Leonardo Guntur H. Silitonga : Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (OEe) Dan Net
Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STRATA-1 MEDAN
ANALISIS PENGARUH PRICE EARNING RATIO (PER),
RETURN ON EQUITY (ROE) DAN NET PROFIT MARGIN
(NPM) TERHADAP HARGA SAHAM PADA INDUSTRI
ROKOK DI BURSA EFEK INDONESIA
DRAFT SKRIPSI
OLEH
LEONARDO GUNTUR H. SILITONGA 050502122
MANAJEMEN
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Universitas Sumatera Utara Medan
Leonardo Guntur H. Silitonga : Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (OEe) Dan Net
Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
ABSTRAK
Leonardo Guntur H. Silitonga (2009). Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return on Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok di Bursa Efek Indonesia, Dibawah Bimbingan Dr. Khaira Amalia F SE, MBA Ak, Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE. Msi (Ketua Departemen Manajemen), Dr. Prihatin Lumban Raja SE MSi, (Penguji I), Dr. Yeni Absyah SE. Msi (Penguji II).
Pasar modal merupakan salah satu alternatif yang digunakan oleh perusahaan untuk memperoleh dana. Investasi yang aman memerlukan analisis yang cermat, teliti dan didukung oleh data yang akurat sehingga dapat mengurangi resiko bagi investor balam berinvestasi. Analisis fundamental sebagai salah satu teknik analisis yang digunakan oleh investor dalam mencari informasi dari laporan keuangan perusahaan. beberapa komponen yang penting dalam melakukan analisis terhadap fundamental perusahaan diantaranya adalah Price Earning Ratio ( PER ) dan Return on Equity (ROE) serta rasio profitabilitas yang penting lainnya adalah Net Profit Margin (NPM). Industri Rokok merupakan salah satu industri yang berkembang cukup baik di Indonesia. Pergerakan Harga Saham Industri Rokok sangat berfluktuasi yang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya analisis kinerja keuangan.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk Untuk menganalisis pengaruh variabel Price Earning Ratio (PER), Return on Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM) terhadap harga saham perusahaan industri rokok di Bursa Efek Indonesia (BEI). Metode analisis yang dipergunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis statistik yang menggunakan alat analisis regresi linier berganda, pengujian signifikan simultan dan pengujian signifikan parsial
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara serempak variable Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Harga Saham. Secara parsial variabel Price Earning Ratio (PER) dan Net Profit Margin (NPM) memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham, sedangkan variabel Return On Equity (ROE) tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham Industri Rokok di Bursa Efek Indonesia. Nilai koefisien determinasi (R2) adalah sebesar 34,2 %
Leonardo Guntur H. Silitonga : Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (OEe) Dan Net
Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
ABSTRAK
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B . Perumusan Masalah ... 7
C. Kerangka Konseptual ... 7
D. Hipotesis ... 8
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8
F. Metode Penelitian... 10
1. Batasan Operasional ... 10
2. Definisi Operasional Variabel ... 10
3. Tempat dan Waktu Penelitian ... 13
4. Populasi dan Sampel ... 13
5. Jenis Data ... 14
6. Teknik Pengumpulan Data ... 15
7. Metode Analisis Data ... 15
BAB II URAIAN TEORITIS ... 20
A. Penelitian Terdahulu ... 20
B. Pasar Modal ... 22
C. Saham ... 23
D. Hubungan Variabel Terhadap Harga Saham ... 30
BAB III GAMBARAN UMUM PENELITIAN ... 33
Leonardo Guntur H. Silitonga : Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (OEe) Dan Net
Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
B. Gambaran Umum Masing-masing Industri rokok ... 36
1. PT BAT Indonesia Tbk ... 36
2. PT Gudang Garam Tbk ... 37
3. PT HM Sampoerna Tbk ... 38
4. PT Bentoel International Inv Tbk ... 39
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI ... 43
A. Analisis Deskriptif ... 43
1. Deskripsi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham 43 B. Regresi Linear Berganda ... 49
C. Hasil Uji Asumsi Dasar Regresi ... 51
1. Uji Normalitas ... 51
2. Uji Multikolinearitas ... 54
3. Uji Heterokedastisitas ... 54
4. Uji Autokorelasi... 56
D. Pengujian Hipotesis ... 56
1. Uji Global (Uji-F) ... 57
2. Uji secara Parsial (Uji-T) ... 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 61
A. Kesimpulan ... 61
B. Saran ... 62
Leonardo Guntur H. Silitonga : Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (OEe) Dan Net
Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Penjualan, Laba Bersih dan Rata-rata Harga Saham Industri Rokok Yang Terdaftar di BEI Tahun 2001 Sampai 2008 ...
... 4
Tabel 1.2 Perusahaan Rokok yang terdaftar di BEI ... 14
Tabel 4.1 Rata- rata PER, ROE, NPM dan harga saham Industri Rokok Di Bursa Efek Jakarta tahun 2001-2008 ... 43
Tabel 4.2 Price Earning Ratio (PER ) ... 44
Tabel 4.3 Return on Equity (ROE) 46 Tabel 4.4 Net Profit Margin (NPM) ... 48
Tabel 4.5 Model Summary(b) ... 50
Tabel 4.6 Coefficients (a) ... 50
Tabel 4.7 One - Sample Kolmogorov- Smirnov Test ... 53
Tabel 4.8 Uji Multikolinearitas ... 54
Tabel 4.9 Uji Autokorelasi ... 56
Tabel 4.10 Hasil Uji Global (Uji -F) ... 57
Leonardo Guntur H. Silitonga : Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (OEe) Dan Net
Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
BAB I PENDAHULUAN
B. Latar Belakang Masalah
Pasar modal merupakan salah satu alternatif yang digunakan oleh
perusahaan untuk memperoleh dana. Kehadiran pasar modal memperbanyak
pilihan sumber dana bagi investor serta menambah pilihan investasi, yang juga
dapat diartikan kesempatan untuk memperoleh imbal hasil. Investasi merupakan
komitmen atas sejumlah dana atau sumber dana lainnya yang dilakukan pada saat
ini dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan dimasa yang akan datang
(Tandelilin, 2001:1)
Dua unsur yang melekat pada setiap modal atau dana yang diinvestasikan
adalah hasil (return) dan resiko (risk). Kedua unsur ini memiliki korelasi yang
positif, umumnya semakin besar hasil yang diperoleh maka semakin besar resiko
yang dimiliknya, sebaliknya semakin kecil hasil yang diperoleh maka semakin
kecil pula resiko yang dihadapi. Seorang investor membeli sejumlah saham
dengan harapan memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham atau
pembayaran sejumlah deviden oleh perusahaan sebagai imbalan atas waktu dan
resiko didalam investasi tersebut.
Investasi yang aman memerlukan analisis yang cermat, teliti dan didukung
Leonardo Guntur H. Silitonga : Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (OEe) Dan Net
Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
investor yang berinvestasi. Secara umum ada banyak teknik analisis dalam
melakukan penilaian investasi, tetapi yang sering digunakan adalah analisis yang
bersifat fundamental, analisis teknikal, analisis ekonomi dan analisis rasio
keuangan
(Anoraga dan Pakarti, 2006:108). Bahkan ada juga masyarakat yang hanya
melihat trend yang secara sepintas dalam melakukan investasi.
