• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Deskriptif Komparatif Hasil Penelitian

1. Pelaksanaan Tindakan

4.4 Analisis Deskriptif Komparatif Hasil Penelitian

Membandingkan ketuntasan belajar pra siklus dengan setelah tindakan pada siklus II dimaksudkan untuk melihat apakah penggunaan model pembelajaran jigsaw, memberikan pengaruh dalam meningkatkan ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran IPS siswa kleas IV. Berikut disajikan perbandingan ketuntasan belajar siswa pra siklus dan setelah tindakan pada siklus II

Tabel 4.18

Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar IPS Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

Ketuntasan Pra Siklus Siklus I Siklus II

Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)

Tuntas 7 30 14 60 21 91 Belum Tuntas 16 70 9 40 2 9 Jumlah 23 100 23 100 23 100 Nilai Tertinggi 78 85 88 Nilai Terendah 40 55 65 Rata-Rata 60 70 75

Dari Tabel 4.18 dapat dijelaskan bahwa tingkat ketuntasan belajar siswa dari pra siklus sampai ke siklus II mengalami peningkatan. Pada pra siklus siswa yang tuntas belajar adalah 7 siswa (30%), pada siklus I menjadi 14 siswa (60%) dan pada siklus II menjadi 21 siswa (91%). Sedangkan siswa yang belum tuntas jumlahnya menurun. Pada saat pra siklus terdapat 16 siswa (70%) belum tuntas, pada siklus I masih 9 siswa (40%) yang belum tuntas dan pada siklus II masih 2 siswa (9%). Nilai tertinggi siswa meningkat yaitu pada pra siklus 78, siklus I nilai tertinggi yaitu 85 dan pada siklus II nilai tertinggi yaitu 88. Nilai terendah pra

siklus 40, siklus I 55 dan siklus II nilai terendah 65. Rata-rata siswa dari pra siklus ke siklus II juga mengalami peningkatan dari pra siklus 60 menjadi 70 ke siklus I atau naik sebesar 10 dan pada siklus II menjadi 75 atau naik sebesar 5. Selanjutnya untuk memperjelas perbandingan hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa dari pra siklus sampai dengan Siklus II. Berikut ini disajikan dalam gambar 4.3 perbandingan nilai tertinggi, nilai terendah dan nilai rata rata belajar siswa Pra siklus, siklus I dan setelah diberikan tindakan pada siklus II

Gambar 4.3

Perbandingan Nilai Tertinggi,Terendah dan Nilai Rata Rata Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus II

Berikut ini disajikan perbandingan jumlah ketuntasan belajar siswa pra siklus dan setelah diberikan tindakan pada siklus II

Gambar 4.4

Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar IPS Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus II

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Nilai Tertinggi 78 85 88 Nilia terendah 40 55 65 Rata-Rata 60 70 75 0 20 40 60 80 100

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Tuntas 7 14 21 Tidak Tuntas 16 9 2 Rata-Rata 60 70 75 0 10 20 30 40 50 60 70 80

Gambar 4.4 diketahui bahwa terjadi peningkatan jumlah maupun persentase ketuntasan belajar siswa. dapat dilihat adanya peningkatan jumlah siswa yang tuntas dalam mata pelajaran IPS terbukti untuk klasifikasi tuntas, sebelum diadakan tindakan yang tuntas hanya 7 siswa atau 30% Jika siklus I, siswa yang tuntas belajar adalah 16 siswa (60%) dari total jumlah siswa, terjadi peningkatan setelah diberikan tindakan pada siklus II, dimana siswa yang tuntas menjadi 21 siswa (91%) dari total jumlah siswa. Hasil ini memberikan gambaran bahwa terjadi peningkatan jumlah ketuntasan belajar siswa yaitu 16 siswa (70%). Jumlah siswa yang belum tuntas siklus I adalah 9 siswa (40%) dan berkurang setelah diberikan tindakan pada siklus II menjadi 2 siswa (9%). Hasil ini memberikan gambaran bahwa terjadi penurunan jumlah siswa yang belum tuntas yaitu 7 siswa (30%). Peningkatan ketuntasan belajar siswa setelah diberikan tindakan pada siklus II, diketahui bahwa ketuntasan belajar sudah memberikan hasil yang diharapkan yaitu minimal 80% dari total siswa tuntas belajar atau tuntas KKM yang ditetapkan sekolah = 70.

