien
29
pemegang Kartu Sehat dan pasien pemegang Surat Keterangan Tidak Mampu, pola penyakit masyarakat yang relatif tetap. Selain itu dipengaruhi juga persaingan dengan rumah sakit lain yang semakin ketat.
Dari tabel diatas penulis akan membahas satu persatu penyimpangan yang mungkin terjadi dan mencoba mencari menyebabnya apakah karena varians volume atau varians harga.
1. Pendapatan Rawat Inap Komponen Akomodasi
Tabel II.4
Data Pendapatan Akomodasi Tahun Anggaran 2002-2004 Anggaran Realisasi Tahun Hari Perawatan Jumlah Hari Perawatan Jumlah 2002 2003 2004 99.758 106.652 90.672 Rp. 2.171.000.000 Rp. 2.625.000.000 Rp. 2.505.000.000 96.757 82.429 89.840 Rp. 2.348.659.700 Rp. 2.050.614.745 Rp. 1.879.926.925 Sumber: Laporan Tahunan RSUD Dr. Moewardi
a. Tahun Anggaran 2002 Persentase Penyimpangan = Re x100% Anggaran Anggaran alisasi = 100% 000 . 000 . 171 . 2 . 000 . 000 . 171 . 2 . 700 . 659 . 348 . 2 . x Rp Rp Rp = 8,18 % (Menguntungkan) Harga rata-rata: 1. Anggaran (Hrt A) = Rp. 2.171.000.000 : 99.758 = Rp. 21.763 2. Realisasi (Hrt R) = Rp. 2.348.659.700 : 96.757 = Rp. 24.274
Varians Hari Perawatan (HP) = (HP R – HP A) X Hrt A
= (96.757-99.758) X Rp. 21.763 = ( Rp. 65.310.763) Merugikan
= (Hrt R – Hrt A) X HP R
= (Rp.24.274 - Rp.21.763) X 96.757=Rp. 242.956.827 Menguntungkan Rekapitulasi
Varians Hari Perawatan = (Rp. 65.310.763) Merugikan
Varians Harga = Rp. 242.956.827 Menguntungkan = Rp. 177.646.064 Menguntungkan Analisis:
Terdapat varians yang menguntungkan sebesar Rp. 177.646.064 atau dalam persentase sebesar 8,18% di atas target. Meskipun terjadi varians
hari perawatan yang merugikan sebesar Rp. 65.310.763, tetapi hal ini dapat ditutup dengan terjadi varians harga yang menguntungkan sebesar Rp. 242.956.827. Hal ini terjadi karena pendapatan akomodasi meliputi penerimaan dari biaya sewa kamar, pelayanan gizi/makanan dan kebersihan, sedangkan pembelian barang yang diperlukan untuk memenuhi pelayanan gizi/makanan dan kebersihan tersebut diperoleh rumah sakit dari KPRI RSUD Dr. Moewardi dengan harga yang lebih murah. b. Tahun Anggaran 2003 Persentase Penyimpangan = Re x100% Anggaran Anggaran alisasi = 100% 000 . 000 . 625 . 2 . 000 . 000 . 625 . 2 . 745 . 614 . 050 . 2 . x Rp Rp Rp = - 21,88 % (Merugikan) Harga rata-rata:
31
1. Anggaran (Hrt A) = Rp. 2.625.000.000 : 106.652 = Rp. 24.613 2. Realisasi (Hrt R) = Rp. 2.050.614.745 : 82.429 = Rp. 24.877
Varians Hari Perawatan (HP) = (HP R – HP A) X Hrt A = (82.429 – 106.652) X Rp. 24.613 = (Rp. 596.200.699) Merugikan Varians Harga = (Hrt R – Hrt A) X HP R = (Rp. 24.877 – Rp. 24.613) X 82.429 = Rp. 21.761.256 Menguntungkan Rekapitulasi
Varians Hari Perawatan = (Rp. 596.200.699) Merugikan
Varians Harga = Rp. 21.761.256 Menguntungkan = (Rp. 574.439.443) Merugikan Analisis:
Pada tahun anggaran ini terdapat varians yang merugikan sebesar Rp. 574.439.443 atau sekitar 21,18% di bawah target. Penyebabnya karena
terjadi selisih merugikan yang sangat besar pada varians hari perawatan yaitu Rp 596.200.699, dimana hal ini tidak bisa diimbangi dengan selisih menguntungkan pada varians harga yang hanya sebesar Rp. 21.761.256.
