• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.2 Uji Hipotesis

4.1.3.6 Analisis Deskriptif Hasil Angket Tanggapan Siswa

Data tanggapan siswa diperoleh dengan menggunakan angket. Penyebaran angket dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketertarikan siswa terhadap proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil perhitungan dapat disimpulkan siswa menyukai pembelajaran dengan model pembelajaran CPS berbantuan buku saku karena lebih menyenangkan, menarik, dan dapat membuat siswa lebih mudah memahami materi, hal ini dapat dilihat dari rasa ingin tahu siswa yang meningkat dalam pembelajaran dan mereka lebih termotivasi untuk giat belajar. Hasil Angket tanggapan siswa disajikan pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10 Hasil Angket Tanggapan Siswa No

. Pernyataan

Jumlah Siswa Yang Merespon SS S TS STS

1. Saya menyukai pelajaran kimia 14 26 0 0

2. Model pembelajaran CPS berbantuan buku saku menarik dan menyenangkan.

4 33 3 0

3. Model pembelajaran CPS berbantuan buku saku membuat proses belajar mengajar lebih aktif.

4 29 6 1

4. Model pembelajaran CPS berbantuan buku saku dapat meningkatkan semangat dan motivasi saya belajar kimia.

2 31 7 0

5. Model pembelajaran CPS berbantuan buku saku membuat Saya lebih mudah memahami materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.

4 26 10 0

6. Model pembelajaran CPS berbantuan buku saku meningkatkan cara berpikir saya dalam

mengerjakan soal-soal kimia.

3 30 7 0

7. Model pembelajaran CPS berbantuan buku saku melatih kerja sama dalam kelompok.

2 32 6 0

8. Setelah mengikuti pembelajaran ini saya lebih tertarik untuk mempelajari ilmu kimia.

4 31 5 0

9. Setelah mengikuti pembelajaran ini saya lebih percaya diri bertanya.

8 25 7 0

10. Model pembelajaran CPS berbantuan buku saku sangat sesuai jika diterapkan dalam pelajaran kimia.

5 27 7 1

Keterangan: data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 33 halaman 200 SS : Sangat Setuju

S : Setuju TS : Tidak Setuju

STS: Sangat Tidak Setuju

4.2 Pembahasan

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2014 di SMA N 1 Ambarawa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas model pembelajaran Creative Problem Solving berbantuan buku saku pada hasil belajar kimia materi kelarutan dan hasil kali kelarutan Siswa SMAN 1 Ambarawa. Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa kelas XI IPA SMA N 1 Ambarawa tahun ajaran 2013/2014 yang terdiri dari 4 kelas dengan jumlah siswa sebanyak 160 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak dengan terlebih dahulu melakukan uji normalitas, uji homogenitas dan uji kesamaan rata-rata keadaan awal populasi terhadap UAS 1 kimia kelas XI IPA.

Berdasarkan perhitungan dari nilai UAS 1 kimia digunakan uji normalitas terhadap 4 Kelas XI IPA diperoleh hasil XI IPA 1 2hitung = 4,79, XI IPA 2

hitung 2

 = 4,78, XI IPA 3 2hitung = 5,79, XI IPA 4 2hitung = 1,53 dengan 2tabel

= 7,81, hal ini menunjukkan bahwa semua kelas XI IPA SMAN 1 Ambarawa berdistribusi normal. Dari uji homogen diperoleh 2hitung = 4,664 dengan 2tabel

=7,81, hal ini menunjukkan bahwa varians dari populasi tidak berbeda satu dengan yang lain (homogen). Selanjutnya menggunakan uji anava satu arah, diperoleh harga Fhitung = 2,21 dengan FTabel = 6,66 hal ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan rata-rata kelas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa masing-masing kelas XI IPA berdistribusi normal, mempunyai varians yang sama

(homogen) serta tidak terdapat perbedaan rata-rata kelas sehingga dapat dilakukan pengambilan sampel dengan teknik cluster random sampling. Berdasarkan hasil pengundian terpilih kelas XI IPA 2 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 1 sebagai kelas kontrol.

Sebelum dilakukan penelitian terhadap kelas eksperimen maupun kelas kontrol terlebih dahulu dilakukan uji coba soal di kelas XI IPA 4 SMAN 1 Ambarawa. Jumlah soal yang diujikan adalah 50 butir soal pilihan ganda. Dari hasil uji coba dianalisis validitas, reliabilitas, daya beda dan taraf kesukaran soal untuk mempertimbangkan soal-soal yang nantinya diambil untuk soal post test. Dari hasil analisis didapatkan 33 soal yang yang memenuhi kriteria diatas yaitu soal nomor 4, 5, 6, 8, 10, 13, 15, 16, 17, 20, 21, 23, 26, 27, 28, 29, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40,, 41, 44, 46, 48, 49, 50 yang selanjutnya diambil 30 soal untuk dijadikan soal post test.

