• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMUNIKASI TERAPEUTIK DALAM PENYEMBUHAN PECANDU NARKOBA ( Studi Deskriptif Komunikasi Terapeutik dalam Penyembuhan Pasien Pecandu Narkoba di Yayasan Panti Rehabilitasi ORBIT Surabaya).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KOMUNIKASI TERAPEUTIK DALAM PENYEMBUHAN PECANDU NARKOBA ( Studi Deskriptif Komunikasi Terapeutik dalam Penyembuhan Pasien Pecandu Narkoba di Yayasan Panti Rehabilitasi ORBIT Surabaya)."

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

( Studi Deskriptif Komunikasi Terapeutik dalam Penyembuhan Pasien Pecandu Narkoba di Yayasan Panti Rehabilitasi ORBIT Surabaya)

SKRIPSI

Oleh :

DIANA ROOS FADHILA NPM.0943010211

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

SURABAYA

(2)

Nar koba di Yayasan Panti Rehabilitasi ORBIT Surabaya)

Disusun Oleh : DIANA ROOS FADHILA

NPM. 0943010211

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui, Pembimbing Utama

Dr s. Kusnarto, M.Si NIP. 195808011984021001

Mengetahui D E K A N

(3)

Oleh :

DIANA ROOS FADHILA NPM. 0943010211

Telah diper ta hankan dihadapa n dan diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi J ur usan Ilmu Komunikasi Fa kulta s Ilmu Sosia l dan Ilmu Politik

Univer sitas Pembanguna n Nasional “ Vetera n” J awa Timur Pada tanggal 18 J uli 2014

PEMBIMBING UTAMA Tim Penguji :

1. Ketua

Dr s. Kusnar to, M.Si

NIP. 195808011984021001 J uwito, S.Sos, M.Si

NIP. 3 6704 95 0036 1

2. Sekr eta r is

Dr a . Sumar djija ti, M.Si

NIP. 19620323 199309 2001

3. Anggota

Dr s. Kusna r to, M.Si NIP. 195808011984021001

Mengetahui,

DEKAN

(4)

berjudul “KOMUNIKASI TERAPEUTIK DALAM PENYEMBUHAN PECANDU NARKOBA (Komunikasi Terapeutik dalam Penyembuhan Pasien Pecandu Nar koba di Yayasan Panti Rehabilitasi ORBIT Sur abaya)” Selesainya skripsi ini tidak lepas dari adanya arahan dan bimbingan dari

Bapak Drs. Kusnarto, M.Si yang dengan segala perhatian dan kesabarannya rela meluangkan waktu untuk penulis. Terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan.

Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini , diantaranya :

1. Kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah Nya.

2. Kepada kedua orang tua saya tercinta dan kakak – kakak tersayang, yang sangat sabar dan selalu mendukung saya apapun pilihan hidup saya. 3. Prof. Dr. Ir. H. Teguh Soedarto, MP, rektor Universitas Pembangunan

Nasional (Veteran) Jawa Timur.

4. Dra. Hj. Suparwati, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.

5. Juwito, S.Sos, M.Si, sebagai Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN “Veteran” Jatim.

(5)

senang maupun susah, Maria Angelina, Katarina Dilla, Karina Era, Chaula Novi, Putri Puspa, menjalani problematika dalam perkuliahan bersama – sama, saling membantu dan memberi support satu sama lain.

9. Dan masih banyak pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih banyak.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kebaikan skripsi ini.

Surabaya, 26 Juni 2014

(6)

HALAMAN PERSETUJUAN DAN

PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ………... iv

DAFTAR ISI …….………... vi

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ….………... xi

ABSTRAK ... xii

BAB I PENDAHULUAN ……….……….... 1

1.1Latar Belakang ….……….……….. 1

1.2 Rumusan Masalah ...……….. 5

1.3 Tujuan Penelitian .…….……….………... 6

1.4 Manfaat Penelitian .………. 6

1.4.1 Manfaat Akademis ……….…….………. 6

1.4.2 Manfaat Praktis ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA .………….………...……..….….. 7

(7)

2.5 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Sosial ………...……. 12

2.6 Komunikasi Interpersonal ...………...……….. 15

2.7 Komunikasi untuk Keperawatan .………...…………... 20

2.8 Komunikasi Terapeutik ... 24

2.8.1 Menciptakan Hubungan Terapeutik ……….... 25

2.8.2 Tujuan Komunikasi Terapeutik ... 31

2.8.3 Unsur – unsur Komunikasi Terapeutik ... 32

2.8.4 Faktor – faktor Penghambat Komunikasi Terapeutik ... 33

2.8.5 Dimensi Respon ………..………. 36

2.8.6 Dimensi Tindakan ……….... 38

2.9 Pecandu Narkoba ... 40

2.10 Rehabilitasi ... 41

2.11 Perawat ... 41

2.12 Kerangka Pikir ... 42

BAB III METODE PENELITIAN ………...……... 44

3.1 Metode Penelitian ……….……….………… 44

3.2 Definisi Konseptual ….……….………. 44

3.2.1 Komunikasi Interpersonal …………..….……….. 44

(8)

3.2.6 Perawat ... 55

3.3 Jenis Penelitian ………... 56

3.4 Subjek Penelitian ……… 57

3.5 Objek Penelitian ... 57

3.6 Teknik Pengumpulan Data ………..………... 58

3.7 Sumber Data ………..…………... 59

3.7.1 Data Primer ……….. 59

3.7.2 Data Sekunder ……….………...…….… 59

3.8 Informan ………..………...……….. 59

3.9 Teknik Analisis Data ……….... 60

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA ... 63

4.1 Gambaran Umum Yayasan Panti Rehabilitasi ORBIT Surabaya ... 63

4.1.1 Visi dan Misi ... 66

4.1.2 Strategi ... 66

4.1.3 Rencana Kedepan ... 67

4.1.4 Tenaga Ahli ... 67

4.1.5 Prosedur Pasien ... 69

(9)

4.3 Identitas Informan ... 78

4.4 Analisis Data ... 89

4.4.1 Informan 1 ... 89

4.4.2 Informan 2 ... 95

4.4.3 Informan 3 ... 100

4.5 Pembahasan ... 106

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 112

5.1 Kesimpulan ... 112

5.2 Saran ... 113

DAFTAR PUSTAKA ……….... 114

(10)
(11)
(12)

PENYEMBUHAN PECANDU NARKOBA (Studi Deskriptif Komunikasi Ter apeutik dalam Penyembuhan Pasien Pecandu Narkoba di Yayasan Panti Rehabilitasi ORBIT Sur abaya)

Penelitian ini didasarkan karena semakin meningkatnya peredaran narkoba saat ini, ditunjukkan dengan pemberitaan baik di media cetak maupun elektronik dimana kasus narkoba makin meningkat dan menyerang masyarakat usia produktif. Rehabilitasi merupakan prosedur dimana seorang pecandu narkoba menjalani program penyembuhan untuk mengubah perilaku pemakaian, pola hidup dan dampak buruk dari narkoba yang telah dikonsumsinya. Menurut Yudi Kusmayadi Penyuluh Madya BNN, strategi komunikasi merupakan cara yang tepat untuk mengatasi permasalahan narkoba ini. Komunikasi Terapeutik adalah komunikasi yang digunakan oleh tenaga ahli dalam tujuan penyembuhan seorang pasien. Maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Komunikasi Terapeutik yang digunakan dalam penyembuhan pasien pecandu narkoba di Yayasan ORBIT Surabaya

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam dengan informan. Informan dalam penelitian ini adalah konselor Yayasan ORBIT Surabaya.

Dari analisis data dan pembahasan maka peneliti menyimpulkan bahwa Penyembuhan pasien pecandu narkoba di Yayasan ORBIT menggunakan 5 prinsip Komunikasi Terapeutik, diantaranya menghormati, kesungguhan, empati, kepercayaan dan kerahasiaan.

(13)

HEALING DRUG ADDICTS (Descr iptive Study or Therapeutic Communication in Patient Healing Drug Addicts in Rehab Foundation ORBIT Sur abaya)

This study was based because of increasing drug circulation today, indicated by reports in both print and electronic media where increased drug cases and attack people in the productive age. Rehabilitation is a procedure in which a drug addict undergoing treatment program to change usage behavior, lifestyle dan adverse effects of drugs are consumed. By Yudi Kusmayadi, extention associate BNN, communication strategy is the right way to tackle the drug problem. Therapeutic Communication is communication used by experts in the goal of curing a patient. This study was conducted to determine therapeutic communication used inthe treatment of patients addicted to drugs at the ORBIT Foundation Surabaya.

This study uses qualitative research methods, data collection techniques through in-depth interviews with informants. Informants in this study were counselors ORBIT Foundation Surabaya.

