• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Metode Analisis Data

3. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan suatu model analisis statistik sederhana

dengan cara membaca grafik atau tabel yang telah disusun. Analisis ini biasa

dilakukan dalam bentuk tabel kontingensi, tanpa mengaitkan dengan aspek

lain di luar tabel atau grafik yang telah disusun. Dalam analisis deskriptif

digunakan tabulasi silang yang menampilkan persentase sebagai dasar untuk

melihat hubungan antar variabel (Singarimbun, 1995).

4. Analisis Regresi Logistik a. Model Regresi Logistik

Analisis regresi logistik adalah metode regresi yang menggambarkan

hubungan antara beberapa variabel bebas (explanatory) dengan sebuah

variabel terikat dikotomus atau biner. Variabel terikat (Y) pada metode regresi

logistik dikatakan biner karena terdiri atas dua kategori yaitu 0 dan 1. Analisis

(probabilitas kejadian yang diakibatkan oleh xi). Berapapun nilai x bila

disubtitusikan ke dalam fungsi logistik hasilnya akan berkisar antara 0 dan 1.

Ciri data yang menggunakan analisis regresi logistik adalah :

a. Tidak memiliki asumsi normalitas atas variabel bebas yang digunakan

dalam model.

b. Ragam galat tidak homogen.

c. Variabel bebas dapat bersifat kontinu, diskrit dan dikotomi.

d. Distribusi variabel tak bebas diharapkan nonlinear

(Kuncoro, 2007).

Regresi logistik digunakan untuk analisis data terikat kategorik

(nominal/ordinal) dengan variabel-variabel bebas kontinu atau kategorik

(Agresti, 1990). Berdasarkan jumlah kategori respon, regresi logistik dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu regresi logistik dikotomus dan polikotomus.

Pada kasus-kasus penelitian dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara

suatu peubah dengan peubah penyebab dimana peubah terikatnya berupa data

kategorik, maka analisis regresi linear standar tidak bisa dilakukan, oleh

karena itu salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah regresi logistik.

Model persamaan regresi logistik digunakan untuk dapat menjelaskan

hubungan antara X dan π (x) yang bersifat tidak linear, ketidaknormalan

sebaran dari Y, keragaman terikat yang tidak konstan dan tidak dapat

dijelaskan oleh model regresi linear biasa (Agresti, 1990). Metode regresi

logistik adalah suatu metode analisis statistika yang mendeskripsikan

satu atau lebih peubah bebas berskala kategori atau interval (Hosmer dan

Lemeshow,1989).

Jika data hasil pengamatan memiliki p peubah bebas yaitu x 1, x 2,...,xp

dengan peubah terikat Y, dengan Y mempunyai dua kemungkinan nilai 0 dan

1, Y = 1 menyatakan bahwa terikat memiliki kriteria yang ditentukan dan

sebaliknya Y = 0 tidak memiliki kriteria, maka peubah respon Y mengikuti

sebaran Bernoulli dengan parameter π (xi) sehingga fungsi sebaran peluang :

( ) = [π ( ) ] [1 − π( )] , = 0, 1 (3)

Distribusi dari variabel terikat ini merupakan pembeda antara regresi

logistik dengan regresi linier. Pada regresi linier variabel terikatnya

diasumsikan berdistribusi normal, sedangkan untuk variabel terikat pada

regresi logistik bersifat kategorikal. Adapun fungsi logistik adalah sebagai

berikut:

( ) = , - ∞ < x < ∞ (4)

Untuk x = - ∞ maka lim ( ) = 0 sedangkan untuk x = ∞ maka lim ( ) = 1. Dengan melihat kemungkinan nilai f(x) yang berkisar

antara 0 dan 1, ini menunjukkan bahwa regresi logistik sebenarnya

menggambarkan probabilitas terjadinya suatu kejadian.

