TESIS
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN PANJAITAN
037017026/Akt
S
E K O L A H
P A
S C
A S A R JA
NA
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Muhammad Ikhsan Panjaitan : Pengaruh Karakteristik Spesifik Perusahaan Terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Perusahaan Real Estate Dan Properti Di Bursa Efek Indonesia, 2009
PENGARUH KARAKTERISTIK SPESIFIK PERUSAHAAN
TERHADAP TINGKAT PENGUNGKAPAN LAPORAN
KEUANGAN PERUSAHAAN REAL ESTATE DAN
PROPERTI DI BURSA EFEK INDONESIA
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN PANJAITAN
037017026/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : PENGARUH KARAKTERISTIK SPESIFIK PERUSAHAAN TERHADAP TINGKAT PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN REAL ESTATE DAN PROPERTI DI BURSA EFEK INDONESIA
Nama Mahasiswa : Muhammad Ikhsan Panjaitan Nomor Pokok : 037017026
Program Studi : Akuntansi
Menyetujui, Komisi Pembimbing
(Dra. Erlina, M.Si., Ph.D., Ak) (Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si., Ak)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi Direktur,
Tanggal lulus : 12 Pebruari 2009 Telah diuji pada
Tanggal: 12 Pebruari 2009
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dra. Erlina, M.Si., Ph.D., Ak
Anggota : 1. Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si., Ak
2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA,Ak 3. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, MSi., Ak
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :
“Pengaruh Karakteristik Spesifik Perusahaan Terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Perusahaan Real Estate dan Properti di Bursa Efek Indonesia”
adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya.
Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.
Medan, Pebruari 2009 Yang membuat pernyataan,
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur tingkat pengungkapan laporan keuangan perusahaan real estate dan properti publik di Bursa Efek Indonesia serta untuk menguji sejauhmana pengaruh karakteristik spesifik perusahaan terhadap tingkat pengungkapan sukarela.
Penelitian ini menguji 20 item pengungkapan sukarela untuk mengukur tingkat pengungkapan dalam laporan keuangan 18 perusahaan real estate dan properti publik tahun 2005 dan 2006. Pengumpulan data menggunakan metode sampel purposif dengan model data pooling. Jumlah sampel sebanyak 36 tahun perusahaan dianalisis menggunakan model regresi linier berganda. Variabel independen yang diuji dalam hubungannya dengan tingkat pengungkapan sukarela dalam laporan keuangan antara lain: ukuran perusahaan, rasio hutang, penyebaran kepemilikan, umur perusahaan, marjin laba, return on equity, likuiditas dan ukuran kantor akuntan publik.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ukuran perusahaan dan ROE secara signifikan dan positif berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan. Sementara itu variabel lainnya memperlihatkan hasil yang tidak signifikan dalam menjelaskan variasi dari pengungkapan sukarela.
ABSTRACT
The objective of the study was to assess the level of disclosure in the annual reports of real estate and property public companies in Indonesian Stock Exchange and to investigate the impact of several firm characteristics on the level of voluntary disclosure.
This study evaluated 20 voluntary items to assess level of disclosure of 18 real estate and property public companies in 2005 and 2006 annual report. The Data was collected using purposive sampling method by data pooling model. The amount of the sample was 36 firm years were analyzed using multiple linear regression model. There are 8 independent variables were tested in connection with level of voluntary disclosure in annual report, i.e.: firm size, debt ratio, ownership dispersion, age of firm, profit margin, return on equity, liquidity ratio and public accountant firm size.
The results of this study showed that firm size and ROE significantly positively associated with level of disclosure. The remaining variables, however, showed insignificant results in explaining the variation of voluntary disclosure.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat
dan karuniaNya tesis dengan judul “Pengaruh Karakteristik Spesifik Perusahaan
Terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Perusahaan Real Estate Dan Properti Di Bursa Efek Indonesia” ini dapat diselesaikan. Tak lupa pula
shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Muhammad Rasulullah SAW yang
telah membawa risalah pencerahan kepada segenap ummat manusia sehingga
manusia memiliki akal dan akhlak serta budi pekerja yang mulia.
Dalam penulisan tesis ini, banyak pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung telah memberikan sumbangan waktu, pikiran maupun tenaganya yang
menurut Penulis sangat berharga. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya antara lain kepada :
1. Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K)., selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
3. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak., selaku Ketua Program Magister
Ilmu Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
4. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si., selaku Sekretaris Program Magister Ilmu
5. Dra. Erlina, M.Si., Ph.D., Ak dan Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si., Ak selaku
dosen pembimbing utama dan pembimbing yang telah mengarahkan dan
membimbing penulis dalam menyusun tesis ini.
6. Seluruh dosen dan staf pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
7. Rekan-rekan mahasiswa Magister Ilmu Akuntansi angkatan kelima pada Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
8. Rekan-rekan kerja di Direktorat Keuangan PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I
serta Pengurus Serikat Pekerja Pelabuhan I.
9. Terakhir, tak lupa kepada Sri Ratna Dewi, isteri penulis atas dorongan dan
kesabaran kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini, dan kepada kedua anak
penulis; Farhan Naufal dan Zaki Fanani, atas waktu yang tidak selalu bisa
bersama-sama menemani mereka bermain.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, untuk itu masih
diharapkan masukan dan perhatian bagi pembaca untuk memberikan saran yang
konstruktif untuk perbaikan, Namun demikian, kiranya tesis ini dapat bermanfaat
bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu akuntansi serta penelitian
dalam bidang akuntansi.