(14)

1.1 Latar Belakang Masalah

Banyaknya kasus dan pemberitaan yang saat ini terjadi tentang narkoba baik di media cetak maupun elektronik menunjukkan bahwa semakin meningkatnya pengguna narkoba di kalangan masyarakat. Faktor yang menyebabkan seseorang menggunakan narkoba bisa terjadi dari dalam diri sendiri maupun dari lingkungan. Narkoba tidak memandang usia, status sosial, dan latar belakang seseorang, bahkan yang semakin menyedihkan narkoba menyerang seseorang dalam usia produktif. Peredaran narkoba saat ini telah melibatkan remaja usia 16-19 tahun. Seperti pemberitaan yang dilansir baru – baru ini, sindikat narkoba lapas melibatkan pelajar SMP berusia 16 tahun. Pelajar ini telah masuk dalam jaringan peredaran narkoba, dan dari tangan pelaku petugas mengamankan barang bukti shabu – shabu, 80 butir happy five, alat hisap shabu – shabu, ganja seberat hampir 1 kg dan timbangan elektrik (SURYAonline)

(15)

Penyalahgunaan narkoba dalam penelitian BNN dan Puslitkes UI serta berbagai universitas negeri terkemuka, pada 2005 terdapat 1,75 persen pengguna narkoba dari jumlah penduduk di Indonesia. Prevalensi itu naik menjadi 1,99 persen dari jumlah penduduk pada 2008. Tiga tahun kemudian, angka sudah mencapai 2,2 persen. Pada 2012, diproyeksikan angka sudah mencapai 2,8 persen atau setara dengan 5,8 juta penduduk (Susilo,Nina, 2012).

Dimulai dari rasa ingin tahu, ingin mencoba dan di dukung dengan lingkungan yang mempermudah akses masuknya peredaran narkoba membuat seseorang terlibat di dalamnya. Jika hal ini dilakukan terus menerus seseorang akan semakin sulit menolak tawaran untuk mengkonsumsi narkoba hingga sampai tahap ketergantungan dan kemungkinan terburuk mengakibatkan kematian karena kerusakan di beberapa organ tubuh. Berhenti dari penggunaan narkoba bukanlah hal yang mudah apalagi bagi mereka yang sudah mengalami kecanduan atau ketagihan. Kecanduan atau ketagihan merupakan perasaan ingin kembali menggunakan narkoba.

(16)

mendapatkan pelayanan rehabilitasi. Fakta menunjukkan bahwa setiap tahunnya ada 18 ribu orang yang direhabilitasi sebagai korban penyalahgunaan narkoba. Dari jumlah tersebut 80 persen setelah menjalani rehabilitasi ternyata kembali lagi menggunakan narkoba (Tribunnews.com, Jakarta, 2013). Jika dilihat dari angka tersebut, juga menunjukan bahwa tidak semua dari mereka kembali lagi menggunakan narkoba, ada beberapa dari mereka bisa sepenuhnya sembuh dari penggunaan narkoba. Meskipun sulit dan mengalami proses penyembuhan yang panjang, ada beberapa dari mereka mampu membebaskan diri dari belenggu narkoba.

(17)

Yayasan Orbit memiliki beberapa konselor yang berperan penting dalam program penyembuhan pasien pecandu narkoba. Komunikasi yang disampaikan konselor sangat berpengaruh bagi pasien. Komunikasi dibutuhkan untuk menciptakan hubungan diantara konselor dan pasien, untuk mengenal kebutuhan pasien, dan untuk menentukan rencana tindakan dan kerja sama diantara keduanya dalam memenuhi kebutuhan tersebut yang pada akhirnya bertujuan untuk penyembuhan, maka komunikasi yang terjadi pada konselor inilah yang disebut komunikasi terapeutik.

Konselor dalam hal ini menjadi komponen yang cukup penting dalam proses penyembuhan dan sekaligus menjadi orang yang terdekat dengan pasien, yang harus mampu berkomunikasi baik secara verbal maupun non verbal. Interaksi yang dilakukan konselor harus memberikan dampak kesembuhan bagi pasien. Konselor merupakan seorang mantan pecandu narkoba dan telah mengikuti serangkaian pelatihan konselor dan adiksi. Dengan pengalamannya menjadi seorang pecandu narkoba, hal ini membantu konselor dalam menghadapi pasien di rehabilitasi ORBIT, sekaligus mempengaruhi cara konselor dalam berkomunikasi dengan pasien.

(18)

termasuk cara paling tepat. Dapat melalui strategi komunikasi berbasis keluarga, pendidikan, instansi atau lembaga, keagamaan dan media massa.

Komunikasi terapeutik tidak terjadi dengan sendirinya tanpa direncanakan dan dipertimbangkan, namun dilaksanakan dengan profesional, dengan tujuan untuk menolong pasien yang dilakukan kelompok profesional melalui pendekatan pribadi berdasarkan perasaan dan emosi, serta berdasarkan rasa saling percaya diantara kedua pihak yang terlibat dalam komunikasi, mengurangi keraguan dan melakukan tindakan – tindakan yang efektif, mempererat interaksi dalam rangka membantu penyelesaian masalah pasien.

Dari uraian latar belakang di atas maka penulis melakukan penelitian tentang ”Komunikasi Terapeutik dalam Penyembuhan Pecandu Narkoba (Studi Deskriptif Komunikasi Terapeutik dalam Penyembuhan Pasien Pecandu Narkoba di Yayasan Panti Rehabilitasi ORBIT Surabaya)”

1.2 Rumusan Masalah

(19)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan Komunikasi terapeutik dalam penyembuhan pasien pecandu narkoba di Yayasan Panti Rehabilitasi ORBIT Surabaya.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dapat memberikan banyak manfaat baik secara akademis, praktis, dan sosial, di antaranya sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Akademis

Memberikan sumbangan pengetahuan dan wawasan dalam meningkatkan pengetahuan khusunya di Program Studi Komunikasi UPN Veteran Jawa Timur.

1.4.2 Manfaat Praktis

(20)

2.1 Penelitian Sebelumnya

Penelitian ini didasarkan pada dua penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya, yaitu penelitian Aulia Rahman, dengan judul “Komunikasi Terapeutik Perawat dalam Memotivasi Penyembuhan Pecandu Narkotika dan Zat Adiktif (Studi Deskriptif Komunikasi Terapeutik Parawat Dalam Memotivasi Penyembuhan Pacandu Narkotika dan Zat Adiktif di Panti Sosial Permadi Putra Binangkit, Lembang Kab. Bandung Barat)”

Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui komunikasi terapeutik perawat dalam memotivasi penyembuhan pecandu narkotika dan zat adiktif di Panti Sosial Permadi Putra Binangkit dan mendeskripsikan empat fase dalan komunikasi terapeutik, diantaranya fase pra-interaksi, fase orientasi, fase kerja, dan fase terminasi.

(21)

Persamaan dari penelitian ini terletak pada ruang lingkup penelitian kasus pecandu narkoba dan menggunakan metode penelitian kualitatif. Sedangkan perbedaan pada penelitian sebelumnya menekankan pada empat fase komunikasi terapeutik perawat dalam memotivasi penyembuhan pecandu narkoba, sedangkan pada penelitian ini komunikasi yang digunakan dalam penyembuhan pecandu narkoba menjadi rumusan masalah, penelitian tidak menekankan pada satu jenis komunikasi.

Selain penelitian tersebut, peneliti juga menggunakan referensi dari penelitian Nurlina Rahmana, dengan judul “Konsep Diri Pemakai Narkoba dalam Konteks Komunikasi Antarpribadi (Studi Kasus Pemakai NAPZA dalam Relasi Antarpribadi di Jakarta)”. Penelitian ini menganggap komunikasi antarpribadi dapat berperan untuk menjelaskan secara ilmiah tentang konsep diri pemakai narkoba. Penelitian menggunakan metodelogi interaksional simbolik yang termasuk dalam penelitian kualitatif. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui cara pemakai narkoba menyesuaikan diri di lingkungan mereka dan konsep diri pemakai narkoba. Konsep diri pemakai narkoba terletak pada keterbukaan diri (self disclosure). Penelitian tersebut juga dilakukan di Panti Rehabilitasi melalui wawancara mendalam dan observasi.

2.2 Komunikasi

(22)

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Secara prinsip komunikasi dianggap sebagai suatu proses untuk mencapai apa yang diinginkan. Ada beberapa pengertian komunikasi yang dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya:

a. Edward Depari: Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan dan pesan yang disampaikan melalui lambang-lambang tertentu, mengandung arti, dilakukan oleh penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan.

b. James A.F Stoner: Komunikasi adalah proses dimana seorang berusaha memberikan pengertian dengan cara pemindahan pesan.

c. John R. Schemerhom: Komunikasi itu dapt diartikan sebagai proses antara pribadi dalam mengirim dan menerima simbol-simbol yang berarti bagi kepentingan mereka.

d. Dr. Phill Astrid Susanto: Komunikasi adalah proses pengoperan lambang-lambang yang mengandung arti.

e. Human Relation of Work, Keith Davis: Komunikasi adalah proses lewatnya informasi dan pengertian seseorang ke orang lain.

