• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya. Oleh: FARADILLA GUSTI NIM /2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya. Oleh: FARADILLA GUSTI NIM /2009"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

i

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PASIEN KANKER PAYUDARA DALAM MELAKUKAN PENGOBATAN

BERDASARKAN HASIL DIAGNOSIS MENGGUNAKAN ANALISIS REGRESI LOGISTIK

(Studi Kasus di RSUP. DR. M. Djamil Padang)

TUGAS AKHIR

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya

Oleh:

FARADILLA GUSTI NIM. 96998/2009

PROGRAM STUDI STATISTIKA JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI PADANG

(2)
(3)

i ABSTRAK

Faradilla Gusti: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pasien Kanker Payudara dalam Melakukan Pengobatan Berdasarkan Hasil Diagnosis Menggunakan Analisis Regresi Logistik (Studi Kasus di RSUP. DR. M. Djamil Padang)

Pengobatan kanker payudara telah mengalami kemajuan, akan tetapi angka kematian dan kejadian kanker payudara masih tetap tinggi karena banyak penderita kanker payudara datang ke pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pengobatan ketika penyakitnya sudah parah atau stadium lanjut, padahal ada pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) untuk deteksi dini. Menurut Green, Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku pasien dalam melakukan pengobatan, antara lain: faktor presdisposisi (tempat tinggal, sosial ekonomi, pengetahuan dan rasa takut), faktor pemungkin (tempat pengobatan lain) dan faktor penguat (petugas kesehatan dan keluarga). Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimanakah model regresi logistik untuk menggambarkan perilaku pasien, faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap perilaku pasien dan berapa peluang resiko faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku pasien kanker payudara dalam melakukan pengobatan berdasarkan hasil diagnosis di RSUP. DR. M. Djamil Padang.

Penelitian ini merupakan penelitian terapan menggunakan metode analisis regresi logistik yang dapat menggambarkan faktor-faktor yang berpengaruh serta memprediksi peluang perilaku pasien dalam melakukan pengobatan berdasarkan hasil diagnosis. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diambil dari catatan medical record pasien rawat inap RSUP. DR. M. Djamil Padang dan data primer yang diperoleh berdasarkan hasil jawaban pasien menggunakan teknik wawancara terpimpin dengan bantuan kuesioner. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah stadium pasien, sedangkan variabel bebasnya adalah tempat tinggal, sosial ekonomi, pengetahuan, rasa takut, pengobatan lain, petugas kesehatan dan keluarga.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada satu faktor yang berpengaruh terhadap perilaku pasien kanker payudara dalam melakukan pengobatan berdasarkan hasil diagnosis di RSUP. DR. M. Djamil Padang yaitu pengetahuan dengan model:

π( ) = . .

. . Nilai odd ratio pengetahuan ( ) adalah 0.009. Artinya, peluang resiko terjadinya kanker payudara untuk pasien yang memiliki pengetahuan adalah 0.009 kali lebih kecil dari pasien tidak memiliki pengetahuan tentang kanker payudara.

(4)

ii

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK ... iv KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ...ii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Kanker Payudara ... 8

1. Pengertian Kanker Payudara ... 8

2. Penyebab Kanker Payudara ... 8

3. Gejala Klinis Kanker Payudara ... 9

4. Faktor Resiko Kanker Payudara ... 10

5. Stadium Kanker Payudara ... 12

6. Pengobatan Kanker Payudara ... 14

7. Ketahanan Hidup Penderita Kanker ... 16

(5)

iii

B. Perilaku Kesehatan ... 19

1. Pengertian Perilaku Kesehatan ... 19

2. Domain Perilaku... 19

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku ... 20

C. Metode Analisis Data... 25

1. Uji Validitas ... 25

2. Uji Reliabilitas ... 26

3. Analisis Deskriptif... 27

4. Analisis Regresi Logistik ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

A. Jenis Penelitian ... 40

B. Data dan Sumber Data ... 40

C. Populasi dan Sampel ... 41

D. Variabel Penelitian ... 42

E. Teknik Analisis Data ... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Hasil Penelitian ... 46 B. Pembahasan ... 61 BAB V PENUTUP ... 64 A. Kesimpulan ... 64 B. Saran ... 65 DAFTAR PUSTAKA ... 66 LAMPIRAN ... 68

(6)

iv

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 42

2. Frekuensi Hasil Diagnosis Pasien ... 45

3. Frekuensi Umur Pasien ... 46

4. Frekuensi Pendidikan Pasien... 47

5. Frekuensi Jaminan Kesehatan Pasien ... 47

6. Frekuensi Tempat Tinggal Pasien ... 48

7. Frekuensi Sosial Ekonomi Pasien ... 49

8. Frekuensi Pengetahuan Pasien ... 49

9. Frekuensi Rasa Takut Pasien ... 50

10. Frekuensi Tempat Pengobatan Lain Pasien ... 51

11. Frekuensi Petugas Kesehatan Pasien ... 51

12. Frekuensi Keluarga Pasien. ... 52

13. Hasil Dugaan Parameter Regresi Logistik Dengan Seluruh Variabel Bebas ... 53

14. Uji Kebaikan Model Penuh ... 54

15. Hasil Dugaan Parameter ... 56

16. Uji Signifikansi Variabel yang direduksi satu per satu ... 57

17. Uji Kebaikan Model Reduksi ... 58

18. Hasil Analisis Regresi Logistik Reduksi ... 58

(7)

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Data Uji Instrumen Penelitian ... 68

2. Kuesioner Penelitian………. ... 70

3. Data Pasien Rawat Inap RSUP. DR. M. Djamil Padang Bulan Januari-Maret 2012 ... 72

4. Hasil Print Out Analisis Regresi Logistik terhadap Data Pasien Rawat Inap RSUP. DR. M. Djamil Padang ... 74

(8)

1 A. Latar Belakang Masalah

Kanker payudara (Carcinoma Mammae) didefinisikan sebagai suatu

penyakit neoplasma yang ganas berasal dari parenchyma. Penyakit ini oleh

Word health Organization (WHO) dimasukkan ke dalam International

Classification of diseases (ICD) dengan kode nomor 174. Hasil Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan prevalensi tumor/kanker

adalah 4,3 per 1.000 penduduk, artinya dari setiap 1.000 orang Indonesia

sekitar empat orang di antaranya menderita kanker. Data dari Sistem

Informasi Rumah Sakit (SIRS) 2008 menunjukkan kejadian kanker payudara

sebanyak 8.227 kasus atau 16,85 persen dan kanker leher rahim atau kanker

serviks 5.786 kasus atau 11,78 persen yang menduduki urutan pertama dan

kedua terbanyak dari keseluruhan kejadian kanker

(http://www.pikiran-rakyat.com/node/177982).

Menurut Soetrisno (1998) dalam Pane (2002: 3), penyebab kanker

payudara belum diketahui. Penyebab kanker payudara termasuk

multifaktorial, yaitu banyak faktor yang terkait satu dengan yang lainnya

seperti: riwayat keluarga, hormonal, dan faktor lain yang bersifat eksogen.

Gejala klinis kanker payudara dapat berupa benjolan yang tidak nyeri

pada payudara, erosi atau eksema puting susu, atau berupa pendarahan pada

(9)

sudah besar, sudah timbul borok, atau kalau sudah ada metastase ke

tulang-tulang. Kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, bengkak

pada lengan, dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh.

Menurut Tambunan, Joko S. Loekito dan Soekimin dalam Ristarolas

(2008: 3), pada kanker payudara perasaan sakit jarang terjadi dan baru muncul

pada tingkat pertumbuhan lanjut. Banyak penderita kanker payudara yang

datang ke pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pengobatan ketika

penyakitnya sudah parah atau stadium lanjut karena penderita kanker

payudara sering tidak menyadari secara jelas gejala permulaan kanker atau

bahkan mengabaikan karena dianggap tidak menganggu aktifitas sehari-hari.

Pengobatan kanker payudara telah mengalami kemajuan yang sangat

pesat, akan tetapi angka kematian dan kejadian kanker payudara masih tetap

tinggi karena penderita ditemukan pada stadium lanjut. Menurut Supit dalam

Ristarolas (2008: 2), kanker payudara akan mendapat penanganan yang

secepatnya dan memberikan kesembuhan serta harapan hidup yang lebih baik

apabila kanker payudara dideteksi secara dini.

