• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA

4.4 Analisis Data

Peneliti akan menguraikan dan menyajikan data penelitian yang dilakukan melalui wawancara atau in-depth interview dengan informan. Data yang telah diperoleh akan diinterpretasikan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif agar memperoleh data berdasarkan pemahaman fakta serta kesimpulan dari permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini.

Peneliti akan memaparkan hasil wawancara mendalam dengan informan terkait dengan pertanyaan yang telah disusun dalam interview guide penelitian, untuk mengetahui komunikasi terapeutik yang digunakan konselor dalam penyembuhan pasien pecandu narkoba di Yayasan Panti Rehabilitasi ORBIT Surabaya. Berikut ini adalah hasil wawancara mendalam yang telah dilakukan.

4.4.1 Infor man 1

Setiap pasien membawa cara sendiri untuk mengatasi perubahan yang telah terjadi dalam hidupnya sehingga konselor perlu bersikap tidak menghakim. Pasien membutuhkan penerimaan sebagai selayaknya manusia. Maka peneliti ingin mengetahui bagaimana informan 1 menghormati dan menghargai pasien pecandu narkoba di Yayasan Rehabilitasi ORBIT.

“Ya harus saling menghargai dan menghormati. Kalo saya tidak bisa menghargai mereka, sama saja saya tidak menghargai diri saya sendiri... Tidak boleh semena-mena memperlakukan pasien” (Wawancara informan 1, Kamis 5 Juni 2014)

2. Kesungguhan

Ada berbagai cara untuk menunjukkan kesungguhan kepada pasien. Kesungguhan merupakan kemampuan untuk menjadi diri sendiri di dalam perannya sebagai konselor, ketertarikan dan mengekspresikan banyak perasaan kepada pasien. Beberapa hal yang dilakukan informan 1 sebagai bentuk kesungguhan terhadap pasien, sesuai pernyaataan informan berikut ini.

“Saya selalu memulai obralan dengan pasien di waktu-waktu santai. Obrolan terkadang berisi pengalaman-pengalaman pribadi... Menanggapi cerita pasien, saya biasanya juga ikut bercerita kepada pasien tentang pengalaman pribadi saya.” (Wawancara Informan 1, Kamis 5 Juni 2014)

Empati adalah kasih sayang yang teredukasi atau suatu pemahanan intelektual dari keadaan emosional orang lain dalam hal ini adalah pasien. Kasih sayang adalah perasaan simpati yang dalam atau keinginan untuk memahami keadaan, perasaan atau pengalaman orang lain disertai oleh keinginan untuk meredahkan perderitaan. Berikut ini adalah pernyataan konselor mengenai bagaiaman cara konselor menyampaikan empati dan kasih sayang kepada pasien di panti rehabiliasi ORBIT.

“Saya sangat mengerti penderitaan yang dialami pasien, karena saya juga korban NAPZA. Akan muncul rasa peduli antar sesama korban NAPZA... Memberi perhatian mulai dari hal yang paling kecil seperti mengingatkan istirahat, malah biasanya saya menyempatkan memasak untuk pasien...” (Wawancara informan 1, Kamis 5 Juni 2014)

4. Menumbuhkan kepercayaan

Terciptanya kepercayaan adalah dasar dari semua hubungan dan salah satunya adalah hubungan terapeutik. Rasa kepercayaan merupakan kebutuhan utama manusia. Pada tingkat fisik, emosional, dan spiritual, kepercayaan sangat penting saat pasien berada pada posisi yang rentan. Untuk seorang pecandu narkoba tidak muda bagi dia bangkit dari keterpurukan dan keluar dari masalah-masalah yang di hadapi akibat perilaku pemakaian narkoba. Pasien perlu percaya bahwa konselor memiliki kejujuran, berpengetahuan luas, dan dapat diandalkan, dan dapat menerima

pasien apa adanya sebagai manusia. Berikut ini adalah pernyataan informan 1 mengenai cara menumbuhkan kepercayaan dari dalam diri pasien kepada konselor.

