• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : ANALISIS HASIL PENELITIAN

C. Hasil dan Pembahasan

1. Analisis Deskriptif

Data-data yang digunakan dalam analisa ini diperoleh dari Pusat Referensi Pasar Modal Bursa Efek Indonesia yang berada di Jakarta, untuk harga-harga saham dan laporan keuangan publikasi tahunan untuk rasio-

rasio keuangan. Perusahaan yang digunakan sebagai sempel merupakan perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index selama periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 secara berturut-turut. Setelah diteliti dengan uji asumsi klasik data tahun 2006 sampai tahun 2010 tidak terjadi masalah, sehingga data tersebut layak digunakan untuk memprediksi pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent.

a) Earning Per Share (EPS)

Earning Per Share (EPS) adalah tingkat pengembalian terhadap saham, yaitu bagaimana saham mampu menghasilkan laba, semakin tinggi rasio ini, maka mencerminkan semakin baiknya perusahaan dalam meningkatkan nilai return sahamnya.

Rasio ini diperoleh dengan rumus sebagai berikut :

Atau

Contoh :

Perusahaan United Tractors Tbk (UNTR) tahun 2006 dan 2007

Tahun 2006 Tahun 2007

EAC : 930.372 EAC : 1.493.037

Jmlh saham : 2.852 Jmlh saham : 2.852

Tabel 4.2

Data Earning Per Share Jakarta Islamic Index Tahun 2006-2010

NO Nama Perusahaan Kode 2006 2007 2008 2009 2010

1 Aneka Tambang

(Persero) Tbk ANTM 813,96 538,08 143,43 63,35 79,29

2 Bumi Resources Tbk BUMI 103,4 382,99 364,19 92,58 62,99 3 International Nickel Indonesia Tbk INCO 4.662,74 1.111,96 395,97 161,78 200,01 4 Indocement Tunggal Prakasa Tbk INTP 161,03 267,22 474,16 746,12 445,55 5 Kalbe Farma Tbk KLBF 66,62 69,49 69,6 91,47 56,35 6 Tambang Batubara

Bukit Asam Tbk PTBA 210,78 329,93 741,18 1.183,84 394,12

7 Telekomunikasi

Indonesia Tbk TLKM 545,91 637,75 526,76 562,11 297,78

8 United Tractors Tbk UNTR 326,26 523,58 799,77 1.147,48 567,46 9 Unilever Indonesia Tbk UNVR 225,63 257,49 315,5 398,97 232,00 Rata – rata 790,70 457,61 425,62 494,19 259,51 EPS Tertinggi 4.662,74 1.111,96 799,77 1.183,84 567,46 EPS Terendah 66,62 69,49 69,6 63,35 56,35 Jumlah Emiten 9 9 9 9 9

Sumber : Data diolah

Nilai rata-rata Earning Per Share perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index untuk tahun 2006 adalah 790,70 dan tahun 2007 adalah 457,61., serta tahun 2008 adalah 425,62., sedangkan tahun 2009 adalah 494,19., dan tahun 2010 sebesar 259,51.

Perusahaan yang memiliki Earning Per Share diatas rata-rata pada tahun 2006 hanya berjumlah 2 perusahaan, diantaranya adalah PT International Nickel Indonesia Tbk sebesar 4.662,74 dan PT Aneka Tambang (Persero) Tbk sebesar 813,96.

Pada tahun 2007 perusahaan yang berada diatas rata-rata mengalami peningkatan menjadi 4 perusahaan, diantaranya adalah PT

Aneka Tambang (Persero) Tbk sebesar 538,08., PT International Nickel Indonesia Tbk sebesar 1.111,96., PT Telekomunikasi Indonesia Tbk sebesar 637,75., dan PT United Tractors Tbk sebesar 523,58.

Pada tahun 2008 perusahaan yang berada diatas rata-rata mengalami penurunan menjadi 3 peusahaan, diantaranya adalah PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk sebesar 741,18., PT Telekomunikasi Indonesia Tbk sebesar 526,76., dan PT United Tractors Tbk sebesar 799,77.