Medan, Pebruari 2009 Penulis
RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Muhammad Ikhsan Panjaitan
2. Tempat, Tanggal Lahir : Tanjung Balai, 5 Mei 1970
3. Pekerjaan : Pegawai BUMN
4. Agama : Islam
5. Alamat : Jl Eka Suka Gg. Eka Suka IV/19
Kel. Gedung Johor Kec. Medan Johor, Medan
6. Pendidikan
a. SD Inpres No. 013857 : Kisaran, lulus tahun 1984
b. Madr. Tsanawiyah MPI : T. Balai, lulus tahun 1987
c. SMA Kesatria : Medan, lulus tahun 1990
d. D3 Amik Kesatria : Medan, lulus tahun 1994
d. S1 Universitas Sumatera Utara : Medan, lulus tahun 1998
7. Pengalaman Kerja
a. tahun 1997-1998 : Staf Auditor pada Kantor Akuntan Rasin,
Ichwan & Co., Medan
b. 1998 – sekarang : Karyawan PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I,
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ……… viii
DAFTAR GAMBAR ……….. ix
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN PEMGEMBANGAN HIPOTESIS... 9
2.1. Tinjauan Teori ……….. 9
2.1.1. Perspektif Keagenan dan Pengungkapan Akuntansi ….. 9
2.1.2. Pengungkapan Akuntansi dan Karakteristik Perusahaan ... 11
2.1.3. Pengukuran Indeks Pengungkapan Akuntansi ………... 16
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu ………. 20
BAB III. KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ………... 25
3.1. Kerangka Konseptual ………... 25
4.3.1. Klasifikasi Variabel ……… 29
4.3.2. Definisi Operasional Variabel ……… 29
4.4. Lokasi Penelitian ……….. 35
4.6. Model dan Teknik Analisis Data ... 35
4.6.1. Model Penelitian ... 35
4.6.2. Teknik Analisis Data ……….. 36
4.6.2.1. Uji asumsi klasik ………... 36
4.6.2.2. Uji Hipotesis ………. 39
BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………... 42
5.1. Hasil Penelitian ……… 42
5.1.1. Karakteristik responden ... 42
5.1.2. Statistik deskriptif ... 43
5.1.3. Uji Asumsi Klasik ... 47
5.1.4. Pengujian Hipotesis ... 51
5.2. Pembahasan ... 55
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ………. 60
6.1. Kesimpulan ……….. 60
6.2. Keterbatasan ………. 61
6.3. Saran ... 62
DAFTAR PUSTAKA ……….. 63
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1. Ikhtisar Beberapa Penelitian Mengenai Pengungkapan ………….. 21
4.1. Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional ... 33
5.1. Daftar Sampel Perusahaan Dan Jumlah Observasi …………... 42
5.2. Item Informasi Yang Paling Banyak Diungkapkan Berdasarkan Sampel ... 44
5.3. Perusahaan Dengan Pengungkapan Sukarela Terbanyak ... 45
5.4. Perusahaan Dengan Pengungkapan Sukarela Terendah ... 45
5.5. Statistik Deskriptif Variabel Dependen Dan Independen ... 47
5.6. Hasil Uji Normalitas Menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov ... 48
5.7. Matrik Korelasi Variabel Penelitian dan VIF ... 49
5.8. Hasil Regresi Uji Heteroskedastisitas ... 50
5.9. Hasil regresi model dengan Ordinary Least Square (OLS) ... 51
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1 Daftar 20 Item Pengungkapan Sukarela ……….. 66
2 Statistik Deskriptif Variabel Dependen ………... 67
3a Tabulasi item pengungkapan perusahaan ……… 68
3b Tabulasi Karakteristik Perusahaan ……….. 69
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dalam masyarakat yang semakin maju dan berkembang, tuntutan transparansi
dan demokratisasi dalam berbagai aspek kehidupan semakin kuat, tidak terkecuali
aspek bisnis dan ekonomi yang menjadi gantungan harapan sebagian besar
masyarakat. Keterbukaan informasi dalam dunia bisnis terutama bisnis korporasi
tercermin dari pengungkapan informasi melalui laporan keuangan yang
dipublikasikan kepada masyarakat. Tujuan utama pengungkapan laporan keuangan
adalah untuk memberikan informasi kepada para analis dan investor mengenai
jumlah, saat dan ketidakpastian laba masa depan (arus kas). Pengungkapan laporan
keuangan akan membantu para analis dalam membuat prediksi mengenai laba masa
depan. Disamping itu, pengungkapan laporan keuangan (disclosure of financial
statement) merupakan sarana pertanggungjawaban kepada publik.
Ada dua jenis pengungkapan dalam hubungannya dengan persyaratan yang
ditetapkan oleh standar. Yang pertama adalah pengungkapan wajib (mandatory
disclosure), yaitu ukuran pengungkapan minimum yang diharuskan oleh standar
akuntansi yang berlaku. Kedua adalah pengungkapan sukarela (voluntary disclosure),
yaitu pengungkapan butir-butir yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa
Kenyataannya, praktik pengungkapan laporan keuangan antara satu
perusahaan dengan perusahaan lain selalu berbeda, baik di negara maju maupun
negara berkembang seperti Indonesia. Perbedaan praktik pengungkapan tersebut
diantaranya disebabkan oleh adanya perbedaan filosofi serta luasnya kekuasaan yang
dimiliki para manajer untuk membuat kebijakan sehubungan pengungkapan informasi
kepada publik. Penyebab lain adalah adanya ukuran pengungkapan minimum yang
diharuskan (mandatory disclosure) oleh standar akuntansi yang berlaku serta aturan
yang dikeluarkan oleh regulator pasar modal sehingga pengungkapan yang bersifat
sukarela hanya bersifat opsional. Khusus Indonesia, usia pasar modal Indonesia yang
masih muda masih perlu penyempurnaan dari sisi aturan agar dapat sejajar dengan
pasar modal di negara-negara maju seperti Amerika, Jepang, Eropa dan Australia.
Para investor maupun analis pasar modal menilai bahwa salah satu ukuran
kredibilitas perusahaan ditandai dengan kecukupan informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan perusahaan. Kekeliruan dalam membuat keputusan investasi dan
rendahnya akurasi ekspektasi pasar menandakan adanya kesenjangan informasi antara
penyusun laporan dengan pengguna laporan. Oleh sebab itu, para manajer
beranggapan bahwa pengungkapan informasi sukarela secara lebih luas adalah salah
satu cara untuk menjaga dan meningkatkan kredibilitas perusahaan. Pengungkapan
sukarela dinilai dapat membantu investor dalam memahami strategi bisnis
manajemen. Disamping itu, dengan mengungkapkan informasi sukarela secara lebih
luas perusahaan dapat menarik perhatian lebih banyak analis, meningkatkan akurasi
penelitian seperti yang dilakukan oleh Lang dan Lundholm (1996) mencatat bahwa
praktek pengungkapan yang lebih baik akan membantu memperbaiki ketepatan
ramalan para analis mengenai laba pada tahun berikutnya. Disamping itu, teori
ekonomi berpandangan bahwa perusahaan kemungkinan juga akan memperoleh
manfaat dari penyediaan informasi tambahan (pengungkapan sukarela) kepada para
investor dan analis (Verrecchia, 1983).