Nilai x dalam hal ini bisa dianggap sebagai kombinasi dari berbagai

penyebab timbulnya suatu kejadian dan efek x dapat minimal dengan

rendahnya nilai x samapai batas tertentu, kemudian pengaruhnya akan

Untuk mempermudah maka digunakan notasi π( ) = ( | ) untuk

menyatakan rata-rata bersyarat dari y jika diberikan nilai x.

Bentuk model regresi logistik adalah (Agresti, 1990: 166):

π( ) = ( )

( ) (5)

Untuk mempermudah menaksir parameter regresi, maka π( ) pada

persamaan (5) ditransformasikan dengan menggunakan transformasi logit.

Uraian transformasi tersebut adalah sebagai berikut:

π( ) = ( + ) 1 + ( + ) { ( )}{1 + ( + )} = ( + ) { ( )} + { ( ) ( + )} = ( + ) ( ) = ( + ) − ( ) ( + ) ( ) = {1 − ( )} ( + ) ( ) 1 − ( )= ( + ) ( ) ( ) = ln { ( + )} ( ) 1 − ( ) = + ( ) = +

( ) di atas merupakan bentuk logit. Sedangkan model regresi logistik dengan k variabel prediktor adalah:

π( ) = ( + + ⋯ + )

Jika model ditransformasikan dengan transformasi logit, maka menghasilkan

bentuk logit:

( ) = + + ⋯ +

merupakan penduga logit yang berperan sebagai fungsi linear dari peubah

penjelas. Karena fungsi penghubung yang digunakan adalah fungsi

penghubung logit maka sebaran peluang yang digunakan disebut sebaran

logistik (McCullagh dan Nelder, 1989).

b. Penaksiran Parameter

Metode yang digunakan untuk mengestimasi parameter regresi logistik

adalah MLE (Maxsimum Likelihood Estimator). Fungsi likelihood

menjelaskan peluang data pengamatan sebagai fungsi parameter yang belum

diketahui, sehingga sebelum menduga parameter logistik kita ketahui dulu

fungsi likelihood.

Menurut Hosmer (1989: 8), jika Y dikotomus memiliki dua

kemungkinan 0 atau 1, maka ekspresi P(x) dari persamaan (7) menghasilkan Y

dengan syarat X. Jika Y=1 dinyatakan dengan P(Y = 1|x) dan Y = 0

dinyatakan dengan P(Y = 0| x) = 1 - P(X=x). Sehingga untuk pasangan

( , ), dimana menurut fungsi likelihood = 1 kontribusinya P( ) dan =

0 kontribusinya 1- P( ). Dimana P( ) menyatakan nilai P(X=x) yang

dihitung saat x = .

Sehingga fungsi likelihood untuk ( , ) dinyatakan dengan rumus :

Fungsi likelihood sebagai fungsi log disebut fungsi log likelihood.

Fungsi likelihood untuk regresi logistik dinyatakan sebagai berikut :

L ( ) = ln [( )] = ln {P( ) (1- P( ) ) } = ln{[P( ) (1-P( ) ) ]. [ln {P( ) (1- P( ) ) ] … [ln{P( ) (1-P( ) ]} L ( ) = { ln P( ) + (1- ) ln (1-P( )} + ….+ { ln P( ) + (1- ) ln (1- P( )} L ( ) = ∑ { ln P( ) + (1− ) ln [1-P( )]}

Jadi, fungsi likelihood pada regresi logistik adalah :

L( ) = ∑ { ln P( ) + (1 - ) ln [1 - P( )]} (6)

Pada dasarnya maksimum likelihood adalah nilai penduga parameter

dengan memaksimumkan fungsi log likelihood. Dengan mendifferensialkan

bentuk log likelihood terhadap , , … , dan menyamakan dengan nol,

sehingga diperoleh:

( )

= 0 ; i= 0,1,…,k

L(β) = ∑ [ ( ) + (1 − ) (1 − ( ))] = 0

Didapat persamaan penduga parameter regresi logistik sebagai berikut:

( )

dan

( )

= ∑ [

- P( )] = 0 ; i= 1,2,…,k (8)

(Hosmer,1989:27)

Metode maximum likelihood adalah suatu metode untuk mengestimasi

parameter pada suatu persamaan dengan memaksimumkan nilai (β) atau

disebut dengan conditional log-likelihood function yang berasal dari

probabilitas persamaan regresi logistik yang akan diestimasinya. Untuk

mencari conditional log-likelihood yang maksimum pada maximum likelihood

dapat menggunaka metode Newton Raphson.