Varians hari perawatan ini dipengaruhi oleh menurunnya jumlah pasien rawat inap karena pola penyakit masyarakat yang relatif tetap
c. Tahun Anggaran 2004
Persentase Penyimpangan = Re x100%
Anggaran Anggaran alisasi
= 100% 000 . 000 . 505 . 2 . 000 . 000 . 505 . 2 . 925 . 926 . 879 . 1 . x Rp Rp Rp = - 24, 95 % (Merugikan)
33
Harga rata-rata:
1. Anggaran (Hrt A) = Rp. 2.505.000.000 : 90.672 = Rp. 27.627
2. Realisasi (Hrt R) = Rp. 1.879.926.925 : 89.840 = Rp. 20.925
Varians Hari Perawatan (HP) = (HP R – HP A) X Hrt A = (89.840 – 90.672) X Rp. 27.627 = (Rp. 22.985.664) Merugikan Varians Harga = (Hrt R – Hrt A) X HP R = (Rp. 20.925–Rp. 27.627) X 89.840 = (Rp. 602.107.680) Merugikan Rekapitulasi
Varians Hari Perawatan = (Rp. 22.985.664) Merugikan
Varians Harga = (Rp. 602.107.680) Merugikan = (Rp. 625.093.344) Merugikan Analisis:
Pendapatan rawat inap komponen akomodasi, pada tahun anggaran ini tidak mencapai target yang telah ditetapkan yaitu mengalami varians yang merugikan sekitar 24,95% atau sebesar Rp. 625.093.344. Hal ini disebabkan terjadi selisih yang sama-sama merugikan pada varians hari
perawatan yaitu sebesar Rp. 22.985.664 dan varians harga sebesar Rp. 602.107.680. Selisih yang merugikan pada varians harga ini
disebabkan harga rata-rata anggaran sebesar Rp. 27.627, tetapi pada realisasinya harga rata-rata hanya sebesar Rp. 20.925, karena pada pasien kelas III dengan biaya yang lebih murah pada umumnya mempunyai Kartu
Sehat atau Askes yang memanfaatkan kartu tersebut untuk memperoleh keringanan biaya pengobatan.
2. Pendapatan Rawat Inap Komponen Visite Dokter/ Konsul
RSUD Dr. Moewardi tidak membuat laporan tentang volume pelayanan visite pada rawat inap sehingga penulis menggunakan data hari perawatan karena hari perawatan juga berhubungan dengan pendapatan visite dokter/konsul.
Tabel II.5
Data Pendapatan Visite Dokter/ Konsul Tahun Anggaran 2002-2004 Anggaran Realisasi Tahun Hari Perawatan Jumlah Hari Perawatan Jumlah 2002 2003 2004 113.142 118.504 102.015 Rp. 1.205.000.000 Rp. 1.479.000.000 Rp. 1.530.000.000 107.731 92.741 99.675 Rp. 1.150.980.981 Rp. 1.211.917.524 Rp. 1.487.265.431 Sumber: Laporan Tahunan RSUD Dr. Moewardi
a. Tahun Anggaran 2002 Persentase Penyimpangan =Re x100% Anggaran Anggaran alisasi = 100% 000 . 000 . 205 . 1 . 000 . 000 . 205 . 1 . 981 . 980 . 150 . 1 . x Rp Rp Rp = - 4,48% (Merugikan) Harga rata-rata: 1. Anggaran (Hrt A) = Rp. 1.205.000.000 : 113.142 = Rp. 10.650 2. Realisasi (Hrt R) = Rp. 1.150.980.981 : 107.731 = Rp. 10.684
35
Varians Hari Perawatan (HP) = (HP R – HP A) X Hrt A = (107.731–113.142) X Rp. 10.650 = ( Rp. 57.627.150) Merugikan Varians Harga = (Hrt R – Hrt A) X HP R = (Rp. 10.684 - Rp. 10.650) X 107.731 = Rp. 3.662.854 Menguntungkan Rekapitulasi
Varians Hari Perawatan = (Rp. 57.627.150) Merugikan
Varians Harga = Rp. 3.662.854 Menguntungkan = Rp. (53.964.296) Merugikan Analisis:
Realisasi pendapatan visite dokter/konsul pada tahun anggaran ini berada 4,48% di bawah target atau selisih merugikan sebesar Rp. 53.964.296. Apabila dilihat dari harga rata-rata terdapat selisih yang tipis pada harga