Industri rokok merupakan industri yang memiliki peranan penting dalam
kegiatan perekonomian negara indonesia. Dalam majalah tempo yang terbit tahun
2008, Rokok merupakan barang konsumsi sebagian besar masyarakat Indonesia,
dengan sekitar 177 juta orang dari 270 juta jumlah penduduk indonesia adalah
penghisap rokok dimana jumlah batang rokok yang terjual di tahun 2008
mencapai sekitar 199 miliar batang. Sehingga industri rokok memiliki potensi
yang sangat besar untuk berkembang. Negara indonesia yang sebagian besar
pendapatan dalam negerinya berasal dari sektor dan industri rokok, dimana
industri rokok merupakan salah satu penyumbang dalam pendapatan pajak negara
tersebut. Tahun 2007 penerimaaan cukai yang berasal dari industri rokok tercatat
sebanyak Rp.52 triliun. Tenaga kerja yang terserap oleh industri rokok yang
berjumlah sekitar 3000 perusahaan yang tersebar di Indonesia mencapai
sedikitnya 6 juta pekerja.
Penjualan yang cenderung meningkat dari tahun 2001 sampai 2008 di
beberapa perusahaan memberikan gambaran bahwa industri rokok di Indonesia
berkembang dengan baik. Peningkatan yang baik ini merupakan gambaran bahwa
Leonardo Guntur H. Silitonga : Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (OEe) Dan Net
Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
menanamkan modalnya Hal ini yang dilihat oleh investor yang ingin
menginvestaikan modal yang dimilikinya, industri rokok yang terus berkembang.
Gerakan kampanye anti rokok yang sering dilakukan oleh pemerintah dan
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) karena rokok diyakini memiliki pengaruh
buruk terhadap kesehatan manusia memiliki pengaruh yang negatif terhadap
perkembangan industri rokok. Gerakan kampanye Tersebut membatasi dan
menghambat gerakan industri rokok untuk berkembang. Hal ini ditambah lagi
dengan munculnya kesadaran tentang bahaya merokok di dalam masyarakat.
Hal lainnya yang bisa menjadi penghambat bagi perkembangan industri
rokok adalah besarnya cukai rokok yang diberikan oleh pemerintah. Tarif cukai
yang ditetapkan pemerintah yang terus mengalami peningkatan akan berpotensi
menekan laba bersih dari perusahaan. Peraturan baru yang dikeluarkan oleh
pemerintah tahun 2007 menetapkan tarif cukai untuk harga jual eceran sebesar 7
persen ditambah tarif cukai per batang yang berkisar antar Rp.3,- sampai Rp.7,-
per batang. Pengaruh eksternal yang juga berkembang yang dapat mempengaruhi
industri rokok diantaranya kebijakan tentang pelarangan merokok di tempat
umum yang dilakukan oleh kota tertentu.
Laba bersih industri rokok tahun 2007 menunjukkan arah yang positif
dimana semua perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
mengalami peningkatan laba dari tahun 2006. Pada tahun-tahun sebelumnya laba
bersih yang dicapai oleh perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
juga cenderung mengalami peningkatan walaupun ada yang mengalami
penurunan seperti yang terlihan pada tabel 1.2 pada tahun 2006 PT BAT
Leonardo Guntur H. Silitonga : Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (OEe) Dan Net
Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
laba Rp.19,082 miliar menjadi rugi sebesar Rp.62,123 miliar pada tahun 2006.
Penurunan juga terjadi pada PT. Gudang Garam, Tbk pada tahun 2006 diamana
laba bersih yang diperoleh sebesar Rp.1,007 miliar menurun sekitar 46,5% dari
Rp.1,889 miliar. Petumbuhan laba yang cenderung positif seperti yang terlihat
dalam Tabel 1.1 memiliki pengaruh yang beragam terhadap harga saham. Seperti
pada PT BAT Indonesia,Tbk pada tahun 2006 ketika terjadi penurunan laba hal
ini mempengaruhi terhadap harga saham. Dimana harga saham terus menurun
hingga pada saat penutupan di akhir tahun rata-rata harga saham PT BAT
Indonesia,Tbk Rp.5795 per lembar saham. Tetapi kenaikan laba pada perusahaan
PT Gudang Garam,Tbk pada tahun 2007 sekitar 43,2% tidak mempengaruhi
terhadap harga saham hingga penutupan tahun 2007, dimana rata-rata harga
sahamnya turun menjadi Rp.9279 dari tahun 2006 dengan rata-rata harga sebesar
Rp.10137 per lembar. Penurunan harga saham juga terjadi pada perusahaan
HMSP pada tahun 2006 dari rata-rata harga saham senilai Rp.9103 pada tahun
2005 menjadi senilai RP.8254 pada tahun 2006, padahal laba perusahaannya
sedang meningkat. Penurunan harga saham juga terjadi pada tahun 2008 pada
perusahaan GGRM dan HMSP dimana pada tahun 2008 kedua perusahaan
tersebut berhasil membukukan penjualan dan laba yang meningkat tetapi tidak
diikuti oleh harga saham yang meningkat.
Investasi yang aman memerlukan analisis yang cermat, teliti dan didukung
oleh data yang akurat sehingga dapat mengurangi resiko bagi investor balam
berinvestasi. Analisis fundamental sebagai salah satu teknik analisis yang
digunakan oleh investor dalam mencari informasi dari laporan keuangan
Leonardo Guntur H. Silitonga : Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (OEe) Dan Net
Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
fundamental perusahaan diantaranya adalah Price Earning Ratio ( PER ) dan
Return on Equity (ROE) (Tandelilin,2001:241) serta rasio profitabilitas yang
penting lainnya adalah Net Profit Margin (NPM) (Brigham dan
Houston,2001:84). PER yaitu rasio yang mengindikasikan besarnya rupiah yang
harus dibayarkan investor untuk memperoleh satu rupia earning perusahaan
(Tandelilin,2001:243). Artinya PER menunjukan besarnya harga tiap satu rupiah
earning perusahaan. Rasio lainnya ROE dimana ROE digunakan untuk mengukur
kemampuan modal dalam menghasilkan pendapatan. Artinya semakin besar ROE
semakin baik manajemen perusahaan karena dari modal yang dikelola dihasilkan
pendapatan yang optiomal. Indikator lainnya yaitu Net Profit Margin (NPM) yang
merupakan margin laba atas penjualan (profit margin on sales) dimana semakin
tinggi NPM maka semakin baik pula operasi perusahaan (Darsono dan Ashari,
2005:56).
Penelitian yang dilakukan oleh Susilawati (2005) menunjukan ketiga teknik
analisis tersebut memiliki pengaruh yang signifikan secara serempak terhadap
harga saham namun secara parsial variabel ROE tidak berpengaruh. Penelitian ini
juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Subiyantoro dan Andraeni (2007)
yang menunjukan adanya pengaruh PER terhadap harga saham. Sedangakan
secara parsial ROE juga tidak berpengaruh. Penelitian yang dilakukan oleh
Hijriah (2008) memiliki hasil yang bereda dimana secara parsial variabel ROE
dan PER yang memiliki pengaruh terhadap Harga Saham. Penelitian yang
dilakukan Puspitasari (2007) juga memiliki hasil yang bereda dimana secara
Leonardo Guntur H. Silitonga : Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (OEe) Dan Net
Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Berdasarkan uraian serta permasalahan yang telah dikemukakan
sebelumnya maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
”Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER) dan Return On Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok
di Bursa Efek Indonesia”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan maka dirumuskan
masalah sebagai berikut;
”Apakah Price Earning Ratio (PER), Return on Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM) memilki pengaruh terhadap Harga Saham Industri Rokok di
Bursa Efek Indonesia (BEI)?”