Kanker payudara dapat ditemukan dalam stadium dini dengan cara

deteksi dini. Menurut Soebroto, Ahmad Ghozali, dan Evi Yuliati dalam

Ristarolas (2008: 2), salah satu cara deteksi dini kanker payudara yang murah,

namun praktis dan akurat adalah pemeriksaaan payudara sendiri (SADARI).

Menurut Mukhlis dalam Ristarolas (2008: 3), di negara maju kesadaran

masyarakat untuk melakukan SADARI cukup tinggi sehingga kasus kanker

(10)

masyarakat yang menderita kanker payudara datang ke dokter pada stadium

lanjut dan selebihnya pada stadium dini.

Kejadian pasien yang melakukan pengobatan ketika penyakitnya sudah

parah atau stadium lanjut juga terjadi di RSUP. DR. M. Djamil Padang,

dengan penderita kanker payudara rata-rata setiap bulan sekitar 50-60 pasien

baru. Apabila masalah perilaku pasien yang melakukan pengobatan sudah

dalam keadaan parah atau stadium lanjut dibiarkan terus-menerus, maka angka

kematian akan semakin bertambah. Sedangkan apabila pasien yang datang

melakukan pengobatan dalam keadaan tidak parah atau stadium dini, ini

berarti pasien masih belum terlambat untuk melakukan pengobatan sehingga

pasien akan mendapatkan penanganan yang secepatnya dan memberikan

kesembuhan serta harapan hidup yang lebih baik. Menurut Skiner dalam

Notoatmodjo (2005: 23), perilaku kesehatan adalah respon seseorang terhadap

stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit dan

faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan.

Menurut Green dalam Notoatmodjo (2005: 76), perilaku pasien dalam

melakukan pengobatan dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu: faktor

predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat. Faktor Presdisposisi

merupakan preferensi pribadi yang dibawa seseorang atau kelompok.

Preferensi ini mungkin mendukung atau menghambat perilaku sehat dalam

setiap kasus seperti tempat tinggal, pengetahuan, psikologi (rasa takut), sosial

ekonomi, pendidikan, umur dan jenis kelamin. Faktor pemungkin mencakup

(11)

kesehatan. Sumber daya itu meliputi fasilitas pelayanan kesehatan seperti

tempat pengobatan lain, fasilitas pengobatan dan jarak tempat pengobatan.

Sedangkan faktor penguat merupakan faktor yang menentukan apakah

tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak seperti keluarga, teman

dan petugas kesehatan.

Hasil penelitian Ristarolas (2008: 1-120) di RSUP H. Adam Malik

Medan, tingginya persentase penderita yang datang pertama kali untuk berobat

pada stadium III yaitu sebesar 62,4 persen yang di rawat inap pada bulan

Januari-Juli 2008, menunjukkan bahwa faktor predisposisi yang

mempengaruhi keterlambatan pengobatan yaitu pendidikan informan rendah,

tidak memiliki riwayat keluarga yang menderita kanker payudara, dan sikap

informan terhadap penyakit. Faktor pemungkin yang mempengaruhi

keterlambatan pengobatan yaitu fasilitas pengobatan sedangkan faktor penguat

tidak mempengaruhi keterlambatan pengobatan.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti pada tanggal 28 Mei 2012

dengan 3 orang pasien kanker payudara yang melakukan pengobatan dalam

keadaan sudah parah atau stadium lanjut mengatakan banyak faktor yang

mempengaruhinya. Dari hasil wawancara tersebut dapat diambil kesimpulan,

bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pasien dalam melakukan

pengobatan adalah tidak mampu membiayai pengobatan tanpa bantuan

jaminan kesehatan maupun keluarga, tidak mengetahui tentang kanker

(12)

alternatif, petugas kesehatan yang mengatakan penyakitnya bukan kanker

payudara dan keluarga.

Berdasarkan hasil wawancara dan penelitian Ristarolas, maka

dilakukanlah penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

pasien kanker payudara dalam melakukan pengobatan berdasarkan hasil

diagnosis di RSUP. DR. M. Djamil Padang. Untuk mengetahui seberapa besar

faktor-faktor tersebut berpengaruh terhadap perilaku pasien berdasarkan hasil

diagnosis yang mana hasil diagnosis dibedakan atas dua, yaitu stadium dini

dan stadium lanjut, maka perlu dibentuk suatu model. Model yang dapat

membantu penerapan hubungan kausal (sebab-akibat) antara dua atau lebih

variabel yang mana variabel terikatnya mempunyai data bersifat kategorik,

maka model regresi linear standar tidak bisa dilakukan, salah satu pendekatan

yang dapat dilakukan dalam penelitian ini adalah model analisis regresi

logistik.

Analisis regresi logistik adalah suatu analisis yang mendeskripsikan

hubungan antara variabel terikat (Y) yang memiliki dua kategori atau lebih

dengan satu atau lebih variabel bebas (X) berskala kategori atau kontinu.

Analisis regresi logistik bertujuan untuk melihat probabilitas kejadian yang di

akibatkan oleh . Model ini juga dapat menjelaskan hubungan dan

probabilitas kejadian yang bersifat tidak linear dan ketidaknormalan sebaran

Y. Dalam penelitian ini, variabel terikat (Y) adalah hasil diagnosis pasien

kanker payudara yang di bagi atas dua kategori, yaitu stadium lanjut

(13)

variabel bebas (X) bersifat kategori, yaitu tempat tinggal ( ), status sosial

( ), pengetahuan ( ), rasa takut ( ), pengobatan lain ( ), petugas

kesehatan ( ), dan keluarga ( ).

Dengan menggunakan analisis tersebut peneliti dapat mengetahui

faktor-faktor yang signifikan berpengaruh terhadap perilaku pasien kanker

payudara dalam melakukan pengobatan. Sehingga dilakukan penelitian yang

berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pasien Kanker

Payudara dalam Melakukan Pengobatan Berdasarkan Hasil Diagnosis Menggunakan Analisis Regresi Logistik (Studi Kasus di RSUP. DR. M. Djamil Padang)”.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah

penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah model regresi logistik untuk menggambarkan perilaku

pasien kanker payudara dalam melakukan pengobatan berdasarkan hasil

diagnosis dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya?

2. Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap perilaku pasien kanker

payudara dalam melakukan pengobatan berdasarkan hasil diagnosis di

RSUP. DR. M. Djamil Padang?

3. Berapakah peluang resiko faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku

pasien kanker payudara dalam melakukan pengobatan berdasarkan hasil

(14)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Mendapatkan model regresi logistik untuk menggambarkan perilaku pasien

kanker payudara dalam melakukan pengobatan berdasarkan hasil diagnosis

dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

2. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku pasien

kanker payudara dalam melakukan pengobatan berdasarkan hasil diagnosis

di RSUP. DR. M. Djamil Padang.

3. Mendapatkan peluang resiko dari faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

perilaku pasien kanker payudara dalam melakukan pengobatan berdasarkan

hasil diagnosis di RSUP. DR. M. Djamil Padang.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Sebagai sarana penambah pengetahuan peneliti dan pembaca tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pasien kanker payudara dalam

melakukan pengobatan.

2. Sebagai bahan informasi bagi RSUP. DR. M. Djamil Padang untuk

meningkatkan pelayanan kesehatan.

3. Sebagai bahan informasi bagi dinas kesehatan sehingga dapat melakukan

intervensi untuk mencengah peningkatan pasien kanker payudara melalui

(15)

8 A. Kanker Payudara

1. Pengertian Kanker Payudara

Kanker payudara (Carcinoma mammae) adalah suatu penyakit

neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchyma. Penyakit ini oleh Word

Health Organization (WHO) dimasukkan ke dalam International

Classification of Diseases (ICD) dengan kode nomor 174.

Kanker payudara adalah kanker yang menyerang jaringan payudara.

Kanker payudara tidak menyerang kulit payudara yang berfungsi sebagai

pembungkus. Menurut Mardiana dalam Ristarolas (2008: 22), kanker

payudara menyebabkan sel dan jaringan payudara berubah bentuk menjadi

abnormal dan bertambah banyak secara tidak terkendali. Menurut Sutjipto

dalam Ristarolas (2008: 22), kanker payudara adalah penyakit yang bersifat

ganas akibat tumbuhnya sel kanker yang berasal dari sel-sel normal di

payudara bisa berasal dari kelenjer susu, saluran susu, jaringan penunjang

seperti lemak dan saraf.