“Tidak mudah untuk mendapat kepercayaan dari pasien, malahan biasanya ada sedikit pemberontakan dari pasien... yang terpenting sih, selama di panti rehabilitasi saya harus menjadi contoh yang baik untuk pasien. Kalau saya lebih menerapkan sponsorship kepada pasien. Pasien boleh memilih konselor yang paling dipercaya untuk dijadikan sponsor...” (Wawancara informan 1, Kamis 5 Juni 2014)

5. Menjaga Kerahasiaan

Pasien memiliki hak privasi. Informasi dan berbagai data tentang pasien harus di jaga oleh konselor. Menjaga informasi tentang pasien akan tetap rahasia merupakan salah satu tanggung jawab konselor. Informasi yang berhubungan dengan diri pasien maupun penanganan permasalahan pasien hanya boleh diberikan kepada tenaga ahli lainnya seperti psikolog dan dokter. Hanya tenaga ahli tersebut yang dapat mengetahui dan boleh diberikan informasi spesifik oleh pasien. Kerahasiaan ini bisa berbentuk komunikasi rahasia baik dalam obrolan yang ringan atau konseling individu. Kerahasiaan berakar dari atika mengenai hak untuk mendapatkan privasi. Membocorkan suatu kerahasiaan pasien merupakan pelanggaran kepercayaan. Berikut ini adalah pernyataan

informan mengenai bagaimana cara konselor menjaga kerahasiaan pasien.

“Biasanya kalo pasien ingin menyampaikan sesuatu atau mengutarakan hal yang sifatnya privasi saya memberi ruang khusus dimana saya menjamin bahwa tidak ada yang tau selain saya... Keterbukaan pasien yang sifatnya sangat privasi akan saya catat dalam agenda khusus saya. Agenda ini sifatnya pribadi. Sesuai prosedur konselor harus menjaga privasi pasien“ (wawancara informan 1, Kamis 5 Juni 2014)

Analisis peneliti

Dari jawaban informan 1 seperti yang ada di atas, informan sangat menghargai dan menghormati pasien seperti informan menghargai diri sendiri, dan pantang untuk bertindak semena-mena terhadap pasien. Sesuai prinsip pertama untuk menjalin hubungan dalam komunikasi terapeutik Carl Rogers bahwa penerimaan berarti sikap tidak menghakimi pasien. Tidak menghakimi ditunjukan oleh informan 1 dengan sikap tidak semena-semana terhadap pasien.

Informan 1 selalu melakukan obrolan santai untuk menghabiskan waktu bersama dengan pasien. Dalam obrolan tersebut informan memberikan respon kepada pasien ketika pasien bercerita tentang pengalaman hidup atau hal-hal lain yang berkaitan dengan pasien.

Cara Informan 1 menunjukkan kesungguhan adalah dengan menunjukkan ketertarikan kepada pasien selama di Panti Rehabilitasi.

Seiring berjalannya waktu, informan mulai menanyai pasien mengenai keluarga, pekerjaan, hobi atau minat, hinga pengalaman hidup. Kegiatan ini bukan hanya sekedar obrolan ringan, melalui obrolan ini informan dapat menggali informasi tentang pasien. Membujuk pasien untuk bercerita menunjukkan ketertarikan informan kepada pasien sebagai manusia, tidak hanya sebagai sebuah prosedur. Ketertarikan terhadap pasien termasuk satu wujud kesungguhan dalam komunikasi terapeutik.

Dengan pengalaman pribadi yang dimiliki informan 1 mengenai adiksi, maka sangat mudah bagi informan untuk menumbuhkan empati dan kasih sayang kepada pasien. Informan 1 cenderung menggunakan keinginan empatiknya dengan lebih efisien untuk menilai dan memahami pengalaman pasien, mendefinisikan kebutuhan pasien, dan menyusun treathment plan yang tepat dan kemudian menilai hasil akhir dari program rehabilitasi pasien. Konselor benar-benar dapat melihat dari sudut pandang pasien sekaligus merasakan sisi emosional pasien. Menurut (Machmud, 2009:105), ada beberapa tujuan dari Komunikasi Terapeutik yaitu Menggali perasaan, pikiran, dan pengalaman sendiri, dan mengerti tentang peran yang dimainkan oleh pasien dan orang lain dalam masalah yang diidentifikasi. Dengan memberikan kepedulian terhadap sesama korban NAPZA akan membuat konselor bertahan pada titik kesembuhannya saat ini. Informan 1 pernah memiliki penderitaan yang sama, pernah merasakan apa yang dirasakan pasien, hal ini menjadi kunci tumbuhnya empati dan kasih sayang yang lebih dari dalam diri informan.