Dalam penelitian ini sampel diberi perlakuan yang berbeda, untuk kelas eksperimen diberi perlakuan pembelajaran model creative roblem solving berbantuan buku saku sedangkan untuk kelas kontrol diberi perlakuan pembelajaran konvensional dengan metode ceramah. Untuk materi yang dijelaskan yaitu materi kelarutan dan hasil kelarutan.

Model CPS adalah suatu model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan ketrampilan. Ketika dihadapkan dengan suatu pertanyaan, siswa dapat melakukan keterampilan memecahkan masalah untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya. Tidak hanya dengan cara menghafal tanpa

dipikir, keterampilan memecahkan masalah memperluas proses berpikir. (Pepkin,2004:1).

Dalam model pembelajaran Creative Problem Solving yang dilakukan di kelas eksperimen dimulai dengan membagikan buku saku ke siswa diawal pembelajran. Dalam buku saku tersebut sudah terdapat materi-materi yang akan mendukung siswa dalam mengikuti pembelajaran serta beberapa contoh peristiwa kelarutan dan hasil kelarutan dalam kehidupan sehari-hari. Contoh-contoh tersebut dimaksudkan agar dalam mempelajari sebuah materi siswa diharapkan dapat mengerti dan menjelaskan inti dari pembelajaran kelarutan dan hasil kali kelarutan bukan hanya pada konsep dalam bentuk soal tetapi juga contoh peristiwa dalam kesehariannya.

Pembelajaran dimulai dengan dibentuknya kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 4-5 orang. Setelah itu dilakukan penyampaian materi oleh guru dengan selalu menggunakan buku saku untuk memudahkan siswa. Siswa diberikan waktu untuk mendiskusikan peristiwa-peristiwa yang ada dalam buku saku tersebut untuk dijelaskan oleh perwakilan siswa tiap-tiap kelompok, setelah itu guru memandu siswa untuk bersama-sama menyimpulkannya, dengan tujuan siswa dapat aktif dan mandiri. Hal ini dilakukan juga untuk pokok bahasan yang selanjutnya, perwakilan siswa yang sudah menjelaskan di pokok bahasan sebelumnya tidak diperkenankan menjelaskan lagi untuk pokok bahasan yang berbeda hal ini bertujuan untuk melatih keaktifan siswa secara keseluruhan sehingga siswa di dalam kelas mempunyai hak masing-masing untuk beriskusi dan menyampaikan pendapatnya. Setelah itu siswa diberikan beberapa soal untuk

dikerjakan bersama kelompok, pembahasan soal ini dilakukan oleh siswa dengan maju kedepan mengerjakan soal dan sekaligus menerangkan tata urut pengerjaan soal sehingga siswa yang lain dapat mengerti dan lebih paham. Pada akhir pembelajaran siswa diberikan soal-soal untuk dikerjakan secara individu untuk melatih hasil yang telah diperoleh dari pembelajaran sebelumnya.

Model Creative Problem Solving ini diharapkan dapat membantu siswa agar dapat mengasah kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan memiliki keterampilan untuk menjelaskannya, jadi bukan hanya pada mengerjakan sesuatu tanpa mengerti apa yang dikerjakan, hal ini meminimalisir adanya proses mencontek ataupun melihat pekerjaan teman yang lain. Melalui Model Creative Problem Solving siswa tidak hanya menghafal rumus-rumus ataupun materinya saja tetapi juga memahami dan mempunyai keterampilan memecahkan masalah yang diberikan. Dalam model Creative Problem Solving yang diberikan di akhir menjawab soal siswa bersama dengan guru membahas soal yang telah dikerjakan, hal ini dimaksudkan agar siswa dapat mengevaluasi hasil yang telah dikerjakannya.

Kegiatan pembelajaran di kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional dengan metode ceramah. Pertemuan di kelas kontrol dimulai dari penjelasan guru mengenai materi kelarutan dan hasil kelarutan kemudian siswa diberikan soal-soal untuk dikerjakan. Beberapa siswa maju ke depan untuk mengerjakan soal yang tadi telah diberikan. Pembahasan soal dilakukan guru bersama siswa di akhir pertemuan.

Setelah kelas eksperimen dan kelas kontrol diberikan perlakuan masing-masing dengan materi yang sama yaitu kelarutan dan hasil kelarutan, pada pertemuan selanjutnya kelas eksperimen dan kelas kontrol diberikan soal post test yang berjumlah 30 soal pilhan ganda dengan waktu 60 menit. Hasil post test dari kedua kelas dibandingkan utuk mengetahui efektifitas model pembelajaran Creative Problem Solving berabantuan buku saku pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.