Pada tahun 2009 perusahaan yang berada diatas rata-rata meningkat menjadi 4 perusahaan diantaranya adalah, PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk sebesar 746,12., PT Tambang Batubara Bukit Asam sebesar 1.183,84., PT Telekomunikasi Indonesia Tbk sebesar 562,11 dan PT United Tractors Tbk sebesar 1.147,48.

Sedangkan pada tahun 2010 perusahaan yang berada diatas rata- rata sebanyak 4 perusahaan dan tidak mengalami peningkatan diantaranya adalah, PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk sebesar 445,55., PT Tambang Batubara Bukit Asam sebesar 394,12., PT Telekomunikasi Indonesia Tbk sebesar 297,78 dan PT United Tractors Tbk sebesar 567,46.

Nilai EPS tertinggi pada tahun 2006 dimiliki oleh PT International Nickel Indonesia Tbk sebesar 4.662,74. Pada tahun 2007 oleh PT International Nickel Indonesia Tbk sebesar 1.111,96. Pada

tahun 2008 oleh PT United Tractors Tbk sebesar 799,77. Pada tahun 2009 oleh PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk sebesar 1.183,84. Dan pada tahun 2010 nilai tertinggi dimiliki oleh PT United Tractors Tbk sebesar 567,46.

Nilai EPS terendah dari tahun 2006 sampai tahun 2008 dimiliki PT Kalbe Farma Tbk yaitu sebesar 66,62., 69,49 dan 69,6. Sedangkan pada tahun 2009 dimiliki oleh PT Aneka Tambang Tbk sebesar 63,35. Kemudian pada tahun 2010 nilai EPS terendah dimiliki kembali PT Kalbe Farma Tbk sebesar 56,35.

Gambar 4.1

Grafik Perkembangan Rata-rata EPS Jakarta Islamic Index Periode Januari 2006 – Desember 2010

Pada grafik diatas menunjukkan adanya penurunan nilai rata- rata Earning Per Share dari tahun 2006 - 2010. Pada tahun 2006 nilai EPS sebesar 790,70., kemudian pada tahun 2007 turun menjadi 457,61., terus mengalami penurunan kembali pada tahun 2008 sebesar

425,62. Akan tetapi pada tahun 2009 mengalami peningkatan yang cukup signifikan menjadi 494,19., dan pada tahun 2010 mengalami penurunan yang drastis menjadi 259,51.

b) Price Earning Ratio (PER)

Price Earning Ratio (PER) adalah suatu rasio yang menggambarkan bagaimana keuntungan perusahaan atau emiten saham terhadap harga sahamnya. PER yang kecil akan lebih menarik dibandingkan dengan PER yang tinggi.

Rasio ini menggambarkan ketersediaan investasi membayar suatu jumlah tertentu untuk setiap perolehan laba perusahaan. Price earning ratio dapat dihitung dengan membagi harga pasar per saham dengan laba per saham.

Rasio ini diperoleh dengan rumus sebagai berikut :

Contoh :

Perusahaan United Tractors Tbk (UNTR) tahun 2006 dan 2007

Tahun 2006 Tahun 2007

H. saham /lmbr : 6.550 H. Saham /lmbr : 10.900

EPS : 326,26 EPS : 523,58

Tabel 4.3

Data Price Earning Ratio Jakarta Islamic Index Tahun 2006 – 2010

NO Nama Perusahaan Kode 2006 2007 2008 2009 2010

1 Aneka Tambang

(Persero) Tbk ANTM 9,83 8,32 7,6 53,78 24,80

2 Bumi Resources Tbk BUMI 8,7 11,95 2,5 10,12 9,46 3 International Nickel Indonesia Tbk INCO 6,65 8,07 4,87 25,44 10,31 4 Indocement Tunggal Prakasa Tbk INTP 35,71 32,37 9,7 20,24 18,97 5 Kalbe Farma Tbk KLBF 17,86 15,88 5,75 16,08 21,74 6 Tambang Batubara

