• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.2. Analisis Deskriptif

4.2.1. Karakteristik Responden

Hasil pengumpulan data yang dilakukan pada 75 pegawai yang dijadikan sebagai responden diperoleh karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut :

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin Jenis kelamin

Usia

(Tahun) Pria Wanita

Jumlah (Orang) (%) 20 - 29 2 5 7 9,30 % 30 - 39 4 10 14 18,70 % 40 - 49 2 45 47 62,70 % 50 - 60 1 6 7 9,30 % Jumlah 9 66 75 100 %

Jumlah pegawai Lapas Wanita sebanyak 75 orang, semuanya dijadikan responden dalam penelitian sensus seluruh populasi. Modus dari umur pegawai adalah pada rentang umur 40 s/d 49 tahun. Jumlah pegawai seluruhnya didominasi oleh petugas wanita dengan perbandingan pria : wanita = 9 : 66. Proporsi tersebut dapat diterima karena pada dasarnya pihak warga binaan seluruhnya adalah wanita. Keperluan deskripsi ini adalah karena responden yang kemudian menjadi sumber utama data penelitian diambil dari seluruh populasi pegawai Lapas Wanita.

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan dan Jenis Kelamin Jenis kelamin No Pendidikan Pria Wanita Jumlah Persentasi 1 SD 1 1 2 2,66 % 2 SLTP - - - - 3 SLTA 6 23 29 38,66 % 4 D3 - 4 4 5,3 % 5 S1 2 37 39 52,00% 6 S2 - 1 1 1,33 % Jumlah 9 66 75 100 %

Sumber : Data Lapas Wanita Klas IIA Medan

Pada Tabel 4.2. dicantumkan statistik distribusi pendidikan dari pihak pegawai (responden). Modus dari tingkat pendidikan adalah pada strata 1 (sarjana hukum). Di sana ada 38 wanita yang merupakan tenaga pengelola dengan tingkat pendidikan S1.

Pada Tabel 4.3 dijelaskan ada 3 lapisan jabatan yang dimilikii oleh organisasi Lapas Wanita yaitu : 1) Jabatan Struktural; 2). Jabatan Teknis dan 3) Jabatan Administratif. Lapisan tugas tersebut didominasi oleh sekitar 55 orang yang bekerja dalam pelaksana teknis pemasyarakatan.

Tabel 4.3. Sumber Daya Manusia Lapas Wanita Klas II A Medan No Nama Posisi Kerja Jumlah (orang) %

1 Pejabat struktural 13 orang 17,30 % 2 Pelaksana teknis 55 orang 73,30 % 3 Pelaksana administrasi 7 orang 9,40 % Sumber Data Lapas Wanita Klas IIA Medan

4.2.2. Penjelasan Responden

Dalam penelitian ini, variabel terikat (dependent variable) yaitu motivasi kerja pegawai (Y) dan dua variabel bebas (independent variable) terdiri dari : variabel pemberian insentif (X1), variabel pengembangan karir (X2).

4.2.2.1. Penjelasan Responden Tentang Pemberian Insentif

Definisi operasional variabel pemberian insentif persepsi pegawai terhadap sarana motivasi, dapat berupa perangsang atau pendorong yang diberikan dengan sengaja kepada para pekerja agar dari dalam diri mereka timbul semangat yang lebih besar untuk berprestasi bagi organisasi

Untuk butir pertanyaan-pertanyaan variabel pemberian insentif (lampiran 3), sebagian besar responden memberikan opsi jawaban ke-1 (sangat setuju sekali) dan ke-2 (sangat setuju), hal ini menunjukkan pegawai memberikan tanggapan yang

positif terhadap pemberian insentif di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA- Wanita Medan.

4.2.2.2. Penjelasan Responden Tentang Pengembangan Karir

Definisi operasional variabel ini adalah persepsi pegawai atas usaha yang dilakukan secara formal dan berkelanjutan dengan difokuskan pada peningkatan dan penambahan kemampuan seorang pekerja.