2. Penyebab Kanker Payudara

Menurut Soetrisno (1988) dalam Pane (2002: 3), penyebab kanker

payudara belum diketahui secara pasti. Penyebab kanker payudara termasuk

multifaktorial, yaitu banyak faktor yang terkait satu dengan yang lain.

(16)

terjadinya kanker payudara adalah riwayat keluarga, hormonal, dan faktor lain

yang bersifat eksogen.

3. Gejala Klinis Kanker Payudara

Menurut Handoyo (1990) dalam Pane (2002: 4), gejala klinis kanker

payudara dapat berupa benjolan pada payudara, erosi atau eksema puting susu,

atau berupa pendarahan pada puting susu. Umumnya berupa benjolan yang

tidak nyeri pada payudara. Benjolan itu mula-mula kecil, makin lama makin

besar, lalu melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit

payudara atau pada puting susu. Kulit atau puting susu tadi menjadi tertarik ke

dalam (retraksi), berwarna merah muda atau kecoklat-coklatan sampai

menjadi edema hingga kulit kelihatan seperti kulit jeruk (peau d'orange),

mengkerut, atau timbul borok (ulkus) pada payudara. Borok itu makin lama

makin besar dan mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh payudara,

sering berbau busuk, dan mudah berdarah. Rasa sakit atau nyeri pada

umumnya baru timbul kalau tumor sudah besar, sudah timbul borok, atau

kalau sudah ada metastase ke tulang-tulang. Kemudian timbul pembesaran

kelenjar getah bening di ketiak, bengkak (edema) pada lengan, dan

penyebaran kanker ke seluruh tubuh.

Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali dengan mengetahui

kriteria operbilitas Heagensen sebagai berikut: terdapat edema luas pada kulit

payudara (lebih 1/3 luas kulit payudara), adanya nodul satelit pada kulit

payudara, kanker payudara jenis mastitis karsinimatosa, terdapat model

(17)

metastase jauh, serta terdapat dua dari tanda-tanda locally advanced, yaitu

ulserasi kulit, edema kulit, kulit terfiksasi pada dinding toraks, kelenjar getah

bening aksila berdiameter lebih 2,5 cm dan kelenjar getah bening aksila

melekat satu sama lain.

4. Faktor Resiko Kanker Payudara

Menurut Moningkey dan Kodim (1998) dalam Pane (2002: 4),

penyebab spesifik kanker payudara masih belum diketahui, tetapi terdapat

banyak faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap terjadinya

kanker payudara, yaitu:

a. Faktor Reproduksi

Karakteristik reproduktif yang berhubungan dengan risiko terjadinya

kanker payudara adalah nuliparitas, menarche pada umur muda, menopause

pada umur lebih tua, dan kehamilan pertama pada umur tua. Risiko

utama kanker payudara adalah bertambahnya umur. Diperkirakan, periode

antara terjadinya haid pertama dengan umur saat kehamilan pertama

merupakan window of initiation perkembangan kanker payudara. Secara

anatomi dan fungsional, payudara akan mengalami atrofi dengan

bertambahnya umur. Kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada masa

sebelum menopause sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor terjadi jauh

(18)

b. Penggunaan Hormon

Hormon eksogen berhubungan dengan terjadinya kanker payudara.

Laporan dari Harvard School of Public Health menyatakan bahwa terdapat

peningkatan kanker payudara yang bermakna pada para pengguna terapi

estrogen replacement. Suatu metaanalisis menyatakan bahwa walaupun tidak

terdapat risiko kanker payudara pada pengguna kontrasepsi oral, wanita yang

menggunakan obat ini untuk waktu yang lama mempunyai risiko tinggi untuk

mengalami kanker ini sebelum menopause.

c. Penyakit fibrokistik

Pada wanita dengan adenosis, fibroadenoma, dan fibrosis, tidak ada

peningkatan risiko terjadinya kanker payudara. Pada hiperplasis dan

papiloma, risiko sedikit meningkat 1,5 sampai 2 kali. Sedangkan pada

hiperplasia atipik, 1 risiko meningkat hingga 5 kali.

d. Obesitas

Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dan bentuk tubuh

dengan kanker payudara pada wanita pasca menopause. Variasi terhadap

kekerapan kanker ini di negara-negara Barat dan bukan Barat serta perubahan

kekerapan sesudah migrasi menunjukkan bahwa terdapat pengaruh diet

terhadap terjadinya keganasan ini.

e. Konsumsi Lemak

Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor risiko terjadinya

kanker payudara. Willet dkk. Dalam Pane (2002: 5), melakukan studi

(19)

hubungannya dengan risiko kanker payudara pada wanita umur 34 sampai 59

tahun.

f. Radiasi

Eksposur dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas

meningkatkan terjadinya risiko kanker payudara. Dari beberapa penelitian

yang dilakukan disimpulkan bahwa risiko kanker radiasi berhubungan secara

linier dengan dosis dan umur saat terjadinya eksposur.

g.Riwayat Keluarga dan Faktor Genetik

Riwayat keluarga merupakan komponen yang penting dalam riwayat

penderita yang akan dilaksanakan skrining untuk kanker payudara. Terdapat

peningkatan risiko keganasan ini pada wanita yang keluarganya menderita

kanker payudara. Pada studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara

berhubungan dengan gen tertentu. Apabila terdapat BRCA 1, yaitu suatu gen

suseptibilitas kanker payudara, probabilitas untuk terjadi kanker payudara

sebesar 60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun.

5. Stadium Kanker Payudara

Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian

dokter saat mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya,

sudah sejauh manakah tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau

jaringan sekitar maupun penyebaran ketempat lain. Stadium hanya dikenal

pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada pada tumor jinak. Menurut

Tjindarbumi (1983) dalam Pane (2002: 7), klasifikasi stadium klinik pada

(20)

membagi kanker payudara dalam 3 stadium, Portman membagi kanker

payudara dalam 4 stadium dan Manchester sistem yang juga membagi kanker

payudara dalam 4 stadium.

Menurut Karnadihaja dalam Pane (2002: 7), stadium kanker terbagi

menjadi 2, yaitu:

a. Stadium dini yaitu stadium I dan II

1) Stadium I (Stadium Dini)

Besarnya tumor tidak lebih dari 2-2,25 cm, dan tidak terdapat

penyebaran (metastase) pada kelenjar getah bening ketiak. Pada stadium I

ini, kemungkinan penyembuhan secara sempurna adalah 70%. Untuk

memeriksa ada atau tidak metastase ke bagian tubuh yang lain, harus

diperiksa di laboratorium.

2) Stadium II (Stadium Dini)

Tumor sudah lebih besar dari 2,25 cm dan sudah terjadi metastase

pada kelenjar getah bening di ketiak. Pada stadium ini, kemungkinan

untuk sembuh hanya 50-60 % tergantung dari luasnya penyebaran sel

kanker.

Pada stadium I dan II biasanya dilakukan operasi untuk mengangkat

sel-sel kanker yang ada pada seluruh bagian penyebaran, dan setelah operasi

dilakukan penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang

(21)

b. Stadium lanjut yaitu stadium III dan IV

1) Stadium III (Stadium lanjut)

Tumor sudah cukup besar lebih dari 5 cm, sel kanker telah

menyebar ke seluruh tubuh, dan kemungkinan untuk sembuh tinggal

sedikit. Pengobatan payudara sudah tidak ada artinya lagi. Biasanya

pengobatan hanya dilakukan penyinaran dan chemotherapie (pemberian

obat yang dapat membunuh sel kanker). Kadang-kadang juga dilakukan

operasi untuk mengangkat bagian payudara yang sudah parah. Usaha ini

hanya untuk menghambat proses perkembangan sel kanker dalam tubuh

serta untuk meringankan penderitaan penderita semaksimal mungkin.

2) Stadium IV (Stadium Lanjut)

Sel-sel kanker sudah merembet menyerang bagian tubuh lainnya,

biasanya tulang, paru-paru, hati atau otak. Atau bisa juga menyerang kulit,

kelenjar limfa yang ada di dalam batang leher. Sama seperti stadium III,

tindakan yang harus dilakukan adalah pengangkatan payudara.