Kepercayaan merupakan pilihan yang dibuat oleh pasien berdasarkan kebutuhannya. Kepercayaan dapat tumbuh dengan menunjukan contoh berperilaku yang baik selama di panti rehabilitasi. Dengan begitu pasien akan percaya bahwa konselor adalah sosok yang dapat diandalkan. Informan 1 juga membuat suatu istilah sponsorship. Informan 1 memfasilitasi proses mengembangkan kepercayaan pada diri dengan adanya sponsorship. Sponsorship merupakan salah satu tools yang digunakan dalam rehabilitasi. Sponsor adalah seseorang yang dijadikan tempat berbagi, memberi solusi, paling dipercaya untuk membimbing pasien secara personal atau individu.

Untuk menjaga kerahasiaan pasien, informan 1 telah memiliki cara untuk menjaga kerahasiaan pasien yaitu dengan cara mengajak pasien di ruang khusus untuk membicarakan hal yang sifatnya pribadi, yang tidak dapat didengar atau diketahui orang lain. Setelah itu informan mencatatnya di dalam agenda pribadi miliknya. Informan dapat mengatur privasi pasien. Yayasan rehabilitasi ORBIT telah memiliki prosedur untuk tetap menjaga segala hal mengenai data-data pribadi pasien.

4.4.2 Infor man 2

1. Pandangan positif terhadap pasien

Setiap pasien membawa cara sendiri untuk mengatasi perubahan yang telah terjadi dalam hidupnya sehingga konselor perlu bersikap tidak menghakim. Pasien membutuhkan penerimaan

sebagai selayaknya manusia. Maka peneliti ingin mengetahui bagaimana informan 2 menghormati dan menghargai pasien pecandu narkoba di Yayasan Rehabilitasi ORBIT.

“Semua proses yang berjalan di Yayasan ORBIT ini dilandasi dengan Respect and Dignity... Yang terpenting adalah pasien merasa nyaman berada di sini” (Wawancara informan 2, Sabtu 7 Juni 2014)

2. Kesungguhan

Ada berbagai cara untuk menunjukkan kesungguhan kepada pasien. Kesungguhan merupakan kemampuan untuk menjadi diri sendiri di dalam perannya sebagai konselor, ketertarikan dan mengekspresikan banyak perasaan kepada pasien. Beberapa hal yang dilakukan informan 2 sebagai bentuk kesungguhan terhadap pasien, sesuai pernyaataan informan berikut ini.

“Ada diantara pasien yang pada awal menjalani rehab sedikit melakukan pemberontakan. Ya harus sabar.. yang pentingkan kita tulus membantu pasien...” (Wawancara informan 2, Sabtu 7 Juni 2014)

3. Empati kepada pasien

Empati adalah kasih sayang yang teredukasi atau suatu pemahanan intelektual dari keadaan emosional orang lain dalam hal ini adalah pasien. Kasih sayang adalah perasaan simpati yang dalam atau keinginan untuk memahami keadaan, perasaan atau

pengalaman orang lain disertai oleh keinginan untuk meredahkan perderitaan. Berikut ini adalah pernyataan konselor mengenai bagaiaman cara konselor menyampaikan empati dan kasih sayang kepada pasien di panti rehabiliasi ORBIT.

”Inilah kelebihan dari konselor dibanding tenaga ahli lainnya. Saya dulu juga pernah direhab... jadi sebernarnya ini sama aja kaya flashback. Naluri untuk membantu itu muncul dengan sendirinya” (Wawancara Informan 2, Sabtu 7 Juni 2014)

4. Menumbuhkan kepercayaan

Terciptanya kepercayaan adalah dasar dari semua hubungan dan salah satunya adalah hubungan terapeutik. Rasa kepercayaan merupakan kebutuhan utama manusia. Pada tingkat fisik, emosional, dan spiritual, kepercayaan sangat penting saat pasien berada pada posisi yang rentan. Untuk seorang pecandu narkoba tidak muda bagi dia bangkit dari keterpurukan dan keluar dari masalah-masalah yang di hadapi akibat perilaku pemakaian narkoba. Pasien perlu percaya bahwa konselor memiliki kejujuran, berpengetahuan luas, dan dapat diandalkan, dan dapat menerima pasien apa adanya sebagai manusia. Berikut ini adalah pernyataan informan 2 mengenai cara menumbuhkan kepercayaan dari dalam diri pasien kepada konselor.

