• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metodologi Penelitian

4.2.2 Analisis dengan Metode Kualitatif

Analisis dengan metode kualitatif dilakukan dengan analisis SWOT. Analisis SWOT pada penelitian ini adalah suatu analisa yang dilakukan untuk mengetahui keunggulan (strenghts), kelemahan (weakness), peluang (opportunity) dan ancaman/hambatan (threats) dalam mengevaluasi perubahan sistem tarif cukai hasil tembakau.

Tujuan dilakukannya analisis SWOT adalah untuk mengetahui dan melakukan pembenahan sistem tarif pemungutan cukai hasil tembakau agar menjadi lebih efektif. Hasil analsis SWOT pada penelitian ini antara lain adalah: 1) Keunggulan (strenghts)

Keunggulan dari perubahan sistem tarif cukai hasil tembakau pada KPPBC Tipe A3 Yogyakarta antara lain adalah:

a. Perubahan sistem tarif cukai hasil tembakau pada KPPBC Tipe A3 mempunyai dasar hukum yang kuat karena telah ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 203/PMK.011/2008 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau.

b. Penyetaraan besaran jenis hasil tembakau SPTF (Sigaret Putih Tangan Filter) dengan tarif cukai jenis SKTF (Sigaret Kretek Tangan Filter) pada perubahan sistem tarif cukai hasil tembakau dapat memudahkan

70

pengawasan atas jenis hasil tembakau SPTF (Sigaret Kretek Tangan Filter) dan dapat menanggulangi usaha penghindaran cukai oleh pabrik tertentu.

c. Adanya struktur organisasi yang jelas pada KPPBC Tipe A3 Yogyakarta. d. Adanya pembagian tugas (job description) yang jelas bagi karyawan pada

KPPBC Tipe A3 Yogyakarta.

e. Adanya pengawasan terhadap produksi hasil tembakau di wilayah pengawasan dan pelayanan KPPBC Tipe A3 Yogyakarta.

2) Kelemahan (weakness)

Kelemahan (weakness) dari perubahan sistem tarif cukai hasil tembakau pada KPPBC Tipe A3 Yogyakarta antara lain adalah:

a. Kebijakan perubahan sistem tarif dengan meniadakan jumlah golongan pada jenis hasil tembakau tembakau iris (TIS) menyebabkan turunnya tarif cukai dari jenis hasil tembakau iris (TIS) sehingga penerimaan cukai dari jenis ini juga menurun.

b. Perubahan sistem tarif dari gabungan menjadi spesifik menyebabkan turunnya tarif cukai hasil tembakau pada jenis cerutu (CRT) dan dan klembak menyan (KLM) sehingga penerimaan cukai dari jenis hasil tembakau cerutu juga mengalami penurunan.

c. Dengan adanya perubahan sistem tarif cukai hasil tembakau, kebanyakan produsen hasil tembakau berasumsi bahwa tarif cukai untuk semua hasil

71

tembakau meningkat sehingga menghambat bahkan mengakibatkan penurunan pada pertumbuhan produksi jenis hasil tembakau.

3) Peluang (opportunity)

Peluang (opportunity) dari perubahan sistem tarif cukai hasil tembakau pada KPPBC Tipe A3 Yogyakarta antara lain adalah:

a. Kebijakan cukai ini merupakan tahapan simplifikasi tarif cukai menuju ke arah single spesifik yang hanya membedakan tarif cukai antara produk hasil tembakau yang dibuat dengan mesin dan dengan tangan sehingga dapat menyederhanakan administrasi.

b. Kebijakan perubahan atas sistem tarif cukai hasil tembakau tersebut dapat membantu pencapaian target penerimaan APBN 2009 dari sektor cukai hasil tembakau, yakni sebesar Rp.48,2 triliun atau naik Rp. 2.7 triliun dari APBN-P 2008.

c. Kebijakan perubahan sistem tarif cukai hasil tembakau juga memperhatikan situasi ekonomi terakhir dimana sektor tembakau dapat berperan sebagai sektor yang labour intensive khususnya untuk jenis hasil tembakau yang dibuat dengan tangan (SKT).

d. Perubahan tarif yang hanya memperhatikan jumlah batang yang diproduksi juga mempermudah dalam pengawasan dalam kaitannya dengan pembatasan produksi barang yang diyakini berpengaruh pada kesehatan ini.