Bukit Asam Tbk PTBA 16,72 39,33 9,31 13,38 21,19

7 Telekomunikasi

Indonesia Tbk TLKM 18,5 15,63 14,05 15,36 14,19

8 United Tractors Tbk UNTR 20,08 20,82 5,5 13,05 17,75 9 Unilever Indonesia Tbk UNVR 29,25 24,51 24,72 27,75 36,53 Rata – rata 18,14 19,65 9,33 21,69 19,44 PER Tertinggi 35,71 39,33 24,72 53,78 36,53 PER Terendah 6,65 8,07 2,5 10,12 9,46 Jumlah Emiten 9 9 9 9 9

Sumber : Data diolah

Nilai rata-rata Price Earning Ratio pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index untuk tahun 2006 adalah 18,14 dan tahun 2007 adalah 19,65., serta tahun 2008 adalah 9,33., sedangkan tahun 2009 adalah 21,69., dan tahun 2010 sebesar 19,44.

Perusahaan yang memiliki Price Earning Ratio diatas rata-rata pada tahun 2006 berjumlah 4 perusahaan, diantaranya adalah PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk sebesar 35,71., PT Telekomunikasi Indonesia Tbk sebesar 18,5., PT United Tractors Tbk sebesar 20,08 dan PT Unilever Indonesia Tbk sebesar 29,25.

Pada tahun 2007 perusahaan yang berada diatas rata-rata sebanyak 4 perusahaan, diantaranya adalah PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk sebesar 32,37., PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk sebesar 39,33., PT United Tractors Tbk sebesar 20,82 dan PT Unilever Indonesia Tbk sebesar 24,51.

Pada tahun 2008 perusahaan yang berada diatas rata-rata mengalami penurunan menjadi 3 peusahaan, diantaranya adalah PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk sebesar 9,7., PT Telekomunikasi Indonesia Tbk sebesar 14,05 dan PT Unilever Indonesia Tbk sebesar 24,72.

Pada tahun 2009 perusahaan yang berada diatas rata-rata berjumlah 3 perusahaan diantaranya adalah, PT Aneka Tambang (Persero) Tbk sebesar 53,78., PT International Nickel Indonesia Tbk sebesar 25,44 dan PT Unilever Indonesia Tbk sebesar 27,75.

Sedangkan pada tahun 2010 perusahaan yang berada diatas rata- rata naik menjadi 3 perusahaan diantaranya adalah, PT Aneka Tambang (Persero) Tbk sebesar 24,80., PT Kalbe Farma Tbk sebesar 21,74., PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk sebesar 21,19 dan PT Unilever Indonesia Tbk sebesar 36,53.

Nilai PER tertinggi pada tahun 2006 dimiliki oleh PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk sebesar 35,71. Pada tahun 2007 oleh PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk sebesar 39,33. Pada tahun 2008 oleh PTUnilever Indonesia Tbk sebesar 24,72. Pada tahun

2009 oleh PT Aneka Tambang (Persero) Tbk sebesar 53,78. Dan pada tahun 2010 nilai tertinggi dimiliki kembali oleh PTUnilever Indonesia Tbk sebesar 36,53.

Sedangkan nilai PER terendah pada tahun 2006 dan 2007 dimiliki oleh PT International Nickel Indonesia Tbk yaitu sebesar 6,65 dan 8,07., sedangkan pada tahun 2008 sampai tahun 2010 dimiliki oleh PT Bumi Resources Tbk yaitu sebesar 2,5., 10,12 dan 9,46.

Gambar 4.2

Grafik Perkembangan Rata-rata PER Jakarta Islamic Index Periode Januari 2006 – Desember 2010

Pada grafik diatas menunjukkan adanya fluktuasi perkembangan Price Earning Ratio. Nilai rata-rata Price Earning Ratio pada tahun 2006 sebesar 18,14., kemudian pada tahun 2007 naik menjadi 19,65., kemudian pada tahun 2008 mengalami penurunan yang sangat signifikan menjadi 9,33., dan pada tahun 2009 mengalami kenaikan kembali menjadi 21,69., akan tetapi pada tahun 2010 mengalami penurunan kembali menjadi 19,44.

c) Debt to Equity Ratio (DER)

Debt to Equity Ratio adalah ukuran rasio dari jumlah hutang (baik hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang) dibandingkan dengan jumlah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang. Dengan menambahkan hutang kedalam neracanya, perusahaan secara umum dapat meningkatkan profitabilitasnya, yang kemudian menaikkan harga sahamnya, sehingga meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham dan membangun potensi pertumbuhan yang lebih besar.