(23)

g. Drs. Onong Uchjana Effendi, MA: Komunikasi mencakup ekspresi wajah, sikap dan gerak-gerik suara, kata-kata tertulis, percetakan, kereta api, telegram, telepon dan lain-lain.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan pengertian komunikasi adalah penyampaian dari seseorang ke orang lain, dengan menyertakan kode atau lambang penyampaiannya itu sendiri melalui suatu proses.

2.3 Fungsi Komunikasi

Apabila komunikasi dipandang dari arti yang lebih luas tidak hanya diartikan sebagai pertukaran berita dan pesan, tetapi sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar menukar data, fakta dan ide, maka fungsinya dalam setiap sistem sosial adalah sebagai berikut:

1. Informasi, pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta, pesan, opini dan komentar yang dibutuhkan agar dapat dimengerti dan bereaksi secara jelas terhadap kondisi lingkungan dan orang lain agar dapat mengambil keputusan yang tepat.

(24)

3. Motivasi, menjelaskan kepada masyarakat tujuan jangka pendek maupun jangka panjang, mendorong orang menentukan pilihan dan keinginannya, mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama yang akan dikejar.

4. Perdebatan dan diskusi, menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan untuk memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan pergedan pendapat mengenai masalah publik, menyediakan bukti-bukti relevan yang diperlukan untuk kepentingan umum agar masyarakat lebih melibatkan diri dengan masalah yang mengangkut kepentingsn bersama.

5. Pendidikan, pengalihan ilmu pengetahuan dapat mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak, serta membentuk keterampilan dan kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan.

6. Memajukan kehidupan, menyebarkan hasil kebudayaan dan semi dengan maksud melestarikan warisan masa lalu, mengembangkan kebudayaan dengan memperluas horizon seseorang, serta membangun imajinasi dan mendorong kreatifitas dan kebutuhan estetiknya.

(25)

8. Integrasi, menyediakan bagi bangsa kelompok dan individu kesempatan untuk memperoleh berbagai pesan yang mereka perlukan agar saling kenal dan mengerti serta menghargai kondisi pandangan dan keinginan orang lain.

2.4 Interaksi Sosial

Interaksi adalah faktor utama dalam kehidupan sosial karena interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas – aktivitas sosial. Bentuk lain dari proses – proses sosial hanya merupakan bentuk – bentuk khusus dari interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan – hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan antara perorangan, antar kelompok manusia, serta antara perorangan dan kelompok manusia.

Interaksi sosial menurut Astrid S. Susanto adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu proses saling mempengaruhi yang menghasilkan hubungan yang tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial. Hasil interaksi ini sangat ditentukan oleh nilai dan arti serta interpretasi yang diberikan oleh pihak – pihak yang terlibat dalam interaksi sosial tersebut.

2.5 Faktor – Faktor Yang Mempengar uhi Interaksi Sosial

(26)

sosial antar berbagai kelompok masyarakat, diantaranya interaksi antar pemeluk agama yang berbeda, antara kelompok mayoritas dan minoritas

Interaksi sosial akan berlangsung apabila terjadi saling aksi dan reaksi antara kedua belah pihak. Jika seseorang memukul kursi misalnya, tidak akan terjadi suatu interaksi sosial karena kursi tersebut tidak akan bereaksi dan mempengaruhi orang yang telah memukulnya. Interaksi sosial tidak akan terjadi jika manusia mengadakan hubungan yang langsung dengan sesuatu yang sama sekali tidak berpengaruh terhadap sistem syarafnya sebagai akibat hubungan tersebut.

Terlihat bahwa suatu interaksi sosial harus terjadi dua arah dan menuntut kegiatan timbal balik. Dari hasil penelitian para ahli, proses interaksi sosial baru akan berlangsung jika suatu aktivitas menciptakan aksi atau mempengaruhi orang lain untuk beraksi. Berlangsungnya suatu proses interaksi yang didasarkan pada berbagai faktor, antara lain faktor imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati.

1. Imitasi

(27)

a. Imitasi positif, yaitu apabila mendorong seseorang untuk melakukan dan memenuhi kaidah – kaidah yang berlaku. Contohnya, meniru gaya seorang penyanyi terkenal dan mencontoh pembangunan tata kota dari negara lain.

b. Imitasi negatif, yaitu apabila mengakibatkan terjadinya hal – hal yang bertentangan dengan norma – norma dan kaidah – kaidah serta melemahkan daya kreasi seseorang. Contohnya, kebiasaan minum – minuman keras serta pergaulan bebas pada anak usia remaja.

2. Sugesti

Sugesti timbul apabila seseorang menerima suatu pandangan atau sikap orang lain secara tidak rasional. Sugesti mungkin terjadi apabila yang memberi pandangan itu orang berwibawa, bersifat otoriter atau orang yang memiliki disiplin yang mantap. Contohnya, orang yang sedang stress atau dilanda masalah yang sangat dilematis biasanya mudah dipengaruhi oleh orang lain.

3. Identifikasi

(28)

umatnya. Karena itu, setiap umat Islam selalu berusaha mengidentifikasikan jejak kehidupan beliau terhadap pandangan, sikap, maupun segala jejak langkahnya.

4. Simpati

Simpati adalah suatu proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak lain. Dalam proses ini perasaan seseorang memegang peranan yang sangat penting. Contohnya, seorang siswa ikut bergabung dalam kegiatan ektrakulikuler tari tradisional karena tertarik dan merasa simpati pada pelatihnya yang pandai menari.

2.6 Komunikasi Interper sonal

(29)

Dalam komunikasi antarpribadi dapat dilihat adanya umpan balik seketika karena proses komunikasinya dilakukan dengan tatap muka, sehingga dalam komunikasi antarpribadi ini juga harus diperhatikan mengenai umpan balik yang akan terjadi, seperti yang telah dijelaskan pada teori Atribusi bahwa pihak yang memulai komunikasi antarpribadi harus mempunyai kemampuan untuk memprediksi perilaku atau umpan balik yang akan terjadi, karena kualitas komunikasi dapat dilihat dari bagaimana proses yang terjadi dapat menimbulkan umpan balik yang positif atau dapat juga disebut dengan istilah “how to communicate”.

Komunikasi interpersonal sangat potensial untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena penggunaan lima alat indera dapat mempertinggi daya bujuk pesan yang akan disampaikan. Sebagai komunikasi yang lengkap dan sempurna, komunikasi antarpribadi berperan penting dalam kehidupan manusia.

Lebih khususnya dalam komunikasi interpersonal arus komunikasi yang terjadi adalah sirkuler atau berputar, artinya setiap individu mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi komunikator dan komunikan dalam proses komunikasi. Karena dalam komunikasi antarpribadi efek atau umpan balik dapat terjadi seketika.

(30)

1. Pengirim – Penerima

Komunikasi antarpribadi paling tidak melibatkan dua orang, setiap orang terlibat dalam komunikasi anatar pribadi memfokuskan dan mengirimkan pesan juga sekaligus menerima dan memahami pesan.

2. Encoding – Decoding

Encoding adalah tindakan menghasilkan pesan, artinya

pesan – pesan yang akan disampaikan dikode atau diformulasikan terlebih dahulu dengan menggunakan kata – kata symbol dan sebagainya. Sebaliknya tindakan untuk menginterpretasikan dan memahami pesan – pesan yang diterima disebut sebagai decoding.

3. Pesan

Dalam komunikasi antarpribadi, pesan – pesan ini bisa berbentuk verbal (kata – kata) atau nonverbal (gerak tubuh, simbol) atau gabungan antara bentuk verbal dan nonverbal.

4. Saluran

(31)

Hal ini disebabkan karena pertama, penyampaian pesan melalui saluran komunikasi pesonal dapat dilakukan secara langsung kepada khalayak yang dituju, bersifat pribadi dan manusiawi. Kedua, penyampaianmelalui komunikasi personal dapat dilakukan secara rinci dan lebih flesibel dengan kondisi nyata khalayak. Ketiga, keterlibatan khalayak dalam komunikasi cukup tinggi. Keempat, pihak komunikator atau sumber dapat langsung mengetahui reaksi, umpan balik, dan tanggapan dari pihak khalayak atas isi pesan yang disampaikannya. Kelima, pihak komunikator atau sumber dapat dengan segera memberikan penjelasan apabila terdapat kesalahpahaman atau kesalahan persepsi dari pihak khalayak atas pesan yang disampaikannya.

5. Gangguan atau Noise

Seringkali pesan – pesan yang dikirim berbeda dengan pesan yang diterima. Hal ini dapat terjadi karena gangguan saat berlangsungnya komunikasi, yang terdiri dari :

a. Gangguan Fisik

Gangguan ini biasanya berasal dari luar dan mengganggu transmisi fisik pesan, seperti kegaduhan, interupsi, jarak dan sebagainya.