6. Pengobatan Kanker Payudara

Ada beberapa pengobatan kanker payudara yang penerapannya banyak

tergantung pada stadium klinik penyakit (Tjindarbumi dalam Pane, 2002: 8),

yaitu:

a. Mastektomi

Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara. Ada 3 jenis

(22)

1) Modified Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh

payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga,

serta benjolan di sekitar ketiak.

2) Total (Simple) Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara

saja, tetapi bukan kelenjar di ketiak.

3) Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara.

Biasanya disebut lumpectomy, yaitu pengangkatan hanya pada jaringan

yang mengandung sel kanker, bukan seluruh payudara. Operasi ini selalu

diikuti dengan pemberian radioterapi. Biasanya lumpectomy

direkomendasikan pada pasien yang besar tumornya kurang dari 2 cm dan

letaknya di pinggir payudara.

b. Penyinaran/ Radiasi

Penyinaran/radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena

kanker dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan

membunuh sel kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi. Efek

pengobatan ini tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit di

sekitar payudara menjadi hitam, serta Hb dan leukosit cenderung menurun

sebagai akibat dari radiasi.

c. Kemoterapi

Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam

bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel

(23)

Efek dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut

rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi.

7. Ketahanan Hidup Penderita Kanker

Menurut Aziz, FM, dkk. dalam Pane (2002: 10), ketahanan hidup

penderita kanker dipengaruhi oleh stadium klinik, pengobatan, ukuran tumor,

jenis histologi, ada tidaknya metastase ke pembuluh darah, anemia, dan

hipertensi (penyakit penyerta). Sedangkan Rusmiyati dalam Pane (2002: 10),

menyatakan bahwa hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan

ketahanan hidup adalah umur, keadaan umum, fisik, stadium klinik, ciri-ciri

histologis sel-sel tumor, gambaran sitologis dari kanker, gambaran

makroskopis dari kanker, kemampuan ahli yang menangani, sarana

pengobatan yang tersedia, dan status ekonomi.

Hack, KD dalam Pane (2002: 10) menyatakan bahwa ketahanan hidup

tergantung dari adanya metastase ke kelenjar getah bening, besar lesi,

kedalaman infiltrasi, adanya metastase ke parametrium, serta adanya

metastase ke pembuluh darah. Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis

dan ketahanan hidup penderita kanker payudara adalah ukuran tumor, kelenjar

getah bening regional, skin oedema (pembengkakan pada kulit), status

menopause, pertumbuhan tumor, residual tumor burden (tumor sisa),

pengobatan pada tumor awal, faktor-faktor patologi, dan reseptor estrogen.

Selain itu, faktor-faktor lainnya yang secara tidak langsung mempengaruhi

(24)

8. Strategi Pencegahan Kanker Payudara

Pada kanker payudara, pencegahan yang dilakukan antara lain berupa:

a. Pencegahan Primer

Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk

promosi kesehatan karena dilakukan pada orang yang "sehat" melalui upaya

menghindarkan diri dari keterpaparan pada berbagai faktor risiko dan

melaksanakan pola hidup sehat.

b. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki

risiko untuk terkena kanker payudara. Setiap wanita yang normal dan

memiliki siklus haid normal merupakan populasi at risk dari kanker payudara.

Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi dini.

Beberapa metode deteksi dini terus mengalami perkembangan.

Skrining melalui mammografi diklaim memiliki akurasi 90% dari semua

penderita kanker payudara, tetapi keterpaparan terus-menerus pada

mammografi pada wanita yang sehat merupakan salah satu faktor risiko

terjadinya kanker payudara. Karena itu, skrining dengan mammografi tetap

dapat dilaksanakan dengan beberapa pertimbangan antara lain:

1) Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer

risk assessement survey.

2) Pada wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk dilakukan

(25)

3) Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai

mencapai usia 50 tahun.

Foster dan Constanta menemukan bahwa kematian oleh kanker

payudara lebih sedikit pada wanita yang melakukan pemeriksaan SADARI

(Pemeriksaan Payudara Sendiri) dibandingkan yang tidak. Walaupun

sensitivitas SADARI untuk mendeteksi kanker payudara hanya 26%, bila

dikombinasikan dengan mammografi maka sensitivitas mendeteksi secara dini

menjadi 75%.

c. Pencegahan Tertier

Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif

menderita kanker payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara

sesuai dengan stadiumnya akan dapat mengurangi kecatatan dan

memperpanjang harapan hidup penderita. Pencegahan tertier ini penting untuk

meningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi penyakit

dan meneruskan pengobatan.

Tindakan pengobatan dapat berupa operasi walaupun tidak

berpengaruh banyak terhadap ketahanan hidup penderita. Bila kanker telah

jauh bermetastasis, dilakukan tindakan kemoterapi dengan sitostatika. Pada

stadium tertentu, pengobatan diberikan hanya berupa simptomatik dan

(26)

B. Perilaku Kesehatan

1. Pengertian perilaku kesehatan

Menurut Skiner dalam Notoatmodjo (2005: 23), perilaku kesehatan

adalah respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan

sehat-sakit, penyakit dan faktor-faktor yang mempengaruhi sehat sakit

(kesehatan) seperti lingkungan, makanan, minuman, dan pelayanan kesehatan.

Perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang baik yang

dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati, yang berkaitan dengan

pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.

Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri

dari penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan dan

mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah kesehatan. Menurut

Sarafino dalam Notoatmojo (2005: 23), perilaku kesehatan adalah setiap

aktivitas individu yang dilakukan untuk mempertahankan atau meningkatkan

kondisi kesehatan tanpa memperhatikan status kesehatan.

2. Domain Perilaku

Benyamin Bloom dalam Notoatmodjo (2005: 27) membagi perilaku

manusia itu menjadi tiga domain, ranah atau kawasan yaitu kognitif

(cognitive), afektif (affective), dan psikomotorik (psychomotorik). Teori

Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni

pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan tindakan atau praktik

(27)

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya. Secara garis

besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yakni tahu (know), memahami

(comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis)

dan evaluasi (evaluation).

Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau onjek

tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang

bersangkutan. Sikap juga mempunyai tingkatan berdasarkan intensitasnya,

yakni menerima (receiving), menanggapi (responding), menghargai (valuing),

dan bertanggung jawab/ (responsible).

Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (praktik). sikap belum

tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor

lain seperti fasilitas atau sarana dan prasarana. Praktik atau tindakan ini dapat

dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya, yakni praktik terpimpin

(guided response), praktik secara mekanisme (mechanism), dan adopsi

(adoption).

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut Green (1980) dalam Notoatmojo (2005: 76), perilaku

dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu :

a. Faktor Presdisposisi (predisposing factor)

Faktor Presdisposisi mencakup pengetahuan, sikap, nilai dan persepsi

berkenan dengan motivasi seseorang atau kelompok untuk bertindak. Dalam

(28)

yang dibawa seseorang atau kelompok. Preferensi ini mungkin mendukung

atau menghambat perilaku sehat, dalam setiap kasus, faktor ini mempunyai

pengaruh. Meskipun berbagai faktor demografis seperti status sosial ekonomi,

umur, jenis kelamin, dan ukuran keluarga juga penting sebagai faktor

presdisposisi.

Menurut Sukardja (2002) dalam Ristarolas (2008: 35), keterlambatan

pengelolaan kanker dari penderita itu sendiri disebabkan oleh:

1) Penderita stadium dini umumnya merasa tidak sakit dan tidak terganggu

bekerja, sehingga penyakitnya dibiarkan saja beberarapa lama, bulanan,

atau tahunan, sampai penyakitnya tidak tertahan lagi.

2) Kurang memperhatikan diri sendiri, dimana penderita baru mengetahui

adanya tumor dalam tubuhnya sendiri sesudah tumor itu besar atau sudah

menimbulkan keluhan.

3) Tidak mengerti atau kurang menyadari bahaya kanker.

4) Ada rasa takut. Takut diketahui penyakitnya itu kanker, takut ke dokter,

takut operasi, takut penyakitnya lebih cepat menyebar dan takut sakit.

5) Tidak mempunyai biaya.

6) Keluarga tidak mengizinkan ke dokter.

7) Rumahnya jauh dari dokter.

