• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan Pustaka 1.Pajak

a. Pengertian Pajak

Apabila membahas pengertian pajak, banyak para ahli memberikan batasan tentang pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani yang telah diterjemahkan oleh R. Santoso Brotodiharjo, S.H. dalam buku Perpajakan Indonesia (Waluyo, 2010:3).

“Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan”. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak, adalah sebagai berikut:

1) Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan

pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan.

2) Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya

kontraprestasi individual oleh pemerintah.

3) Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

commit to user

4) Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai publik investment.

5) Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu mengatur.

b. Fungsi Pajak

Sebagaimana telah diketahui ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak dari berbagai definisi, terlihat adanya dua fungsi pajak yaitu sebagai berikut:

1) Fungsi Penerimaan (Budgeter)

Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Sebagai contoh: dimasukkannya pajak dalam APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara) sebagai penerimaan dalam negeri. 2) Fungsi Mengatur (Regulerend)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi, sebagai contoh: dikenakannya pajak yang lebih tinggi terhadap minuman keras, dapat ditekan. Demikian pula terhadap barang mewah.

commit to user 2.Surat Pemberitahuan (SPT)

a. Pengertian Surat Pemberitahuan (SPT)

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan pasal 1 angka 11 menyebutkan bahwa pengertian Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/ atau pembayaran pajak, Objek Pajak dan/ atau bukan Objek Pajak dan/ atau harta dan kewajiban, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

b. Fungsi Surat Pemberitahuan (SPT)

(Suhartono dan Ilyas, 2010: 34) bagi Pengusaha Kena Pajak, fungsi SPT adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang:

1) Pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran

2) Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh Pengusaha Kena Pajak dan/ atau melalui pihak lain dalam 1 (satu) masa pajak, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Bagi pemotong atau pemungut pajak, fungsi Surat

commit to user

mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut dan disetorkannya.

Pengertian mengisi SPT dimaksudkan yaitu mengisi SPT dalam bentuk kertas dan/ atau dalam bentuk elektronik dengan benar, lengkap, jelas sesuai dengan petunjuk pengisian yang diberikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Sedangkan yang dimaksud dengan istilah benar, lengkap, dan jelas dalam mengisi SPT adalah:

1) Benar yaitu benar dalam perhitungan, termasuk benar dalam penerapan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dalam penulisan, dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya

2) Lengkap yaitu memuat semua unsur-unsur yang berkaitan

dengan Objek Pajak dan unsur-unsur lain yang harus dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan

3) Jelas yaitu melaporkan asal-usul atau sumber dari Objek Pajak dan unsur-unsur lain yang harus dilaporkan dalam SPT.

Dalam rangka memberikan pelayanan dan kemudahan kepada Wajib Pajak, formulir SPT disediakan di kantor-kantor Direktorat Jenderal Pajak dan tempat-tempat lain yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak yang diperkirakan mudah terjangkau Wajib Pajak. Pengambilan SPT dengan cara lain juga dapat dilakukan Wajib Pajak dengan mengakses situs Direktorat Jenderal

commit to user

Pajak. Penegasan pada pasal 3 ayat (2) untuk setiap Wajib Pajak yang wajib mengisi SPT dan Wajib Pajak yang telah mendapat izin Menteri Keuangan untuk menyelanggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain rupiah, mengambil sendiri SPT atau mengambil dengan cara lain yang tata caranya diatur oleh Menteri Keuangan. Sedangkan masalah penandatangan SPT dapat dilakukan secara biasa, dengan tanda tangan stempel, atau tanda tangan elektronik atau digital, semuanya mempunyai kekuatan hukum ynag sama dengan tanda tangan biasa (pengaturannya didasarkan pada Peraturan Menteri Keuangan).

c. Jenis dan Bentuk Surat Pemberitahuan (SPT) Jenis SPT sebagai berikut:

1) SPT tahunan Pajak Penghasilan, yaitu SPT untuk suatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak.

2) SPT Masa, yaitu SPT untuk suatu masa pajak yang terdiri atas:

a) SPT Masa Pajak Penghasilan

b) SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai

c) SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi Pemungut Pajak Pertambahan Nilai.

commit to user

Surat Pemberitahuan untuk melaporkan penghitungan dan penyetoran pajak yang dilakukan selama 1 (satu) bulan/ masa pajak adalah sebagai berikut:

a) SPT Masa Pasal 21

(i) Melaporkan penghitungan dan penyetoran pemotongan

PPh Pasal 21 selama 1 (satu) bulan/ masa pajak.