(32)

Gangguan ini timbul karena adanya perbedaan gagasan dan penilaian subyektif diantara orang yang terlibat dalam komunikasi seperti emosi, perbedaan nilai – nilai, sikap, dan sebagainya.

c. Gangguan Semantik

Gangguan ini terjadi karena kata – kata atau symbol yang digunakan dalam komunikasi sering kali memiliki arti ganda sehingga menyebabkan penerima gagal dalam menangkap dari maksud – maksud pesan yang disampaikan.

6. Umpan Balik

Umpan balik memainkan peranan yang sangat penting dalam proses komunikasi antarpribadi, karena pengirim dan penerima secara terus menerus dan bergantian memberikan umpan balik dalam berbagai cara, baik secara verbal maupun nonverbal. Umpan balik ini bersifat positif apabila dirasa saling menguntungkan. Bersifat negatif apabila merugikan.

7. Konteks

(33)

a. Dimensi Fisik, mencakup tempat dimana komunikasi berlangsung, misalnya antar guru dengan murid di dalam kelas disini berperan sebagai dimensi fisik.

b. Dimensi Sosial Psikologis, mencakup hubungan yang memperhatikan mesalah status, peranan yang dimainkan, norma – norma kelompok masyarakat, keakraban, formalitas dan sebagainya.

8. Bidang Pengalaman (Field of Experience)

Bidang pengalaman merupakan faktor yang paling penting dalam komunikasi antarpribadi. Komunikasi akan terjadi apabila para pelaku terlibat dalam komunikasi mempunyai bidang pengalaman yang sama.

9. Efek

Komunikasi paling ampuh untuk mengubah sikap. Perilaku kepercayaan dan opini komunikan. Hal ini disebabkan komunikasi dilakukan dengan tatap muka (De Vito, 2007:10)

2.7 Komunikasi untuk Keperawatan

(34)

penggunaan pada komunikasi perawat – pasien di lokasi layanan kesehatan. Walaupun bukan merupakan teori keperawatan tersendiri, masing – masing teori ini berkontribusi dalam pemahaman kita dan memberikan kerangka teoritis mengenai model komunikasi dan beberapa komponen teori keperawatan, teori tersebut diantaranya:

1. Model Kepercayaan Kesehatan (Health Belief Model)

(35)

orang tua di kantor spesialis pediatri. Di sisi lain, diagnosis kanker paru-paru dalam anggota keluarga (isyarat terhadap aksi) akan lebih mengena dalam mempengaruhi dewasa paruh-baya agar berhenti merokok dibandingkan remaja. Komunikasi pada tingkat perawat – pasien harus diarahkan untuk memahami persepsi pasien mengenai kesehatannya dan menggunakan intervensi yang sesuai untuk karakteristik demografik mereka.

2. Model Interaksi Raja ( King Interaction Model )

Model Interaksi Raja (1971, 1981) menekankan pada proses komunikasi dalam hubungan perawat – klien. Hubungan antar pribadi di dalam asuhan kesehatan menggabungkan hubungan, proses, dan transaksi. Hubungan antara perawat dan klien dimulai dengan penilaian masing – masing pihak mengenai pihak lainnya berdasarkan persepsi mereka mengenai situasi tersebut. Model Interaksi Raja menjelaskan transaksi sebagai hasil dari komunikasi bersama dan hubungan antara perawat dan klien.

3. Model Rogerian

(36)

penyedia layanan kesehatan berkomunikasi dengan empati, pandangan positif (atau hormat), dan kongruensi (atau kesungguhan) untuk membantu penyesuaian pasien terhadap situasi dan tindakan yang mengarah pada kesehatan. Walaupun pada awalnya ditulis untuk psikoterapis, model ini telah terbukti bermanfaat dalam keperawatan dan pencapaian hubungan terapeutik perawat – pasien.

4. Model Crick dan Dodge mengenai Pemrosesan Informasi Sosial

(37)

lebih menantang, mengembangkan efikasi – diri (kepercayaan diri), memutuskan respon yang akan diberikan dan akhirnya memberikan respon yang membantu pasien maupun perawat mencapai tujuan mereka. Perawat mengadaptasi peran mereka sebagai penyedia layanan kesehatan profesional dengan mempelajari metode yang efektif untuk merespon pasien dan mengembangkan kepercayaan diri untuk berinteraksi dalam berbagai situasi pasien.

Komunikasi adalah berbagai informasi antar individu. Sebagai proses dinamis, komunikasi merupakan proses resiprokal (timbal – balik), mempengaruhi setiap orang di dalam hubungan tersebut. Proses komunikasi dipengaruhi oleh informasi yang akan dibagikan dan struktur hubungan. Model – model terpilih ini menunjukkan proses dinamis komunikasi asuhan kesehatan dan komponen fundamental komunikasi perawat – pasien.

2.8 Komunikasi Terapeutik

(38)

berbagai teknik komunikasi secara optimal dengan tujuan mengubah perilaku pasien ke arah yang positif. Untuk menerapkan komunikasi yang efektif perawat harus mempunyai keterampilan yang memadai dan memahami dirinya dengan baik, dengan harapan perawat dapat menghadapi, mempersepsikan, bereaksi, dan menghargai pasien. Teori komunikasi sangat sesuai dalam praktek keperawatan (Stuart dan Sundeen, 1987) karena :

1. Komunikasi merupakan cara untuk membina hubungan yang terapeutik. Dalam proses komunikasi terjadi penyampaian informasi dan pertukaran perasaan dan pikiran.

2. Maksud komunikasi adalah mempengaruhi perilaku orang lain. Berarti, keberhasilan intervensi perawatan tergantung pada komunikasi karena proses keperawatan ditujukan untuk merubah perilaku dalam mencapai tingkat kesehatan yang optimal.

3. Komunikasi adalah berhubungan. Hubungan perawat dan pasien yang terapeutik tidak mungkin dicapai tanpa adanya komunikasi.

Dalam membina hubungan terapeutik dengan pasien, perawat perlu mengetahui proses komunikasi dan keterampilan berkomunikasi dalam membantu pasien memecahkan masalahnya, serta mengerti tentang peran yang dimainkan oleh pasien dan orang lain dalam masalah yang diindentifikasi.

(39)

Komunikasi merupakan batu pertama hubungan perawat- pasien. Fokus komunikasi ini adalah kebutuhan pasien. Perawat harus mempertimbangkan beberapa faktor pada pasien termasuk kondisi fisik, keadaan emosional, latar belakang budaya, kesiapan berkomunikasi, dan cara berhubungan dengan orang lain. Maksud hubungan terapeutik adalah mendukung pasien, memajukan kesembuhan, dan mendukung atau meningkatkan fungsi tubuhnya. Prinsip yang mendasari hubungan terapeutik adalah rasa hormat, kesungguhan, empati, kepercayaan dan kerahasiaan

1. Rasa Hormat (Pandangan Positif Tanpa Syarat)

(40)

kepercayaan pasien dengan penuh hormat, bekerja dengan pasien untuk merencanakan tujuan pengobatan

2. Kesungguhan

Kemampuan untuk menjadi diri sendiri di dalam peran profesional disebut kesungguhan. Rogers menjelaskan kesungguhan sebagai kesesuaian, contohnya memiliki sisi profesional sejalan dengan sisi pribadi. Kesungguhan merupakan hal yang sangat diharapkan ketika bekerja di asuhan kesehatan karena hal ini memungkinkan penggabungan rasa kemanusiaan dan kesejatian kedalam asuhan keperawatan.

3. Empati

(41)

Simpati adalah kenyataan atau kekuatan berbagi perasaan orang lain dan benar – benar mengalami apa yang dirasakan oleh orang lain. Simpati sebenarnya dapat mengganggu kemampuan perawat untuk mengasuh pasien karena pengalaman emosional perawat dapat mengaburkan penilaian profesionalnya. Kasih sayang adalah perasaan simpati atau keinginan untuk memahami pengalaman orang lain disertai oleh keinginan untuk meredakan penderitaan.

Empati adalah kasih sayang teredukasi atau pemahaman intelektual dari keadaan emosional orang lain. Hal ini dapat diartikan sebagai keinginan perawat untuk memahami apa yang dialami pasien dari perspektif pasien. Empati memberikan kemampuan untuk benar – benar melihat dunia dari sudut pandang pasien tanpa mengalami sisi emosionalnya. Pemahaman intelektual ini memungkinkan perawat untuk mengidentifikasi mesalah pasien dengan lebih jelas dan melakukan intervensi secara lebih spesifik.