”Saya menggunakan wawancara yang mendalam. Dengan pendekatan di metode ini pasien diarahkan untuk terbuka dan menumbuhkan kepercayaan kepada

konselor, dan kepercayaan diri sendiri.” (Wawancara Informan 2, Kamis 5 Juni 2014)

5. Menjaga Kerahasiaan

Pasien memiliki hak privasi. Informasi dan berbagai data tentang pasien harus di jaga oleh konselor. Menjaga informasi tentang pasien akan tetap rahasia merupakan salah satu tanggung jawab konselor. Informasi yang berhubungan dengan diri pasien maupun penanganan permasalahan pasien hanya boleh diberikan kepada tenaga ahli lainnya seperti psikolog dan dokter. Hanya tenaga ahli tersebut yang dapat mengetahui dan boleh diberikan informasi spesifik oleh pasien. Kerahasiaan ini bisa berbentuk komunikasi rahasia baik dalam obrolan yang ringan atau konseling individu. Kerahasiaan berakar dari atika mengenai hak untuk mendapatkan privasi. Membocorkan suatu kerahasiaan pasien merupakan pelanggaran kepercayaan. Berikut ini adalah pernyataan informan mengenai bagaimana cara konselor menjaga kerahasiaan pasien.

“Menjaga kerahasiaan adalah wujud penghargaan dari keterbukaan pasien... Data-data pasien sudah pasti dijaga konselor, sesuai prosedur rehabilitasi” (Wawancara informan 2, Sabtu 7 Juni 2014)

Menurut pernyataan informan 2 di atas, menyatakan bahwa segala kegiatan rehabilitasi yang berlangsung di Yayasan Rehabilitasi ORBIT berlandaskan Respect and Dignity. Baik dalam layanan rehabilitasi maupun dalam hubungan individu. Antara konselor dan pasien sangat menjunjung tinggi sikap menghormati dan menghargai, sama seperti prinsip hubungan dalam komunikasi terapeutik salah satunya yaitu pandangan positif tanpa syarat sebagai sesama manusia. Dengan saling menghargai maka akan menciptakan kenyamanan untuk pasien.

Konselor dalam melakukan komunikasi harus dapat mengendalikan diri, mengetahui perasaan dan merasakan apa yang dirasakan oleh pasien, sehingga komunikasi antara perawat dan pasien dapat berjalan dengan baik dan efektif. Informan 2 menunjukkan bentuk kesungguhan dengan pengendalian emosi dan memilih bersikap sabar, menerima dan memahami kondisi pasien di atas perasaan pribadi merupakan salah satu cara menciptakan hubungan dalam proses berlangsungnya komunikasi terapeutik. Salah satu faktor penghambat dalam menjalin hubungan terapeutik adalah emosi. Emosi adalah perasaan subyektif tentang suatu peristiwa di sekelilingnya. Kekuatan emosi dipengaruhi oleh cara seorang mengendalikan diri dalam menunjukkan kesanggupan atau kemampuannya berhubungan dengan orang lain (Anita Murwani, 2009:19).

Ketika berhadapan dengan pasien, informan 2 seperti merasakan

flashback dari apa yang pernah dialami oleh pasien. Dengan menggunakan

untuk berbagi perasaan tentang apa yang pernah dialami olehnya dulu ketika menjalani rehabilitasi. Menurut (Machmud, 2009:105), ada beberapa tujuan dari Komunikasi Terapeutik yaitu Menggali perasaan, pikiran, dan pengalaman sendiri, dan mengerti tentang peran yang dimainkan oleh pasien dan orang lain dalam masalah yang diidentifikasi.