Menurut Hawarri (2004) dalam Ristarolas (2008: 37), ada 3 faktor

menyebabkan keterlambatan pengobatan kanker payudara yang terletak pada

diri penderita, yaitu:

(29)

2) Faktor Pendidikan (ketidaktahuan)

3) Faktor Psikologik.

Faktor Presdisposisi yang menyebabkan keterlambatan pengobatan

kanker payudara dapat disimpulkan dalam penelitian ini adalah:

a) Pengetahuan

Sarwono (1997) dalam Ristarolas (2008: 14), menyatakan

kadang-kadang orang tidak pergi berobat atau menggunakan sarana kesehatan

karena dia merasa tidak mengidap penyakit. Menurut Green dalam

Notoatmodjo (2005: 27), pengetahuan menjadi salah satu faktor

presdisposisi yang mempengaruhi perilaku seseorang atau masyarakat

terhadap kesehatan.

b) Sosial Ekonomi

Taylor (1999) dalam Ristarolas (2008: 13), menyatakan salah satu

faktor yang menyebabkan penundaan pengobatan adalah biaya pengobatan

yang dirasakan terutama untuk orang-orang miskin. Mereka menganggap

gejala penyakit yang dideritanya tidak serius sebagai alasan mahalnya

biaya pengobatan.

c) Rasa Takut

Menurut Blackwell (1963) dalam Ristarolas (2008: 14), menyatakan

bahwa banyak pula orang yang memandang gejala penyakitnya harus

ditangani dokter, namun tidak melakukannya karena takut mendengar

(30)

d) Tempat Tinggal

Menurut Andersen dalam Ristarolas (2008: 16), menyatakan bahwa

lamanya waktu yang digunakan untuk mencapai fasilitas pelayanan

mempengaruhi individu dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan.

b. Faktor Pemungkin (enabling factor)

Faktor pemungkin mencakup berbagai keterampilan dan sumber daya

yang perlu untuk melakukan kesehatan. Sumber daya itu meliputi fasilitas

pelayanan kesehatan, personalia, sekolah, klinik, atau sumber daya serupa itu.

Faktor pemungkin ini juga menyangkut keterjangkauan berbagai sumber daya.

Menurut Sukardja (2002) dalam Ristarolas (2008: 35), keterlambatan

pengelolaan kanker dari rumah sakit disebabkan oleh:

1) Kurangnya tempat pemondokan di rumah sakit

2) Kurangnya sarana diagnotik dan terapi

3) Kurangnya tenaga ahli onkologi

Faktor Pemungkin yang menyebabkan keterlambatan pengobatan

kanker payudara dapat disimpulkan dalam penelitian ini adalah:

a) Tempat Pengobatan lain

Menurut penelitian para ahli dalam Ristarolas (2008: 15), di

negara-negara seperti Indonesia penderita pergi berobat ke dukun atau

ahli-ahli pengobatan tradisional lainnya sebelum mereka datang ke petugas

(31)

c. Faktor Pendorong atau Penguat (renforcing factor)

Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan

kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Faktor ini meliputi faktor sikap

dan prilaku tokoh masyarakat, sikap dan perilaku para petugas termasuk para

petugas kesehatan. Termasuk juga di sini adalah undang-undang,

peraturan-peraturan, baik pusat maupun daerah yang terkait dengan kesehatan. Untuk

berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan

dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku

contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan para petugas

terutama petugas kesehatan dan diperlukan undang-undang kesehatan untuk

memperkuat perilaku tersebut.

Menurut Sukardja (2002) dalam Ristarolas (2008: 35), keterlambatan

pengelolaan kanker dari dokter disebabkan oleh:

1) Tidak memikirkan keluhan penderita mungkin disebabkan oleh suatu

kanker. Keluhan penderita dianggap disebabkan oleh penyakit non kanker

dan diobati beberapa lama sampai gejala kanker menjadi jelas.

2) Enggan mengadakan konsultasi atau merujuk penderita.

3) Belum “cancer minded”, yaitu berpikir ke arah kanker.

Faktor Pemungkin yang menyebabkan keterlambatan pengobatan

kanker payudara dapat disimpulkan dalam penelitian ini adalah:

a) Petugas Kesehatan

Menurut Kleinman dalam Ristarolas (2008: 16), menyatakan para

(32)

bidang penyembuhan yang resmi dan ada sanksinya seperti dokter,

perawat, bidan, dan psikolog mempengaruhi seseorang dalam perawatan

kesehatan. Suchman dalam Ristarolas (2008: 16), menyatakan faktor

kualitas komunikasi dokter-pasien mempengaruhi tindakan yang

seharusnya dilakukan dalam pengobatan.

b) Keluarga/ Orang-orang terdekat

Menurut Geertsen (1998) dan Safarindo (1990) dalam Ristarolas

(2008: 16), sektor awam yang terdiri dari keluarga, teman, dan tetangga

mungkin bisa membantu individu menafsirkan sebuah gejala, memberi

nasehat mengenai bagaimana mencari bantuan medis, menyarankan cara

penyembuhan, atau memberi saran untuk berkonsultasi dengan orang lain.

C. Metode Analisis Data

Dalam penelitian, data mempunyai kedudukan yang paling tinggi,

karena data merupakan penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi

sebagai alat pembuktian hipotesis. Benar tidaknya data, sangat menentukan

bermutu tidaknya hasil penelitian. Sedangkan benar tidaknya data, tergantung

dari baik tidaknya instrumen pengumpulan data. Pengujian instumen biasanya

terdiri dari uji validitas dan reliabilitas.

1. Uji Validitas

Validitas adalah tingkat keandalan dan kesahihan alat ukur yang

digunakan. Intrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang

dipergunakan untuk mendapatkan data itu valid atau dapat digunakan untuk

(33)

valid merupakan instrumen yang benar-benar tepat untuk mengukur apa yang

hendak di ukur.

Uji validitas berguna untuk mengetahui apakah ada

pernyataan-pernyataan pada kuesioner yang harus dibuang/diganti karena dianggap tidak

relevan. Teknik untuk mengukur validitas kuesioner adalah sebagai berikut

dengan menghitung korelasi antar data pada masing-masing pernyataan

dengan skor total, memakai rumus korelasi product moment, sebagai berikut

(Notoatmodjo, 2005: 129):

(1)

dimana : r = koefisien korelasi

n = banyaknya sampel

X= skor masing-masing item

Y= skor total variabel

Item instrumen dianggap Valid jika nilai r lebih besar sama dengan

0,3.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas berguna untuk menetapkan apakah instrumen yang

dalam hal ini kuesioner dapat digunakan lebih dari satu kali, paling tidak oleh

responden yang sama akan menghasilkan data yang konsisten. Dengan kata

(34)

dapat digunakan untuk mengukur reliabilitas diantaranya adalah rumus

SpearmanBrown (Notoatmodjo, 2005: 133):

(2)

Keterangan :

adalah nilai reliabilitas

adalah nilai koefisien korelasi

Nilai koefisien reliabilitas yang baik adalah diatas 0,7 (cukup baik), di

atas 0,8 (baik).

3. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan suatu model analisis statistik sederhana

dengan cara membaca grafik atau tabel yang telah disusun. Analisis ini biasa

dilakukan dalam bentuk tabel kontingensi, tanpa mengaitkan dengan aspek

lain di luar tabel atau grafik yang telah disusun. Dalam analisis deskriptif

digunakan tabulasi silang yang menampilkan persentase sebagai dasar untuk

melihat hubungan antar variabel (Singarimbun, 1995).

4. Analisis Regresi Logistik a. Model Regresi Logistik

Analisis regresi logistik adalah metode regresi yang menggambarkan

hubungan antara beberapa variabel bebas (explanatory) dengan sebuah

variabel terikat dikotomus atau biner. Variabel terikat (Y) pada metode regresi

logistik dikatakan biner karena terdiri atas dua kategori yaitu 0 dan 1. Analisis

(35)

(probabilitas kejadian yang diakibatkan oleh xi). Berapapun nilai x bila

disubtitusikan ke dalam fungsi logistik hasilnya akan berkisar antara 0 dan 1.

Ciri data yang menggunakan analisis regresi logistik adalah :

a. Tidak memiliki asumsi normalitas atas variabel bebas yang digunakan

dalam model.

b. Ragam galat tidak homogen.

c. Variabel bebas dapat bersifat kontinu, diskrit dan dikotomi.

d. Distribusi variabel tak bebas diharapkan nonlinear

(Kuncoro, 2007).