C. Kerangka Konseptual
Dalam investasi saham di pasar modal unsur yang penting yang perlu
diperhatikan adalah resiko dan hasil. Sehingga diperlukan kemampuan untuk
menganalisis saham-saham mana yang memberikan keuntungan dan juga resiko
yang besar. Tandelilin (2001:232) menyatakan bahwa dalam melakukan analisis
perusahaan, investor harus mendasarkan kerangka berfikir pada dua komponen
utama dalam analisis fundamental yaitu Price Earning Ratio (PER) dan Return on
Equity (ROE) perusahaan. Serta rasio profitabilitas yang penting lainnya dalam
menganalisis harga saham adalah Net Profit Margin (NPM). Penelitian yang
Leonardo Guntur H. Silitonga : Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (OEe) Dan Net
Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
lainnya dalam menganalisis Harga. Demikian juga dengan penelitian Hijriah
menganalisis hubungan antara ROE dan PER terhadap Harga Saham. Sedangkan
penelitaian Puspitasari (2007) dalam menganalisis harga saham menggunakan
ketiga variabel tersebut ditambah variabel selain profitabilitas. Dalam penelitian
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham Subiyantoro dan
Andreani (2003) menggunakan variabel ROE dan beberapa variabel lainnya.
beberapa alasan yang mendasari penggunaan komponen tersebut yaitu karena
pada dasarnya komponen tersebut bisa dipakai untuk mengestimasi nilai instrinsik
suatu saham. Nilai instrinsik saham adalah nilai sebenarnya suatu saham yang
diperdagangkan. Alasan lainnya adalah karena deviden dibayarkan perusahaan
pada dasarnya dibayarkan dari earning.
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah
dikemukakan, maka model kerangka konseptual yang digunakan adalah sebagai
berikut:
Gambar 1.1: Kerangka Konseptual
Sumber: Tandelilin (2001), Susilawati (2005), Subyantoro dan Andreani (2003), Hijriah (2008), Puspitasari (2007), Dimodifikasi
D. Hipotesis
EARNING PER SHARE (EPS)
RETURN ON EQUITY (ROE)
HARGA SAHAM
Leonardo Guntur H. Silitonga : Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (OEe) Dan Net
Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah
penelitian yang kebenarannya masih lemah, sehingga harus di uji secara empiris.
Merumuskan hipotesis berarti membentuk proporsi yang sesuai dengan
kemungkinan-kemungkinan serta tingkat kebenarannya (Ginting dan Situmorang,
2008:99). Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan diatas maka
maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
”Price Earning Ratio (PER), Return on Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM) memiliki pengaruh terhadap Harga Saham Industri Rokok di Bursa Efek Indonesia (BEI).”
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah: ”Untuk menganalisis pengaruh
variabel Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (ROE) dan Net Profit
Margin (NPM) terhadap harga saham perusahaan industri rokok di Bursa Efek
Indonesia (BEI)”
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
a. Bagi investor diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menjadi
bahan pertimbangan dalam menanamkan modalnya di industri rokok
pada BEI
b. Bagi Fakultas Ekonomi USU diharapkan dapat menambah dan
Leonardo Guntur H. Silitonga : Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (OEe) Dan Net
Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
c. Bagi penulis, dapat menambah wawasan tentang analisis investasi
saham khususnya tentang PER, ROE dan NPM pada Industri Rokok
yang terdaftar di BEI.
d. Bagi pihak lain, sebagai bahan referensi yang nantinya dapat
memberikan perbandingan dalam melakukan penelitian-penelitian
selajutnya yang sejenis.
F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional
Adapun batasan operasional penelitian ini adalah
a. Subjek dalam penelitian ini adalah industri rokok yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI)
b. Data laporan keuangan yang digunakan adalah laporan keuangan sektor
Industri Rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dimana untuk
perusahaan PT Gudang Garam,Tbk dan PT H M Sampoerna,Tbk
menggunakan data pada tahun 2001 sampai 2008 sedangkan pada
perusahaan PT BAT Indonesia, Tbk dan PT Bentoel Internasional Inv,
Tbk menggunakan data laporan keuangan tahun 2001 sampai 2007. hal
ini dikarenakan dua perusahaan tersebut belum mengelluarkan laporan
keuangan pada tahu 2008.
c. Variabel-variabel yang diteliti dalam analisis investasi yang
mempengaruhi harga saham adalah Price Earning Ratio (PER), Return
on Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM) yang diukur dengan
Leonardo Guntur H. Silitonga : Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (OEe) Dan Net
Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
2. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel merupakan penjelasan mengenai definisi
operasional dari variabel-variabel yang diteliti yang berupa variabel dependen
(terikat) dan variabel independen (bebas). Definisi operasional yang digunakan
dalam penelitian ini adalah:
a. Variabel terikat (dependen variable)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Harga Saham. Harga saham
merupakan harga saham pada saat penutupan akhir bulan yang dirata-ratakan
dalam satu tahun dari setiap emiten yang tercatat di Bursa Efek. Harga saham
pada penelitian ini yaitu harga saham perusahaan- perusahaan sampel yaitu
perusahaan industri rokok dengan periode penelitian dari tahun 2001 sampai
dengan tahun 2008 untuk emiten GGRM dan HMSP serta dari tahun 2001
sampai tahun 2007 untuk emiten BATI dan RMBA. Menurut Robert Ang
(1997) harga saham bulanan dihitung dengan menjumlahkan harga penutupan
setiap akhir transaksi dibagi dengan jumlah hari transaksi perbulan. Harga
saham tahunan diwakili oleh rata-rata harga penutupan per tahun perusahaan
yang dapat dihitung dengan membandingkan total harga saham bulanan dibagi
dengan 12 bulan dalam setahun. Data mengenai harga saham diukur dengan
satuan Rupiah.
∑ Harga saham harian
Rata-rata harga saham bulanan =
∑ Hari transaksi
∑ Harga saham bulanan
Rata-rata harga saham tahunan =
Leonardo Guntur H. Silitonga : Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (OEe) Dan Net
Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
b.Variabel bebas (independent variable)
1) Price Earning Ratio (PER)
Price Earning Ratio (PER) merupakan cara mengukur seberapa besar
investor menilai laba yang dihasilkan perusahaan. Darmadji dan Fakhruddin
(2006:198) menyatakan bahwa PER menggambarkan apresiasi pasar terhadap
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. PER yang digunakan
adalah PER yang dihitung setiap akhir tahun atau per Desember setiap tahun.