Dalam konteks pengungkapan akuntansi, informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan perusahaan tidak terbatas hanya yang bersifat keuangan, akan
tetapi juga meliputi informasi non keuangan. Penelitian tentang pengungkapan
laporan keuangan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya merupakan hal yang
penting untuk dilakukan karena akan memberikan gambaran tentang sifat perbedaan
tingkat pengungkapan antar perusahaan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Pengetahuan tentang hubungan antara karakteristik spesifik perusahaan dan tingkat
pengungkapan laporan keuangan akan berguna dalam analisis laporan keuangan,
yaitu memberikan gambaran tentang tipe dan jumlah informasi yang disediakan
perusahaan dengan karakteristik tertentu. (Marwata, 2001).
Kualitas pengungkapan laporan keuangan sangat berpengaruh terhadap
kualitas keputusan investasi yang dibuat oleh investor (Singhvi dan Desai, 1971).
Tingkat pengungkapan laporan keuangan adalah salah satu bentuk kualitas
pengungkapan. Banyak penelitian yang menggunakan disclosure index methodology
mengemukakan bahwa kualitas pengungkapan dapat diukur dan digunakan untuk
Karakteristik perusahaan merujuk kepada faktor-faktor spesifik yang melekat
pada perusahaan ataupun lingkungan di mana kegiatan perusahaan berlangsung.
Dalam beberapa penelitian mengenai pengungkapan yang pernah dilakukan, tingkat
pengungkapan laporan keuangan sering kali dihubungkan dengan karakteristik
perusahaan seperti harga saham (Copeland dan Fredericks, 1968), umur perusahaan
(Alsaeed, 2006), ukuran perusahaan (Copeland dan Fredericks, 1968; Singhvi dan
Desai, 1971; dan Buzby, 1974), status listing (Singhvi dan Desai, 1971); Profitabilitas
dan ukuran kantor akuntan publik (Sighvi dan Desai, 1971), jenis industri (Stanga,
1976; Cooke, 1989), likuiditas (Wallace dan Naser; 1995), tingkat leverage (Chow
dan Wong-Boren, 1987), dan jumlah penyebaran kepemilikan saham (Raffournier,
1995; Wallace dan Naser; 1995). Studi yang dilakukan Barret (1976) mencoba
meneliti praktik pengungkapan akuntansi dalam annual report
perusahaan-perusahaan besar yang terdapat di tujuh negara maju, diantaranya Amerika, Jepang,
Inggris, Francis, Jerman, Belanda dan Swedia. Barret melaporkan adanya pengaruh
antara tingkat pengungkapan laporan keuangan dengan efisiensi pasar modal negara
yang diteliti. Studi Malone et.al.(1993) menguji tingkat pengungkapan laporan
keuangan dalam annual report pada industri tertentu, yaitu industri minyak dan gas.
Hasil studi Malone memperlihatkan pengaruh signifikan status listing, rasio hutang
(leverage) dan jumlah pemegang saham terhadap tingkat pengungkapan laporan
keuangan.
Bisnis real estate dan properti adalah bisnis yang dikenal memiliki
Ada beberapa fenomena yang muncul akhir-akhir ini pada bisnis real estate dan
properti di lingkungan global maupun regional yang menarik untuk diamati, antara
lain: (1) Terjadinya krisis kredit perumahan di Amerika Serikat yang bermula pada
pertengahan tahun 2006 tercatat menyumbang krisis global paling besar. Dana
Moneter Internasional (IMF) melansir kerugian global akibat krisis kredit perumahan
berisiko tinggi AS (subprime mortgage) mencapai sekitar 945 miliar dolar AS. (2)
Tingginya tingkat pertumbuhan industri real estate dan properti di Indonesia pasca
krisis moneter. Pada tahun 2003, industri real estate dan properti mengalami
pertumbuhan mencapai angka 78%, lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya.
Peningkatan ini terutama digerakkan oleh banyaknya pembangunan pusat-pusat
perdagangan (trade center), hunian mewah (residensial dan apartemen) serta
gedung-gedung perkantoran. (3) Industri real estate dan properti dikenal sebagai
bisnis yang memiliki siklus yang cepat berubah (volatile), persisten dan kompleks.
(4) Masih rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga saat ini
(3,5%-4%), sementara penggerak perekonomian masih terletak pada sektor konsumsi yang
bersifat unsustainable sehingga menimbulkan suatu kegamangan dan kekawatiran
pelaku pasar dan pengusaha bisnis real estate dan properti. Kekhawatiran yang
muncul adalah kemungkinan terjadinya property bubble yang berlanjut pada
pecahnya property bubble yang ditandai dengan boomingnya harga di sektor real
estate dan properti (Partisimon, 2008). Gambaran fenomena di atas tentunya dapat
mempengaruhi perusahaan dalam mengungkapkan informasi sukarela dalam annual
Berkaitan dengan beberapa fenomena maupun temuan empiris di atas, peneliti
tertarik untuk melakukan investigasi pengaruh karakteristik spesifik perusahaan
terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan (pengungkapan sukarela) pada
perusahaan real estate dan properti publik di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hal yang
mendasari pentingnya penelitian ini adalah bahwa pengungkapan sukarela —
disamping pengungkapan yang diwajibkan— telah memperoleh perhatian yang cukup
besar dalam studi akuntansi dewasa ini. Kurang memadainya informasi yang
diwajibkan menyebabkan perlunya tambahan informasi tertentu melalui
pengungkapan sukarela yang diperlukan investor untuk dapat mengambil keputusan
yang tepat. Oleh sebab itu penelitian ini berusaha menguji sejauh mana kualitas
pengungkapan sukarela yang dilaporkan oleh perusahaan publik yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia, khususnya melalui laporan tahunan yang menjadi media utama
perusahaan untuk menyampaikan informasi kepada investor.
Penelitian ini merupakan replikasi penelitian yang dilakukan Alsaeed (2006)
dengan judul The association between firm-specific characteristics and disclosure :
The case of Saudi Arabia. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
adalah :
1. Periode penelitian sebelumnya adalah tahun 2003, sedangkan periode penelitian
yang dilakukan adalah tahun 2005 dan 2006.
2. Perusahaan yang diteliti sebelumnya adalah perusahaan yang terdaftar di bursa
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:
Apakah karakteristik spesifik perusahaan yang diproksikan dengan ukuran
perusahaan, rasio hutang, penyebaran kepemilikan, umur perusahaan, marjin laba,
return on equity, likuiditas dan ukuran kantor akuntan publik berpengaruh terhadap
tingkat pengungkapan laporan keuangan perusahaan real estate dan properti publik di
Bursa Efek Indonesia?