Hasil post test dianalisis menggunakan uji perbedaan rata-rata untuk melihat apakah kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas control, uji ketuntasan belajar dan uji ketuntasan klasikal untuk mengetahui apakah model pembelajaran yang diterapkan efektif. Hasil uji perbedaan rata-rata diperoleh thitung

= 4,844 dan tTabel = 1,991, thitung > tTabel hal ini menunjukkan bahwa kelas eksperimen lebih baik dibandingkan denga kelas kontrol. Setelah itu dilakukan uji ketuntasan belajar kimia pada hasil post test kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil analisis pada kelas eksperimen diperoleh thitung = 11,43 dan tTabel = 2,02, thitung > tTabel hal ini menunjukkan bahwa kelas eksperimen telah mencapai ketuntasan hasil belajar. Hasil analisis pada kelas kontrol diperoleh thitung = 7,00 dan tTabel = 2,02, thitung > tTabel hal ini menunjukkan bahwa kelas kontrol telah mencapai ketuntasan hasil belajar. Berdasarkan uji ketuntasan kedua kelas eksperimen dan kontrol keduanya telah mencapai kriteria tuntas. Untuk mengetahui efektifitas model pembelajaran Creative Problem Solving berbantuan buku saku dilakukan uji ketuntasan klasikal, dalam uji ini keberhasilan kelas (ketuntasan klasikal) dapat dilihat sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa

yang ada di kelas tersebut telah mencapai ketuntasan individu. Dari hasil uji ketuntasan klasikal pada kelas eksperimen mencapai 85% atau 34 dari 40 siswa telah mencapai KKM. sedangkan pada kelas kontrol mencapai 70% atau 28 dari 40 siswa telah mencapai KKM. Menurut penelitian yang dilakukan Kasmadi dan Putri model pembelajaran Creative Problem Solving berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada materi kelarutan dan hasil kelarutan. Hal ini sesuai dengan hasil analisis ketuntasan klasikal kelas eksperimen memperoleh hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran Creative Problem Solving berbantuan buku saku pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan efektif terhadap hasil belajar kimia.

Beberapa faktor yang menyebabkan hasil pembelajaran Creative Problem Solving berbantuan buku saku lebih baik dibandingkan pembelajaran konvensional. Pada pembelajaran Creative Problem Solving berbantuan buku saku: (1) siswa lebih terlibat aktif dalam pembelajaran (2) siswa dapat bekerjasama dan saling bertukar pendapat untuk menyelesaikan soal yang diberikan (3) siswa dapat mengembangkan kreativitasnya untuk menyelesaikan suatu masalah atau soal yang dihadapi (4) siswa mampu memilih solusi yang optimal (5) siswa mengerti bukan hanya cara mengerjakan tetapi juga cara menjelaskan.

Model pembelajaran Creative Problem Solving berbantuan buku sakudikatakan efektif bila pada uji ketuntasan kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol dan persentase ketuntasan belajar klasikal mencapai 85% atau lebih. Hasil uji ketuntasan belajar dapat dilihat pada Gambar 4.1

Gambar 4.1 Hasil uji ketuntasan belajar

Hasil uji ketuntasan belajar diperoleh pada kelas eksperimen dengan rata-rata kelas 80,48 dan pada kelas kontrol rata-rata-rata-rata kelas 70,18. Hal ini menunjukkan bahwa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. pembelajaran model creative problem solving berbantuan buku saku dapat dikatakan efektif apabila telah memenuhi kriteria ketuntasan belajar klasikal. Menurut mulyasa (2007) keberhasilan kelas (ketuntasan klasikal) dapat dilihat sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut telah mencapai ketuntasan individu. Hasil pada Gambar 4.1 menunjukkan bahwa ketunttasan belajar klasikal pada kelas eksperimen sebesar 85% dan kelas kontrol sebesar 70%, hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran creative problem solving berbantuan buku saku efektif pada hasil belajar siswa pada aspek kognitif.

Model pembelajaran Creative Problem Solving berbantuan buku saku dikatakan efektif bukan hanya aspek kognitif tetapi juga aspek afektif dan psikomotoriknya juga bagus. Penilaian afektif dalam penelitian ini mempunyai 5 aspek yaitu : (1) Kehadiran siswa dalam proses belajar mengajar, (2) Keseriusan

eksperimen kontrol

0 50 100

nilai rata-rata ketuntasan (%)

80.48 85 76.18 70 n il ai u ji k e tu n tasan Aspek Kognitif

Dokumen terkait