4.5 Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data terdapat peningkatan hasil belajar IPS pada siklus I dan siklus II. Sebelum diadakan kegiatan siklus I dan siklus II, nilai hasil belajar siswa kelas IV SDN Blotongan 01 tahun 2016/2017 pada mata pelajaran IPS tergolong baik dengan rata-rata 60 akan tetapi 16 dari 23 siswa yang memiliki hasil belajar dibawah KKM memiliki nilai yang sangat jauh dibawah KKM yaitu 70 dengan nilai terendah 40. Untuk itu perlu diberikan tindakan agar nilai siswa yang sudah tuntas dan yang belum tuntas lebih meningkat. Setelah dilakukan tindakan dengan menggunakan model pembelajaran jigsaw pada siklus I hasil belajar IPS siswa meningkat. Peningkatan hasil belajar tersebut terlihat pada siswa yang berhasil tuntas KKM yaitu 70 sebanyak 14 siswa mendapatkan nilai tuntas dan 9 mendapat nilai dibawah KKM atau tidak tuntas, berkurangnya siswa yang hasil belajarnya tidak tuntas KKM sebanyak 12 siswa dengan nilai terendah 55 dan nilai tertinggi 70 meskipun telah meningkat, siklus I perlu dilakukan tindak lanjut kembali mengingat ketuntasan klasikal dari siklus I baru mencapai 60% dan ketuntasan klasikal ini belum mencapai ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan

pada indikator keberhasilan yaitu sebanyak 80%. Tindak lanjut siklus I adalah siklus II.

Pada siklus II peningkatan hasil belajar juga terlihat dibandingkan pada pra siklus dan siklus I. sebanyak 21 siswa dari 23 siswa telah berhasil tuntas KKM dengan nilai tertinggi 88, sedangkan siswa yang mendapatkan hasil belajar dibawah KKM atau tidak tuntas berkurang menjadi 2 siswa dengan nilai terendah 65. meskipun 2 diantaranya belum tuntas KKM, nilai dari 2 siswa ini mengalami peningkatan namun masih belum mencapai KKM yaitu 70. Sedangkan untuk nilai ketuntasan klasikal pada siklus II mencapai 91% sehingga dapat dikatakan sudah mencapai ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan pada indikator keberhasilan yaitu sebanyak 80%. Dalam pembelajaran ini tidak hanya hasil belajar siswa yang meningkat namun sikap siswa pada setiap pertemuannya dalam mengikuti pembelajaran juga meningat. Selain itu siswa yang sebelumnya kurang antusis pada pembelajaran mulai memiliki keantusisan dan mulai aktif dalam menanggapi pendapat dari temannya. Selain itu, dibentuknya kelompok dengan tidak menempatkan teman karib pada setiap kelompoknya juga lebih membantu jalannya proses diskusi dalam pemecahan masalah sehingga siswa lebih terfokus pada masalah yang diberikan dan serius ketika kegiatan pemecahan masalah dilakukan.

Berdasarkan lembar observasi aktivitas tindakan menggunakan menggunakan model pembelajaran jigsaw yang dilakukan oleh guru kelas IV pada siklus II, menunjukkan bahwa pelaksanaan aktivitas tindakan yang dilakukan oleh guru pada setiap pertemuan di siklus II sudah terlaksana semua sudah dilaksanakan oleh guru ketika proses pembelajaran berlangsung. Pada siklus II ini aktivitas tindakan yang guru laksanakan sudah lebih baik dari siklus I. Aktivitas tindakan menggunakan menggunakan model pembelajaran jigsaw yang dilakukan oleh guru, aktivitas tindakan juga dilakukan oleh siswa kelas IV. Berdasarkan aktivitas tindakan menggunakan menggunakan model pembelajaran jigsaw yang dilakukan oleh siswa kelas IV pada siklus I, menunjukkan bahwa pelaksanaan aktivitas tindakan yang dilakukan oleh siswa sudah dilaksanakan oleh siswa, pada saat diskusi pemecahan masalah siswa belum melaksanakannya ketika proses

pembelajaran berlangsung. Pada pertemuan kedua sudah nampak siswa melaksanakan semua aktivitas berdasarkan indikator.