Rasio ini diperoleh dengan rumus sebagai berikut:

Contoh :

Perusahaan United Tractors Tbk (UNTR) tahun 2006 dan 2007

Tahun 2006 Tahun 2007

Total hutang : 6.606.651 Total hutang : 7.216.432 Modal sendiri : 4.594.437 Modal sendiri : 5.733.335

Tabel 4.4

Data Debt to Equity Ratio Jakarta Islamic Index Tahun 2006 – 2010

NO Nama Perusahaan Kode 2006 2007 2008 2009 2010

1 Aneka Tambang

(Persero) Tbk ANTM 0,7 0,37 0,26 0,21 0,23

2 Bumi Resources Tbk BUMI 5,95 1,26 2,02 3,95 4,37 3 International Nickel Indonesia Tbk INCO 0,26 0,36 0,21 0,29 0,30 4 Indocement Tunggal Prakasa Tbk INTP 0,59 0,44 0,33 0,24 0,25 5 Kalbe Farma Tbk KLBF 0,36 0,33 0,38 0,39 0,37 6 Tambang Batubara

Bukit Asam Tbk PTBA 0,35 0,4 0,51 0,4 0,41

7 Telekomunikasi

Indonesia Tbk TLKM 1,39 1,16 1,38 1,22 1,24

8 United Tractors Tbk UNTR 1,44 1,26 1,05 0,76 0,89 9 Unilever Indonesia Tbk UNVR 0,95 0,98 1,1 1,02 2,06 Rata – rata 1,33 0,73 0,80 0,94 1,12 DER Tertinggi 5,95 1,26 2,02 3,95 4,37 DER Terendah 0,26 0,33 0,21 0,21 0,23 Jumlah Emiten 9 9 9 9 9

Sumber : Data diolah

Dari tabel diatas penulis dapat menilai rata-rata Debt to Equity Ratio perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index dari tahun 2006 – 2010, sempat mengalami penurunan yang cukup drastis di tahun 2007, kemudian pada tahun 2008 hingga tahun 2010 mengalami peningkatan yang signifikan. Nilai rata-rata Debt to Equity Ratio untuk tahun 2006 adalah 1,33 dan tahun 2007 adalah 0,73., serta tahun 2008 adalah 0,80., sedangkan tahun 2009 adalah 0,94 dan pada tahun 2010 mengalami peningkatan kembali sebesar 1,12 .

Perusahaan yang memiliki Debt to Equity Ratio diatas rata-rata pada tahun 2006 berjumlah 3 perusahaan, diantaranya adalah PT Bumi Resources Tbk sebesar 5,95., PT Telekomunikasi Indonesia Tbk sebesar 1,39 dan PT United Tractors Tbk sebesar 1,44.

Pada tahun 2007 perusahaan yang berada diatas rata-rata mengalami peningkatan menjadi 4 perusahaan, diantaranya adalah PT Bumi Resources Tbk sebesar 1,26., PT Telekomunikasi Indonesia Tbk sebesar 1,16., PT United Tractors Tbk sebesar 1,26., dan PT Unilever Indonesia Tbk sebesar 0,98.

Pada tahun 2008 perusahaan yang berada diatas rata-rata sebanyak 4 peusahaan, diantaranya adalah PT Bumi Resources Tbk sebesar 2,02., PT Telekomunikasi Indonesia Tbk sebesar 1,38., PT United Tractors Tbk sebesar 1,05., dan PT Unilever Indonesia Tbk sebesar 1,1.