PER dihitung dalam satuan kali dan dihitung dengan rumus:
Harga Saham PER =
Laba Per Saham
2) Return on Equity (ROE)
Return on Equity (ROE) merupakan tingkat pengembalian atas investasi yang
ditanamkan oleh pemegang saham atau investor. ROE digunakan untuk
mengukur tingkat pengembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan di
dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas. ROE yang
digunakan adalah ROE yang dihitung setiap akhir tahun atau per Desember
setiap tahun. ROE dihitung dengan satuan kali dan dapat dihitung dengan
rumus:
Laba Bersih Setelah Pajak ROE =
Total Ekuitas
3) Net Profit Margin (NPM)
Net Profit Margin (NPM) digunakan untuk mengukur laba bersih setelah
pajak dibandingkan dengan total aktiva. Net Profit Margin (NPM) sering juga
Leonardo Guntur H. Silitonga : Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (OEe) Dan Net
Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
dimana semakin tinggi Net Profit Margin (NPM) maka semakin baik pula
operasi perusahaan tersebut dalam menghasilkan laba. NPM yang digunakan
adalah NPM yang dihitung setiap akhir tahun atau per Desember setiap tahun.
Net Profit Margin (NPM) dihitung dengan satuan kali dan dapat di hitung
dengan rumus
Laba Bersih setelah pajak NPM =
Penjualan
3. Tempat dan Waktu Penelitian
a.Tempat penelitian
Penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui media internet dengan
situs
sekuritas.
b. Waktu penelitian
waktu penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Oktober 2008 sampai dengan
bulan Maret 2009.
4. Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah populasi perusahaan
Industri Rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jumlah populasi Industri
rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan laporan keuangan lengkap
tahun 2001 sampai 2008 adalah sebanyak 4 emiten. Penelitian ini menggunakan
populasi sasaran dimana populasi sasaran adalah keseluruhan individu dalam
area/wilayah/lokasi/kurun waktu yang sesuai dengan tujuan penelitian. Dengan
Leonardo Guntur H. Silitonga : Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (OEe) Dan Net
Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
penelitian ini adalah perusahaan industri rokok dimana untuk emiten GGRM dan
HMSP menggunakan data tahun 2001 sampai dengan tahun 2008 serta emiten
BATI dan RMBA menggunakan data tahun 2001 sampai dengan tahun 2007.
Terdapat 4 (empat) perusahaan Industri Rokok yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia antara lain.
Tabel 1.2
Perusahaan Rokok yang terdaftar di BEI
No Kode Emiten Nama Perusahaan
1 BATI PT BAT Indonesia, Tbk
2 GGRM PT Gudang Garam, Tbk
3 HMSP PT H M Sampoerna, Tbk
4 RMBA PT. Bentoel Internasional Investama, Tbk
Sumber: Bursa Efek Indonesia (2008)
5.Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang
bersumber dari data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh
secara tidak langsung yaitu melalui media internet, buku-buku referensi, surat
kabar, jurnal-jurnal penelitian dan literatur ilimiah lainnya yang berkaitan dengan
topik bahasan dalam penelitia (Amirullah dan Widayat, 2002:63). Data tersebut
yang terdiri dari:
a. Laporan keuangan perusahaan dalam Industri Rokok yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2001 sampai 2008 untuk emiten GGRM dan
HMSP serta laporan keuangan tahun 2001 sampai 2007 untuk emiten
Leonardo Guntur H. Silitonga : Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (OEe) Dan Net
Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
b. Jumlah lembar saham pada setiap akhir tahun dari perusahaan Industri
Rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
c. Harga saham rata-rata setiap tahun dari perusahaan Industri Rokok yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
6. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Hasan (2002:83) pengumpulan data adalah pencatatan
peristiwa-peristiwa atau hal-hal atau keterangan-keterangan atau karateristik-karateristik
sebagian atau seluruh elemen populasi yang akan menunjang atau mendukung
penelitian. Pengumpulan data dilakukan melalui :
Dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang berupa laporan-laporan yang
dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia. Melakukan studi pustaka yaitu dengan
mengumpulkan data pendukung berupa literatur jurnal penelitian terdahulu serta
laporan-laporan yang dipublikasikan untuk mendapatkan permasalahan yang akan
diteliti.
7 .Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
tahap-tahap sebagai berikut:
a. Metode Analisis Statistik
1) Analisis Regresi Linear Berganda
Untuk mengetahui pengaruh Variabel-variabel bebas terhadap
variabel terikat digunakan rumus:
Y = a + 1 X1 + 2 X2 + b 3 X3 + e
Dimana :
Leonardo Guntur H. Silitonga : Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (OEe) Dan Net
Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
a = Konstanta
X1 = Price Earning Ratio (PER) X2 = Return on Equity ( ROE) X3 = Net Profit Margin (NPM)
1 = koefisien regresi variabel PER
2 = koefisien regresi variabel ROE
3 = koefisien regresi variabel NPM
e = Error
Sebelum data tersebut dianalisis model regresi berganda harus
memenuhi syarat uji asumsi klasik yaitu :
a. Uji normalitas
Uji normalitas atau distribusi normal dilakukan untuk mengetahui
apakah dalam suatu model regresi, variabel dependen, variabel
independen, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau
tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal
atau mendekati normal. Model yang paling baik adalah data
distribusi data normal atau mendekati normal. Uji ini dilakukan
melalui analisis grafik histigram dan grafik P-plot serta analisis
statistik kolmogorov-smirnov.
b. Uji Multikolineritas
Uji multikolineritas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan linier antar variabel bebas dalam satu model. Hubungan
linear antara variabel bebas inilah yang disebut multikolinieritas
(Nachrowi, 2006:95)
c. Uji heteroskedastisitas
Tujuan uji heteroskedastisitas adalah untuk menguji apakah dalam
sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual
Leonardo Guntur H. Silitonga : Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (OEe) Dan Net
Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
disebut homokedastisitas, tetapi jika varians residualnya berbeda
disebut heteroskedastisitas (Nachrowi, 2006:95). Model regresi
yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas. Penelitian ini
menggunakan metode chart (Diagram Scatterplot)
d. Uji autokorelasi
Menguji aotukorelasi dalam suatu model bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel pengganggu pada
periode tertentu dengan variabel pengganggu periode sebelumnya.
Jika terjadi auto korelasi maka dikatakan ada problem autokorelasi.
Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari
autokorelasi.
2) Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis berguna untuk memeriksa atau menguji apakah
koefisien regresi yang didapat signifikan. Ada dua jenis koefisien
regresi yang dapat dilakukan yaitu uji-F dan uji-t.
a. Uji-F ( uji signifikasi simultan)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel
bebas secara simultan dapat diterima menjadi model penelitian
terhadap variabel terikat.
Bentuk pengujiannya adalah:
Ho : b1 = b2 = b3 = 0, artinya secara simultan variabel PER, ROE
Leonardo Guntur H. Silitonga : Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (OEe) Dan Net
Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Ha : Tidak semua bi (b1, b2, b3,) sama dengan nol (Lind, A.
Marchal, dan Wathen, 2008).
Kriteria Pengambilan Keputusan:
Ho diterima jika F hitung≤ F tabel pada α = 5 %
Ha diterima jika F hitung > F tabel pada α = 5 %
b. Uji-t (uji parsial)
Digunakan untuk menguji koefisien regresi secara individual.
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah secara parsial
masing-masing variabel bebas mempunyai pengaruh signifikan
atau tidak terhadap variabel terikat. Setelah didapat nilai t hitung
maka selanjutnya nilai t hitung dibandingkan dengan nilai t tabel.