Untuk butir pertanyaan-pertanyaan variabel pengembangan karir, sebagian besar responden memberikan opsi jawaban ke-1 (sangat setuju sekali) dan ke-2 (sangat setuju), hal ini menunjukkan pegawai memberikan tanggapan yang positif terhadap pengembangan karir yang diberikan, walaupun terdapat sebagian pegawai yang merasakan perlu lebih diperhatikan atas pengembangan karir yang diberikan. 4.2.2.3. Penjelasan Responden Tentang Motivasi Kerja

Definisi operasional variabel ini adalah kemauan dan kerelaan pegawai untuk mengerahkan kemampuan dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan kewajibannya dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi.

Untuk butir pertanyaan-pertanyaan variabel motivasi kerja pegawai, sebagian besar responden memberikan opsi jawaban ke-1 (sangat setuju sekali) dan ke-2 (sangat setuju), hal ini menunjukkan pegawai memberikan tanggapan yang positif pada motivasi kerja yang baik sekali dalam bekerja, walaupun terdapat sebagian pegawai yang merasakan perlu lebih diperhatikan lagi tingkat motivasi

-3 -2 -1 0 1 2 3

Regression Standardized Residual

0 2 4 6 8 10 12 F re q u e n c y Mean = -1.36E-15 Std. Dev. = 0.986 N = 74

Dependent Variable: Motivasi Histogram

4.2.3. Pengujian Asumsi Klasik

Sebelum melakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik yang dimaksudkan untuk memastikan bahwa model regresi linear berganda dapat digunakan atau tidak. Apabila uji asumsi klasik telah terpenuhi, alat uji statistik linear berganda dapat dipergunakan.

4.2.3.1. Uji Normalitas

Untuk pengujian normalitas data dalam penelitian ini dideteksi melalui analisa grafik dan statistik yang dihasilkan melalui perhitungan regresi dengan SPSS. Hasil pengujian normalitas dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut :

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 Observed Cum Prob

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 E x p e c te d C u m P ro b

Dependent Variable: Motivasi

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS

Gambar 4.3. Uji Normalitas

Dari Gambar 4.3. di atas, dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan menunjukkan normal. Ghozali (2005) menyatakan bahwa, jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal maka model regresi meneuhi asumsi normalitas dan sebaliknya jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi nomalitas. Analisis dari grafik di atas

arah garis diagonal. Maka model regresi layak dipakai untuk memprediksi motivasi kerja pegawai berdasarkan masukan variabel independen.

Selanjutnya uji normalitas data dilakukan dengan analisis statistik dengan menggunakan alat uji non parametrik Kolmogorov – Smirnov (K-S), seperti terlihat pada Tabel 4.4 berikut ini:

Tabel 4.4. Uji Kolmogorov – Smirnov (K-S)

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS

Dari Tabel 4.4 di atas diketahui besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 0,614 dan tidak signifikan pada sig 0,845 (p value 0,845 > 0,05). Hal ini berarti data residual berdistribusi normal, dan hasilnya konsisten dengan uji sebelumnya.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

74 .0000000 1.23897697 .071 .071 -.050 .614 .845 N Mean Std. Deviation Normal Parameters a,b

Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardized Residual

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.

4.2.3.2. Uji Multikolinieritas

Uji mulitikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka terdapat masalah multikolinieritas. Pada model regresi yang baik tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.

Hasil pengujian multikolinieritas data dalam penelitian ini menggunakan alat bantu SPSS, hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut :

Tabel 4.5. Hasil Uji Multikolinearitas

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS

Dari Tabel 4.5 menunjukkan nilai Tolerance tidak ada variabel independen yang memiliki nilai Tolerance kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95% (Ghozali, 2005). Hasil perhitungan Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan hal sama tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas antar variabel indenpenden dalam model regresi. Coefficients a 9.335 2.481 .348 .102 .378 .685 1.461 .426 .138 .342 .685 1.461 (Constant) Insentif Karir Model 1 B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients Tolerance VIF Collinearity Statistics

Dependent Variable: Motivasi a.

- 2 - 1 0 1 2 3 R e g r e s s i o n S t a n d a r d i z e d P r e d i c t e d V a l u e - 4 - 2 0 2 4 R e g re s s io n S tu d e n ti z e d R e s id u a l D e p e n d e n t V a r ia b le : M o t iv a s i S c a t t e r p lo t 4.2.3.3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan kepengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, dan jika varians berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas.