4. Kepercayaan

(42)

kepercayaan merupakan kebutuhan utama manusia. Pada tingkat fisik, emosional, dan spiritual, kepercayaan sangat penting saat pasien ditempatkan pada posisi rentan dalam lokasi asuhan kesehatan. Pasien perlu percaya bahwa perawat jujur, berpengetahuan luas, mampu diandalkan, dan menerima mereka apa adanya sebagai manusia. Erikso (1963) menjelaskan kepercayaan sebagai ketergantungan pada konsistensi, kesamaan, dan kesinambungan pengalaman yang dihasilkan oleh hal-hal dan orang-orang yang sudah dikenal dan dapat diduga.

Kepercayaan merupakan pilihan yang dibuat orang, berdasarkan kebutuhannya untuk mempercayai orang lain. Perawat dapat memfasilitasi proses mengembangkan kepercayaan pada diri pasien dengan perilaku tertentu.

5. Kerahasiaan

(43)

mencakup menyediakan ruangan yang kosong atau meminta teman sekamar yang dapat berpindah untuk meninggalkan ruangan atau menutup pintu.

Menjaga informasi pasien tetap rahasia termasuk tidak berbicara di tempat umum dimana informasi tersebut dapat terdengar. Hal ini juga mencakup kerahasiaan informasi elektronik. Satu – satunya alasan kerahasiaan perawat – pasien dapat dilanggar adalah:

1. Kecurigaan pelecehan anak di bawah umur atau usia lanjut.

2. Perbuatan kriminal.

3. Ancaman untuk menyakiti diri sendiri atau orang lain.

Peplau mengidentifikasi empat fase hubungan perawat – pasien: orientasi, identifikasi, eksploitasi, dan resolusi. Dalam Teori Hubungan Interpersonal Peplau, fase – fase ini bersifat terapeutik dan berfokus pada interaksi interpersonal.

(44)

2. Identifikasi: Pasien berhubungan dengan perawat dengan sikap yang independen, dependen, atau interdependen, dan perawat meyekinkan pasien bahwa perawat memahami makna situasinya.

3. Eksploitasi: Pasien menggunakan pelayanan perawat dan sumber – sumber lain sesuai kebutuhannya.

4. Resolusi: Kebutuhan pasien terdahulu telah terselesaikan, dan muncul tujuan – tujuan lain yang lebih dewasa.

5. Terminasi: Pasien dan perawat mengevaluasi kemajuan intervensi terhadap tujuan yang telah ditentukan, meninjau waktu yang telah mereka habiskan bersama, dan mengakhiri hubungan.

2.8.2 Tujuan Komunikasi Terapeutik

(45)

a. Menggali perasaan, pikiran, dan pengalaman sendiri.

b. Mengerti tentang peran yang dimainkan oleh pasien dan orang lain dalam masalah yang diidentifikasi

c. Bertindak memuji penyelesaian masalah kehidupan pasien melalui pilihan yang telah ditentukan.

Kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien sangat dipengaruhi oleh kualitas hubungan perawat – pasien, sehingga memberikan dampak terapeutik yang mempercepat kesembuhan pasien.

2.8.3 Unsur – unsur Komunikasi Ter apeutik

Komunikasi menjadikan orang dapat saling berbagi informasi, bertukar pikiran, berbagi rasa dan memecahkan permasalahan yang dihadapi. Setiap orang badari atau tidak melakukan komunikasi secara verbal maupun nonverbal. Keberhasilan setiap aspek kehidupan ditentukan oleh kecakapan dalam melakukan komunikasi, keseluruhan proses komunikasi tersebut tidak lepas dari unsur – unsur komunikasi sebagai berikut (Machmud, 2009 : 2) :

(46)

2. Pesan – pesan yang disampaikan dengan menggunakan penyandian atau simbol baik yang berupa bahasa verbal maupun nonverbal.

3. Penerima, yaitu orang yang menerima pengiriman pesan dan membalas pesan yang disampaikan oleh sumber, sehingga dapat diketahui arti sebuah pesan.

4. Lingkungan waktu komunikasi berlangsung meliputi saluran penyampaian dan penerimaan pesan serta lingkungan alamiah saat pesan disampaikan. Saluran penyampaian pesan melalui indra manusia, yaitu: pendengaran, penglihatan, pengecap, dan perabaan.

2.8.4 Faktor – Faktor Penghambat Komunikasi Terapeutik

Terdapat beberapa kondisi yang terjadi sehingga mempengaruhi proses komunikasi perawat dan pasien, sehingga dalam pelaksanaanya tidak tercapai tujuan yang direncanakan. Kondisi ataupun faktor yang bisa mempengaruhi isi pesan dan sikap dalam penyampaian pesan komunikasi terapeutik antara perawat dan pasien dapat dikelompokkan sebagai berikut (Anita Murwani, 2009:19) :

1. Perkembangan

(47)

2. Persepsi

Merupakan pandangan seseorang terhadap suatu kejadian, yang dibentuk oleh harapan dan pengalaman. Mekanisme penyerapan pandangan seseorang sangat terkait dengan fungsi panca indera. Proses penyerapan stimulan yang dihimpun dan ditafsirkan oleh otak membentuk sebuah persepsi. Persepsi berpengaruh pada proses komunikasi karena persepsi merupakan dasar terjadinya komunikasi. Kesamaan persepsi antara komunikator dan komunikan sangat dibutuhkan sehingga pesan dapat tersampaikan sesuai dengan yang dimaksudkan.

3. Nilai

(48)

4. Latar belakang sosial budaya

Latar belakang sosial dan budaya menciptakan gaya dalam berkomunikasi. Sosial budaya merupakan faktor yang membatasi cara bertindak dan berkomunikasi.

5. Emosi

Emosi adalah perasaan subyektif tentang suatu peristiwa di sekelilingnya. Kekuatan emosi dipengaruhi oleh cara seorang mengendalikan diri dalam menunjukkan kesanggupan atau kemampuannya berhubungan dengan orang lain. Perawat dalam melakukan komunikasi harus bersikap profesional dan mengendalikan diri, mengetahui perasaan atau melibatkan emosi dan merasakan apa yang dirasakan oleh pasien, sehingga komunikasi antara perawat dan pasien dapat berjalan dengan baik dan efektif.

6. Pengetahuan.

(49)

dengan tingkat pengetahuan dan mampu memahami tingkat pengetahuan pasien.

7. Peran dan hubungan

Gaya komunikasi harus disesuaikan dengan peran yang sedang dilakukan oleh seorang perawat. Seorang perawat akan merasa nyaman dan bersikap terbuka ketika berkomunikasi dengan sesama perawat. Berbeda ketika seorang perawat berkomunikasi dengan dokter atau orang yang memegang jabatan yang lebih tinggi. Komunikasi akan berjalan lancar apabila kedua pihak saling mengenal, sehingga lawan komunikasi akan leluasa mengemukakan perasaan atau sesuatu yang dialami dan dirasakan.

8. Lingkungan

Komunikasi akan berjalan lebih efektif jika dilakukan dalam lingkungan yang menunjang. Kondisi lingkungan yang kondusif merupakan faktor pendukung yang positif bagi berlangsungnya komunikasi.

2.8.5 Dimensi Respon

(50)

dan komunikasi yang terbuka. Respon ini terus dipertahankan sampai pada akhir hubungan.

1. Keikhlasan

Perawat menyatakan malalui keterbukaan, kejujuran, ketulusan dan berperan aktif dalam hubungannya dengan pasien. Perawat memberikan respon dengan tulus, tidak berpura – pura, mengekspresikan perasaan yang sebenarnya dan spontan.

2. Menghargai

Perawat menerima pasien apa adanya. Sikap perawat harus tidak menghakimi, tidak mengkritik, tidak mengejek atau tidak menghina. Rasa menghargai bisa dikomunikasikan melalui duduk diam bersama pasien yang menangis, minta maaf atas hal yang tidak disukai pasien, menerima permintaan pasien untuk tidak menanyakan pengalaman tertentu.

3. Empati

(51)

4. Konkrit

Perawat menggunakan terminologi spesifik, bukan abstrak. Ini perlu untuk menghindarkan keraguan dan ketidakjelasan. Ada tiga kegunaannya yaitu, mempertahankan respon perawat terhadap perasaan pasien, memberikan penjelasan yang akurat oleh perawat, mendorong pasien memikirkan masalah yang spesifik.

2.8.6 Dimensi Tindakan

Dimensi tindakan tidak dapat dipisahkan dengan dimensi respon. Tindakan yang dilaksanakan harus dalam konteks kehangatan dan pengertian. Dimensi respon membawa pasien pada tingkat pemilikan diri yang tinggi dan kemudian dilanjutkan dengan dimensi tindakan. Dimensi tindakan ini terdiri dari :

1. Konfrontasi

Konfrontasi merupakan ekspresi perasaan perawat tentang perilaku pasien yang tidak sesuai. Carkhoff (dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1987) mengidentifikasi tiga kategori konfrontasi yaitu:

a. Ketidaksesuaian antara konsep diri pasien (ekspresi pasien tentang dirinya) dan ideal diri pasien (keinginan pasien)

(52)

c. Ketidaksesuaian antaraa pengalaman pasien dan pengalaman perawat.