Bentuk pengujian
H0 : b1 = 0
Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel PER
secara parsial terhadap variabel Harga Saham
H0 : b1≠ 0
Terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel PER secara parsial
terhadap variabel Harga Saham
H0 : b2 = 0
Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel ROE
secara parsial terhadap variabel Harga Saham
H0 : b2≠ 0
Terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel ROE secara
Leonardo Guntur H. Silitonga : Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (OEe) Dan Net
Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
H0 : b3 = 0
Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel NPM
secara parsial terhadap variabel Harga Saham
H0 : b3≠ 0
Terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel NPM secara
parsial terhadap variabel Harga Saham
Pada penelitian ini thitung akan dibandingkan dengan ttabel pada
tingkat signifikan ( ) = 5%. Kriteria penilaian hipotesis pada uji-F
ini adalah
Terima H0 bila -t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel
Leonardo Guntur H. Silitonga : Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (OEe) Dan Net
Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
BAB II
URAIAN TEORITIS
A.Penelitian Terdahulu
Susilawati (2005) melakukan penelitian yang berjudul pengaruh rasio
keuangan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur. Penelitian ini
dilakukan terhadap perusahaan manufaktur periode tahun 1999 sampai tahun
2003. Variabel independent yang digunakan adalah Return on Asset (ROA) Return
on Equity(ROE), Return On Investmen (ROI), Price to Book Value (PBV), Price
Earning Ratio (PER), Net Profit Margin (NPM), dan Operating Profit Margin
(OPM). Berdasarkan hasil penelitian yang menggunakan analisis linear berganda
dengan uji t dan F dimana tingkat signifikan 0.05 ternyata diperoleh hasil yaitu
rasio keuangan yang terdiri dari Return on Asset (ROA), Return on Investmen
(ROI), Price to Book Value (PBV), Price Earning Ratio (PER), Net Profit Margin
(NPM), dan Operating Profit Margin (OPM) memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap harga saham.
Subiyantoro dan Andreani (2003) melakukan penelitian yang berjudul analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham (kasus perusahaan jasa perhotelan
yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta). Penelitian ini menggunakan variabel Return
Leonardo Guntur H. Silitonga : Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (OEe) Dan Net
Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Value per Share (BVS), Debt To Equity Ratio(DER), Return saham, Return Bebas
Resiko, Resiko Pasar, Return Market. Penelitian ini menggunakan analisis linear
berganda, dimana Penelitian ini menghasilkan hubungan antara
Hijriah (2008) melakukan penelitian yang berjudul pengaruh fundamental
dan resiko sistematik terhadap harga saham properti di Bursa Efek Jakarta.
Penelitian ini menggunakan variabel rasio keuangan yang terdiri dari ROA, ROE,
DER, PER, EPS, BV dan resiko sistematik. Alat pengujian yang digunakan dalam
penelitaian ini adalah analisis regresi linear berganda. Hasil penelitan ini
menunjukan bahwa secara serempak faktor fundamental yang terdiri dari variabel
rasio profitabilitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.
Dengan koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan menunjukkan pola pergerakan
harga saham bersifat acak. Secara parsial faktor yang memiliki pengaruh yang
signifikan hanya terdiri dari tiga variabel yaitu ROE, PER dan BV. Sedangkan
variabel lainnya tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham
properti di Bursa Efek Indonesia.
Puspitasari (2007) melakukan penelitian yang berjudul analisis pengaruh
faktor fundamental terhadap harga saham ( studi pada perusahaan Go Public di
Bursa Efek Jakarta periode 2000-2004). Alat analisis yang diguanakan adalah
regresi linear berganda. Variabel yang digunakan adalah enam faktor fundamental
yang terdiri dari ROE, ROA, EPS, PER NPM dan DPR. Pada penelitian ini
variabel ROA dikeluarkan dari model karena terjadi multikolinearitas. Hasil
penelitain ini menunjukan secara bersama-sama kelima variabel faktor
Leonardo Guntur H. Silitonga : Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (OEe) Dan Net
Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
variabel EPS yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.
Penelitaian ini memiliki nilai adjusted R square sebesar 68,5 %
B. Pasar Modal
1. Pengertian Pasar Modal
Pasar modal menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:1) merupakan pasar
untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan,
baik dalam bentuk utang, ekuitas (saham), instrumen derivatif, maupun instrumen
lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun
instansi lain (misalnya pemerintah) dan sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan
demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual
beli dan kegiatan terkait lainnya.
Menurut Berlian dan Sundjaja (2003:424) pengertian pasar modal dapat
ditinjau dalam arti sempit dan luas. Pengertian pasar modal dalam arti sempit
yaitu pasar modal merupakan kegiatan yang mempertemukan penjual dan pembeli
dana jangka panjang. Sedangkan pengertian pasar modal dalam arti luas ada dua
yaitu, yang pertama pasar modal adalah keseluruah sistem keuangan yang
terorganisasi termasuk bank-bank komersial dan semua perantara di bidang
keuangan serta surat-surat berharga jangka panjang dan pendek. Kedua, pasar
modal adalah semua pasar yang terorganisir dan lembaga-lembaga yang
memperdagangkan warkat-warkat kredit (biasanya yang berjangka waktu lebih
dari satu tahun) termasuk saham, obligasi, dan tabungan serta deposito berjangka.
Leonardo Guntur H. Silitonga : Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (OEe) Dan Net
Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
dan pembeli dana. Tempat penawaran atau penjualan dana ini dilaksanakan dalam
satu lembaga resmi yang disebut Bursa Efek. Bursa yaitu tempat di mana
bertemunya penjual dan/atau pembeli efek-efek. Umumnya yang termasuk pihak
penawar adalah perusahaan asuransi, perusahaan dana pensiun, bank-bank
tabungan, dan Iain-lain. Sedangkan yang termasuk pihak pembeli adalah
pengusaha, pemerintah atau daerah. Fungsi bursa efek antara lain adalah menjaga
koritiunitas pasar serta menciptakan harga efek yang wajar melalui mekanisme
permintaan dan penawaran.
Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 tahun 1995 memberikan
pengertian yang lebih spesifik mengenai pasar modal, yaitu kegiatan yang
bersangkutan dengan penawaran uraum dan perdagangan efek, perusahaan publik
yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek.
C. Saham
1. Pengertian Saham
Salah satu efek yang menjadi obyek investasi adalah saham. Saham
merupakan surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang
berbentuk perseroan yang biasa disebut emiten, yang menyatakan bahwa pemilik
saham tersebut adalah juga pemilik sebagian dari perusahaan itu. Secara
sederhana saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau tanda
kepemilikan seseorang atau badan usaha pada sebuah perusahaan, atau suatu tanda
bukti berupa surat berharga sebagai pernyataan ikut memiliki modal saham suatu
Leonardo Guntur H. Silitonga : Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (OEe) Dan Net
Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Saham dapat didefenisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan
seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham
berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah
pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan
ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan
tersebut (Darmadji dan Fakhruddin, 2006:6).