72

Peluang (opportunity) dari perubahan sistem tarif cukai hasil tembakau pada KPPBC Tipe A3 Yogyakarta antara lain adalah:

a. Adanya usaha penghindaran cukai oleh pabrik tertentu sehingga dapat menyebabkan pencapaian target penerimaan APBN 2009 dari sektor cukai hasil tembakau dapat terhambat.

b. Adanya pabrik hasil tembakau yang dengan sengaja ataupun tidak sengaja menghindari pemungutan cukai dengan tidak melaporkan jumlah produksi hasil tembakau dengan jelas dan benar.

c. Kurangnya pengertian dari produsen hasil tembakau mengenai arti pentingnya pemungutan cukai bagi pembangunan negara ataupun daerah khususnya penghasil tembakau.

Perbaikan terhadap sistem tarif cukai hasil tembakau dapat dilakukan dengan mempertahankan kekuatan yang ada dan memanfaatkan peluang yang dimiliki secara optimal. Sedangkan kelemahan dan ancaman bagi perubahan sistem tarif cukai hasil tembakau harus diatasi dengan perbaikan mekanisme dan pengawasan sehingga pemungutan cukai pada KPPBC Tipe A3 Yogyakarta dapat berjalan dengan lebih efektif. Pengertian efektif yang dimaksud disini adalah dapat mencapai tujuan dengan target yang telah ditetapkan atau bahkan melebihi target yang telah ditetapkan.

73 BAB V KESIMPULAN

Dari penelitian serta analisis data yang telah dilakukan sebelumnya terhadap data dari objek penelitian terhadap efektivitas perubahan sistem tarif cukai hasil tembakau pada KPPBC Tipe A3 Yogyakarta, dapat diambil kesimpulan dan saran sebagai berikut ini:

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada bab sebelumnya dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Analisis efektivitas

a. Dari perbandingan penghitungan cukai antara sistem tarif lama dengan sistem tarif setelah perubahan dapat diketahui bahwa tarif cukai dengan menggunakan sistem tarif yang baru lebih efektif untuk meningkatkan penerimaan cukai hasil tembakau. Hal ini diketahui dari peningkatan tarif cukai hasil tembakau secara total sebesar 19% dengan menggunakan sistem tarif cukai hasil tembakau yang baru.

b. Dari perbandingan penghitungan cukai antara sistem tarif lama dengan sistem tarif setelah perubahan dapat diketahui bahwa terjadi penurunan cukai hasil tembakau pada beberapa jenis Klembak (KLM), beberapa jenis Cerutu (CRT) dan beberapa jenis Tembakau Iris (TIS).

74

c. Dari perbandingan pertumbuhan atau penurunan produksi diketahui bahwa hasil tembakau yang mengalami kenaikan tarif antara lain adalah jenis cerutu (CRT), jenis sigaret kretek mesin (SKM), dan jenis sigaret kretek tangan (SKT), sehingga total kenaikan tarif hasil tembakau setelah perubahan adalah sebesar 12%, sedangkan jenis hasil tembakau yang mengalami penurunan tarif adalah jenis klembak (KLM) dan jenis tembakau iris (TIS).

d. Dari perbandingan pertumbuhan atau penurunan produksi diketahui bahwa jenis produksi hasil tembakau yang mengalami pertumbuhan antara lain adalah jenis klembak (KLM), jenis sigaret kretek mesin (SKM), dan jenis tembakau iris (TIS), sedangkan jenis hasil tembakau yang mengalami penurunan produksi antara lain adalah jenis cerutu (CRT) dan jenis sigaret kretek tangan (SKT) sehingga total pertumbuhan produksi hasil tembakau menurun sebesar 35%.

e. Jenis hasil tembakau yang mengalami pertumbuhan produksi yang cukup signifikan adalah jenis klembak (KLM) yaitu sebesar 45% dan jenis sigaret kretek mesin (SKM) yang mengalami pertumbuhan sebesar 559%. 2. Analisis SWOT