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh karakteristik spesifik
perusahaan yang diproksikan dengan ukuran perusahaan, rasio hutang,
penyebaran kepemilikan, umur perusahaan, marjin laba, return on equity,
likuiditas dan ukuran kantor akuntan publik terhadap tingkat pengungkapan
laporan keuangan perusahaan real estate dan properti publik di Bursa Efek
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang sejauhmana
karakteristik spesifik perusahaan yang diproksikan melalui
variabel-variabel ukuran perusahaan, rasio hutang, penyebaran kepemilikan, umur
perusahaan, marjin laba, return on equity, likuiditas dan ukuran kantor
akuntan publik berpengaruh terhadap pelaporan keuangan perusahaan,
dalam hal ini studi empiris terhadap perusahaan real estate dan properti
publik di Bursa Efek Indonesia (BEI).
2. Dapat memberikan sumbangan dalam perkembangan literatur berkaitan
dengan faktor-faktor yang menentukan tingkat pengungkapan laporan
keuangan perusahaan.
3. Dapat menjadi masukan bagi manajemen dalam rangka penyusunan annual
report.
4. Dapat menjadi masukan kepada regulator pasar modal (BAPEPAM)
tentang pengaturan mengenai hal-hal yang perlu penyajian dalam annual
report.
5. Dapat menjadi masukan kepada profesi akuntan publik mengenai aspek
yang perlu diperhatikan dalam jasa audit maupun jasa di luar audit.
6. Dapat menjadi masukan kepada pelaku pasar modal dalam rangka
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1. Tinjauan Teori
2.1.1. Perspektif Keagenan dan Pengungkapan Akuntansi
Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai
suatu kontrak antara satu atau lebih individu (principal) yang memberi tugas kepada
individu yang lain (agent) untuk melaksanakan pekerjaan yang menjadi kepentingan
pihak pemberi tugas (principal) dengan disertai pemberian wewenang kekuasaan
kepada penerima tugas untuk mengambil keputusan. Adanya pemisahan antara fungsi
kepemilikan (ownership) dan fungsi pengendalian (control) dalam hubungan
keagenan sering menimbulkan masalah-masalah keagenan (agency problems).
Masalah-masalah keagenan tersebut timbul karena adanya konflik atau perbedaan
kepentingan antara principal (pemilik perusahaan atau pihak yang memberikan
mandat) dan agent (manajer perusahaan atau pihak yang menerima mandat).
Isu penting sehubungan dengan masalah keagenan adalah adanya
ketidaksimetrisan informasi (information-asymmetry) antara manajer dan pemegang
saham. Dalam hubungan keagenan tersebut, para manajer menjadi pihak yang
diuntungkan karena menguasai informasi, sementara para pemegang saham
berhadapan dengan persoalan dilematis disebabkan kurangnya informasi untuk
menilai dan menentukan secara akurat apakah suatu keputusan yang telah diambil
oleh para manajer adalah tepat. Dengan demikian para manajer mengambil
keuntungan dari kurangnya pengamatan atas tindakan yang mereka lakukan di dalam
perusahaan yang dimanfaatkan untuk mengejar tujuan pribadi. Untuk mengurangi
permasalahan keagenan ini, maka pembuatan kontrak resmi menjadi perlu dilakukan.
Teori keagenan (agency theory) berusaha menjelaskan tentang penentuan kontrak
yang paling efisien yang bisa membatasi konflik atau masalah keagenan (Jensen dan
Meckling, 1976 dan Eisenhardt, 1989).
Dalam penelitian ini, pengungkapan sukarela (voluntary disclosure)
diharapkan bisa menjadi peluang yang sangat baik untuk menerapkan teori keagenan,
para manajer yang memiliki akses yang lebih baik terhadap informasi penting
perusahaan dapat melakukan komunikasi yang andal dan terpercaya kepada pasar
untuk memperbaiki dan meningkatkan nilai perusahaan. Pengungkapan informasi
tersebut mencakup peluang investasi dan kebijakan keuangan yang ditempuh oleh
perusahaan. Sebaliknya, manajer yang mengejar keuntungan pribadi semata gagal
membuat pengungkapan yang lazim ataupun sama sekali tidak bersedia
mengungkapkan informasi yang penting kepada pasar. Praktek-praktek seperti itu
akan merugikan kepentingan pemegang saham dan berakibat pula pada tingginya
biaya modal (cost of capital) serta menurunnya nilai investasi pemegang saham.
Penelitian Lundholm dan Myers (2002) membuktikan bahwa tingkat pengungkapan
yang semakin baik akan dapat mengurangi ketidaksimetrisan informasi dan
memberikan kesempatan kepada investor untuk membuat prediksi laba masa depan
dengan lebih baik. Sejalan dengan hal tersebut, Botosan (1997) beranggapan bahwa
informasi dan pada akhirnya akan mengurangi biaya modal perusahaan (cost of
capital).
Ada beberapa cara berbeda yang digunakan oleh perusahaan untuk
mengungkapkan informasi, diantaranya melalui laporan keuangan tahunan (annual
report) yang menjadi sumber informasi resmi perusahaan yang terpenting.
Pengungkapan informasi dalam annual report dapat dibagi dalam dua kategori yaitu
pengungkapan yang bersifat wajib dan pengungkapan yang bersifat sukarela.
Pengungkapan wajib adalah pengungkapan informasi dalam rangka memenuhi
persyaratan yang ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan, standar profesional
dan regulasi yang telah diatur bagi perusahaan yang telah mencatatkan diri di pasar
modal. Pengungkapan sukarela adalah informasi tambahan disamping informasi yang
dipersyaratkan oleh pengungkapan yang bersifat wajib. Persoalan yang muncul
selanjutnya adalah bagaimana mengukur kualitas pengungkapan informasi yang
disajikan sementara pengungkapan adalah konsep teoretis yang sulit untuk diukur
secara langsung (Marston dan Shrives, 1991).
2.1.2. Pengungkapan Akuntansi dan Karakteristik Perusahaan
Beberapa penelitian telah menguji secara empiris hubungan antara
pengungkapan akuntansi dengan faktor-faktor lain yang secara efektif dipercaya
dapat menjelaskan kualitas pengungkapan dengan menggunakan pendekatan metode,
variabel dan asumsi yang berbeda-beda. Penelitian yang dilakukan Cerf (Susanto,
luasnya pengungkapan. Setelah mengukur nilai indeks pengungkapan, Cerf kemudian
menghubungkan hasil nilai indeks terhadap 3 karakteristik perusahaan yaitu :
ukuran asset, jumlah pemegang saham dan status listing. Dengan menggunakan
analisis rata-rata kelas, Cerf menemukan bahwa ketiga karakteristik perusahaan
tersebut secara positif berhubungan dengan nilai indeks. Satu kelemahan utama studi
tersebut adalah bahwa tingkat signifikansi hubungan tidak diuji secara statistik
(Buzby, 1975). Analisis dengan menggunakan rata-rata kelas diterapkan dalam studi
tersebut dengan menghindari pengujian statistik disebabkan masing-masing kelas
tidak memiliki jumlah pengamatan yang sama dan rata-rata kelas dipengaruhi
nilai-nilai ekstrim (Singhvi dan Desai, 1971).