Pada tahun 2009 perusahaan yang berada diatas rata-rata mengalami penurunan menjadi 3 perusahaan diantaranya adalah, PT Bumi Resources Tbk sebesar 3,95., PT Telekomunikasi Indonesia Tbk sebesar 1,22., dan PT Unilever Indonesia Tbk sebesar 1,02.

Kemudian pada tahun 2010 perusahaan yang berada diatas rata- rata sebanyak 3 perusahaan diantaranya adalah, PT Bumi Resources Tbk sebesar 4,37., PT Telekomunikasi Indonesia Tbk sebesar 1,24., dan PT Unilever Indonesia Tbk sebesar 2,06.

Nilai DER tertinggi pada tahun 2006 sampai 2010 dimiliki oleh PT Bumi Resources Tbk sebesar 5,95 untuk tahun 2006, sedangkan pada tahun 2007 PT Bumi Resources Tbk dan PT United Tractors Tbk mempunyai nilai DER yang sama, sebesar 1,26 dan nilai DER pada tahun 2008 sampai 2010 sebesar 0,80., 0,94 dan 4,37.

Nilai DER terendah dari tahun 2006 dimiliki oleh PT International Nickel Indonesia Tbk yaitu sebesar 0,26., pada tahun 2007 dimiliki oleh PT Kalbe Farma Tbk sebesar 0,33., pada tahun 2008 dimiliki oleh PT International Nickel Indonesia Tbk sebesar 0,21., dan pada tahun 2009 dan 2010 dimiliki oleh PT Aneka Tambang (Persero) Tbk yaitu sebesar 0,21 dan 0,23.

Gambar 4.3

Grafik Perkembangan Rata-rata DER Jakarta Islamic Index Periode Januari 2006 – Desember 2010

Pada grafik diatas menunjukkan adanya penurunan Debt to Equity Ratio, kemudian mengalami peningkatan kembali pada tahun

berikutnya. Nilai rata-rata Debt to Equity Ratio pada tahun 2006 sebesar 1,33., kemudian pada tahun 2007 mengalami penurunan menjadi 0,73., akan tetapi pada tahun 2008 mengalami peningkatan menjadi 0,80., dan selanjutnya terus mengalami peningkatan pada tahun 2009 dan 2010 sebesar 0,94 dan 1,12.

d) Return Saham

Return merupakan pengembalian suatu hasil yang diperoleh dari suatu investasi. Return saham diperoleh dari selisih antara harga saham pada periode tertentu dan harga saham periode sebelumnya. Retrun saham mencerminkan kondisi yang dimiliki perusahaan, karena semakin tinggi return saham perusahaan mempunyai kondisi yang baik.

Rasio ini dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut :

Contoh :

Perusahaan United Tractors Tbk (UNTR) tahun 2006 dan 2007

Tahun 2006 Tahun 2007

Pada bulan Januari Pada bulan Januari

Pt : 3.825 Pt : 6.750

P(t – 1) : 3.675 P(t – 1) : 6.650

Untuk mencari return selama satu tahun, maka hasil return selama satu bulan di jumlah kemudian dibagi dua belas bulan.

Tabel 4.5

Data Return Saham Jakarta Islamic Index Tahun 2006 – 2010

NO Nama Perusahaan Kode 2006 2007 2008 2009 2010

1 Aneka Tambang

(Persero) Tbk ANTM 0,0787 0,033 -0,101 0,0644 -0,0071

2 Bumi Resources Tbk BUMI 0,0197 0,1741 -0,1046 0,1362 0,0216 3 International Nickel Indonesia Tbk INCO 0,0728 0,1016 -0,1712 0,0665 0,0275 4 Indocement Tunggal Prakasa Tbk INTP 0,0444 0,0311 -0,0328 0,1008 0,0136 5 Kalbe Farma Tbk KLBF 0,0227 0,0058 -0,0792 0,1189 0,0887 6 Tambang Batubara

