• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI

A. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data-data yang ada dikumpulkan dan digolongkan/dikelompokkan kemudian dianalisis dan diinterpretasikan secara objektif. Analisis deskriptif bertujuan memberikan gambaran terhadap data-data pada variabel penelitian yang kita gunakan dalam penelitian (Nugroho 2005:1).

1. Deskripsi Faktor-faktor yang mempengaruhi Harga Saham Industri Rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Tabel 4.1

Rata- rata PER, ROE, NPM dan harga saham Industri Rokok Di Bursa Efek Jakarta tahun 2001-2008

No Emiten PER ROE NPM Harga Saham

1 BATI -0,31 5,81 0,067 Rp. 7.878,-

2 GGRM 12,62 14,72 0,08 Rp.10.724,-

3 HMSP 14,69 37,45 0,116 Rp. 7.540,-

4 RMBA 4,31 12,97 -0,0357 Rp. 180,-

Leonardo Guntur H. Silitonga : Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (OEe) Dan Net

Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

Sumber :

Tabel 4.1 menunjukkan Rata-rata nilai Price Earning Ratio (PER), Return on Equity (ROE) dan Net Profit margin (NPM) dari setiap Perusahaan Industri Rokok di Bursa Efek Indonesia dari Tahun 2001 sampai 2008 dan juga menunjukan Rata-rata dari keseluruhan emitennya. Dapat dilihat Rata-rata PER yang tertinggi dimiliki oleh perusahaan PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) sebesar 14,69 dan yang paling rendah dimiliki oleh perusahaan PT BAT Indonesia Tbk (BATI) sebesar -0,31. Hanya ada dua perusahaan yang memiliki nilai PER di atas Rata-rata sebesar 7,83 yaitu emiten GGRM dan HMSP sebesar 12,62 dan 14,69. Pada rasio ROE dapat dilihat nilai rata-rata yang tertinggi adalah emiten HMSP sebesar 37,45 dan yang paling rendah adalah emiten BATI sebesar 5,81. Hanya ada satu perusahaan yang memiliki nilai ROE di atas rata-rata 17,74 yaitu emiten HMSP sebesar 37,45. Pada rasio NPM nilai rata-rata tertinggi dimiliki oleh perusahaan HMSP sebesar 0,116 dan rata-rata yang paling rendah adalah perusahaan RMBA sebesar -0,0357. Hanya ada satu perusahaan yang memiliki rata-rata di bawah rata-rata industri (0,057) yaitu perusahaan HMSP. Rata-rata Harga Saham yang paling tinggi dimiliki oleh perusahaan GGRM sebesar Rp.10.724,- dengan rata-rata Harga Saham Industri Rokok sebesar Rp.6850,- hanya perusahaan RMBA yang berada di bawah Rata-rata Harga Saham Industri dengan Rata-rata Harga Saham sebesar Rp.180,-

2. Deskripsi nilai variabel Price Earning Ratio (PER)

Deskripsi nilai Price Earning Ratio (PER) industri rokok di Bursa Efek Indonesia selama periode 2001-2008 adalah sebagai berikut:

Leonardo Guntur H. Silitonga : Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (OEe) Dan Net

Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

Price Earning Ratio (PER)

Industri Rokok di BEI tahun 2001-2008

No Tahun BATI GGRM HMSP RMBA

1 2001 3.6 7.97 15.07 3.19 2 2002 5 7.65 9.96 8.35 3 2003 10.83 14.25 14.31 -22.75 4 2004 -33.95 14.59 14.63 9.15 5 2005 25.94 17.86 16.37 8.4 6 2006 -4.25 19.47 12.04 14.34 7 2007 -8.87 10.07 18.75 9.49 8 2008 - 9.16 16.35 - Rata-rata -0,31 12,62 14,69 4,31 Sumber :

Pada Tabel 4.2 menunjukkan nilai PER pada masing-masing perusahaan Industri Rokok di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian yaitu tahun 2001-2008. PER dapat di hitung dengan membagikan Harga Saham dengan Earning Per Share (EPS) Pada Tabel 4.2 dapat diliahat bahwa nilai PER yang mengalami kenaikan maupun penurunan pada tiap tahunnya.