Konfrontasi berguna untuk meningkatkan kesadaran pasien akan kesesuaian perasaan, sikap, kepercayaan dan perilaku. Konfrontasi dilakukan secara asertif, bukan marah atau agresif. Sebelum melakukan konfrontasi perawat perlu mengkaji tingkat hubungan saling percaya, waktu yang tepat, tingkat kecemasan pasien, kekuatan koping pasien. Konfrontasi sangat diperlukan pasa pasien yang telah mempunyai kesadaran diri tetapi perilaku belum berubah.

2. Kesegeraan

Kesegeraan berfokus pada interaksi dan hubungan perawat – pasien saat ini. Perawat sensitif terhadap perasaan klien dan berkeinginan membantu dengan segera.

3. Keterbukaan Perawat

Pada keterbukaan, perawat memberikan informasi tentang dirinya, idealnya, perasaannya, sikapnya, nilainya. Perawat membuka diri tentang pengalaman yang berguna untuk terapi pasien. Tukar pengalaman ini memberikan keuntungan pada pasien untuk mendukung kerjasama dan memberi dukungan.

(53)

Emotional katarsis terjadi jika pasien diminta bicara hal yang sangat mengganggu dirinya. Ketakutan, perasaan dan pengalaman dibuka dan menjadi topik diskusi antara perawat dan pasien.

Perawat harus dapat mengkaji kesiapan pasien mendiskusikan masalahnya. Jika pasien mengalami kesulitan mengekspresikan perasaannya, perawat dapat membantu dengan mengekspresikan perasaannya jika berada pada situasi pasien.

Jika pasien menyadari bahwa ia mengekspresikan perasaannya dalam situasi yang diterima dan aman maka pasien akan memperluas kesadaran dan penerimaan pada dirinya.

5. Bermain Peran

Bermain peran adalah melakukan peran pada situasi tertentu. Hal ini berguna untuk meningkatkan hubungan dan kemampuan melihat situasi dari sudut pandang orang lain. Bermain peran menjembatani antara pikiran dan perilaku, dan pasien akan merasa bebas mempraktekkan perilaku baru pada lingkungan yang aman.

2.9 Pecandu Nar koba

(54)

narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada narkotika baik secara fisik maupun psikis. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi ketergantungan adalah Hal tergantung; Perihal hubungan sosial seseorang yang tergantung kepada orang lain atau masyarakat; Keadaan seseorang yang belum dapat memikul tanggungjawabnya sendiri.

2.10 Rehabilitasi

Rehabilitasi adalah program untuk membantu memulihkan orang yang memiliki penyakit kronis baik dari fisik ataupun psikologisnya. Sedangkan rehabilitasi narkoba sendiri adalah sebuah tindakan represif yang dilakukan bagi pecandu narkoba. Tindakan rehabilitasi ditujukan kepada korban dari penyalahgunaan narkoba untuk memulihkan atau mengembangkan kemampuan fisik, mental, dan sosial penderita yang bersangkutan. Selain untuk memulihkan, rehabilitasi juga sebagai pengobatan atau perawatan bagi para pecandu narkoba, agar para pecandu dapat sembuh dari kecanduannya terhadap narkoba.

2.11 Perawat

(55)

undangan yang berlaku (Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1239/MenKes/SK/XI/2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat pada pasal 1 ayat 1)

2.12 Kerangka Pikir

Penelitian dilakukan guna mengetahui bagaimana komunikasi terapeutik yang digunakan dalam proses penyembuhan pecandu narkoba. Mengetahui cara konselor menciptakan komunikasi terapuetik dalam program rehabilitasi narkoba di Yayasan ORBIT Surabaya. Kaitannya dengan komunikasi terapeutik konselor terhadap pasien pecandu narkoba di Yayasan ORBIT, bahwa kecenderungan seorang pasien pecandu narkoba memiliki jiwa putus asa, mengalami suatu kebingungan ketika memiliki keinginan untuk berhenti mengkonsumsi narkoba tetapi tidak mengerti bagaimana caranya, sangat susah menerima perhatian seseorang sebagai bentuk kepedulian terhadap dirinya, mudah marah dan perasaan yang sangat labil. Peran seorang konselor sangat dibutuhkan dalam hal menciptakan komunikasi yang baik untuk pencapaian situasi yang kondusif.

(56)
(57)

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode penelitian pada dasarnya menerangkan cara yang akan ditempuh oleh seorang peneliti dalam proses penelitian. Metode ini menguraikan hal – hal yang meliputi penjelasan tempat dan waktu penelitian, jenis penelitian, sumber – sumber data yang dimanfaatkan, teknik pengumpulan data dan teknik analisi data. Seluruh bagian akan dijelaskan sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai penelitian yang dilaksanakan (Moleong, 2010 : 48).

Kualitas pelaksanaan teknik pengumpulan data pada penelitian kualitatif sangat tergantung pada penelitinya sebagai alat pengumpulan data utamanya. Berbagai alat pengumpulan data yang biasa kita kenal dimungkinkan untuk digunakan sebagai kelengkapan penunjang, namun alat penelitian utamanya adalah peneliti sendiri.

3.2 Definisi Konseptual

3.2.1 Komunikasi Interper sonal

(58)

beberapa umpan balik seketika. Selain itu, komunikasi antar pribadi juga didefinisikan sebagai komunikasi yang terjadi diantara dua orang yang mempunyai hubungan yang terlihat jelas diantara mereka, misalnya: percakapan ayah dan anak, sepasang suami istri, guru dengan murid dan lain sebagainya. Dalam definisi ini setiap komponen harus dipandang dan dijelaskan sebagai bahan – bahan yang terintegrasi dalam tindakan komunikasi antarpribadi.

Dalam komunikasi antarpribadi dapat dilihat adanya umpan balik seketika karena proses komunikasinya dilakukan dengan tatap muka, sehingga dalam komunikasi antarpribadi ini juga harus diperhatikan mengenai umpan balik yang akan terjadi, seperti yang telah dijelaskan pada teori Atribusi bahwa pihak yang memulai komunikasi antarpribadi harus mempunyai kemampuan untuk memprediksi perilaku atau umpan balik yang akan terjadi, karena kualitas komunikasi dapat dilihat dari bagaimana proses yang terjadi dapat menimbulkan umpan balik yang positif atau dapat juga disebut dengan istilah “how to communicate”..

(59)

Komunikasi interpersonal sangat potensial untuk mempengaruhi atau membujuk pasien pecandu narkoba, karena penggunaan lima alat indera dapat mempertinggi daya bujuk pesan yang akan disampaikan. Sebagai komunikasi yang lengkap dan sempurna, komunikasi antarpribadi juga berperan penting dalam penyembuhan pecandu narkoba.

3.2.2 Komunikasi Terapeutik

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi khusus yang dilaksanakan oleh penyelenggara jasa kesehatan, dalam penelitian ini sebagaimana yang dimaksud adalah konselor dan tenaga kesehatan lain yang direncanakan dan berfokus pada kesembuhan pasien pecandu narkoba di Yayasan Panti Rehabilitasi ORBIT Surabaya. Hubungan antara konselor dan pasien yang bersifat terapeutik ialah komunikasi yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki emosi pasien pecandu narkoba yang tidak stabil. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai teknik komunikasi secara optimal dengan tujuan mengubah perilaku pasien ke arah yang positif. Untuk menerapkan komunikasi yang efektif konselor harus mempunyai keterampilan yang memadai dan memahami dirinya dengan baik, dengan harapan konselor dapat menghadapi, mempersepsikan, bereaksi, dan menghargai pasien.

(60)

mengerti tentang peran yang dimainkan oleh pasien, hal ini mempermudah terjadinya hubungan yang terapeutik diantara keduanya.

3.2.3 Menciptakan Hubungan Terapeutik

Maksud hubungan terapeutik adalah mendukung pasien, memajukan kesembuhan, dan mendukung atau meningkatkan fungsi tubuhnya.Konselor harus mempertimbangkan beberapa faktor pada pasienpecandunarkoba, diantaranya kondisi fisik, narkoba yang dikonsumsi oleh pasien akan sangat berdampak buruk terhadap organ tubuh pasien. Kondisi fisik yang paling bisa dilihat perubahannya adalah daya ingat melemah, kebersihan akan tubuh berkurang, mata terlihat sayu, pendengaran berkurang dll.

(61)

Selain itu terdapat beberapa prinsip yang mendasari hubungan terapeutik, yaitu rasa hormat, kesungguhan, empati, kepercayaan dan kerahasiaan.