Bukit Asam Tbk PTBA 0,0643 0,1146 -0,0216 0,0831 0,0302

7 Telekomunikasi

Indonesia Tbk TLKM 0,0461 -0,0018 -0,0217 0,0318 -0,0161

8 United Tractors Tbk UNTR 0,046 0,0458 -0,0461 0,1177 0,036 9 Unilever Indonesia Tbk UNVR 0,0384 -0,0025 -0,0073 0,0333 0,0361 Rata – rata 0,05 0,06 -0,07 0,08 0,026 Return Tertinggi 0,0787 0,1741 -0,0073 0,1362 0,0887 Return Terendah 0,0197 -0,0025 -0,1712 0,0318 -0,0161 Jumlah Emiten 9 9 9 9 9

Sumber : Data diolah

Nilai rata-rata Return perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index dari tahun 2006 - 2010. Nilai rata-rata Return untuk tahun 2006 adalah 0,05 dan tahun 2007 adalah 0,06., serta tahun 2008 adalah -0,07., sedangkan tahun 2009 adalah 0,08 dan pada tahun 2010 sebesar 0,026.

Perusahaan yang memiliki Return diatas rata-rata pada tahun 2006 berjumlah 3 perusahaan, diantaranya adalah PT Aneka Tambang

(Persero) Tbk sebesar 0,0787., PT International Nickel Indonesia Tbk sebesar0,0728., PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk 0,0643.

Pada tahun 2007 perusahaan yang berada diatas rata-rata sebanyak 3 perusahaan, diantaranya adalah PT Bumi Resources Tbk sebesar 0,1741., PT International Nickel Indonesia Tbk sebesar 0,1016., dan PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk sebesar 0,1146.

Pada tahun 2008 perusahaan yang berada diatas rata-rata mengalami peningkatan menjadi 5 peusahaan, diantaranya adalah PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk sebesar -0,0328., PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk sebesar -0,0216., PT Telekomunikasi Indonesia Tbk sebesar -0,0217., PT United Tractors Tbk sebesar - 0,0461 dan PT Unilever Indonesia Tbk sebesar -0,0073.

Pada tahun 2009 perusahaan yang berada diatas rata-rata sebanyak 5 perusahaan diantaranya adalah, PT Bumi Resources Tbk sebesar 0,1362., PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk sebesar 0,10087., PT Kalbe Farma Tbk sebesar 0,1189., PT Tambang Batubara Bukit Asam sebesar 0,0831., dan PT United Tractors Tbk sebesar 0,1177.

Selanjutnya pada tahun 2010 perusahaan yang berada diatas rata-rata sebanyak 5 perusahaan diantaranya adalah, PT International Nickel Indonesia Tbk sebesar 0,0275., PT Kalbe Farma Tbk sebesar 0,0887., PT Tambang Batubara Bukit Asam sebesar 0,0302., dan PT

United Tractors Tbk sebesar 0,036 dan PT Unilever Indonesia Tbk sebesar 0,0361.

Nilai Return tertinggi pada tahun 2006 dimiliki oleh PT Aneka Tambang (Persero) Tbk sebesar 0,0787. Pada tahun 2007 oleh PT Bumi Resources Tbk sebesar 0,1741. Pada tahun 2008 oleh PT Unilever Indonesia Tbk sebesar -0,0073. Pada tahun 2009 oleh PT Bumi Resources Tbk sebesar 0,1362. Dan pada tahun 2010 dimiliki oleh PT Kalbe Farma Tbk sebesar 0,0887

Nilai Return terendah dari tahun 2006 dimiliki oleh PT Bumi Resources Tbk yaitu sebesar 0,0197., pada tahun 2007 dimiliki oleh PT Unilever Indonesia Tbk sebesar -0,0025., pada tahun 2008 dimiliki oleh PT International Nickel Indonesia Tbk sebesar -0,1712., dan pada tahun 2009 dimiliki oleh PT Telekomunikasi Indonesia Tbk yaitu sebesar 0,0318. Kemudian pada tahun 2010 dimiliki oleh PT Telekomunikasi Indonesia Tbk sebesar -0,0161.