Regresi logistik digunakan untuk analisis data terikat kategorik

(nominal/ordinal) dengan variabel-variabel bebas kontinu atau kategorik

(Agresti, 1990). Berdasarkan jumlah kategori respon, regresi logistik dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu regresi logistik dikotomus dan polikotomus.

Pada kasus-kasus penelitian dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara

suatu peubah dengan peubah penyebab dimana peubah terikatnya berupa data

kategorik, maka analisis regresi linear standar tidak bisa dilakukan, oleh

karena itu salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah regresi logistik.

Model persamaan regresi logistik digunakan untuk dapat menjelaskan

hubungan antara X dan π (x) yang bersifat tidak linear, ketidaknormalan

sebaran dari Y, keragaman terikat yang tidak konstan dan tidak dapat

dijelaskan oleh model regresi linear biasa (Agresti, 1990). Metode regresi

logistik adalah suatu metode analisis statistika yang mendeskripsikan

(36)

satu atau lebih peubah bebas berskala kategori atau interval (Hosmer dan

Lemeshow,1989).

Jika data hasil pengamatan memiliki p peubah bebas yaitu x 1, x 2,...,xp

dengan peubah terikat Y, dengan Y mempunyai dua kemungkinan nilai 0 dan

1, Y = 1 menyatakan bahwa terikat memiliki kriteria yang ditentukan dan

sebaliknya Y = 0 tidak memiliki kriteria, maka peubah respon Y mengikuti

sebaran Bernoulli dengan parameter π (xi) sehingga fungsi sebaran peluang :

( ) = [π ( ) ] [1 − π( )] , = 0, 1 (3)

Distribusi dari variabel terikat ini merupakan pembeda antara regresi

logistik dengan regresi linier. Pada regresi linier variabel terikatnya

diasumsikan berdistribusi normal, sedangkan untuk variabel terikat pada

regresi logistik bersifat kategorikal. Adapun fungsi logistik adalah sebagai

berikut:

( ) = , - ∞ < x < ∞ (4)

Untuk x = - ∞ maka lim → ( ) = 0 sedangkan untuk x = ∞ maka lim ( ) = 1. Dengan melihat kemungkinan nilai f(x) yang berkisar

antara 0 dan 1, ini menunjukkan bahwa regresi logistik sebenarnya

menggambarkan probabilitas terjadinya suatu kejadian.

Nilai x dalam hal ini bisa dianggap sebagai kombinasi dari berbagai

penyebab timbulnya suatu kejadian dan efek x dapat minimal dengan

rendahnya nilai x samapai batas tertentu, kemudian pengaruhnya akan

(37)

Untuk mempermudah maka digunakan notasi π( ) = ( | ) untuk

menyatakan rata-rata bersyarat dari y jika diberikan nilai x.

Bentuk model regresi logistik adalah (Agresti, 1990: 166):

π( ) = ( )

( ) (5)

Untuk mempermudah menaksir parameter regresi, maka π( ) pada

persamaan (5) ditransformasikan dengan menggunakan transformasi logit.

Uraian transformasi tersebut adalah sebagai berikut:

π( ) = ( + ) 1 + ( + ) { ( )}{1 + ( + )} = ( + ) { ( )} + { ( ) ( + )} = ( + ) ( ) = ( + ) − ( ) ( + ) ( ) = {1 − ( )} ( + ) ( ) 1 − ( )= ( + ) ( ) ( ) = ln { ( + )} ( ) 1 − ( ) = + ( ) = +

( ) di atas merupakan bentuk logit. Sedangkan model regresi logistik dengan k variabel prediktor adalah:

π( ) = ( + + ⋯ + )

(38)

Jika model ditransformasikan dengan transformasi logit, maka menghasilkan

bentuk logit:

( ) = + + ⋯ +

merupakan penduga logit yang berperan sebagai fungsi linear dari peubah

penjelas. Karena fungsi penghubung yang digunakan adalah fungsi

penghubung logit maka sebaran peluang yang digunakan disebut sebaran

logistik (McCullagh dan Nelder, 1989).

b. Penaksiran Parameter

Metode yang digunakan untuk mengestimasi parameter regresi logistik

adalah MLE (Maxsimum Likelihood Estimator). Fungsi likelihood

menjelaskan peluang data pengamatan sebagai fungsi parameter yang belum

diketahui, sehingga sebelum menduga parameter logistik kita ketahui dulu

fungsi likelihood.

Menurut Hosmer (1989: 8), jika Y dikotomus memiliki dua

kemungkinan 0 atau 1, maka ekspresi P(x) dari persamaan (7) menghasilkan Y

dengan syarat X. Jika Y=1 dinyatakan dengan P(Y = 1|x) dan Y = 0

dinyatakan dengan P(Y = 0| x) = 1 - P(X=x). Sehingga untuk pasangan

( , ), dimana menurut fungsi likelihood = 1 kontribusinya P( ) dan =

0 kontribusinya 1- P( ). Dimana P( ) menyatakan nilai P(X=x) yang

dihitung saat x = .

Sehingga fungsi likelihood untuk ( , ) dinyatakan dengan rumus :

(39)

Fungsi likelihood sebagai fungsi log disebut fungsi log likelihood.

Fungsi likelihood untuk regresi logistik dinyatakan sebagai berikut :

L ( ) = ln [( )] = ln {P( ) (1- P( ) ) } = ln{[P( ) (1-P( ) ) ]. [ln {P( ) (1- P( ) ) ] … [ln{P( ) (1-P( ) ]} L ( ) = { ln P( ) + (1- ) ln (1-P( )} + ….+ { ln P( ) + (1- ) ln (1- P( )} L ( ) = ∑ { ln P( ) + (1− ) ln [1-P( )]}

Jadi, fungsi likelihood pada regresi logistik adalah :

L( ) = ∑ { ln P( ) + (1 - ) ln [1 - P( )]} (6)

Pada dasarnya maksimum likelihood adalah nilai penduga parameter

dengan memaksimumkan fungsi log likelihood. Dengan mendifferensialkan

bentuk log likelihood terhadap , , … , dan menyamakan dengan nol,

sehingga diperoleh:

( )

= 0 ; i= 0,1,…,k

L(β) = ∑ [ ( ) + (1 − ) (1 − ( ))] = 0

Didapat persamaan penduga parameter regresi logistik sebagai berikut:

( )

(40)

dan

( )

= ∑

[

- P( )] = 0 ; i= 1,2,…,k (8)

(Hosmer,1989:27)

Metode maximum likelihood adalah suatu metode untuk mengestimasi

parameter pada suatu persamaan dengan memaksimumkan nilai (β) atau

disebut dengan conditional log-likelihood function yang berasal dari

probabilitas persamaan regresi logistik yang akan diestimasinya. Untuk

mencari conditional log-likelihood yang maksimum pada maximum likelihood

dapat menggunaka metode Newton Raphson.

Metode Newton Raphson adalah metode untuk menemukan akar dari

persamaan dengan asumsi f(x) = 0. Bentuk persamaan dari metode Newton

Raphson untuk menentukan maximum likelihood yang berasal dari turunan

pertama dan turunan kedua dari conditional log-likelihood. Turunan kedua

dari conditional log-likelihood sebagai berikut:

( )

= − ∑ ( )[ − ( )] (9)

( )

= − ∑ ( )[ − ( )] (10)

Untuk mendapatkan nilai estimasi parameter yang optimal adalah:

(41)

Iterasi akan berhenti apabila nilai = , jika nilai ≠ maka

iterasi dilanjutkan dan kembali ke persamaan (11). Diman t = tahapan iterasi,

X merupakan matriks berukuran (nxk) berisi data masing-masing individu

pengamatan dan V matriks diagonal berukuran (nxn) yang nilai umumnya

diagonal ke-i nya adalah ( )(1 − ( ).

Sedangkan nilai varian ( ) adalah unsur diagonal ke-j dari matrik

invers ( ) =( X' VX).

c. Pengujian Signifikansi Parameter

Setelah menaksir parameter maka langkah selanjutnya adalah menguji

signifikansi parameter tersebut. Untuk itu digunakan uji hipotesis statistik

untuk menentukan apakah variabel bebas dalam model signifikan atau

berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Pengujian signifikansi parameter

dilakukan sebagai berikut:

1) Uji Parsial

Digunakan untuk menguji pengaruh setiap β, secara individual.