Kepercayaan menjadi salah satu hal yang ditumbuhkan konselor dalam diri pasien. Untuk menumbuhkan kepercayaan tersebut, Informan 2 melakukan pendekatan dengan wawancara mendalam. Wawancara dilakukan guna menciptakan kepercayaan dan keyakinan internal yang muncul dari dalam diri pasien. Setelah menumbuhkan kepercayaan, konselor memiliki kewajiban untuk menjaga kepercayaan tersebut. Segala keterbukaan pasien, wajib dijaga kerahasiaannya. Menjaga kerahasiaan merupakan wujud penghargaan dari keterbukaan pasien. Menjaga rahasia merupakan tindakan lanjut dari kepercayaan yang diberikan pasien kepada konselor. Menjaga kerahasiaan itu sama halnya menjaga kepercayaan dari pasien, kepercayaan yang dibangun bersama untuk tujuan penyembuhan pasien. Dan sama seperti pernyataan informan 1, data-data pribadi pasien wajib dijaga dan tidak diperkenankan untuk dipublikasikan sesuai kebijakkan Yayasan rehabilitasi ORBIT.

4.4.3 Infor man 3

Setiap pasien membawa cara sendiri untuk mengatasi perubahan yang telah terjadi dalam hidupnya sehingga konselor perlu bersikap tidak menghakim. Pasien membutuhkan penerimaan sebagai selayaknya manusia. Maka peneliti ingin mengetahui bagaimana informan 3 menghormati dan menghargai pasien pecandu narkoba di Yayasan Rehabilitasi ORBIT.

“Saya ngga pernah merasa kalau saya lebih baik dari pasien, saya merasa sama dengan pasien, cuman yang membedakan sekarang saya sudah merubah perilaku pemakaian saya. Pasien saya anggap sebagai teman dan sesama teman kita harus bertolenransi antara satu dengan yang lain” (Wawancara Informan 3, Sabtu 7 Juni 2014)

2. Kesungguhan

Ada berbagai cara untuk menunjukkan kesungguhan kepada pasien. Kesungguhan merupakan kemampuan untuk menjadi diri sendiri di dalam perannya sebagai konselor, ketertarikan dan mengekspresikan banyak perasaan kepada pasien. Beberapa hal yang dilakukan informan 3 sebagai bentuk kesungguhan terhadap pasien, sesuai pernyaataan informan berikut ini.

“Keluar dari ketergantungan narkoba itu bukan hal yang gampang, jadi butuh kesabaran yang ekstra...” (Wawancara informan 3, Sabtu 7 Juni 2014)

3. Empati dan kasih sayang kepada pasien

Empati adalah kasih sayang yang teredukasi atau suatu pemahanan intelektual dari keadaan emosional orang lain dalam hal ini adalah pasien. Kasih sayang adalah perasaan simpati yang dalam atau keinginan untuk memahami keadaan, perasaan atau pengalaman orang lain disertai oleh keinginan untuk meredahkan perderitaan. Berikut ini adalah pernyataan konselor mengenai bagaiaman cara konselor menyampaikan empati dan kasih sayang kepada pasien di panti rehabiliasi ORBIT.

“Empati saya tunjukkan dengan memberi motivasi kepada pasien...” (Wawancara informan 3, Sabtu 7 Juni 2014)

4. Menumbuhkan kepercayaan

Terciptanya kepercayaan adalah dasar dari semua hubungan dan salah satunya adalah hubungan terapeutik. Rasa kepercayaan merupakan kebutuhan utama manusia. Pada tingkat fisik, emosional, dan spiritual, kepercayaan sangat penting saat pasien berada pada posisi yang rentan. Untuk seorang pecandu narkoba tidak muda bagi dia bangkit dari keterpurukan dan keluar dari masalah-masalah yang di hadapi akibat perilaku pemakaian narkoba. Pasien perlu percaya bahwa konselor memiliki kejujuran, berpengetahuan luas, dan dapat diandalkan, dan dapat menerima

pasien apa adanya sebagai manusia. Berikut ini adalah pernyataan informan 3 mengenai cara menumbuhkan kepercayaan dari dalam diri pasien kepada konselor.