Gambar 4.4

Grafik Perkembangan Rata-rata Return Jakarta Islamic Index Periode Januari 2006 – Desember 2010

Pada grafik diatas menunjukkan adanya fluktuasi perkembangan Return saham dari tahun 2006 sampai 2010. Nilai rata-rata Return pada tahun 2006 sebesar 0,05., kemudian pada tahun 2007 naik menjadi 0,06., akan tetapi pada tahun 2008 mengalami penurunan yang sangat drastis menjadi -0,07 dan pada tahun 2009 mengalami peningkatan yang sangat signifikan menjadi 0,08. akan tetapi pada tahun 2010 mengalami penurunan kembali menjadi 0,026

2. Uji Asumsi Klasik

Model regresi harus memenuhi asumsi klasik, untuk mengetahui apakah model persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian memenuhi asumsi klasik, maka harus dilakukan uji asumsi klasik atas model persamaan tersebut. Uji asumsi klasik terdiri atas uji multikolinieritas, uji autokorelasi, uji normalitas dan uji heterokedastisitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengidentifiksi distribusi penyebaran data variabel independen dan dependen ataupun keduannya, dan mengukur apakah data yang digunakan bersifat normal atau tidaknya ketika digunakan dalam model regresi. Uji normalitas data dilakukan dengan melihat hasil grafik P-Plot, yaitu:

1. Jika titik-titiknya mendekati garis diagonal berarti memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika titik-titiknya menjauhi garis diagonal maka tidak memenuhi asumsi normalitas.

Adapun hasil dari uji normalitas untuk penelitian ini adalah seperti yang tergambar dalam output Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual dan analisisnya, yaitu sebagai berikut :

Gambar 4.5

Dari grafik hasil uji normalitas tersebut dapat disimpulkan bahwa pola menunjukkan penyebaran titik-titik disekitar garis diagonal, dan mengikuti arah garis diagonal mengindikasikan model regresi memenuhi asumsi normalitas.3

b. Multikolinieritas

Multikolinieritas adalah suatu keadaan dimana satu atau lebih variabel independen dinyatakan sebagai kondisi linier dengan variabel lainnya. Artinya bahwa jika diantara pengubah-pengubah bebas yang digunakan sama sekali tidak berkorelasi satu dengan yang lain maka bisa dikatakan tidak terjadi multikolinieritas.4 Permodelan regresi majemuk mempunyai berbagai permasalahan yang tidak ditemukan dalam regresi sederhana. Digunakannya beberapa variabel bebas mengakibatkan berpeluangnya variabel bebas tersebut saling berkolerasi, atau yang dikenal dengan adanya ‘multikolinieritas’ diantara variabel bebas. Bila hal itu terjadi, maka akan mengganggu ketepatan model yang dibuat.5

Uji multikolinieritas merupakan uji yang ditunjukkan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent variable). Model uji regresi yang baik selayaknya tidak terjadi multikolinieritas.

3

Ety Rochaety, dkk, Metodologi Penelitian Bisnis: Dengan Aplikasi SPSS, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2007), h. 104.

4

Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi Revisi (Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2009), h. 95.

5

Nachrowi dan Hardius Usman, Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika Untuk

Analisis Ekonomi dan Keuangan, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakults Ekonomi Universitas

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya masalah multikolinieritas adalah sebagai berikut6 :

a) Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel bebas banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel terikat.

b) Menganalisis korelasi antar variabel bebas. Jika antar variabel bebas ada korelasi yang cukup tinggi (diatas 0.90) maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinieritas.

c) Multikolinieritas dapat juga dilihat dari nilai Variance Inflation Factor (VIF), jika VIF < 10 maka tingkat kolinieritas dapat ditoleransi.

d) Nilai Eigenvalue sejumlah satu atau lebih variabel bebas yang mendekati nol memberikan petunjuk adanya multikolinieritas.

Adapun hasil dari uji multikolinieritas pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 4.6

Hasil Uji Multikolinieritas Collinearity Statistics

Model Tolerance VIF

(Constant)

Eps .875 1.143

Per .870 1.150

1

Der .911 1.098

a. Dependent Variable: return

Sumber : Data diolah dari SPSS

6

Tony Wijaya, Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS, (Yogyakarta: Universitas Atma Jaya, 2009), h.119.