Pada tahun 2001 nilai Price Earning Ratio (PER) tertinggi dimiliki oleh perusahaan HMSP dengan nilai Price Earning Ratio (PER) sebesar 15,07 dan yang paling rendah dimiliki oleh perusahaan RMBA dengan nilai PER sebesar 3,19. Pada tahun 2002 nilai Price Earning Ratio (PER) tertinggi dimiliki oleh perusahaan HMSP dengan nilai Price Earning Ratio (PER) sebesar 9,96 dan yang paling rendah dimiliki oleh perusahaan BATI dengan nilai PER sebesar 5,50.

Pada tahun 2003 nilai Price Earning Ratio (PER) tertinggi dimiliki oleh perusahaan HMSP dengan nilai Price Earning Ratio (PER) sebesar 14,31 dan yang paling rendah dimiliki oleh perusahaan RMBA dengan nilai PER sebesar -22,75 . Pada tahun 2004 nilai Price Earning Ratio (PER) tertinggi dimiliki oleh perusahaan HMSP dengan nilai Price Earning Ratio (PER) sebesar 14,63 dan

Leonardo Guntur H. Silitonga : Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (OEe) Dan Net

Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

yang paling rendah dimiliki oleh perusahaan BATI dengan nilai PER yaitu sebesar -33,95.

Pada tahun 2005 nilai Price Earning Ratio (PER) tertinggi dimiliki oleh perusahaan BATI dengan nilai Price Earning Ratio (PER) sebesar 25,94 dan yang paling rendah dimiliki oleh perusahaan RMBA dengan nilai PER sebesar 8,4. Pada tahun 2006 nilai Price Earning Ratio (PER) tertinggi dimiliki oleh perusahaan GGRM dengan nilai Price Earning Ratio (PER) sebesar 19,47 dan yang paling rendah dimiliki oleh perusahaan BATI dengan nilai PER yaitu sebesar -4,25. Pada tahun 2007 nilai Price Earning Ratio (PER) tertinggi dimiliki oleh perusahaan HMSP dengan nilai Price Earning Ratio (PER) sebesar 18,75 dan yang paling rendah di miliki oleh perusahaan BATI dengan nilai PER yaitu sebesar -8,87. Perusahaan HMSP memiliki nilai PER tertinggi pada tahun 2008 dengan nilai sebesar 16,35.

3. Deskripsi nilai variabel Return on Equity (ROE)

Deskripsi nilai Return on Equity (ROE) di industri rokok di Bursa Efek Indonesia selama periode 2001-2008 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3

Return on Equity (ROE)

Industri Rokok di BEI tahun 2001-2008

No Tahun BATI GGRM HMSP RMBA

1 2001 28.13 25.46 22.96 23.74 2 2002 29.21 21.49 32.13 9.2 3 2003 11.8 16.75 24.36 12.5 4 2004 -5.19 14.69 40.99 7.69 5 2005 4.62 14.41 52.08 9.71 6 2006 -17.7 7.7 62 12.22 7 2007 -10.17 10.22 44.94 15.76 8 2008 - 7.27 20.13 - Rata-rata 5,81 14,72 37,45 12,97 Sumber :

Leonardo Guntur H. Silitonga : Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (OEe) Dan Net

Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

Pada Tabel 4.3 menunjukkan nilai ROE pada masing-masing perusahaan Industri Rokok di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian yaitu tahun 2001-2008. ROE digunakan untuk mengetahui tingkat pengembalian atas investasi yang ditanamkan oleh pemilik perusahaan. ROE dapat di hitung dengan membagikan Laba Bersih dengan Total Ekuitas . Pada Tabel 4.2 dapat diliahat bahwa nilai ROE yang mengalami kenaikan maupun penurunan pada tiap tahunnya.

Pada tahun 2001 nilai Return on Equity (ROE) tertinggi dimiliki oleh perusahaan BATI dengan nilai Return on Equity (ROE) sebesar 28,13 dan yang paling rendah dimiliki oleh perusahaan HMSP dengan nilai ROE sebesar 22,96. Pada tahun 2002 nilai Return on Equity (ROE) tertinggi dimiliki oleh perusahaan HMSP dengan nilai Return on Equity (ROE) sebesar 31,13 dan yang paling rendah dimiliki oleh perusahaan RMBA dengan nilai ROE sebesar 9,20.