“Pasien lebih mendengarkan apa yang diarahkan konselor, dari pada orang tua, teman atau orang lain yang tidak punya pengalaman apa-apa tentang narkoba... pasien menganggap konselor mengerti tentang permasalahan yang dihadapi. Saya juga terbuka tentang latar belakang saya. Apalagi di sini kita kan punya komunitas korban Napza, hal ini sangat membantu...” (Wawancara informan 3, Sabtu 7 Juni 2014)

5. Menjaga Kerahasiaan

Pasien memiliki hak privasi. Informasi dan berbagai data tentang pasien harus di jaga oleh konselor. Menjaga informasi tentang pasien akan tetap rahasia merupakan salah satu tanggung jawab konselor. Informasi yang berhubungan dengan diri pasien maupun penanganan permasalahan pasien hanya boleh diberikan kepada tenaga ahli lainnya seperti psikolog dan dokter. Hanya tenaga ahli tersebut yang dapat mengetahui dan boleh diberikan informasi spesifik oleh pasien. Kerahasiaan ini bisa berbentuk komunikasi rahasia baik dalam obrolan yang ringan atau konseling individu. Kerahasiaan berakar dari atika mengenai hak untuk mendapatkan privasi. Membocorkan suatu kerahasiaan pasien merupakan pelanggaran kepercayaan. Berikut ini adalah pernyataan

informan mengenai bagaimana cara konselor menjaga kerahasiaan pasien.

“Kalau pasien ingin membicarakan sesuatu yang sifatnya sensitif dan rahasia, biasanya saya lebih banyak diam dan mendengar, supaya tidak terkesan saya mencampuri privasinya, tapi tetap memberi respon... Kalau data-data pribadi pasien ya jelas sifatnya tertutup...” (Wawancara informan 3, Sabtu 7 Juni 2014)

Analisis Peneliti

Sesuai pernyataan informan 3, pandangan yang positif dapat diwujudkan dengan sikap toleransi antara satu dengan yang lain. Toleransi ini tidak memandang status sosial, suku, ras dan agama, itu berarti menghargai dan menghormati perbedaan yang ada. Untuk memberi kenyamanan dalam diri pasien, informan menerapkan hubungan pertemanan dengan pasien, diharapkan agar dapat menciptakan situasi yang kondusif dan memberi ketenangan untuk pasien dalam menjalani masa rehabilitasi. Dalam suatu proses interaksi, ada beberapa cara yang digunakan untuk meredakan suatu pertentangan, atau menciptakan suatu kestabilan dan situasi kondusif yaitu dengan toleransi.

Sama seperti informan 2, menurut pernyataan dari informan 3 Pengendalian emosi dan memilih bersikap sabar, menerima dan memahami kondisi pasien di atas perasaan pribadi merupakan salah satu kesungguhan, yang termasuk salah satu prinsip menciptakan hubungan

dalam proses berlangsungnya komunikasi terapeutik. Kekuatan emosi dipengaruhi oleh cara seorang mengendalikan diri dalam menunjukkan kesanggupan atau kemampuannya berhubungan dengan orang lain (Anita Murwani, 2009:19).

Empati kepada pasien dapat diwujudkan dalam bentuk motivasi. Dalam memotivasi pasien, konselor perlu mengekspresikan empati yang diwujudkan guna merefleksi respon pasien.

Kesamaan pengalaman mempermudah terciptanya kepercayaan pasien terhadap konselor. Erikso (1963) menjelaskan kepercayaan sebagai ketergantungan pada konsistensi, kesamaan, dan kesinambungan pengalaman yang dihasilkan oleh hal-hal dan orang-orang yang sudah dikenal dan dapat diduga.

Sedangkan untuk menjaga kerahasiaan pasien, konselor memiliki cara sendiri ketika pasien membicarakan sesuatu yang sifatnya sensitif dan rahasia, yaitu dengan lebih banyak mendengarkan dan diam ketika pasien mengungkapkan sesuatu yang sifatnya rahasia. Selain untuk menjaga perasaan pasien, tidak memberi pertanyaan yang lebih bertujuan untuk menjaga fokus permasalahan, dan kerahasiaannya. Diam bukan berarti tidak menghiraukan, informan tetap menunjukkan ekspresi sebagai respon kepada pasien. Pada akhir pembicaraan, informan memberi tanggapan atas permasalahan yang diungkapkan, dan meyakinkan pasien bahwa hal tersebut tetap dijaga kerahasiaannya. Seperti halnya informan 1 dan 2,

konselor memiliki tanggung jawab untuk menjaga data-data pribadi pasien sebagai bentuk pelaksanaan hak privasi pasien.

Dokumen terkait