Copeland dan Fredericks (1968) mengembangkan suatu model pengukuran
mengenai luasnya pengungkapan dan mengaitkannya dengan tingkat materialitas.
Sampel sejumlah 200 perusahaan pada NYSE dipilih dalam penelitian tersebut.
Sejumlah kriteria untuk mengukur kecukupan pengungkapan dikembangkan
berdasarkan pada annual report perusahaan yang dimasukkan sebagai sampel. Setiap
annual report dipelajari secara detail untuk menentukan apakah kriteria
pengungkapan telah terpenuhi. Pengujian dengan Korelasi Spearman digunakan
untuk melihat hubungan antara tingkat materialitas dan pengungkapan. Hasil
koefisien korelasi antara rangking pengungkapan dengan tingkat materialitas
cenderung mendukung hipotesis bahwa terdapat hubungan positif antara materialitas
Singhvi dan Desai (1971) menerapkan uji Chi_Square dan analisis regressi
berganda stepwise untuk menguji karakteristik perusahaan yang berhubungan dengan
kualitas pengungkapan. Sejumlah sampel yang terdiri dari 100 perusahaan yang
listing dan 55 perusahaan yang tidak listing untuk tahun fiskal yang berakhir 1 April
1965 dan 31 Maret 1966 digunakan dalam penelitian tersebut. Annual report
perusahaan yang listing dipilih secara acak dari 500 perusahaan industri terbesar di
Amerika tahun 1965 versi majalah Fortune. Annual report perusahaan yang tidak
listing dipilih dengan prosedur sampling sistematis terhadap 800 perusahaan yang
laporannya diterbitkan di harian New York Times. Indeks pengungkapan
dikembangkan berdasarkan 34 item informasi yang dianggap relevan dengan proses
pengambilan keputusan.
Hasil analisis Chi-Square memperlihatkan hubungan yang signifikan antara 4
variabel independen dengan kualitas pengungkapan. Keempat variabel tersebut
adalah ukuran asset, jumlah pemegang saham, tingkat pengembalian (rate of return)
dan margin laba (earnings margin). Dengan menerapkan analisis regressi berganda
dan memasukkan status listing dan ukuran kantor akuntan publik sebagai variabel
independen diperoleh koefisien determinasi sebesar 0.43442 yang menunjukkan
keenam variabel adalah signifikan dimana status listing adalah karakteristik paling
penting untuk menjelaskan variabilitas dalam kualitas pengungkapan.
Studi yang dilakukan oleh Chow dan Wong-Boren (1987) menguji praktik
pengungkapan sukarela perusahaan di Mexico dengan menghubungkan antara
asset. Dengan menggunakan model pengujian regressi cross-sectional diperoleh
bukti bahwa luasnya pengungkapan secara signifikan berhubungan dengan ukuran
perusahaan namun tidak berhubungan secara signifikan dengan rasio utang maupun
proporsi asset.
Studi Raffournier (1995) menguji hubungan antara luasnya pengungkapan
terhadap faktor-faktor yang memperlihatkan adanya biaya keagenan dan biaya
politik. Dalam studi ini, indeks pengungkapan diukur menggunakan pedoman pasar
modal Uni Eropa (EU: European Union) nomor 4 dan 7 dengan sampel sebanyak
161 annual report perusahaan tahun 1991 yang tercatat di Swiss Stock Exchange.
Adapun variabel independen yang digunakan antara lain: ukuran perusahaan,
profitabilitas, ukuran kantor akuntan publik, penyebaran kepemilikan, rasio hutang, proporsi asset, jenis industri dan afiliasi internasional. Pengujian dengan
menggunakan analisis univariate dan analisis regressi diperoleh kesimpulan bahwa
ukuran dan afiliasi internasional kantor akuntan memiliki peran penting dalam
kebijakan pengungkapan perusahaan sementara itu perusahaan yang besar dan
berafiliasi kepemilikan internasional cenderung mengungkapkan informasi lebih
banyak dari perusahaan kecil domestik.
Cooke (1992) dalam penelitiannya mencoba menguji 3 karakteristik
perusahaan yaitu : ukuran perusahaan, status listing dan jenis industri yang
diduga dapat menjelaskan variasi dalam pengungkapan-pengungkapan perusahaan.
Dengan menggunakan prosedur penarikan sampel acak sederhana dan Japan
sampel. Model regressi linier berganda digunakan dalam analisis data. Hasil analisis
tersebut memperlihatkan adanya hubungan positif antara ukuran perusahaan dan
status listing dengan kecukupan pengungkapan yang diukur dengan skor
pengungkapan relatif.
Meek et al. (1995) menguji faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan
sukarela perusahaan multinasional di Amerika, Inggris dan wilayah Kontinental
Eropa. Studi ini menghasilkan satu kesimpulan bahwa ukuran perusahaan,
wilayah/negara, status listing dan jenis industri adalah faktor-faktor yang
terpenting yang dapat menjelaskan pengungkapan sukarela.
Penelitian Bradbury (1992) memfokuskan pada pengungkapan sukarela data
segmen yang mencari hubungan antara luasnya pengungkapan data segmen usaha
yang dikuantifisir dengan karakteristik perusahaan. Studi Bradbury menemukan
bahwa perluasan pengungkapan segmen secara signifikan berhubungan dengan
ukuran perusahaan dan rasio hutang (leverage) tetapi tidak berhubungan dengan
proporsi asset maupun informasi laba yang berubah-ubah.
Studi Alsaeed (2006) menguji hubungan antara sejumlah karakteristik
perusahaan dengan 20 item pengungkapan sukarela dalam annual report 40
perusahaan go publik di Saudi Arabia tahun 2003. Karakteristik perusahaan yang
diuji adalah ukuran perusahaan, rasio hutang, penyebaran kepemilikan, umur
perusahaan, marjin laba, ROE, likuiditas, jenis industri dan ukuran kantor akuntan
variabel ukuran perusahaan secara signifikan berhubungan dengan luasnya
pengungkapan sementara variabel lainnya tidak berhubungan secara signifikan.