Dari hasil analisis SWOT yang dilakukan terhadap perubahan sistem tarif cukai hasil tembakau pada KPPBC Tipe A3 Yogyakarta diketahui bahwa sistem tersebut memiliki kekuatan dan peluang serta kelemahan dan ancaman. Kekuatannya antara lain adalah adanya dasar hukum yang jelas, adanya

75

struktur organisasi dan pembagian tugas yangjelas sehingga memudahkan pengawasan dan pengelolaan cukai hasil tembakau pada KPPBC Tipe A3. Sementara peluang yang ada antara lain adalah adanya penyederhanaan adminisrasi, membantu pencapaian target penerimaan APBN 2009 dari sektor cukai hasil tembakau dan sektor tembakau dapat berperan sebagai sektor yang labour intensive khususnya untuk jenis hasil tembakau yang dibuat dengan tangan (SKT).

Selain kekuatan dan peluang juga terdapat kelemahan yaitu menyebabkan turunnya tarif cukai dari jenis hasil tembakau iris (TIS) dan klembak (KLM) sehingga penerimaan cukai dari jenis ini juga menurun terciptanya asumsi bahwa tarif cukai untuk semua hasil tembakau meningkat sehingga menghambat bahkan mengakibatkan penurunan pada pertumbuhan produksi jenis hasil tembakau. Sedangkan ancaman yang dihadapi dalam melaksanakan perubahan sistem tarif cukai hasil tembakau antara lain adalah adanya usaha penghindaran cukai oleh pabrik tertentu, pabrik hasil tembakau yang dengan sengaja ataupun tidak sengaja menghindari pemungutan cukai dengan tidak melaporkan jumlah produksi hasil tembakau dengan jelas dan benar, dan kurangnya pengertian dari produsen hasil tembakau mengenai arti pentingnya pemungutan cukai bagi pembangunan negara.

76 5.2 Saran

Berdasarkan dari hasil analisis dan beberapa kesimpulan dari penelitian ini, maka penulis dapat memberikan saran-saran untuk KPPBC Tipe A3 agar dapat meningkatkan efektivitas pemungutan cukai hasil tembakau yang termasuk dalam kategori sangat efektif dengan upaya sebagai berikut:

a. Melakukan sosialisasi untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pemungutan cukai hasil tembakau bagi pembangunan.

b. Meningkatkan pengawasan untuk mencegah kecurangan, meningkatkan kepatuhan atau mencegah kebocoran pemungutan cukai pada berbagai jenis hasil tembakau

c. Meningkatkan kegiatan pendataan dan pendaftaran potensi sumber cukai hasil tembakau yang ada di daerah sehingga dapat memudahkan pengawasan.

 

5.3 Keterbatasan

Penelitian ini mempunyai keterbatasan-keterbatasan yang dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi peneliti berikutnya agar mendapatkan hasil yang lebih baik lagi. Keterbatasan penelitian ini antara lain disebabkan karena data yang diperoleh dari KPPBC Tipe A3 didasarkan pada dokumen pemesanan pita cukai (CK-1) diasumsikan sebagaimana berikut:

1. Seluruh CK-1 (permintaan Pita) habis digunakan untuk produksi.

77

3. Pengaruh diluar tarif seperti keadaan perekonomian keseluruhan, fatwa haram yang dikeluarkan MUI tidak diperhitungkan.

4. Penelitian ini tidak dapat memperhitungankan tingkat efisiensi pemungutan cukai hasil tembakau, hal ini disebabkan karena KPPBC Tipe A3 Yogyakarta merupakan salah satu institusi penerimaan negara yang bersifat revenue collecting sehingga biaya yang dikeluarkan tentu saja jauh lebih kecil dibandingkan dengan pungutan yang dihasilkan, dan mengingat pula biaya yang dikeluarkan secara sistem tidak terdapat perubahan dengan adanya perubahan tarif ini.

Dimasa mendatang, penelitian yang mengambil topik mengenai sistem tarif atau perubahan sistem tarif diharapkan dapat memperhitungkan pengembalian pita cukai, produksi yang tidak dilekati pita cukai serta keadaan perekonomian keseluruhan.

78

Dokumen terkait