(ii) SPT Masa PPh Pasal 2 wajib dilaporkan tiap-tiap masa pajak meskipun tidak ada pemotongan atau penyetoran PPh Pasal 21 pada bulan/ masa pajak yang bersangkutan.

(iii) Bentuk SPT Masa PPh Pasal 21 ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak dalam bentuk hard copy atau e-SPT.

(iv) Khusus SPT PPh Pasal 21 Masa Pajak Desember melaporkan penghitungan PPh Pasal 21 selama 1 (satu) tahun, dam penyetoran PPh Pasal 21 selama Januari

sampai dengan November sehingga selisihnya

merupakan PPH Pasal 21 masa pajak Desember yang harus disetor.

b) SPT Masa PPh Pasal 22

(i) Melaporkan penghitungan dan penyetoran pemungutan

commit to user

(ii) SPT Masa PPh Pasal 22 bersifat insidental sehingga hanya wajib dilaporkan apabila pada masa pajak tersebut terdapat pemungutan dan penyetoran PPh Pasal 22, apabila tidak ada pemotongan dan pemungutan PPh Pasal 22 pada suatu bulan/ masa pajak

maka tidak mempunyai kewajiban untuk

menyampaikan SPT PPh Pasal 22 masa pajak tersebut. (iii) Bentuk SPT Masa PPh Pasal 22 ditentukan oleh

Direktorat Jenderal Pajak dalam bentuk hard copy atau e-SPT.

c) SPT Masa PPh Pasal 23

Melaporkan penghitungan dan penyetoran

pemotongan PPh Pasal 23 selama 1 (satu) bulan/ masa pajak. Pelaporan SPT Masa PPh Pasal 23 bersifat insidental.

d) SPT Masa PPh Pasal 26

Melaporkan penghitungan dan penyetoran

pemotongan PPh Pasal 26 selama 1 (satu) bulan/ masa pajak. Pelaporan SPT Masa PPh Pasal 26 bersifat insidental.

e) SPT Masa PPh Pasal 4 ayat 2 bagi Pemotong Pajak

Melaporkan penghitungan dan penyetoran

commit to user

pajak. Pelaporan SPT masa PPh Pasal 4 ayat 2 bersifat insidental.

f) SPT Masa PPh Pasal 4 ayat 2 bagi Wajib Pajak Penerima Penghasilan

(i) Melaporkan penghitungan dan penyetoran pemotongan

PPh Pasal 4 ayat 2 yang dilakukan sendiri selama 1 (satu) bulan/ masa pajak. Pelaporan SPT Masa PPh Pasal 4 ayat 2 bersifat insidental.

(ii) SPT tersebut dilaporkan sendiri oleh Wajib Pajak penerima penghasilan apabila terdapat penghasilan Pasal 4 ayat 2 yang tidak dipotong oleh pihak lain. g) SPT Masa PPh Pasal 15

Melaporkan penghitungan dan penyetoran

pemotongan PPh Pasal 15 selama 1 (satu) bulan/ masa pajak. Pelaporan SPT Masa PPh Pasal 15 bersifat insidental.

h) SPT Masa PPh Pasal 25

(i) Melaporkan penyetoran PPh Pasal 25 (angsuran pajak dalam tahun berjalan yang dibayar sendiri) yang dilakukan oleh Wajib Pajak Badan dan Wajib Pajak Orang Pribadi yang mempunyai usaha/ perkerjaan bebas.

commit to user

(ii) Pelaporan PPh Pasal 25 bersifat rutin sehingga wajib melaporkan SPT Masa PPh Pasal 25 meskipun nihil. (iii) Bentuk SPT Masa PPh Pasal 25 adalah Surat Setoran

Pajak (SSP) lembar ke-3.

i) SPT Masa PPN

(i) Melaporkan penghitungan PPN tiap-tiap bulan oleh Pangusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pangusaha Kena Pajak, dan pemungutan PPN yang dilakukan oleh bendaharawan APBN/ APBD.