Metode Newton Raphson adalah metode untuk menemukan akar dari

persamaan dengan asumsi f(x) = 0. Bentuk persamaan dari metode Newton

Raphson untuk menentukan maximum likelihood yang berasal dari turunan

pertama dan turunan kedua dari conditional log-likelihood. Turunan kedua

dari conditional log-likelihood sebagai berikut:

( )

= − ∑ ( )[ − ( )] (9)

( )

= − ∑ ( )[ − ( )] (10)

Untuk mendapatkan nilai estimasi parameter yang optimal adalah:

Iterasi akan berhenti apabila nilai = , jika nilai ≠ maka

iterasi dilanjutkan dan kembali ke persamaan (11). Diman t = tahapan iterasi,

X merupakan matriks berukuran (nxk) berisi data masing-masing individu

pengamatan dan V matriks diagonal berukuran (nxn) yang nilai umumnya

diagonal ke-i nya adalah ( )(1 − ( ).

Sedangkan nilai varian ( ) adalah unsur diagonal ke-j dari matrik

invers ( ) =( X' VX).

c. Pengujian Signifikansi Parameter

Setelah menaksir parameter maka langkah selanjutnya adalah menguji

signifikansi parameter tersebut. Untuk itu digunakan uji hipotesis statistik

untuk menentukan apakah variabel bebas dalam model signifikan atau

berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Pengujian signifikansi parameter

dilakukan sebagai berikut:

1) Uji Parsial

Digunakan untuk menguji pengaruh setiap β, secara individual.

Hasil pengujian secara parsial/ indivisual akan menunjukkan apakah suatu

variabel bebas layak untuk masuk dalam model atau tidak (Agresti, 1990).

Hipotesis:

: = 0, untuk j = 1,2,… k (peubah Xj tidak berpengaruh nyata)

: ≠ 0 (peubah Xj berpengaruh nyata)

Statistik uji: ( ) = (

( )) (12)

Dimana :

= penduga parameter

= standar error dari penduga parameter

Rasio yang dihasilkan dari statistik uji, dibawah hipotesis akan

mengikuti sebaran normal baku (Hosmer dan Lemeshow, 1989:17).

Sehingga untuk memperoleh keputusan dilakukan perbandingan dengan

distribusi normal baku (Z). Kriteria penolakan (tolak ) jika W > /

atau nilai signifikansi kurang dari α.

2) Uji Serentak

Uji serentak disebut juga uji model chi-Square, dilakukan sebagai

upaya memeriksa peranan variabel bebas dalam model secara

bersama-sama.

Hipotesis:

= = = ⋯ = = 0

= paling sedikit ada satu ≠ 0, untuk j = 1,2,3,… k.

Statistik uji yang digunakan adalah statistik uji G atau likelihood Ratio

Test:

= −2 ; = −2

( ) (13)

dengan :

: banyak yang bernilai 0 : banyak yang bernilai 1 : banyak

Statistik uji ini mengikuti distribusi dengan derajat bebasnya

adalah k (banyaknya variabel bebas). Dengan kriteria pengujian, Jika nilai

signifikansi lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan maka tolak ,

atau > , atau nilai signifikansi kurang dari α, maka tolak yang

berarti pada model regresi terdapat sekurang-kurangnya satu penduga

parameter yang tidak sama dengan nol. Dengan kata lain model ini boleh

disarankan, tapi model tersebut bukanlah model yang terbaik dan analisis

dapat dilanjutkan dengan mencari model terbaik.