1. Rasa hormat

Konselor harus tetap menjaga rasa hormat terhadap pasien, tidak menghakimi tindakan pasien, dan tidak memojokkan kondisi pasien. Dengan tetap menjaga rasa hormat terhadap pasien, hal ini menciptakan rasa nyaman dan menjaga perasaan pasien. Semua proses yang berjalan di Yayasan ORBIT di landasi dengan respect and dignity. Berjalannya program rehabilitasi dilandasi oleh rasa saling menghargai dan menghormati.

Dalam program Therapy Community salah satu kegiatan didalamnya adalah Acknowledgement (penghargaan), pasien diarahkan untuk dapat mengungkapkan perasaan, berterima kasih, dan menghargai perilaku baik. Program Therapy Community ini dilakukan setiap hari selama masa penyembuhan.

2. Kesungguhan

(62)

tujuan penyembuhan akan perilaku pemakaian narkoba, perubahan pola hidup yang lebih baik dengan mengarahkan pada Total Ubstinance (berpantang penuh terhadap segala jenis narkoba). Ilmu dan pengalaman yang konselor dapat akan tetap digunakan untuk membantu pecandu lain sekalipun tidak berada di Yayasan ORBIT. Dan pilihan untuk menjadi seorang konselor tumbuh dari dalam hati, inilah wujud kesungguhan konselor dalam menjalani tugas dan perannya sebagai konselor dan sebagai sesama manusia. Kesungguhan konselor juga dalam bentuk mengekspresikan perasaan terhadap pasien, seperti tertawa ketika pasien bercerita mengenai hal-hal yang lucu atau pengalaman-pengalaman humor pasien.

3. Empati

(63)

pasien karena konselor sangat memahami gerakan non verbal pasien.

Setiap 1 minggu sekali di Yayasan ORBIT diadakan pertemuan Narkotik Anonimus. Dalam pertemuan ini, pasien dapat saling berbagi satu sama lain, sharing akan permasalahan yang dihadapi, saling mengumpulkan kekuatan dan harapan tanpa membedakan suku, agama dan ras satu sama lain.

4. Kepercayaan

Konselor harus menjadi sosok yang dapat dipercaya oleh pasien. Konselor sebagai mantan pecandu narkoba, memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang narkoba, sehingga pasien mudah memberikan kepercayaannya, menganggap konselor lebih memahami permasalahan yang dihadapi, dan dapat memberikan solusi permasalahannya. Pasien memilih konselor sebagai orang yang tepat, dapat diandalkan dan terutama dapat menerima pasien apa adanya sebagai manusia.

Dalam Narkotik Anonimus, terdapat 4 tools yang digunakan, diantaranya step walking, meeting, service dan

sponsorship. Salah satunya yang dimaksud sponsorship

(64)

dipercaya, menceritakan segala permasalahan, terbuka dan menganggap konselor tersebut adalah orang yang paling tepat dan sesuai dengan kriteria karakter yang membuat dia nyaman, dan dapat menuntunnya dari belakang.

5. Kerahasiaan

Konselor tetap menjaga beberapa hal yang berkaitan dengan pasien, pengalaman buruk atau kejadian – kejadian yang dialami pasien. Dalam memilih sponsorship, konselor yang dipercaya juga harus menjaga segala hal yang berkaitan dengan privacy pasien. Dengan segala keterbukaan pasien, konselor dapat memberikan masukan penyelesaian atas masalah yang dihadapi, dan hal tersebuat hanya diketahui oleh konselor yang dijadikan sponsorship dan pasien yang bersangkutan.

3.2.4 Pecandu Nar koba

(65)

Banyak hal yang perlu masyarakat mengerti, karakteristik seorang pecandu narkoba tergantung pada jenis narkoba yang digunakannya. Masyarakat sendiri terlalu terkotak – kotakan oleh istilah pecandu, dan pada akhirnya masyarakat tidak bisa membedakannya.

Yayasan ORBIT memandangan seorang pecandu adalah seseorang yang harus dibantu, ditolong, dan dihargai lepas dari pengertian yang sebenarnya. Yayasan ORBIT menganggap bahwa seorang pecandu yang sudah sembuh dari ketergantungannya akan tetap bertahan clean (bersih) salah satunya dengan cara membantu pecandu lain yang belum sembuh.

Yayasan ORBIT menampung semua pasien pecandu narkoba mulai dari pemakaian narkoba jarum suntik atau narkoba yang tidak memakai jarum suntik, tidak ada batasan umur ataupun status sosial.

3.2.5 Rehabilitasi

(66)

Di Yayasan Panti Rehabilitasi ORBIT terdapat 2 macam prosedur admisnistrasi rehabilitasi, yaitu Program PABM (Pemulihan Adiksi Berbasis Masyarakat) dan Program Reguler. Program PABM merupakan program rehabilitasi yang didanai oleh KPA (Komisi Penanggulangan Aids), program ini tidak memungkut biaya sama sekali dan khusus para pecandu yang ingin menjalani rehabilitasi tetapi tidak mampu untuk membayar biaya yang telah ditentukan sesuai kebijakan Yayasan Panti Rehabilitasi. Sedangkan untuk Program Reguler, sesuai dengan kebijakan Yayasan para pasien dikenakan biaya sebesar Rp2.500.000 perbulan dan atas persetujuan pasien atau keluarga pasien.

Kedua prosedur rehabilitasi ini memiliki program rehabilitasi yang sama. Pasien menjalani pemulihan selama 3 bulan. Yayasan Panti Rehabilitasi ORBIT memiliki beberapa program perawatan yang dijalankan selama pemulihan diantaranya:

1. Therapy Community

Program ini dijalankan dengan harapan agar pasien dapat mengubah sikap lebih baik dengan lingkungan sekitar. Program kelompok konseling terdiri dari 7-8 orang, dalam proses konseling pasien melakukan konfrontasi dan

acknowlegdement. Konfrontasi yang dimaksud adalah,

(67)

formal. Pasien yang mendapat kritikan dan masukan harus bisa menerima dan mengubah perilaku agar lebih baik. Menanggapi masukan dengan bijak tanpa ada rasa marah, karena melihat maksud dan tujuan konseling adalah demi kebaikan pasien.

Yang kedua adalah Acknowledgement, pasien diberikan kesempatan untuk mengungkapkan perasaan, memberikan penghargaan antar pasien atas perilaku baik yang telah dilakukan. Hal ini ditujukan agar pasien bisa menghargai perilaku – perilaku baik yang ada disekitar.

2. Outing

Outing merupakan aktivitas diluar, seperti memancing, menonton, berenang dll. Program outing dilakukan 1 bulan sekali. Dengan adanya program outing konselor dapat memantau perilaku dan sikap pasien selama di luar atau di lingkungan masyarakat.

3. Wellness

Wellness adalah program kesehatan. Pasien harus

(68)

dan penyalahgunaan obat sangat berpengaruh terhadap melemahnya fungsi organ tubuh seseorang.

4. Keagamaan dan Spiritual

Dalam program rehabilitasi pasien tetap dituntun untuk menjalani kewajiban ibadah sesuai dengan agama yang dianut, seperti sholat jumat, ibadah di gereja dan wihara dll. Hal ini untuk memperkuat nilai religi pasien. Sedangkan spiritual adalah hubungan yang lebih dalam dengan Tuhan, memandang serta menjalani kehidupan sebagai manusia ciptaan Tuhan.

3.2.6 Perawat

Perawat adalah seseorang yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan kewenangan untuk memberikan asuhan keperawatan pada orang lain berdasarkan ilmu dan kiat yang dimilikinya dalam batas – batas kewenangan yang dimilikinya (PPNI, 1999 ; Chitty, 1997). Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan yang berlaku (Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1239/MenKes/SK/XI/2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat pada pasal 1 ayat 1)

(69)

Manusia secara sadar maupun tidak sadar mengejar tujuan ini sepanjang hidup. Memahami diri sendiri memungkinkan partisipasi yang lebih penuh dalam kehidupan sebagai perawat dan sebagai manusia. Mengenali dan menerima diri sendiri juga memungkinkan penerimaan yang lebih penuh terhadap orang lain: kekuatan dan kelemahan, harapan dan ketakutan, serta kebutuhan dan keinginan mereka.

Perawat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah konselor. Hal ini tidak hanya melihat dari sudut pandang profesi atau pendidikan dibidang kesehatan, melainkan mengutamakan sisi perawat sebagai manusia dan dalam tujuan pemeliharaan untuk suatu kesembuhan dimana pada penelitian ini adalah kesembuhan seorang pecandu narkoba.

Saat seorang konselor menerima pasien pecandu narkoba secara penuh, maka seorang konselor dapat merasakan empati, kasih sayang, dan kepedulian yang sesungguhnya. Konselor merespon kebutuhan pasien dengan menyediakan kesembuhan, kenyamanan, dan dukungan di luar perawatan fisik.

3.3 J enis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang tidak menghasilkan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya.