(ii) Kewajiban penyampaian SPT Masa PPN tiap-tiap

bulan meskipun tidak ada transaksi terutang PPN bulan/ masa pajak yang bersangkutan, kecuali bendaharawan APBN/ APBD yang bersifat insidental.

d. Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT)

Terhadap SPT yang telah diisi selanjutnya Wajib Pajak menyampaikan SPT tersebut ke Kantor Pelayanan Pajak atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Cara penyampaian SPT:

1) Secara langsung dan diberikan tanda penerimaan surat 2) Melalui pos dengan bukti pengiriman surat

commit to user

a) Melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir

(perusahaan yang berbentuk badan hukum yang

memberikan jasa pengiriman surat jenis tertentu termasuk pengiriman SPT ke Direktorat Jenderal Pajak) dengan bukti pengiriman surat

b) e-Filing melalui ASP (Application Service Provider)

ASP atau penyedia jasa aplikasi ini sebagai perusahaan penyedia jasa aplikasi yang telah ditunjuk dengan Keputusan Direktorat Jenderal Pajak sebagai perusahaan yang dapat menyalurkan penyampaian SPT atau

pemberitahuan perpanjangan SPT Tahunan secara

elektronik ke Direktorat Jenderal Pajak.

Setiap SPT yang disampaikan oleh Wajib Pajak diperlukan Tanda Penerimaan Surat (tanda terima) atau bukti penerimaan SPT, tetapi juga mengikuti cara penyampaian SPT. Terhadap SPT yang disampaikan:

1) Secara langsung, akan diberikan Tanda Penerimaan Surat melalui Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) Kantor Pelayanan Pajak.

2) Melalui pos dengan bukti pengiriman surat itulah menjadi bukti penerimaan SPT.

commit to user 3) Dengan cara lain yaitu:

a) Melalui perusahaan jasa dengan bukti pengiriman surat atau Tanda Penerimaan Surat.

b) E-Filing dengan bukti penerimaan elektronik.

Bukti penerimaan elektronik ini adalah informasi yang meliputi nama, NPWP, tanggal, jam, Nomor Tanda Terima Elektronik (NTTE), dan Nomor Transaksi Pengiriman ASP (NTPA) serta nama perusahaan penyedia jasa aplikasi (ASP) yang tertera pada hasil cetakan SPT induk.

e. SPT dianggap tidak disampaikan jika: 1) SPT tidak ditandatangani

2) SPT tidak dilampiri keterangan dan/ atau dokumen sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan.

a) SPT terdiri dari SPT Induk dan Lampiran, merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan

b) SPT harus dilampiri dengan keterangan dan/ atau dokumen

sesuai dengan undang-undang perpajakan yaitu laporan keuangan bagi Wajib Pajak yang wajib pembukuan, laporan keuangan yang diaudit oleh akuntan publik, Surat Kuasa apabila ditandatangani bukan oleh pengurus atau Wajib Pajak yang bersangkutan.

commit to user

3) SPT lebih bayar disampaiakan telah lewat 3 (tiga) tahun sesudah berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak, dan Wajib Pajak telah ditegur secara tertulis

4) SPT disampaikan setelah Direktorat Jenderal Pajak melakukan pemeriksaan/ menerbitkan surat ketetapan pajak

f. Perpanjangan Jangka Waktu Penyampaian SPT Tahunan

Walaupun batas waktu penyampaian SPT sudah ditetapkan, Wajib Pajak dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian SPT Tahunan dengan menyampaikan pemberitahuan perpanjangan SPT Tahunan. Pemberitahuan perpanjangan SPT Tahunan wajib ditandatangani oleh Wajib Pajak atau kuasanya yang harus dilampiri dengan Surat Kuasa Khusus. Bentuk pemberitahuan perpanjangan SPT yaitu berbentuk formulir kertas (hardcopy) atau bentuk elektronik. Batas penyampaian SPT Tahunan yaitu sebagai berikut:

1) SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir tahun pajak

2) SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan paling lama

4 (empat) bulan setelah akhir tahun pajak.

Wajib Pajak dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian

SPT Tahunan dengan cara menyampaikan pemberitahuan

perpanjangan SPT Tahunan dengan melampirkan beberapa lampiran sebagai berikut:

commit to user

1) Penghitungan sementara Pajak Terutang dalam 1 (satu) Tahun Pajak yang batas waktu penyampaiannya diperpanjang

2) Laporan Keuangan sementara

3) Surat Setoran Pajak (SSP) sebagai bukti pelunasan kekurangan pembayaran pajak terutang.