(Hosmer,1989 : 15)

d. Pemilihan Model Terbaik

Ada 2 metode pemilihan model terbaik yang digunakan untuk

membentuk model regresi logistik yang didasarkan pada uji Wald, yaitu:

1) Simultaneous Estimation

Pada metode ini, semua prediktor secara serempak dilibatkan dalam

pembentukan model terbaik tanpa memperhatikan kontribusi peubah

tersebut dalam menjelaskan perbedaan antar kelompok.

2) Stepwise Estimation

Model ini terbagi atas dua, yaitu :

a) Metode Langkah Mundur (Backward Method)

Pemilihan model regresi logistik terbaik dengan memasukkan semua

peubah bebas. Peubah bebas dikeluarkan satu persatu dari model. Peubah

yang memilki nilai signifikansi besarlah yang dikeluarkan. Jika nilai

dari model, maka perbaharui model dengan mengeluarkan peubah dengan

nilai signifikan yang besar. Prosedur dihentikan jika tidak ada lagi peubah

yang signifikan secara statistik.

b) Metode Langkah Maju (Forward Method)

Peubah bebas dimasukkan satu persatu ke dalam model dan dihitung

nilai signifikannya berdasarkan statistik Wald. Pilih peubah dengan tingkat

signifikannya lebih kecil dari peluang untuk setiap peubah yang masuk

kedalam model, maka perbaharui model dengan memasukkan peubah bebas

yang baru yang memiliki nilai signifikan yang kecil. Prosedur dihentikan

jika tidak ada lagi peubah bebas yang signifikan secara statistik.

(Makridarkis, 1999:305)

Namun pemilihan model terbaik juga dapat dilakukan berdasarkan

nilai deviansi, pemilihan model terbaiknya dilakukan dengan

membandingkan nilai deviansi antara model regresi yang melibatkan semua

peubah bebas dengan nilai deviansi yang melibatkan peubah bebas yang

signifikansi saja pada parameter.

Rumus Deviansi :

= −2 ∑ ln + 1 − ln

(14)

Semakin kecil nilai deviansi maka model tersebut akan semakin

baik. Akan tetapi tidak ada ketentuan yang pasti seberapa besar ukuran

e. Interpretasi Koefisien Parameter

Proses selanjutnya setelah mendapatkan koefisien parameter yang

signifikan adalah melakukan interpretasi terhadap koefisien parameter

tersebut. Interpretasi koefisien parameter diharapkan dapat menjelaskan tiga

hal, yaitu:

1) Menjelaskan hubungan fungsional antara variabel terikat dan variabel

bebas.

2) Menetukan unit perubahan setiap variabel bebas.

3) Mendapatkan nilai odd ratio yang menunjukkan perbandingan tingkat

kecenderungan dari kedua kategori dalam satu variabel bebas.

Nilai odd rationya didefinisikan sebagai berikut:

= ( ) [ ( )] ( ) [ ( )] = ( )([ ( )]) ( )([ ( )])= =

Sedangkan nilai log odd ratio adalah:

ln = ln ( ) [ ( )] ( ) [ ( )] = ln ( ) ( ) − ln ( ) ( ) = g(1) – g(0)

Persamaan di atas disebut persamaan logit.

Nilai odd ratio untuk model regresi logistik:

Artinya, risiko terjadinya peristiwa Y = 0 pada kategori Xj= 1 adalah

sebesar ( ) kali risiko terjadinya peristiwa Y = 1 pada kategori Xj= 0.

Nilai odd ratio digunakan untuk menunjukkan hubungan suatu variabel X

dan variabel Y. Bila nilai = 1, maka antara kedua variabel tersebut tidak

terdapat hubungan. Bila nilai < 1 maka antara kedua variabel terdapat

hubungan negatif terhadap perubahan nilai X yang bernilai benar dan

demikian sebaliknya bila > 1.

40 A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian terapan. Pada penelitian ini, data

yang telah ada dideskripsikan dan dilakukan penerapan dari analisis regresi

logistik yang dapat memberikan suatu kesimpulan untuk mengambil suatu

keputusan.

Dokumen terkait