Pada tahun 2003 nilai Return on Equity (ROE) tertinggi dimiliki oleh perusahaan HMSP dengan nilai Return on Equity (ROE) sebesar 24,36 dan yang paling rendah dimiliki oleh perusahaan BATI dengan nilai ROE sebesar 11,8. Pada tahun 2004 nilai Return on Equity (ROE) tertinggi dimiliki oleh perusahaan HMSP dengan nilai Return on Equity (ROE) sebesar 40,99 dan yang paling rendah dimiliki oleh perusahaan BATI dengan nilai ROE yaitu sebesar -5,19.

Pada tahun 2005 nilai Return on Equity (ROE) tertinggi dimiliki oleh perusahaan HMSP dengan nilai Return on Equity (ROE) sebesar 52,08 dan yang paling rendah dimiliki oleh perusahaan BATI dengan nilai ROE sebesar 4,62.

Leonardo Guntur H. Silitonga : Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (OEe) Dan Net

Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

Pada tahun 2006 nilai Return on Equity (ROE) tertinggi dimiliki oleh perusahaan HMSP dengan nilai Return on Equity (ROE) sebesar 62,00 dan yang paling rendah dimiliki oleh perusahaan BATI dengan nilai ROE yaitu sebesar -17,70. Pada tahun 2007 nilai Return on Equity (ROE) tertinggi dimiliki oleh perusahaan HMSP dengan nilai Return on Equity (ROE) sebesar 44,94 dan yang paling rendah di miliki oleh perusahaan BATI dengan nilai ROE yaitu sebesar -10,17. Perusahaan HMSP memiliki nilai ROE tertinggi pada tahun 2008 dengan nilai sebesar 20,13.

4. Deskripsi nilai variabel Net Profit Margin (NPM)

Deskripsi nilai Net Profit Margin (NPM) di industri rokok di Bursa Efek Indonesia selama periode 2001-2008 adalah sebagai berikut :

Tabel 4.4

Net Profit Margin (NPM)

Industri Rokok di BEI tahun 2001-2008

No Tahun BATI GGRM HMSP RMBA

1 2001 0.16 0.12 0.07 0.06 2 2002 0.16 0.1 0.11 0.02 3 2003 0.16 0.15 0.18 -0.5 4 2004 -0.015 0.07 0.11 0.02 5 2005 0.01 0.08 0.1 0.05 6 2006 0.045 0.04 0.12 0.05 7 2007 -0.05 0.05 0.12 0.05 8 2008 - 0.034 0.12 - Rata-rata 0,067 0,08 0,116 0,043 Sumber :

Pada Tabel 4.3 menunjukkan nilai NPM pada masing-masing perusahaan Industri Rokok di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian yaitu tahun 2001-2008. NPM digunakan untuk melihat kinerja perusahaan melalui

Leonardo Guntur H. Silitonga : Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (OEe) Dan Net

Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

aktifitas penjuannya. NPM dapat di hitung dengan membagikan Laba Bersih dengan Penjualan. Pada Tabel 4.2 dapat diliahat bahwa nilai NPM yang mengalami kenaikan maupun penurunan pada tiap tahunnya.

Pada tahun 2001 nilai Net Profit Margin (NPM) tertinggi dimiliki oleh perusahaan BATI dengan nilai Net Profit Margin (NPM) sebesar 0,16 dan yang paling rendah dimiliki oleh perusahaan RMBA dengan nilai NPM sebesar 0,06. Pada tahun 2002 nilai Net Profit Margin (NPM) tertinggi dimiliki oleh perusahaan BATI dengan nilai Net Profit Margin (NPM) sebesar 0,16 dan yang paling rendah dimiliki oleh perusahaan RMBA dengan nilai NPM sebesar 0,02.

Pada tahun 2003 nilai Net Profit Margin (NPM) tertinggi dimiliki oleh perusahaan HMSP dengan nilai Net Profit Margin (NPM) sebesar 0,18 dan yang paling rendah dimiliki oleh perusahaan RMBA dengan nilai NPM sebesar -0,5. Pada tahun 2004 nilai Net Profit Margin (NPM) tertinggi dimiliki oleh perusahaan HMSP dengan nilai Net Profit Margin (NPM) sebesar 0,11 dan yang paling rendah dimiliki oleh perusahaan BATI dengan nilai NPM yaitu sebesar -0,015.