Hasil pengujian heteroskedastisitas data dalam penelitian ini menggunakan alat Bantu SPSS dengan mengamati pola yang terdapat pada Scatterplots, hasilnya dapat dilihat pada Gambar 4.4 sebagai berikut :

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS

Dari Gambar 4.4 di atas terlihat bahwa titik-ttitik menyebar secara acak (random) serta tersebar di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai.

Menurut Ghozali (2005), jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk suatu pola yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka telah terjadi heterokedastisitas dan jika tidak ada pola yang jelas, serta titik- titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedistisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi keputusan memilih berdasarkan masukan dari variabel bebasnya.

Selanjutnya dilakukan uji statistik untuk menjamin keakuratan hasil. Adapun uji statistik yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedasitas adalah uji Glesjer.

Tabel 4.6. Hasil Uji Glesjer

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS

Coefficients a 2.576 1.486 1.733 .087 -.046 .061 -.107 -.754 .453 -.018 .082 -.030 -.214 .831 (Constant) Insentif Karir Model 1 B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig.

Dependent Variable: res_2 a.

Dari Tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa tidak ada satupun variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen. Hal ini terlihat dari probabilitas signifikansinya (sig) di atas tingkat kepercayaan 5% (> 0,05). Jadi dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya heteroskedasitas.

4.2.3.4. Uji Kebagusan Model

Tabel 4.7. Hasil Uji Determinasi

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS

Berdasarkan Tabel 4.7 di atas, diketahui bahwa besarnya koefisien determinasi atau angka R- Square (R2) adalah sebesar 0,406 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabilitas indenpenden sebesar 40,60%. Sedangkan sisanya 59,40% dijelaskan oleh variabel-variabel bebas lain yang tidak diteliti dan tidak dimasukkan ke dalam model regresi.

Model Summary .637 a .406 .389 1.25631 Model 1 R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

Predictors: (Constant), Karir, Insentif a.

4.2.4. Pengujian Hipotesis

Berdasarkan hasil regresi dari data yang diolah dengan menggunakan program SPSS diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.8. Hasil Regresi Pemberian Insentif dan Pengembangan Karir Terhadap Motivasi Kerja

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS

Berdasarkan Tabel 4.8 di atas, dapat dibuat persamaan sebagai berikut : Y = 9,335 + 0,348 X1 + 0,426 X2

Dari persamaan tersebut dapat dijelaskan bahwa koefisien regresi X1

(pemberian insentif) bernilai positif, hal ini menunjukkan bahwa pengaruh pemberian insentif adalah searah dengan motivasi kerja pegawai. Dengan demikian apabila ada kebijakan untuk melakukan perbaikan atau peningkatan pemberian insentif mempunyai pengaruh positif terhadap motivasi kerja pegawai di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Klas II-A Wanita Medan.

Koefisien regresi X2 (pengembangan karir) bernilai positif, hal ini

menunjukkan bahwa pengaruh pengembangan karir adalah searah dengan motivasi kerja pegawai. Dengan adanya kebijakan pengembangan karir mempunyai pengaruh

Coefficientsa 9.335 2.481 3.763 .000 .348 .102 .378 3.421 .001 .426 .138 .342 3.097 .003 (Constant) Pemberian Insentif Pengembangan Karir Model 1 B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig.

Dependent Variable: Motivasi Kerja a.

positif terhadap motivasi kerja pegawai di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Klas II-A Wanita Medan.