Menurut Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
No.l548/KMK.013/1990, saham adalah penyertaan modal dalam pemilikan suatu
perseroan terbatas. Dengan demikian, seorang pemegang saham merupakan
pemilik suatu perusahaan dimana dapat disimpulkan bahwa pemegang saham
turut menikmati hasil keuntungan yang diperoleh perusahaan, serta ikut
menanggung kerugian yang diderita oleh perusahaan tersebut. Adapun hak-hak
pemilik saham antara lain adalah:
A. Mendapat deviden, yaitu bagian keuntungan usaha dari perusahaan
yang dibagikan kepada pemegang saham
B. Mempunyai hak suara dalam rapat umum pemegang saham
(RUPS),
C. Peningkatan nilai modal terjadi apabila saham tersebut dijual oleh
pemiliknya
2. Jenis-Jenis Saham
Saham merupakan salah satu efek yang menjadi obyek investasi Saham
adalah tanda penyertaan atau tanda kepemilikan seseorang atau badan usaha pada
Leonardo Guntur H. Silitonga : Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (OEe) Dan Net
Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
saham di bursa efek Indonesia dikenal dua jenis saham yaitu saham biasa
(Common Stock) dan saham preferen (Preferen Stock).
a. Saham Biasa
Menurut Anoraga dan Pakarti (2006:54) saham biasa adalah saham yang
tidak mendapat hak istimewa. Hak dari pemegang saham biasa adalah mendapat
deviden hanya jika perusahaan tersebut mengeluarkan pengumuman tentang
pembagian deviden. Jika tidak ada pengumuman, maka pemilik saham biasa tidak
memiliki klaim atas perusahaan meskipun perusahaan pada periode tersebut
mendapat keuntungan. Selanjutnya, pemilik saham biasa memiliki hak suara pada
rapat umum pemegang saham. Apabila terjadi likuidasi atas perusahaan,
pemegang saham biasa memiliki hak atas pembagian kekayaan setelah kewajiban
terhadap kreditor dan pemegang saham preferen dipenuhi.
b. Saham Preferen
Saham preferen adalah saham yang didalamnya disertai dengan hak-hak
istimewa. Hak tersebut adalah hak untuk mendapat deviden atau pembagian
kekayaan pada saat perusahaan dilikuidasi lebih dahulu daripada pemegang saham
biasa. Disamping itu, pemegang saham preferen memiliki preferensi untuk
mengajukan usul pencalonan direksi atau komisaris perusahaan.
Menurut Fakhruddin dan Hadianto (2001:9) saham preferen merupakan
saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa.
Saham preferen serupa dengan saham biasa karena mewakili kepemilikan ekuitas
dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis diatas lembaran saham
tersebut serta mendapatkan deviden. Sedangkan persamaan saham preferen
Leonardo Guntur H. Silitonga : Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (OEe) Dan Net
Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
devidennya tetap selama masa berlaku saham tersebut, dan dapat dipertukarkan
dengan saham biasa.
Saham biasa merupakan efek yang paling popular di pasar modal. Menurut
Darmadji dan Fakhruddin (2006:8-9) ditinjau dari kinerja perdagangan, maka
saham dapat dikategorikan atas:
1. Saham unggulan (blue-chip stock), yaitu saham biasa dari suatu
perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai pemimpin (leader) di
industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil, dan konsisten dalam
membayar deviden.
2. Saham pendapatan (income stock), yaitu saham dari suatu emiten yang
memiliki kemampuan membayar deviden lebih tinggi dari rata-rata
deviden yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. Emiten seperti ini
biasanya mampu menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara
teratur membagikan deviden tunai. Emiten ini tidak suka menekan laba
dan tidak mementingkan potensi pertumbuhan harga saham (P/E ratio)
3. Saham pertumbuhan (growth stock-well known), yaitu saham-saham dari
emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai
pemimpin di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi.
4. Saham spekulatif (speculative stock), yaitu saham suatu pemsahaan yang
tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun,
akan tetapi memiliki kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa
mendatang, meskipun belum pasti.
5. Saham siklikal (cyclical stock), yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh
Leonardo Guntur H. Silitonga : Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (OEe) Dan Net
Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, di mana emiten mampu
mernberikan deviden yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten
dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada saat resesi. Emiten
seperti ini biasannya bergerak dalam produk yang sangat dan selalu
dibutuhkan oleh masyarakat. seperti rokok dan barang-barang kebutuhan
sehari-hari (consumer goods).
3. Risiko Investasi Saham
Resiko adalah kesenjangan antara hasil yang diperoleh dengan hasil yang
diharapkan. Menurut Tandelilin (2001:47) resiko investasi dapat diartikan sebagai
kemungkinan terjadinya perbedaan antara return aktual dengan return yang di
harapkan. Pembelian surat berharga dari perusahaan terbuka di pasar modal
membutuhkan ketelitian serta kehati-hatian agar risiko dapat dikendalikan
seminim mungkin, karena investasi dalam saham sangat berbeda dengan investasi
yiang tanpa risiko seperti tabungan atau deposito. Investasi saham menjanjikan
keuntungan yang cukup besar, karena itu potensi risiko yang dimiliki juga cukup
besar.
Menurut Fakhruddin dan Hadianto (2001:9) saham dikenal dengan
karakteristik high risk-high return. Artinya saham merupakan surat berharga yang
memberikan peluang keuntungan tinggi namun juga berpotensi risiko tinggi.
Saham memungkinkan pemodal untuk memperoleh keuntungan dalam jumlah
besar dalam waktu singkat, namun seiring dengan berfluktuasinya harga saham
maka saham juga dapat membuat pemodal mengalami kerugian besar dalam
Leonardo Guntur H. Silitonga : Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (OEe) Dan Net
Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Menurut Anoraga dan Pakarti (2006:78) dalam melakukan investasi,
investor dihadapkan pada beberapa risiko. Risiko tersebut antara lain:
a. Risiko finansial, yaitu risiko yang diderita oleh investor sebagai akibat
dari ketidak mampuan emiten saham memenuhi kewajiban
pembayaran deviden atau bunga serta pokok investasi.
b. Risiko pasar, yaitu risiko akibat menumnnya harga pasar secara
substansial baik keseluruhan saham maupun saham tertentu akibat
perubahan manajemen perusahaan atau kebijakan pemerintah.
c. Risiko psikologis, yaitu risiko bagi investor yang bertindak secara
emosional dalam menghadapi perubahan harga saham berdasarkan
optimisme dan pesimisme yang dapat mengakibatkan kenaikan atau
penurunan harga saham.
d. Risiko tingkat bunga, yaitu risiko perubahan suku bunga umum yang
mempengaruhi harga surat berharga terutama yang berpenghasilan
tetap.
4. Harga Saham
Harga saham merupakan harga yang terjadi di pasar bursa pada saat
tertentu yang ditentukan oleh peiaku pasar. Nilai saham ditentukan oleh
permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar bursa. Menurut
Widoatmojo (1996:43), nilai saham adalah nilai penyertaan atau kepemilikan
seseorang dalam suatu perusahaan. Sedangkan harga saham adalah harga jual dari
investor yang satu dengan investor yang lain. Sedang harga pasar terjadi setelah
saham tersebut dicatatkan ke bursa efek pada pasar sekunder. Jadi harga saham
Leonardo Guntur H. Silitonga : Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (OEe) Dan Net
Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
suatu saham dapat naik, turun, atau stagnan. Yang menjadi hal yang harus
diperhatikan oleh investor yang Terlibat Kegiatan dipasar modal atau manajemen
perusahaan terbuka yang sahamnya tercatat di pasar modal karena indikasi harga
saham dapat pula dijadikan ukuran nilai perusahaan.