Hasil pengujian secara parsial/ indivisual akan menunjukkan apakah suatu

variabel bebas layak untuk masuk dalam model atau tidak (Agresti, 1990).

Hipotesis:

: = 0, untuk j = 1,2,… k (peubah Xj tidak berpengaruh nyata)

: ≠ 0 (peubah Xj berpengaruh nyata)

Statistik uji: ( ) = (

( )) (12)

(42)

Dimana :

= penduga parameter

= standar error dari penduga parameter

Rasio yang dihasilkan dari statistik uji, dibawah hipotesis akan

mengikuti sebaran normal baku (Hosmer dan Lemeshow, 1989:17).

Sehingga untuk memperoleh keputusan dilakukan perbandingan dengan

distribusi normal baku (Z). Kriteria penolakan (tolak ) jika W > /

atau nilai signifikansi kurang dari α.

2) Uji Serentak

Uji serentak disebut juga uji model chi-Square, dilakukan sebagai

upaya memeriksa peranan variabel bebas dalam model secara

bersama-sama.

Hipotesis:

= = = ⋯ = = 0

= paling sedikit ada satu ≠ 0, untuk j = 1,2,3,… k.

Statistik uji yang digunakan adalah statistik uji G atau likelihood Ratio

Test:

= −2 ; = −2

∏ ( ) (13)

dengan :

: banyak yang bernilai 0 : banyak yang bernilai 1 : banyak

(43)

Statistik uji ini mengikuti distribusi dengan derajat bebasnya

adalah k (banyaknya variabel bebas). Dengan kriteria pengujian, Jika nilai

signifikansi lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan maka tolak ,

atau > , atau nilai signifikansi kurang dari α, maka tolak yang

berarti pada model regresi terdapat sekurang-kurangnya satu penduga

parameter yang tidak sama dengan nol. Dengan kata lain model ini boleh

disarankan, tapi model tersebut bukanlah model yang terbaik dan analisis

dapat dilanjutkan dengan mencari model terbaik.

(Hosmer,1989 : 15)

d. Pemilihan Model Terbaik

Ada 2 metode pemilihan model terbaik yang digunakan untuk

membentuk model regresi logistik yang didasarkan pada uji Wald, yaitu:

1) Simultaneous Estimation

Pada metode ini, semua prediktor secara serempak dilibatkan dalam

pembentukan model terbaik tanpa memperhatikan kontribusi peubah

tersebut dalam menjelaskan perbedaan antar kelompok.

2) Stepwise Estimation

Model ini terbagi atas dua, yaitu :

a) Metode Langkah Mundur (Backward Method)

Pemilihan model regresi logistik terbaik dengan memasukkan semua

peubah bebas. Peubah bebas dikeluarkan satu persatu dari model. Peubah

yang memilki nilai signifikansi besarlah yang dikeluarkan. Jika nilai

(44)

dari model, maka perbaharui model dengan mengeluarkan peubah dengan

nilai signifikan yang besar. Prosedur dihentikan jika tidak ada lagi peubah

yang signifikan secara statistik.

b) Metode Langkah Maju (Forward Method)

Peubah bebas dimasukkan satu persatu ke dalam model dan dihitung

nilai signifikannya berdasarkan statistik Wald. Pilih peubah dengan tingkat

signifikannya lebih kecil dari peluang untuk setiap peubah yang masuk

kedalam model, maka perbaharui model dengan memasukkan peubah bebas

yang baru yang memiliki nilai signifikan yang kecil. Prosedur dihentikan

jika tidak ada lagi peubah bebas yang signifikan secara statistik.

(Makridarkis, 1999:305)

Namun pemilihan model terbaik juga dapat dilakukan berdasarkan

nilai deviansi, pemilihan model terbaiknya dilakukan dengan

membandingkan nilai deviansi antara model regresi yang melibatkan semua

peubah bebas dengan nilai deviansi yang melibatkan peubah bebas yang

signifikansi saja pada parameter.

Rumus Deviansi :

= −2 ∑ ln + 1 − ln

(14)

Semakin kecil nilai deviansi maka model tersebut akan semakin

baik. Akan tetapi tidak ada ketentuan yang pasti seberapa besar ukuran

(45)

e. Interpretasi Koefisien Parameter

Proses selanjutnya setelah mendapatkan koefisien parameter yang

signifikan adalah melakukan interpretasi terhadap koefisien parameter

tersebut. Interpretasi koefisien parameter diharapkan dapat menjelaskan tiga

hal, yaitu:

1) Menjelaskan hubungan fungsional antara variabel terikat dan variabel

bebas.

2) Menetukan unit perubahan setiap variabel bebas.

3) Mendapatkan nilai odd ratio yang menunjukkan perbandingan tingkat

kecenderungan dari kedua kategori dalam satu variabel bebas.

Nilai odd rationya didefinisikan sebagai berikut:

= ( ) [ ( )] ( ) [ ( )] = ( )([ ( )]) ( )([ ( )])= =

Sedangkan nilai log odd ratio adalah:

ln = ln ( ) [ ( )] ( ) [ ( )] = ln ( ) ( ) − ln ( ) ( ) = g(1) – g(0)

Persamaan di atas disebut persamaan logit.

Nilai odd ratio untuk model regresi logistik:

(46)

Artinya, risiko terjadinya peristiwa Y = 0 pada kategori Xj= 1 adalah

sebesar ( ) kali risiko terjadinya peristiwa Y = 1 pada kategori Xj= 0.

Nilai odd ratio digunakan untuk menunjukkan hubungan suatu variabel X

dan variabel Y. Bila nilai = 1, maka antara kedua variabel tersebut tidak

terdapat hubungan. Bila nilai < 1 maka antara kedua variabel terdapat

hubungan negatif terhadap perubahan nilai X yang bernilai benar dan

demikian sebaliknya bila > 1.

(47)

40 A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian terapan. Pada penelitian ini, data

yang telah ada dideskripsikan dan dilakukan penerapan dari analisis regresi

logistik yang dapat memberikan suatu kesimpulan untuk mengambil suatu

keputusan.

B. Data dan Sumber Data

Dalam penelitian ini data yang digunakan terdiri dari dua jenis data,

yaitu:

1. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari data rekam medis

pasien kanker payudara rawat inap di RSUP. DR. M. Djamil Padang. Data

diambil berdasarkan catatan status pasien (medical record) dari pasien

kanker payudara pada bulan Januari 2012-Maret 2012.

2. Data Primer

Data primer yaitu data yang dikumpulkan berdasarkan hasil

jawaban dari responden/pasien. Teknik pengumpulan data yang digunakan

(48)

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien kanker payudara

rawat inap di RSUP. DR. M. Djamil Padang pada bulan Januari 2012-Maret

2012. Dimana, jumlah pasien kanker payudara sebanyak 85 pasien. Jumlah

pasien yang di rawat selama 3 bulan tersebut terdapat 7 pasien yang

meninggal dan 13 pasien yang lebih dari 2 kali rawat inap. Sehingga jumlah

populasi dalam penelitian ini sebanyak 62 pasien.

2. Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini digunakan teknik non

probability sampling yaitu accidental sampling. Pengambilan sampel secara

aksidental ini dilakukan dengan mengambil responden yang kebetulan ada

atau tersedia. Responden yang diambil harus memenuhi kriteria yaitu bersedia

menjadi responden.