4.2.4.1. Uji Serempak

Hasil uji secara serempak pengaruh variabel pemberian insentif dan pengembangan karir terhadap motivasi kerja pegawai dapat dilihat dalam Tabel 4.9 berikut ini:

Tabel 4.9. Hasil Uji Serempak

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS

Berdasarkan Tabel 4.9 di atas, diperoleh nilai F hitung sebesar 24,246,

sedangkan nilai F tabel dengan dk penyebut N- m (75 – 2 = 73) dan dk pembilang m

– 1 (3 -1 = 2) diperoleh sebesar 3,13. Dengan demikian nilai F hitung yang diperoleh

sebesar 24,246 lebih besar dari F tabel pada tingkat kepercayaan 95% atau α = 0,05,

hal ini berarti posisi titik hasil uji signifikansi dan F hitung pada kurva distribusi normal berada pada wilayah penolakan Ho, memberikan arti bahwa variabel bebas

pemberian insentif dan pengembangan karir secara serempak mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap motivasi kerja pegawai di Lembaga

ANOVAb 76.535 2 38.267 24.246 .000a 112.060 71 1.578 188.595 73 Regression Residual Total Model 1 Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Karir, Insentif a.

Dependent Variable: Motivasi b.

Pemasyarakatan (LP) Klas II-A Wanita Medan. Dengan demikian Ho yang

menyatakan bahwa pemberian insentif dan pengembangan karir secara bersama- sama tidak berpengaruh terhadap motivasi kerja pegawai di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Klas II-A Wanita Medan ditolak, berarti Ha yang menyatakan

pemberian insentif dan pengembangan karir secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja pegawai di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Klas II-A Wanita Medan diterima.

4.2.4.2. Uji Parsial

Hasil uji pengaruh secara parsial variabel pemberian insentif dan pengembangan karir terhadap motivasi kerja pegawai dapat dilihat pada Tabel 4.10 berikut:

Tabel 4.10. Hasil Uji Parsial

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS

Coefficientsa 9.335 2.481 3.763 .000 .348 .102 .378 3.421 .001 .426 .138 .342 3.097 .003 (Constant) Pemberian Insentif Pengembangan Karir Model 1 B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig.

Dependent Variable: Motivasi Kerja a.

1. Pengaruh Pemberian Insentif (X1) Terhadap Motivasi Kerja Pegawai (Y) Berdasarkan Tabel 4.10 di atas diketahui secara parsial variabel pemberian insentif berpengaruh terhadap motivasi kerja pegawai dimana nilai t hitung sebesar

3,421 lebih besar dari t tabel pada α = 0,05 yaitu 1,996 (hasil interpolasi). Hal ini

berarti posisi titik hasil uji signifikansi dan t hitung pada kurva distribusi normal

berada pada wilayah penolakan Ho.

Dengan demikian Ho yang menyatakan bahwa pemberian insentif tidak

berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi kerja pegawai di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Klas II-A Wanita Medan ditolak, berarti Ho yang menyatakan

pemberian insentif berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi kerja pegawai di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Klas II-A Wanita Medan diterima. Ini menunjukkan bahwa pemberian insentif yang diberikan oleh Lembaga Pemasyarakatan (LP) Klas II-A Wanita Medan sangat mempengaruhi tingkat motivasi kerja pegawai.

2. Pengaruh Variabel Pengembangan Karir (X2) Terhadap Motivasi Kerja Pegawai (Y)

Dari Tabel 4.10 di atas diketahui pengaruh secara parsial variabel pengembangan karir terhadap motivasi kerja pegawai dimana nilai t hitung sebesar

3,097 lebih besar dari t tabel pada α = 0,05 yaitu 1,996 (hasil interpolasi). Hal ini

berarti posisi titik hasil uji signifikansi (keberartian/keeratan) dan t hitung pada kurva

Dengan demikian Ho yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh

positif dan signifikan pengembangan karir terhadap motivasi kerja pegawai di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Klas II-A Wanita Medan ditolak, berarti H1 yang

menyatakan pengembangan karir berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi kerja pegawai di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Klas II-A Wanita Medan diterima, hal ini menunjukkan bahwa pengembangan karir yang dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Klas II-A Wanita Medan sangat mempengaruhi kinerja petugas.

Berdasarkan dari hasil pengujian pada Tabel 4.10 dapat diketahui bahwa variabel dominan terhadap motivasi kerja pegawai di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Klas II-A Wanita Medan adalah pengembangan karir, dimana unstandardized coefficient pengembangan karir sebesar 0,138 lebih besar dari pemberian insentif sebesar 0,102.

Dokumen terkait