Cara penyampaian pemberitahuan perpanjangan SPT Tahunan sama dengan penyampaian SPT. Jika pemberitahuan perpanjangan SPT tidak memenuhi syarat maka dianggap bukan pemberitahuan perpanjangan SPT Tahunan.

g. Sanksi Terlambat atau Tidak menyampaikan SPT

Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu yang telah ditentukan atau batas waktu perpanjangan penyampaian Surat Pemberitahuan, dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar:

1) Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) untuk Surat

Pemberitahuan masa pajak Pertambahan Nilai,

2) Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan lainnya,

3) Rp1000.000,00 (satu juta rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan,

4) Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi

commit to user 3.Surat Setoran Pajak (SSP)

a. Pengertian SSP

Surat Setoran Pajak adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas negara melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan (Mardiasmo, 2009: 29)

b. Fungsi SSP

Mardiasmo (2009: 35) mengemukakan, bahwa SSP berfungsi sebagai bukti pembayaran pajak apabila telah disahkan oleh Pejabat kantor penerima pembayaran yang berwenang atau apabila telah mendapat validasi.

4. Surat Pemberitahuan Elektronik (e-SPT)

a. Pengertian e-SPT

e-SPT adalah Surat Pemberitahuan (SPT) dalam bentuk

program aplikasi yang merupakan fasilitas dari Direktorat Jenderal Pajak kepada Wajib Pajak yang digunakan untuk merekam SPT beserta lampirannya, memelihara data SPT beserta lampirannya, generate data SPT digital, dan mencetak SPT dan dapat dilaporkan melalui media elektronik ke Kantor Pelayanan Pajak.

commit to user

Menurut Richa PKP yang sudah menyampaikan SPT dalam bentuk elektronik tidak diperbolehkan lagi untuk menyampaikan SPT dalam bentuk formulir kertas (hard copy). Untuk memperoleh e-SPT, Wajib Pajak dapat mangunduh di www.pajak.go.id atau dapat meminta aplikasi e-SPT ke Kantor Pelayanan Pajak.

b. PKP Tertentu Yang Wajib Menyampaikan e-SPT

Menurut www.infotekno.co.id berikut PKP tertentu yang wajib menyampaikan e-SPT oleh Direktorat Jenderal Pajak:

1) Pengusaha Kena Pajak tertentu yang dimaksud adalah PKP dengan jumlah lebih dari 25 (dua puluh lima) dokumen dalam satu Masa Pajak, yang meliputi PKP yang melaporkan pemberitahuan Ekspor Barang, Pemberitahuan Ekspor Jasa Kena Pajak (JKP)/ Barang Kena Pajak (BKP) tidak berwujud. 2) PKP yang menerbitkan faktur pajak selain faktur pajak, yang

menurut ketentuan diperkenankan untuk tidak mencantumkan identitas pembeli serta nama dan tanda tangan penjual, dan/atau menerima nota retur/ nota pembatalan.

3) PKP yang melaporkan pemberitahuan impor barang atas impor BKP dan/ atau Surat Setoran Pajak (SSP), atas pemanfaatan BKP tidak berwujud/ JKP dari luar daerah pabean.

4) PKP yang menerima faktur pajak yang dapat dikreditkan dan/ atau menerbitkan nota retur/ nota pembatalan.

commit to user

5) PKP yang menerima faktur pajak yang tidak dapat dikreditkan atau mendapat fasilitas dan/ atau menerbitkan nota retur/nota pembatalan, atas pengembalian BKP/ pemanfaatan JKP yang pajak masukannya tidak dapat dikreditkan atau mendapat fasilitas.

Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang telah menyampaikan SPT dalam bentuk elektronik, tidak diperbolehkan lagi menyampaikan SPT dalam bentuk formulir kertas (hard copy).

c. Fasilitas e-SPT

1) Fasilitas e-SPT PPh

Data perpajakan yang akan direkam adalah:

a) Register Aplikasi, yaitu nomor register pada saat Wajib Pajak meng-install pertama kali software aplikasi SPT PPh elektronik.

b) Data identitas Wajib Pajak, yaitu data identitas atas:

(i) Wajib Pajak pemotong/ pemungut. Unsur yang direkam

yaitu: NPWP, nama, alamat, kode pos, nama KPP, pejabat penandatangan, kota, format nomor bukti potong/ pungut, nomor awal bukti potong/ pungut, kode kurs mata uang yang digunakan