Pada tahun 2005 nilai Net Profit Margin (NPM) tertinggi dimiliki oleh perusahaan HMSP dengan nilai Net Profit Margin (NPM) sebesar 0,10 dan yang paling rendah dimiliki oleh perusahaan BATI dengan nilai NPM sebesar 0,01. Pada tahun 2006 nilai Net Profit Margin (NPM) tertinggi dimiliki oleh perusahaan HMSP dengan nilai Net Profit Margin (NPM) sebesar 0,12 dan yang paling rendah dimiliki oleh perusahaan GGRM dengan nilai NPM yaitu sebesar 0,04. Pada tahun 2007 nilai Net Profit Margin (NPM) tertinggi dimiliki oleh perusahaan HMSP dengan nilai Net Profit Margin (NPM) sebesar 0,12 dan yang

Leonardo Guntur H. Silitonga : Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (OEe) Dan Net

Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

paling rendah dimiliki oleh perusahaan BATI dengan nilai NPM sebesar -0,05 Perusahaan HMSP memiliki nilai NPM tertinggi pada tahun 2008 dengan nilai sebesar 0,12. Semakin besar rasio NPM menggambarkan kualitas manajemen perusahaan yang semakin baik.

B. Regresi Linear Berganda

Model regresi yang digunakan adalah Harga Saham sebagai Variabel Terikat dan Price Earning Ratio(PER), Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM) sebagai Variabel Bebas. Keempat Variabel tersebut dapat di formulasikan dengan menggunakan bantuan SPSS.

Tabel 4.5 Model Summaryb ,585a ,342 ,266 1,47986 2,046 Model 1 R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson Predictors: (Constant), LN_NPM, LNPER, LN_ROE

a.

Dependent Variable: LN_HARGA_SAHAM b.

Sumber: Hasil pengolahan data menggunakan SPSS

Berdasarkan tabel diperoleh hasil analisis R sebesar 0,585 atau sebesar 58,5 % menunjukan bahwa korelasi antara variabel bebas Harga Saham dengan Variabel terikat PER, ROE Dan NPM adalah kuat karena nilainya berada di atas 50 %. Angka R Square menunjukkan sebesar 34,2 % hal ini berarti 34,2 % variasi dari harga saham bisa dijelaskan oleh variabel bebas PER, ROE dan NPM. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 65,8 % dijelaskan oleh fakto-faktor lain yang tidak disebutkan dalam penelitian ini.

Leonardo Guntur H. Silitonga : Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (OEe) Dan Net

Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009 Coefficientsa 7,982 3,597 2,219 ,035 1,491 ,602 ,400 2,478 ,020 ,971 1,030 -,035 ,679 -,013 -,051 ,959 ,425 2,354 1,270 ,611 ,510 2,080 ,048 ,421 2,376 (Constant) LN_PER LN_ROE LN_NPM Model 1 B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: LN_HARGA_SAHAM a.

Dari Tabel 4.6 dapat di peroleh persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:

Y= 7,982 + 1,491PER - 0,035ROE + 1,270 NPM + e

Persamaan dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Konstanta sebesar 7,982 menyatakan bahwa jika nilai PER, ROE, dan NPM emiten adalah nol, maka Harga Saham yang terjadi adalah sebesar 7,982.

b. Koefisien regresi variabel PER sebesar 1,491 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 PER akan menaikan Harga Saham Sebesar Rp. 1,-. Dengan asumsi variabel dianggap tetap.

c. Koefisien regresi variabel ROE sebesar -0,035, menyatakan bahwa setiap penambahan 1 kali ROE akan menurunkan Harga Saham sebesar 0,035. hal ini berarti bahwa hubungan Roe dengan Harga Saham bertolak belakang.

Leonardo Guntur H. Silitonga : Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (OEe) Dan Net

Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

d. Koefisien regresi variabel NPM sebesar 1,270 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 kali NPM akan menaikan Harga Saham sebesar 1,270

Dokumen terkait