Menurut Surakhmad dalam Riduwan (2007: 65), apabila ukuran

populasi sebanyak kurang lebih dari 100, maka pengambilan sampel

sekurang-kurangnya 50% dari ukuran populasi. Sehingga jumlah sampel ≥ 31 pasien,

sedangkan dalam penelitian ini jumlah sampel adalah 34 pasien yang

(49)

D. Variabel Penelitian

Variabel bebas (independent variable) dalam penelitian ini adalah:

1. Faktor Predisposisi ( ) a. Tempat Tinggal ( ) b. Sosial Ekonomi ( ) c. Pengetahuan ( ) d. Rasa Takut ( ) 2. Faktor Pemungkin ( )

a. Tempat pengobatan lain ( )

3. Faktor Penguat ( )

a. Petugas Kesehatan ( )

b. Keluarga ( )

Variabel terikat (dependent variabel) dalam penelitian ini adalah hasil

diagnosis (Y) pasien kanker payudara di RSUP. DR. M. Djamil Padang. Nilai

hasil diagnosis pasien kanker payudara (Y) dibagi atas dua yaitu stadium

lanjut (terlambat) dan stadium dini (tidak terlambat). Dimana, pasien stadium

lanjut (terlambat) di beri nilai 1 dan pasien stadium dini (tidak terlambat)

diberi nilai 0.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang

menggunakan model skala sikap. Model skala sikap yang digunakan adalah

skala guttman bertujuan untuk mendapatkan jawaban yang tegas (jelas) dan

(50)

Tabel 1. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

No. Faktor Variabel Definisi Item

pertanyaan Hasil Ukur

1 = Faktor Presdisposisi

= Tempat Tinggal

Daerah tempat tinggal responden

tinggal menetap 1

1 jika perkotaan, 0 jika pedesaan = Sosial

Ekonomi

kemampuan seseorang dalam membayar seluruh biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan pengobatan. 3 1 jika mampu, 0 jika tidak mampu = Pengetahuan

segala sesuatu yang diketahui oleh responden tentang kanker payudara yang meliputi gejala, penyebab, dan pengobatan sebelum terkena penyakit tersebut. 3 1 jika mengetahui, 0 jika tidak mengetahui = Rasa Takut

keadaan psikologis berupa ketidakberanian responden terhadap kanker payudara dan pengobatannya.

2 1 jika takut, 0 jika tidak takut 2 = Faktor Pemungkin = Pengobatan lain

tempat responden mendapatkan pengobatan sebelumnya selain di rumah sakit.

2

1 jika pernah, 0 jika tidak pernah 3

= Faktor Penguat

= Petugas Kesehatan

orang-orang yang berkemampuan dan bekerja dalam bidang kesehatan di rumah sakit/ tempat pebobatan sebelumnya. 3 1 jika mendukung, 0 jika tidak mendukung = Keluarga

orang-orang yang memiliki hubungan darah atau hubungan dalam status pernikahan dengan responden dan juga orang-orang yang memiliki keterikatan secara emosional. 1 1 jika mendukung, 0 jika tidak mendukung

E. Teknik Analisis Data

Analisis data cenderung diartikan sebagai proses perhitungan dalam

penerapan metode statistika, analisis data yang pada dasarnya meliputi upaya

penelusuran dan pengungkapan informasi yang relevan yang terkandung

dalam data dan penyajian hasilnya dalam bentuk yang lebih ringkas dan

sederhana. Adapun langkah-langkah dalam analisis penelitian ini adalah

(51)

a. Uji coba instrumen penelitian

1) Pengujian validitas merujuk ke persamaan (1), dapat dilihat pada

lampiran 1 dengan bantuan Software Microsoft Excel. Dari hasil uji

coba instrumen penelitian yang dilakukan terhadap 10 orang

responden, diperoleh kesimpulan bahwa 17 item alat ukur dinyatakan

valid sebanyak 15 item pertanyaan karena nilai r lebih besar dari 0.3.

Sedangkan yang dinyatakan tidak valid sebanyak 2 item yaitu item

pertanyaan nomor 7 dan pertanyaan nomor 17 dengan nilai r sebesar

-0.1. Dimana item pertanyaan yang tidak valid dihilangkan/dibuang.

Pertanyaan yang sudah valid di uji kembali tanpa 2 item pertanyaan

yang tidak valid, sehingga 15 item pertanyaan tersebut sudah valid.

2) Pengujian reliabilitas merujuk ke persamaan (2), dapat dilihat juga

pada lampiran 1. Pengujian realibilitas dilakukan dengan teknik

pembelahan ganjil-genap. Dimana hasil uji 15 item pertanyaan yang

valid didapatkan nilai r11 sebesar 0.8598. sedangkan nilai r tabel

dengan alpha 0.05 sebesar 0.707 dan alpha 0.01 sebesar 0.839. Dengan

nilai r11 lebih besar dari nilai r tabel dengan alpha 0.01 dan 0.05, ini

berarti 15 item pertanyaan sudah reliabel. Sehingga penelitian dapat

dilanjutkan dengan menggunakan instrumen penelitian yang telah di

(52)

b. Pengujian dengan analisis regresi logistik

Langkah-langkah teknik analisis:

1) Mendeskripsikan data pengamatan;

2) Melakukan penaksiran parameter dengan menggunakan metode

maxsimum likelihood yang merujuk ke persamaan (11);

3) Membentuk model dugaan regresi logistik antara variabel terikat

dengan variabel bebas yang merujuk ke persamaan (5);

4) Melakukan uji signifikansi model regresi logistik dengan

menggunakan uji G yang merujuk ke persamaan (13);

5) Melakukan uji signifikansi parameter untuk setiap model regresi

logistik individu untuk mengetahui variabel-variabel bebas mana yang

berpengaruh dan mereduksi variabel bebas yang tidak berpengaruh

terhadap variabel terikat dengan menggunakan uji W yang merujuk ke

persamaan (12);

6) Mendapatkan model terbaik dengan variabel bebas yang berpengaruh

secara signifikan;

7) Mencari nilai odd ratio model terbaik untuk masing-masing variabel

bebas yang merujuk ke persamaan (15);

8) Menginterpretasikan model terbaik.

Dalam penyelesaian penelitian ini, penghitungan analisis

menggunakan batuan Software SPSS (Statistical Package for Social

(53)

46 A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi data

Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data pasien kanker

payudara rawat inap RSUP. DR. M. Djamil Padang pada bulan Januari

2012-Maret 2012, yang dapat dilihat dari Lampiran 2. Data tersebut dapat

dikelompokkan seperti terlihat dalam tabel berikut:

a. Hasil Diagnosis Pasien Kanker Payudara

Tabel 2. Frekuensi Hasil Diagnosis Pasien Stadium Pasien

(keterlambatan) Frekuensi Persentase

Stadium dini (tidak terlambat) 13 38.2

Stadium lanjut (terlambat) 21 61.8

Total 34 100

Pada Tabel 2 di atas, dapat dilihat bahwa dari jumlah sampel

sebanyak 34 pasien rawat inap, terdapat sebanyak 13 pasien atau 38.2 %

stadium dini yang mana pasien tersebut dikatakan tidak terlambat dalam

melakukan pengobatan karena pasien tersebut masih bisa disembuhkan.

Sedangkan 21 pasien atau 61.8% yang menderita stadium lanjut yang

mana pasien tersebut terlambat untuk melakukan pengobatan karena pada

stadium ini sulit untuk diobati sehingga peluang hidup dan mati untuk

Gambar

Tabel 1. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Tabel 2. Frekuensi Hasil Diagnosis Pasien   Stadium Pasien
Tabel 3. Frekuensi Umur Pasien  Umur   Frekuensi  Persentase
Tabel 4. Frekuensi Pendidikan Pasien  Pendidikan  Frekuensi  Persentase  Tidak tamat SD  1  2.9
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hindi niyang makayang isipin na aalis siya ng mga ilang araw, iiwan ang dalawang munting bata sa bahay na walang mag-aalaga sa kanila. Ibinaba ni Ah Yue ang nakababatang kapatid at

Pengungkapan Keberlanjutan GRI. Ini akan membantu memetakan pelaporan GRI di seluruh dunia dan juga memberikan visibilitas pada laporan Anda. Hal ini dapat dilakukan melalui

Menimbang : bahwa sehubungan dengan adanya penyesuaian terhadap beberapa aturan pelaksanaan Penerbitan Dokumen Kependudukan dengan diberlakukannya Kartu Tanda Penduduk

Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, konsentrasi yang akan digunakan dalam uji aktivitas antijamur dari ekstrak etanol daun alamanda terhadap Candida albicans dan

Landasan Teori dan Program proyek akhir arsitektur ini yang berjudul.. “Galeri Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di

Pendidikan dan pengajaran merupakan salah satu aspek yang banyak bersinggungan dengan teknologi.Namun hal ini bertolak belakang dengan kenyataan yang ada, dimana

Inti dari digunakannya genre fotografi Still life agar miniatur figur (objek) terlihat menarik dan didukung dengan teknis komposisi, pencahayaan, serta angle dalam

telah disintesis selanjutnya dianalisis menggunakan dua karakteriasi yaitu pengukuran difraksi sinar-X untuk mengetahui struktur dan kristanilitas senyawa