Berdasarkan uraian di atas, karakteristik perusahaan yang mempengaruhi
pengungkapan informasi sukarela dapat bervariasi diantara perusahaan. Ukuran
sejauh mana pentingnya masing-masing item informasi yang diungkapkan umumnya
diperoleh melalui interview ataupun questionnaire. Beberapa peneliti menerapkan
metode pembobotan (weighted) kepada setiap item informasi sesuai dengan survey
yang dilakukan terhadap para analis keuangan. Akan tetapi sebagian yang lain tidak
menerapkan pembobotan terhadap masing-masing item informasi.
2.1.3. Pengukuran Indeks Pengungkapan Akuntansi
Sejak kurun 1960, studi mengenai pengungkapan akuntansi mulai mengalami
peningkatan yang signifikan. Secara umum, terdapat 2 (dua) pendekatan berbeda
yang digunakan dalam penelitian-penelitian yang berkaitan dengan pengungkapan
akuntansi. Pendekatan pertama didasarkan pada pengiriman formulir questionnaire
kepada sejumlah pengguna laporan keuangan untuk membuat peringkat terhadap
item-item akuntansi tertentu dalam hubungannya dengan kebutuhan mereka terhadap
proses pengambilan keputusan (buzby, 1974; Firth, 1978; Chandra, 1974).
Pendekatan kedua didasarkan pada hubungan antara indeks pengungkapan yang
diwajibkan, sukarela ataupun pengungkapan akuntansi secara total dengan
Ada 2 (dua) metode yang digunakan untuk mengukur indeks pengungkapan,
metode yang pertama menggunakan indeks yang tidak diboboti (unweighted index)
atau menggunakan dichotomous score. Dalam metode ini perhitungan indeks
pengungkapan dilakukan dengan memberikan nilai 1 untuk item yang diungkapkan
sedangkan nilai 0 diberikan untuk item yang tidak diungkapkan sesuai dengan daftar
item pengungkapan yang dibuat oleh peneliti. Metode yang kedua menggunakan
skema atau indeks yang diboboti (weighted scheme/index). Penerapan metode indeks
yang diboboti didasarkan pada penilaian subjektif para analis dan pengguna laporan
keuangan yang disurvey atas item-item tertentu annual report yang diurutkan
menurut urutan prioritasnya. Penelitian yang dilakukan Chow dan Wong–Boren
(1987) menghasilkan suatu kesimpulan yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan
yang signifikan antara penggunaan metode indeks yang diboboti (weighted index)
maupun metode yang) tidak diboboti (unweighted index).
Sebahagian besar studi mengenai pengungkapan menggunakan pendekatan
yang dirancang oleh Alan Cerf (Susanto, 1993). Studi yang dilakukan Cerf adalah
penelitian yang pertama sekali dilakukan dalam mengukur tingkat pengungkapan
dalam annual report. studi yang dilakukan Cerf telah mendorong para peneliti yang
lain untuk lebih menyempurnakan pendekatan yang sudah dibuat pada waktu, situasi
dan tempat/negara yang berbeda. Cerf telah mengembangkan model indeks
pengungkapan dengan memanfaatkan informasi yang disajikan dalam annual report
perusahaan, telaahan literatur mengenai bagaimana keputusan seharusnya dibuat,
modal. Dalam studi Cerf tersebut pembobotan (weight) terhadap item-item
pengungkapan dibuat berdasarkan urutan prioritas sesuai hasil interview dengan para
analis pasar modal. Dari hasil pembobotan tersebut diperoleh 31 item indeks
pengungkapan yang selanjutnya diterapkan pada sampel annual report. .
Singhvi dan Desai (1971) menguji kualitas informasi yang diungkapkan
dalam annual report menggunakan 34 item indeks pengungkapan. Diantara 31 item
indeks pengungkapan yang digunakan oleh Cerf, 28 diantaranya sama dengan yang
digunakan dalam penelitian Singhvi dan Desai (Susanto, 1993). Interview dengan
beberapa pakar dilakukan untuk mendiskusikan kelayakan item-item yang digunakan
sebagai indeks pengungkapan. Selanjutnya indeks pengungkapan tersebut dijadikan
sebagai model yang kira-kira mendekati ukuran kecukupan pengungkapan
perusahaan. Dengan menggunakan indeks pengungkapan tersebut, tingkat
pengungkapan dalam annual report selanjutnya dikuantifisir.
Buzby (1974, 1975) mengembangkan model Cerf yang diteliti oleh Singhvi
dan Desai. 39 item informasi keuangan dan non keuangan yang muncul dalam annual
report dijadikan sebagai konstruk penelitian. Survey melalui questionnnaire dikirim
kepada para analis keuangan untuk menentukan urutan prioritas masing-masing item
informasi yang menjadi konstruk tersebut. Buzby menerapkan pendekatan dichotomy
yang telah dimodifikasi berdasarkan item yang sesuai dengan perusahaan. Jawaban
dari survey digunakan untuk mengembangkan secara detail kriteria pengungkapan
selanjutnya diterapkan terhadap 88 sampel annual report perusahaan kecil dan
menengah.
Survey melalui questionnaire untuk menilai tingkat informasi dalam annual
report juga dilakukan oleh Stanga (1976). Sejumlah questionnaire yang mengandung
79 item informasi dikrimkan secara acak kepada 800 analis keuangan terdaftar. 275
jawaban questionnaire (34,4 %) diterima. Dengan menggunakan skala numerik 5
langkah, responden diminta untuk menentukan tingkatan pentingnya masing-masing
item dari mulai saat membuat keputusan untuk membeli, menjual atau menahan
sejumlah kecil saham suatu perusahaan industri yang besar. Stanga menggunakan
lembar penilaian 79 item pengungkapan untuk menilai 80 sampel annual report
perusahaan besar di Amerika.
Studi yang dilakukan Chandra (1974) meneliti kecukupan pengungkapan
perusahaan dalam annual report yang dipublikasikan dengan menguji apakah para
pengguna laporan keuangan dapat menerima dengan baik nilai informasi yang
terkandung dalam annual report. Instrumen pengujian dalam studi tersebut
menggunakan 58 item questionnaire yang dikirim melalui surat kepada akuntan
publik dan analis pasar modal. Chandra menemukan secara umum akuntan publik
tidak menilai informasi keputusan investasi setinggi yang dilakukan para analis pasar
modal, meskipun keduanya cenderung memiliki preferensi nilai yang sama dalam
peran ganda mereka selaku yang menyiapkan maupun pengguna informasi. Hasil
setuju dengan para akuntan dalam hal manfaat informasi yang dikembangkan
berdasarkan prinsip akuntansi yang berterima umum.