(70)

angka dan frekuensi. Penelitian ini menekankan pada catatan yang menggambarkan situasi yang sebenarnya guna mendukung penyajian data.

Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang sifatnya umum terhadap kenyataan sosial. Pemahaman tersebut tidak ditentukan terlebih dahulu tetapi diperoleh setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian dan kemudian ditarik suatu kesimpulan berupa pemahaman umum tentang kenyataan – kenyataan tersebut.

Penelitian ini dimaksudkan untuk menguraikan peristiwa yaitu bagaimana komunikasi dalam penyembuhan pecandu narkoba di Yayasan ORBIT Surabaya. Penelitian ini memfokuskan pada penerapan komunikasi yang digunakan dalam penyembuhan pecandu narkoba, maka penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian deskriptif kualitatif.

3.4 Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang dipilih adalah Yayasan ORBIT Surabaya yang berlokasi di Jl.Bratang Binangun 5C No.54 Surabaya. Subjek penelitian ditentukan setelah peneliti melakukan pra penelitian ke Badan Narkotika Nasional Provinsi Jawa Timur, dan mendapat rekomendasi untuk melakukan penelitian di Yayasan tersebut.

(71)

Objek kajian dalam penelitian ini adalah konselor dan klien pecandu narkoba yang menjalani program penyembuhan narkoba di yayasan ORBIT Surabaya. Alasan penulis mengambil objek penelitian di Yayasan ORBIT karena beberapa sebab, yaitu:

1. Yayasan ORBIT Surabaya memiliki komunitas para pecandu yang sudah bersih dari narkoba.

2. Yayasan ORBIT Surabaya memiliki pola treatment pendekatan sesuai kebutuhan pasien.

3. Yayasan ORBIT Surabaya memiliki target perubahan perilaku yang akan dicapai sesuai dengan permasalahan yang dialami oleh pasien.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara. Wawancara merupakan proses tanya jawab secara lisan dimana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik. Dalam proses ini selalu ada pihak yang berbeda fungsinya, satu pihak berfungsi sebagai pencari informasi yang disebut interviewer sedangkan pihak yang lain sebagai pemberi informasi dan disebut interviee responden (Moleong 2009 :36)

(72)

penyembuhan. Wawancara dilakukan ketika Yayasan ORBIT sedang tidak menjalani kegiatan khusus.

3.7 Sumber Data

3.7.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber pertama, melalui cara interview terhadap objek penelitian. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara dan dokumentasi. Sumber data yang digunakan untuk penelitian adalah Konselor Yayasan ORBIT Surabaya, pasien yang sedang menjalani program rehabilitasi, dan pasien yang telah menjalani program rehabilitasi di Yayasan tersebut.

3.7.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut menjadi bentuk – bentuk seperti tabel, grafik, diagram, gambar, dan sebagainya sehingga menjadi lebih informatif bagi pihak lain. Data sekunder digunakan oleh peneliti untuk diproses lebih lanjut. Penulis mengumpulkan data sekunder dari berbagai sumber seperti media cetak, internet dan buku – buku pustaka.

3.8 Infor man

(73)

tujuan penelitian dan keterkaitan informan terhadap permasalahan yang akan diteliti. Informan dianggap dapat memberikan informasi dan benar – benar mengerti tentang permasalahan yang diteliti. Hal ini disebabkan karena dalam penelitian kualitatif tidak mempersoalkan berapa besar jumlah informan, melainkan yang terpenting adalah seberapa jauh penjelasan informan yang diperoleh dalam menjawab permasalahan yang diteliti (Sumadi Suryabarata, 1998:99). Dan pada penelitian ini, peneliti juga memasukkan satu mantan pasien rehabilitasi ORBIT yang sampai saat ini masih menjalani konseling dengan konselor. Di Yayasan Panti Rehabilitasi ORBIT, konselor merupakan seseorang bertugas membantu pasien untuk mendapatkan pola hidup yang lebih baik dengan mengarah kepada Total Ubstinance (berpantang penuh dengan segala jenis narkoba). Berikut adalah nama para konselor di Yayasan Panti Rehabilitasi ORBIT:

1. Hendra Gunawan

2. Lukman Hakim

3. Munib Mujianto

3.9 Teknik Analisis Data

(74)

penyusunan, memilih yang penting dan mempelajari, kemudian membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain. Analisis data merupakan hal yang kritis dalam proses penelitian kualitatif data sehingga hipotesis dapat dikembangkan dan dievaluasi (Moleong, 2009 : 288).

Proses Analisis Data Dalam penelitian kualitatif , proses analisis data berlangsung baik sebelum terjun ke lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan. Analisis Sebelum di lapangan Analisis dilakukan berdasarkan hasil studi pendahuluan atau data sekunder yang akan menentukan fokus penelitian. Tujuan utama dalam penelitian adalah mengetahui komunikasi terapeutik yang digunakan dalam penyembuhan pasien pecandu narkoba di Yayasan ORBIT Surabaya, sehingga data yang direduksi berhubungan dengan komunikasi terapeutik konselor terhadap pasien pecandu narkoba di yayasan tersebut

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya. Paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif untuk memudahkan memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.

(75)
(76)

4.1 Gambaran Umum Yayasan Panti Rehabilitasi ORBIT Sur abaya

Yayasan Orbit adalah salah satu organisasi non pemerintah yang berdiri pada Juli tahun 2005 dengan akte pendirian oleh notaris Joyce Sudarto, SH bernomer 1 . Pembentukan organisasi berdasar atas kepedulian dan keprihatinan terhadap permasalahan sosial yang terjadi pada masyarakat Indonesia. Yayasan Orbit digawangi oleh para aktivis NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif) dan HIV – AIDS yang berasal dari komunitas Korban Napza di Surabaya Jawa Timur dengan orientasi pada program pemberdayaan masyarakat.

Gambar 1. Logo Yayasan ORBIT Surabaya

(77)

sedangkan Recovery Office berada di Bratang Binangun 5C No 19 Baratajaya 60284, Tlp/Fax: 031-504043

. Gambar 2. Pusat Rehabilitasi Yayasan ORBIT Subabaya

(78)

Pusat Rehabilitasi Yayasan ORBIT memiliki layanan sebagai berikut:

1. Layanan kesehatan dasar dengan didukung tenaga dokter dan perawat.

2. Layanan HIV dengan didukung pemeriksaan test HIV dan manajemen kasus.

3. Layanan rehabilitasi penyembuhan Napza melalui layanan day care, after care dan family gathering dengan didukung tenaga konselor adiksi dan psikolog.

4. Layanan pendampingan hukum melalui kolaborasi mitra kerja advokasi dari paralegal jaringan korban Napza dan bantuan hukum kantor advokat.

Sedangkan untuk Recovery Office Yayasan ORBIT memiliki manajemen program sebagai berikut:

1. Program penanggulangan HIV-AIDS pada pengguna Napza suntik.

2. Program penanggulangan HIV-AIDS pada kelompok resiko tinggi lainnya.

(79)

4. Program penelitian dan pengembangan.

5. Program pendidikan Public melalui Media Center.

4.1.1 Visi dan Misi

Untuk mencapai visi dan misi yang dijabarkan dalam rencana dan strategi organisasi tidak hanya faktor internal yang mendorong keberhasilan, tetapi perlu faktor eksternal, dalam hal ini peran serta masyarakat secara luas. Visi Yayasan ORBIT adalah Mewujudkan Insan Pembangunan. Untuk mencapai visi tersebut, maka berikut ini adalah misi dari Yayasan ORBIT:

1. Melibatkan masyarakat sipil dalam menggunakan hak sipil dan politik

2. Memfasilitasi masyarakat dalam berperan aktif di bidang sosial, ekonomi, dan budaya.

3. Mendorong masyarakat untuk mampu secara personal dan kelompok sebagai pelaku pembangunan di segala aspek.

4.1.2 Strategi

Gambar

Gambar 3. Recovery Office Yayasan ORBIT Surabaya

Referensi

Dokumen terkait

Adapun ciri-ciri dari metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti obyek yang alamiah (natural setting) lebih bersifat

Model pembelajaran CTL ini bertujuan untuk memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks

Penelitian ini membahas pendekatan fuzzy time series Markov chain untuk menganalisis data linguistik atau data time series sampel kecil diusulkan supaya keakuratan

(3) In Israilliyat history anyone has sanad confirming an interpretation of the verses of the al- Qur’an and others do not have sanad. When Israilliyat history does not

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1979.Farmakope Indonesia.Ed 3.Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.Jakarta.. Dewati,R.2008.Limbah Kulit Pisang Kepok sebagai

[r]

Tablet dengan Pengisi Pati Kulit Pisang.. Universitas

Perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan dipengaruhi berbagai faktor untuk dipertimbangkan oleh konsumen untuk membeli produk sepatu adalah kualitas, referensi, merk,