Berdasarkan hasil uji multikolinieritas diatas, maka dapat disimpulkan bahwa variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini tidak mengalami masalah multikolinieritas atau tidak mengalami korelasi antar variabel independen-nya. Hal ini dapat dilihat dari nilai VIF (variance inflation factor) < 10, dengan nilai VIF sebesar 1,143 untuk variabel EPS, 1,150 untuk variabel PER dan 1,098 untuk variabel DER.

c. Uji Heteroskedastisitas

Salah satu cara untuk melihat adanya problem heterokedastisitas adalah dengan melihat grafik plot (scatter plot) antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Cara menganalisisnya adalah sebagai berikut:

1.Dengan melihat apakah titik-titik memiliki pola tertentu yang teratur seperti gelombang, melebar kemudian menyempit, jika terjadi maka mengindikasikan terdapat heterokedastisitas.

2.Jika tidak terdapat pola tertentu yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 10 pada sumbu Y maka mengindikasikan tidak terjadi heterokedastisitas.7

Adapun hasil dari uji heterokedastisitas untuk penelitian ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

7

Tony Wijaya, Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS,(Yogyakarta: Universitas Atma Jaya,2009), h.124-125.

Gambar 4.6

Gambar Scatterplot hasil SPSS statistik 18

Jika tidak terdapat pola tertentu yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 10 pada sumbu Y maka mengindikasikan tidak terjadi heterokedastisitas.8 Dengan melihat sebaran titik yang acak baik diatas maupun dibawah angka 0 dari sumbu Y dapat disimpulkan tidak terjadi heterokedastisitas dalam model regresi ini.

d. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan periode t-1 pada persamaan regresi berganda. Autokorelasi didefinisikan terjadinya korelasi antara data pengamatan sebelumnya,

8

dengan kata lain bahwa munculnya suatu data dipengaruhi oleh data sebelumnya, jika terjadi korelasi, berarti ada masalah autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.

Untuk mendeteksi terjadi autokorelasi atau tidak, dapat dilihat melalui nilai Durbin – Watson (DW) yang bisa dijadikan patokan untuk mengambil keputusan adalah:9

1. Angka DW dibawah -2, berarti ada autokorelasi positif.

2. Angka DW di antara -2 sampai +2, berarti tidak terjadi autokorelasi.

3. Angka DW diatas +2, berarti ada autokorelasi negatif.

Adapun hasil dari uji autokorelasi untuk penelitian ini adalah dapat dilihat pada tabel 4.7 dibawah ini:

Tabel 4.7 Nilai Durbin Watson

Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .430a .185 .126 .0616182 1.009

a. Predictors: (Constant), der, eps, per

b. Dependent Variable: return

Sumber : Data diolah dari hasil SPSS

Berdasarkan dari print out hasil uji autokorelasi diatas maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi dalam penelitian ini,

9

Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi Revisi (Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2009), h. 95.

karena angka DW yang dihasilkan berada di antara -2 sampai +2, yaitu sebesar 1,009.

3. Uji Statistik

a. Analisis Pengaruh Secara Parsial (Uji t)

Dari persamaan regresi yang didapatkan, akan dilakukan pengujian apakah nilai konstanta dan koefisien variabel independen memberikan pengaruh yang signifikan atau tidak terhadap variabel dependen, untuk itu dilakukan uji parsial (Uji t). Pengujian ini bisa dilakukan dengan dua metode, yang pertama dengan uji t yaitu membandingkan nilai t hitung dengan t tabel dan yang kedua dengan uji

signifikasi.

1. Berdasarkan perbandingan nilai t hitung dengan t tabel dimana µ

1

2

Jika t hitung > t tabel , maka Ho ditolak Jika t hitung < t tabel , maka Ho diterima

2. Berdasarkan nilai probabilitas dengan α = 0,05: Jika probabilitas > 0,05, maka Ho diterima

Dokumen terkait