5. Analisis Saham
Analisis saham merupakan analisis yang dilakukan untuk melihat apakah
harga saham di pasar bursa telah mencerminkan nilai perusahaan sebenarnya.
Menurut Harianto dan Sudomo (1998:451) analisis saham bertujuan untuk
menaksir nilai sebenarnya dari suatu saham dan kemudian membandingkannya
dengan harga pasar saham tersebut pada saat ini. Tujuan dilakukannya analisis
terhadap saham-saham adalah untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas
terhadap kemampuan perusahaan yang bersangkutan untuk tumbuh dan
berkembang di masa mendatang. Untuk melakukan analisis dan memilih saham
terdapat dua pendekatan yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal
(Fakhruddin dan Hadianto, 2001:55).
a. Analisis Fundamental
Menurut Fakhruddin dan Hadianto (2001:55) analisis fundamental
mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan
mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di
masa yang akan datang (seperti penjualan, pertumbuhan penjualan, biaya,
kebijakan deviden, dan sebagainya), dan menerapkan hubungan variabel-variabel
tersebut sehingga diperlukan taksiran harga saham. Analisis fundamental
Leonardo Guntur H. Silitonga : Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (OEe) Dan Net
Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
kemampulabaan perusahaan dengan kaitannya dengan perekoriomian secara
makro, ekonomi nasional, perkembangan industri perusahaan dan kondisi
perusahaan itu sendiri. Analisis yang menggunakan teknik analisis fundamental
mengemukakan bahwa harga saham menggambarkan nilai intrinsik (intrinsic
value) dari saham itu sendiri. Nilai intrinsik yang dimaksud adalah cara penentuan
nilai saham berdasarkan kemampuan masa depan suatu perusahaan.
b. Analisis Teknikal
Menurut Harianto dan Sudomo (1998: 513) analisis teknikal merupakan
upaya untuk memperkirakan harga saham dengan mengamati perubahan harganya
di waktu yang lalu. Analisis ini merupakan upaya untuk memperkirakan harga
saham dengan mengamati perubahan harganya di waktu yang lalu. Analisis
teknikal menyatakan bahwa harga saham mencerminkan informasi yang relevan,
bahwa informasi tersebut ditunjukan oleh perubahan harga di waktu yang lalu dan
karenanya perubahan harga saham akan me,mpunyai pola tertentu dan pola
tersebut akan berulang. Merupakan suatu teknik analisis sekuritas dengan
menggunakan data historis perkembangan harga saham dan volume perdagangan
sebagai elemen utama. Analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan
harga saham dengan mengamati perubahan harga di waktu yang lalu, dengan
asumsi bahwa harga saham mencerminkan informasi yang ditunjukkan oleh
perubahan harga di waktu lalu sehingga peruhahan harga saham akan mempunyai
pola tertentu dan pola tersebut akan berulang. Karena analisis ini mendasarkan
atas perubahan harga saham di masa lalu sehingga alat analisis utamanya adalah
Leonardo Guntur H. Silitonga : Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (OEe) Dan Net
Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
D. Hubungan Variabel Terhadap Harga Saham 1. Price Earning Ratio (PER)
Price Earning Ratio (PER) merupakan cara mengukur seberapa besar
investor menilai laba yang dihasilkan perusahaan. Darmadji dan Fakhruddin
(2006:198) menyatakan bahwa PER menggambarkan apresiasi pasar terhadap
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. PER dihitung dalam satuan
kali. PER dihitung dengan rumus:
Harga Saham PER =
Earning Per Share
Penilaian saham dengan PER bemsaha membuat analisis harga saham dengan
memperhatikan kinerja keuangan perusahaan yang diambil dari
komponen-komponen laporan keuangan yang mempengaruhi harga saham. Dari perhitungan
ini investor dapat mengetahui nilai intrinsik perusahaan sehingga dapat
mengambil keputusan investasi secara lebih strategis apakah menjual, membeli,
atau mempertahankan saham tertentu untuk mendapatkan keuntungan.
2. Return on Equity (ROE)
Return on Equity (ROE) merupakan salah satu dari rasio Profitabilitas
yang digunakan untuk mengetahui tingkat pengembalian atas investasi yang
ditanamkan oleh pemegang saham atau investor yang dapat dihitung dengan
membagi laba setalah pajak atau Net Income After Tax (NIAT) terhadap modal
Sendiri yang berasal dari setoran modal pemilik. ROE digunakan untuk mengukur
tingkat pengembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan dalam
Leonardo Guntur H. Silitonga : Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (OEe) Dan Net
Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Laba Bersih Setelah Pajak ROE =
Total Equity
3. Net Profit Margin (NPM)
Net Profit margin (NPM) merupakan salah salah satu rasio Profitabilitas
yang digunakan untuk mengukur laba bersih dibandingkan dengan penjualan. Net
Profit margin (NPM) atau sering juga disebut dengan sales margin digunakan
untuk melihat berapa perbandingan laba yang bisa dihasilkan dengan penjualan
yang dimiliki perusahaan. Apabila rasio NPM perusahaan besar maka
menunjukan bahwa perusahaan berkinerja dengan baik, karena dapat
menghasilkan laba bersih yang besar melalui aktifitas penjualannya, sehingga
digunakan investor dalam mengambil keputusan apakah membeli saham emiten
tersebut. Net Profit margin (NPM) dapat dirumuskan sebagai berikut:
Laba Bersih NPM =
Leonardo Guntur H. Silitonga : Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (OEe) Dan Net
Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
BAB III
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia
Pasar modal atau Bursa Efek berdiri sejak jaman kolonial belanda pada
tahun 1912 didirikan di Batavia , pusat pemerintahan kolonial Belanda dan pada
saat ini dikenal sebagai Jakarta. Pasar modal tersebut didirikan oleh pemerintahan
Belanda untuk kepentingan pemerintahan Belanda. Meskipun pasar modal di
Indonesia telah ada sejak tahun 1912, namun perkembangan dan pertumbuhan
pasar modal tersebut tidak berjalan seperti yang diharapkan.
Pasar modal yang awalnya dikenal dengan nama Bursa Batavia ini pernah
ditutup selama periode perang dunia pertama pada sekitar tahun 1914 sampai
tahun 1918 kemudian bursa efek ini dibuka lagi pada tahun 1925. selain
mengoperasikan bursa Batavia pemerintahan kolonial belanda juga mulai
mengoperasikan bursa paralel di Surabaya dan Semarang. Namun kegiatan bursa
ini kembali dihentikan kembali ketika terjadi pendudukan pemerintahan jepang di
Batavia pada saat perang dunia kedua.
Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada
Leonardo Guntur H. Silitonga : Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (OEe) Dan Net
Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Secara
singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai
berikut:
a. 14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia
oleh Pemerintah Hindia Belanda.
b. 1914 – 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I
c. 1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan
Bursa Efek di Semarang dan Surabaya
d. Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di
Semarang dan Surabaya ditutup.
e. 1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia
II
f. 1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar
Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman
Wiradinata) dan Menteri keuangan (Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo).
Instrumen yang diperdagangkan: Obligasi Pemerintah RI (1950)
g. 1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin
tidak aktif.
h. 1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.
i. 10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden
Leonardo Guntur H. Silitonga : Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (OEe) Dan Net
Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal.
Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT
Semen Cibinong sebagai emiten pertama.
j. 1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten
hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen
perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal.
k. 1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87)
yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan
Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.
l. 1988 – 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal
diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat
meningkat.
m. 2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola
oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan
organisasinya terdiri dari broker dan dealer.
n. Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES
88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan
beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.
o. 16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola
Leonardo Guntur H. Silitonga : Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (OEe) Dan Net
Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
p. 13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan
Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.
q. 22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan
sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems).
r. 10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan
mulai Januari 1996.
s. 1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.
t. 2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai
diaplikasikan di pasar modal Indonesia.
u. 2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote
trading).
v. 2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta
(BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
B. Gambaran Umum Masing-masing Perusahaan Industri Rokok 1. PT BAT Indonesia Tbk
PT BAT Indonesia Tbk adalah anak perusahaan dari British American
Tobacco p.l.c, kelompok perusahaan tembakau terbesar kedua di dunia dengan
lebih dari 300 merek dan beroperasi di 180 negara, serta bermarkas di London,
Inggris. PT BAT Indonesia Tbk telah beroperasi di Indonesia sejak tahun 1917
Leonardo Guntur H. Silitonga : Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (OEe) Dan Net
Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
pusat di Jakarta. Saat ini memperkerjakan sekitar 500 orang karyawan di 6 kantor
Cabang Penjualan, 3 Pusat Pertembakauan, 2 Pabrik dan 1 Kantor Pusat.
Merek-merek utama dari PT BAT Indonesia Tbk adalah Dunhill, Lucky Strike, Ardath,
Commfil dan Kansas.
PT BAT Indonesia Tbk memiliki Nomor Wajib Pajak 1.000.164.2-054
dengan klasifikasi rokok. Modal dasarnya adalah sebesar Rp.88.000.000.000,- dan
modal disetor sebesar Rp.22.000.000.000. kantor pusat beralamat dijalan plaza
exim dilantai 25 jalan Gatot Subroto No 36-38 Jakarta.
Komisaris utama PT BAT Indonesia Tbk adalah Frans Seda, Komisaris
adalah Stuart Damon Brazier, Komisaris Independen adalah Subrato Zaini,MBA
dan djoto Moeljono, Komite Audit (ketua) adalah Frans Seda dan anggota adalah
Djoto Moeljono Dan Subrato Zaini, Ian Thomas Morton sebagai Direktur Utama
dan Lekir Amir Daud, Masudil Badri, Ir MBA, Mark Drain dan Wahyu
Indrawanto sebagai Anggota. Pemegang saham PT BAT Indonesia Tbk adalah
British American Tobacco, HSBC-fund Services Client, Ssb s71 v Acf First Eagle
Overs
2. PT Gudang Garam Tbk
PT Gudang Garam Tbk merupakan salah satu produsen rokok terkemuka
yang menguasai pangsa pasar terbesar di Indonesia, memproduksi 70 miliar
batang rokok pada tahun 2001 dan dikenal sebagai produsen rokok bermutu
tinggi. Dilihat dari asset yang dimiliki, nilai penjualan, pembayaran pita cukai dan
pajak kepada pemerintah Indonesia serta jimlah karyawan, PT Gudang Garam
Leonardo Guntur H. Silitonga : Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (OEe) Dan Net
Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
PT Gudang Garam Tbk mencatatkan sebagian saham-sahamnya dilantai bursa
penjualan PT Gudang Garam Tbk hingga mencapai sukses seperti sekarang ini
dimulai sejak tahun 1958.
PT Gudang Garam Tbk berdiri sejak tahun 1971 dengan nomor wajip
pajak adalah 01.107.155.2-092.00 dan klasifikasi adalah rokok. Modal dasarnya
adalah sebesarRp.962.044.000.000,- dan modal disetor adalah sebesar Rp.
962.044.000.000,-. Harga perdana yaitu Rp. 10.250. kantor pusat beralamat di Jl.
Semampir II/I Wisselboard 21091 s/d 21096. direktur utama PT Gudang Garam
Tbk adalah Buntoro Turutan, komosarisnya adalah Juni Setiawan Wonowidjojo,
komite Audit (ketua) adalah Frans Willem Van Gelder dan anggota adalah
Yudiono Muktiwidjojo. Pemegang saham PT Gudang Garam Tbk adalah PT
Surya Mitra Kusuma
3. PT H M Sampoerna Tbk
Sejarah PT H M Sampoerna Tbk dimulai pada tahun 1913 oleh Liem
Seeng Tee, seorang imigran asal Cina. Ia mulai membuat dan menjual rokok
kretek linting tangan di rumahnya di Surabaya, Indonesia. Perusahaan kecilnya
merupakan salah satu perusahaan pertama yang memproduksi dan memasarkan
rokok kretek dan rokok putih secara komersil. Rokok kretek tumbuh populer
dengan pesat. Pada awal 1930-an Liem Seeng Tee mengganti nama keluarga dan
perusahaannya menjadi Sampoerna. Setelah usahanya berkembang cukup mapan
Liem Seeng Tee memindahkan tempat tinggal keluargannya dan pabriknya
Leonardo Guntur H. Silitonga : Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (OEe) Dan Net
Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
tersebut direnovasi dan dikenal sebagai Taman Sampoerna yang masih
memproduksi Sigaret Kretek Tangan (SKT) PT H M Sampoerna.
Pada masa perang dunia II dan penjajahan jepang, Liem Seeng Tee ditahan
dan ditutup oleh penjajah. Setelah perang berakhir, dia dibebaskan dan memulai
usahanya kembali. Namun, pada tahun 1959, tiga tahun setelah Liem Seeng Tee
wafat dan setelah perang kemerdekaan berakhir pada akhir tahun 1950-an,
perusahaan Liem Seeng Tee kembali terancam bangkrut. Pada tahun tersebut, Aga
Sampoerna ( putera kedua Liem Seeng Tee) ditunjuk untuk menjalankan
perusahaan keluarga Sampoerna dan berhasil membangun kembali peusahaan
tersebut. Putera kedua Aga, yaitu Putera Sampoerna mengambil alih kemudian PT
H M Sampoerna pada tahun 1978. Di bawah pimpinan dan kendalinya, PT H M
Sampoerna berkembang menjadi perseroan publik dengan struktur perseroan
modern dan memulai masa investasi dan ekspansi. Dalam proses, PT H M
Sampoerna memperkuat posisinya sebagai produsen rokok terkemuka di
Indonesia.
PT H M Sampoerna Tbk listing di Bursa Efek Jakarta pada 5 Agustus
1990 dengan nomor wajib pajak 01.108.205.4-092.000 klasifikasi rokok. Modal
dasar sebesar Rp.630.000.000.000,- dan modal disetor Rp.450.000.000.000,-.
Harga perdana yaitu Rp.12.600,-. Kantor pusat PT H M Sampoerna Tbk
beralamat di Jl. Rungkut Industri Raya 18 Surabaya. Pada saat ini direktur utama
PT H M Sampoerna Tbk adalah Martin Gray King. Komisarisnya adalah Douglas
Walter Werth, komisaris independen adalah Ekadhamatjanto kasih, Komite Audit