(ii) Wajib Pajak dipotong/ dipungut, unsur yang direkam yaitu: NPWP, nama, alamat

commit to user

(iii) Pengguna aplikasi atau user. Unsur yang direkam yaitu: user ID, nama user, password

c) Bukti potong/ pungut PPh. Beberapa bukti potong/ pungut PPh yang dapat direkam yaitu:

(i) PPh Pasal 21

(ii) PPh Pasal 21 (Final)

(iii) PPh atas impor (oleh bendaharawan Direktorat Jenderal Bea Cukai/ DJBC)

(iv) PPh Pasal 22 (untuk industri/ eksportir tertentu) (v) PPh Pasal 22 oleh badan usaha industri rokok (final) (vi) PPh Pasal 23

(vii) PPh Pasal 23 (final) (viii) PPh Pasal 26

(ix) PPh hadiah undian

(x) PPh bunga deposito/ tabungan, diskonto, jasa giro (final)

(xi) PPh penjualan saham dan/ atau obligasi yang

diperdagangkan di bursa efek

(xii) PPh atas persewaan tanah dan/ atau bangunan (xiii) PPh jasa konstruksi (final)

(xiv) PPh bunga dan diskonto obligasi yang

diperdagangkan dan/ atau dilaporkan

commit to user

(xv) PPh atas imbalan kepada perusahaan pelayaran DN/

Dalam Negeri (final)

(xvi) PPh kepada perusahaan pelayaran dan/ atau

penerbangan LN/ Luar Negeri (final)

(xvii) PPh atas imbalan yang dibayarkan kepada

perusahaan penerbangan DN (Dalam Negreri) d) Surat Setoran Pajak. Unsur yang direkam yaitu:

(i) Jenis SPT masa

(ii) Masa Pajak (iii) Tahun Pajak (iv) Tanggal setor (v) Kode jenis pajak (vi) Kode jenis setoran (vii) Jumlah pembayaran

Hasil perekaman data dapat dilihat langsung oleh pengguna aplikasi (Wajib Pajak) dalam bentuk formulir perpajakan. Formulir yang dapat dilihat dari hasil perekaman yaitu:

(i) Daftar bukti potong/ pungut PPh pasal 21 dan/ atau pasal 26 (ii) Daftar bukti potong PPh pasal 22

(iii) Daftar bukti potong PPh pasal 23 dan/ atau pasal 26 (iv) Daftar bukti potong PPh pasal 4 ayat (2)

commit to user

(vi) Surat pemberitahuan. Dapat dilihat setelah melakukan proses posting, yang tujuannya untuk memindahkan transaksi di bukti potong/ pungut ke lembar SPT.

Hasil perekaman data dapat dicetak langsung dalam bentuk formulir perpajakan. Formulir yang dapat dicetak yaitu bukti potong/ pungut, SPT. Dengan menggunakan program aplikasi ini, data hasil perekaman dimungkinkan untuk dikirim secara on-line ke basis data Direktorat Jenderal Pajak melalui jaringan internet.

2) Fasilitas e-SPT PPN

Fasilitas dalam e-SPT PPN:

a) Perekaman data SPT besarta lampirannya sistem e-SPT

menyediakan fasilitas perekaman data SPT dan

lampirannya, dan melakukan perhitungan-perhitungan secara otomatis pada saat perekaman serta sinkronisasi data lampiran dan SPT Induk

b) Perekaman data SPT pembetulan beserta lampirannya.

Sistem e-SPT menyediakan fasilitas untuk melakukan perekaman SPT pembetulan

c) User Profiles. Sistem e-SPT memiliki kemampuan untuk mengatur profil masing-masing pengguna sesuai dengan tanggungjawabnya

commit to user

d) Memelihara data Wajib Pajak lawan transaksi. Sistem e -SPT memiliki fasilitas untuk merekam dan memelihara data Wajib Pajak lawan transaksinya

e) Impor Data lampiran. Sistem e-SPT memiliki kemampuan untuk mengimpor data Faktur Pajak dengan format tertentu, yang dihasilkan oleh sistem yang digunakan Wajib Pajak atau data Faktur Pajak hasil ekspor dari terminal sistem e -SPT lainnya

f) Generate Data Digital SPT

e-SPT memiliki fasilitas untuk menghasilkan data digital SPT yang nantinya akan diberikan ke KPP dalam bentuk disket ataupun dikirimkan secara online melalui fasilitas yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak.