Pada lembar observasi aktivitas tindakan menggunakan model pembelajaran jigsaw yang dilakukan oleh Siswa kelas IV Siklus II, menunjukkan bahwa pelaksanaan aktivitas tindakan yang dilakukan oleh siswa pada setiap pertemuan di siklus II sudah terlaksana dari seluruh indikator sudah dilaksanakan oleh siswa ketika proses pembelajaran berlangsung, pada siklus II ini aktivitas tindakan yang siswa laksanakan sudah lebih baik dari siklus I. Peningkatan aktivitas guru dan siswa kelas IV dalam kegiatan pembelajaran melalui menggunakan model pembelajaran jigsaw, juga terjadi peningkatan hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN Blotongan 01 semester II tahun pelajaran 2016/2017.

Perbandingan ketuntasan skor hasil belajar IPS yang dicapai berdasarkan

KKM ≥ 70 antara siswa yang tuntas pra siklus adalah 7 siswa (30%). Setelah diberikan tindakan pada siklus I terjadi peningkatan jumlah ketuntasan siswa menjadi 14 siswa (60%). Setelah diberikan tindakan pada siklus II, terjadi lagi peningkatan jumlah ketuntasan menjadi 21 siswa (91%). Siswa yang belum tuntas sebelum diberikan tindakan adalah 16 siswa (70%). Setelah diberikan tindakan pada siklus I, berkurang menjadi 9 siswa (40%). Setelah dilaksanakan lagi tindakan pada siklus II, menjadi 2 siswa (9%) yang belum tuntas, maka telah memenuhi syarat penelitian dengan indikator kinerja yang ditetapkan yaitu 80%. Pelaksanaan perbaikan siklus ini dapat diakhiri pada siklus II.

Menurut penjelasan dari guru kelas dan pengamatan ketika mengikuti proses belajar sehari-hari memang memiliki kemampuan yang rendah dalam memahami dan menguasai materi pembelajaran dibandingkan dengan teman-temannya. Terhadap 2 siswa yang nilai ulangannya belum mencapai kriteria ketuntasan minimal disebabkan karena anak tersebut kemampuan dalam menyelesaikan soal-soal maupun tugas yang diberikan oleh guru rendah sekali, Siswa tersebut diminta untuk mengerjakan soal remidial untuk dikerjakan dirumah dengan bimbingan orang tua. Nilai hasil soal yang dikerjakan di rumah tersebut digunakan untuk memperbaiki nilai tes formatif setara dengan standar nilai kriteria ketuntasan minimal.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Mustofa (2012) yang berjudul Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sebagai upaya meningkatkan aktivitas belajar IPA peserta didik kelas VII E semester II pada tema pencemaran air di SMP N 4 wates, selanjutnya penelitian yang dilakukan LailaMardhiyah (2009) yang berjudul Upaya Meningkatkan hasil belajar IPS melalui model pembelajaran tipe jigsaw kelas IVdi SDN Blotongan 01 Salatigadan penelitian yang telah dilakukan oleh Aang Taufik (2010) dalam tesisnya yang berjudul Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas Dan Prestasi Belajar Siswa Kelas IX A SMP Negeri Cigugur, menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan aktivitas belajar, hasil belajar Motivasi, Aktivitas Dan Prestasi Belajar serta Keaktifan Belajarselain itu, penelitian tindakan yang dilakukan oleh Rinda Dwi Pratiwi (2013) yang berjudul Peningkatan Keaktifan Belajar Melalui Cooperative Learning Metode Jigsaw Pada Mata Pelajaran IPS di Kelas VIII B SMP Negeri 1 Pandak.

Selain mendukung empat hasil penelitian sebelumnya, hasil penelitian ini juga mendukung pernyataan teoritis Slavin (2005:246) model pembelajaran jigsaw merupakan salah satu variasi model Collaborative Learning yaitu proses belajar kelompok dimana setiap anggota berhak mengemukakan pendapat, informasi, pengalaman, ide, sikap, kemampuan, dan keterampilan yang dimilikinya. Dengan menerapkan langkah menggunakan model pembelajaran jigsaw dengan tepat, dan dengan memperhatikan karakateristik siswa, Model pembelajaran jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat, dan mengelolah informasi yang dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi, anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada kelompoknya sehingga dapat meningkatkan partisipasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraski dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya, dengan demikian penggunaan model pembelajaran jigsaw ini mampu

meningkatkan ketuntasan hasil belajar pada mata pelajararn IPS pada siswa kelas IV SDN Blotongan 01 Kota Salatiga, Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017. Berdasarkan pembahasan diatas maka terbukti bahwa model pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada matapelajaran IPS kelas IV SDN Blotongan 01 tahun 2016/2017.

Dokumen terkait