Barrett (1977) meneliti apakah luasnya pengungkapan laporan keuangan
dalam annual report perusahaan asing secara signifikan berbeda dari temuan
penelitian terhadap annual report di Amerika. Studi Barrett memfokuskan pada
annual report perusahaan besar yang terdapat di 7 negara yaitu : Inggris, Jepang,
Swedia, Belanda, Jerman Barat, Francis dan Amerika Serikat. Sejumlah 15
Perusahaan di masing-masing negara dipilih sebagai sampel kecuali di Belanda hanya
13 perusahaan. Prosedur pemilihan perusahaan didasarkan pada tingkat kapitalisasi
terbesar di masing-masing negara. Luas dan kualitas pengungkapan keuangan secara
keseluruhan diukur berdasarkan referensi dari 17 kategori informasi yang disertakan
dalam annual report perusahaan. Item-item yang dipilih dengan mengacu kepada
studi yang dilakukan oleh Cerf, Singhvi dan Desai, dan Buzby. Barrett melaporkan
tingginya variabilitas dalam jumlah dan kualitas pengungkapan diantara 17 item
informasi individual dan juga diantara 7 negara yang diteliti.
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Beberapa studi empiris yang berkaitan dengan tingkat pengungkapan laporan
Tabel 2.1 Ikhtisar Beberapa Penelitian Mengenai Pengungkapan
Peneliti
(Tahun) Judul Variabel Hasil
Singhvi dan saham terbatas, bebas dari kewajiban pengungkapan, diaudit oleh KAP kecil dan membukukan laba yang
Ukuran perusahaan Kecukupan pengungkapan secara positif berhubungan annual report s of large companies in
The impact of size, stock market
Lanjutan Tabel 2.1 theory of the firm: some evidence
Penyebaran pemilik Penyebaran kepemilikan diantara para pemegang yang lebih banyak dapat menekan tinggi biaya 52 sampel perusahaan di Mexico dan perluasan
Lanjutan Tabel 2.1 listed on the stock exchange of Hong tetapi secara negatif dengan laba dan ukuran KAP.
Lanjutan Tabel 2.1 hutang, marjin laba, ukuran KAP secara positif di Saudi telah mengikuti
aturan minimum sukarela lebih banyak dari perusahaan kecil. Variabel selain ukuran perusahaan
pengaruhnya tidak signifikan.
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konseptual
Perusahaan, terutama yang sahamnya telah diperjualbelikan kepada publik
semakin dituntut untuk dapat menyajikan informasi baik yang bersifat keuangan
maupun non keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan atas informasi yang
dimiliki perusahaan tersebut. Manfaat informasi bagi penggunanya adalah dalam
rangka pengambilan keputusan yang tepat dan akurat. Semakin baik kualitas maupun
kuantitas informasi yang disampaikan oleh perusahaan maka semakin akurat
ekspektasi para analisis maupun investor terhadap pasar sehingga keputusan investasi
yang diambil tidak keliru.
Faktor penting yang diduga mempengaruhi kualitas pengungkapan informasi
adalah karakteristik suatu perusahaan. Karakteristik perusahaan adalah ciri spesifik
perusahaan yang dapat dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Dari sudut pandang
struktur perusahaan maka karakteristik perusahaan dapat dilihat dari ukuran
perusahaan, rasio hutang, penyebaran kepemilikan dan usia perusahaan. Dari sisi
kinerja perusahaan dapat dilihat pada kemampulabaan serta likuiditas perusahaan
sedangkan dari sisi market perusahaan dapat dilihat dari bidang industri ataupun
ukuran kantor akuntan publik yang mengaudit laporan keuangan suatu perusahaan.
Apabila kondisi suatu perusahaan semakin baik (struktur, kinerja maupun
pasar) maka dipercaya akan semakin baik pula kualitas dan kuantitas informasi yang
disajikan kepada pengguna laporan keuangan.
Berdasarkan uraian di atas, maka gambar kerangka konseptual penelitian ini
dapat dilihat pada gambar 3.1.
Ukuran Kantor Akuntan Publik (X8)
Return On Equity (ROE) (X6)
Marjin laba (X5)
Umur Perusahaan (X4)
Penyebaran kepemilikan (X3)
Rasio Hutang (Leverage) (X2)
Ukuran Perusahaan (X1)
Likuiditas (X7)
Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan atau Pengungkapan
Sukarela (Y)
Karakteristik spesifik perusahaan (Xi):
Penjelasan dari gambar kerangka konseptual di atas adalah bahwa
karakteristik spesifik perusahaan yang diproksikan lewat ukuran perusahaan, rasio
hutang, penyebaran kepemilikan, umur perusahaan, marjin laba, return on equity dan
ukuran kantor akuntan publik berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan laporan
keuangan atau pengungkapan sukarela.
3.2. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap permasalahan
penelitian. Berdasarkan teori dan kerangka konseptual yang dibuat di atas, maka
dapat disusun hipotesis sebagai berikut:
Karakteristik spesifik perusahaan yang diproksikan dengan ukuran
perusahaan, rasio hutang, penyebaran kepemilikan, umur perusahaan, marjin laba,
return on equity, likuiditas dan ukuran kantor akuntan publik berpengaruh secara
simultan dan parsial terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan perusahaan
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Rancangan Penelitian
Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah diuraikan pada
bagian sebelumnya, maka penelitian ini adalah penelitian kausalitas yang bertujuan
untuk menguji hipotesis mengenai pengaruh karakteristik spesifik perusahaan yang
diproksikan dengan variabel-variabel ukuran perusahaan, rasio hutang, penyebaran
kepemilikan, umur perusahaan, marjin laba, return on equity, likuiditas dan ukuran
kantor akuntan publik sebagai variabel independen terhadap tingkat pengungkapan
laporan keuangan sebagai variabel dependen.
4.2. Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini sebanyak 38 perusahaan real estate dan properti
yang terdaftar (listing) dan telah go publik di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sampel
dalam penelitian ini adalah 18 perusahaan selama dua tahun yaitu tahun 2005 dan
2006, sehingga jumlah amatan sebanyak 36 perusahaan. Metode pengambilan sampel
dalam penelitian ini adalah purposive sampling dengan menggunakan panel data.
Kriteria pengambilan sampel adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan tahunan yang diaudit dan annual
report dan dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk tahun 2005 dan
2006.