Sistem e-SPT memiliki kemampuan untuk melakukan

pencetakan SPT Induk baik SPT Induk PPN ataupun SPT Induk PPNBM.

5. e-Filing

a. Pengertian e-Filing

Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor 6/PJ/2009 tentang tatacara penyampaian surat pemberitahuan secara elektronik menyatakan bahwa e-Filing adalahsuatu cara penyampaian SPT atau Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan yang dilakukan secara

commit to user

on-line yang real time melalui Penyedia Jasa Aplikasi atau Application Service Provider (ASP).

b. Manfaat e-Filing

Adapun manfaat dari e-F iling bagi Wajib pajak yaitu:

1) Pelaporan atau penyampaian SPT dapat dilakukan setiap saat tanpa mengenal hari libur

2) Kesalahan input data dapat dengan mudah direvisi pada saat pengisian data pada formulir e-SPT, tanpa harus menghapus atau mengganti kertas lembar SPT

3) Penyederhanaan proses dimana pelaporan SPT tidak perlu dilakukan dengan mendatangi dan mengikuti antrian di kantor Pelayanan Pajak (KPP)

4) Konfirmasi dari Direktorat Jenderal Pajak atas penerimaan laporan pajak dapat diperoleh saat itu juga (real time), setelah data-data yang dikirim telah benar dan lengkap

5) Sentralisasi penyampaian SPT PPN bagi Wajib Pajak Badan yang memiliki beberapa kantor cabang dapat dilakukan sehingga dapat mempermudah konsilidasi pelaporan antar cabang

commit to user B. Analisis Data dan Pembahasan

Pajak merupakan kewajiban yang harus dilaporkan oleh Wajib Pajak setiap masa pajak. Wajib Pajak dalam melaporkan besarnya pajak ke KPP (Kantor Pelayanan Pajak) menggunakan Surat Pemberitahuan (SPT), SPT sendiri terdiri dari 2 (dua) macam jenis yaitu SPT Konvensional (SPT dalam bentuk kertas) dan SPT Elektronik (e-SPT). SPT Konvensional merupakan alat untuk menyampaikan besarnya pajak secara manual menggunakan kertas

sedangkan e-SPT merupakan Surat Pemberitahuan (SPT) dalam bentuk

program aplikasi yang merupakan fasilitas dari Direktorat Jenderal Pajak kepada Wajib Pajak yang digunakan untuk merekam SPT beserta lampirannya, memelihara data SPT beserta lampirannya, generate data SPT digital, dan mencetak SPT dan dapat dilaporkan melalui media elektronik ke Kantor Pelayanan Pajak.

Aplikasi ini lebih efisien dibandingkan dengan SPT konvensional (dalam bentuk kertas) karena aplikasi ini tidak menggunakan kertas. Aplikasi ini sangat membantu untuk meringankan pekerjaan wajib pajak, bahkan tidak hanya Wajib Pajak saja yang mendapat keuntungan tetapi juga pegawai pajak juga untung dalam penggunaan e-SPT. Pegawai pajak/ fiskus tidak akan menyimpan SPT Konvensional dalam jumlah banyak sehingga formulir SPT tidak akan bertumpuk-tumpuk. Terdapat beberapa perbedaan antara SPT Konvensional dengan e-SPT, berikut ini penulis sampaikan berbedaan SPT konvensional dengan e-SPT:

commit to user Tabel 1.1

Perbedaan SPT Konvensional (Dalam Bentuk Kertas) dengan SPT Elektronik (e-SPT)

Pembeda SPT Konvensional e-SPT Penggunaan

kertas

Banyak menggunakan kertas

Sedikit menggunakan kertas

Pelaporan ke KPP Dilaporkan langsung ke KPP

Dapat dilaporkan melalui

internet atau datang

langsung ke KPP Perekaman Identitas Perusahaan dan Perusahaan Identitas Lawan

Tidak dapat merekam

identitas perusahaan dan identitas perusahaan lawan

Dapat merekam identitas perusahaan dan identitas perusahaan lawan

Keamanan Data Data yang direkam dapat

rusak karena kertas basah atau sobek

Data dapat direkam dengan aman

Kesalahan Pengisian SPT

Kemungkinan kesalahan

pengisian dan perekaman SPT cukup tinggi

Kemungkinan kesalahan

pengisian dan perekaman SPT rendah

Waktu Pengisian SPT

Pengisian formulir

memerlukan waktu yang cukup lama

Pengisian data tidak

Dokumen terkait