2. Memiliki laba dan saldo ekuitas positif tiga tahun berturut-turut: tahun 2004,
2005 dan 2006, karena jika mempunyai saldo ekuitas negatif maka ada variabel
penelitian yang tidak dapat dihitung dan menjadi missing data.
4.3.Variabel Penelitian 4.3.1. Klasifikasi Variabel
Sesuai dengan kerangka konseptual dalam penelitian ini, klasifikasi variabel
penelitiannya adalah sebagai berikut :
1. Variabel dependen adalah Indeks Pengungkapan (Y). Indeks Pengungkapan
adalah variabel yang menjadi ukuran dari Tingkat Pengungkapan Laporan
Keuangan yang nilainya diperoleh dari annual report.
2. Variabel independen adalah karakteristik spesifik perusahaan yang diproksikan
dalam variabel-variabel ukuran perusahaan, rasio hutang, penyebaran
kepemilikan, umur perusahaan, marjin laba, return on equity, likuiditas dan
ukuran kantor akuntan publik.
4.3.2. Definisi Operasional Variabel 4.3.2.1.Variabel dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah indeks pengungkapan. Tingkat
pengungkapan laporan keuangan atau pengungkapan sukarela adalah suatu konsep
untuk mengukur tingkat pengungkapan informasi yang disajikan oleh perusahaan
(Alsaeed, 2006).
Untuk mengukur indeks pengungkapan digunakan metode yang tidak diboboti
(unweighted index/score). Dalam mengukur indeks pengungkapan, isi annual report
masing-masing perusahaan akan dibandingkan dengan 20 item pengungkapan
sukarela yang terdapat dalam lampiran 1. Untuk item yang diungkapkan sesuai daftar
item pengungkapan sukarela akan diberi nilai 1, sedangkan untuk item yang tidak
diungkapkan diberi nilai 0. Indeks pengungkapan tiap perusahaan adalah jumlah
keseluruhan item yang diungkapkan masing-masing perusahaan dibagi dengan
jumlah maksimum (20 item) pengungkapan (Alsaeed, 2006).
Indeks pengungkapan = n/20, dimana n adalah jumlah item yang diungkapkan.
4.3.2.2.Variabel independen
Variabel independen dalam penelitian ini yakni karakteristik perusahaan yang
diproksikan dalam variabel-variabel sebagai berikut :
1. Ukuran perusahaan
Ukuran (size) perusahaan adalah ukuran besar kecilnya suatu perusahaan yang
dapat dilihat dari total asset (Alsaeed, 2006). Untuk menghitung ukuran perusahaan
adalah dengan cara sebagai berikut:
2. Tingkat Rasio Hutang
Rasio hutang adalah rasio yang menunjukkan seberapa besar proporsi
kewajiban terhadap ekuitas atau total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Untuk
menghitung rasio hutang adalah dengan cara sebagai berikut:
Rasio Hutang =
Aktiva Total
kewajiban Total
3. Penyebaran kepemilikan
Penyebaran kepemilikan adalah jumlah saham perusahaan yang dimiliki oleh
pemegang saham individu. Untuk menghitung tingkat penyebaran kepemilikan
adalah sebagai berikut :
Tingkat penyebaran kepemilikan = jumlah saham yang dimiliki individu.
4. Umur perusahaan
Umur perusahaan adalah jumlah usia perusahaan sejak dari mulai berdiri
sampai dengan tahun pengamatan (2005 dan 2006). Untuk menghitung umur
perusahaan adalah sebagai berikut :
Umur perusahaan = umur perusahaan dari awal berdiri
5. Marjin Laba (Profit Margin)
Marjin laba (profit margin) adalah ukuran efisiensi perusahaan dalam
menggunakan sumberdaya perusahaan. Untuk menghitung marjin laba adalah sebagai
berikut :
marjin laba =
bersih penjualan
bersih laba
6. Return On Equity (ROE)
Return on Equity (ROE) adalah ukuran kemampuan perusahaan menghasilkan
laba yang tinggi. Untuk menghitung marjin laba dan tingkat pengembalian modal
adalah sebagai berikut :
Return on equity =
tahun akhir saham buku
nilai
bersih laba
7. Likuiditas
Tingkat likuiditas mengacu kepada kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendeknya. Dalam penelitian ini, untuk menghitung tingkat
likuiditas perusahaan adalah sebagai berikut :
Tingkat likuiditas =
lancar kewajiban
lancar Aktiva
8. Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP)
Ukuran kantor akuntan publik (KAP) secara umum dapat dipilah menjadi 2
kelompok yaitu yang masuk dalam kategori kantor akuntan publik besar atau lebih
dikenal sebagai “The Big 4” dan kantor akuntan publik kecil. Kantor akuntan publik
yang masuk kategori besar dalam penelitian ini termasuk kantor akuntan lokal yang
berafiliasi dengan kantor akuntan yang masuk kategori “The Big 4”. Untuk ukuran
kantor akuntan publik diukur sebagai berikut :
Ukuran KAP = 1; jika KAP merupakan afiliasi KAP ”The Big4”
Ringkasan variabel dan definisi operasionalnya dapat dilihat pada Tabel
berikut :
Tabel 4.1. Variabel penelitian dan definisi operasional No Variable Definisi Indikator
1 Indeks pengungkapan (Y)
Indeks pengungkapan adalah salah satu cara yang dapat digunakan
indeks pengungkapan = n/20;
dimana :
jumlah informasi yang diungkapkan sesuai daftar item pengungkapan;
konstanta; jumlah total item pengungkapan.
Ukuran perusahaan = log (total aktiva)
3 Rasio hutang (X2)
Lanjutan Tabel 4.1
Umur perusahaan = log ( umur perusahaan)
besar atau “The Big 4” dan kantor akuntan publik kecil.
Ukuran KAP :
= 1 ; jika afiliasi KAP "The Big4" = 0; jika bukan afiliasi KAP "The Big4"
Laba bersih
--- penjualan bersih
Laba bersih
--- nilai buku saham akhir tahun
aktiva lancar --- kewajiban lancar
Sumber : Hasil penelitian (data diolah)
4.4.Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pemilihan
Efek Indonesia merupakan bursa efek yang terbesar di Indonesia dan setiap
perusahaan yang telah terdaftar di BEI tersebut diwajibkan untuk menyampaikan
laporan keuangan tahunan yang telah diaudit dan annual report .
4.5.Prosedur Pengambilan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Untuk data
indeks pengungkapan diambil dari annual report tahun 2005 dan 2006 perusahaan
real estate dan properti yang terdapat di Bursa Efek Indonesia sedangkan data
karakteristik spesifik (ukuran perusahaan, rasio hutang, penyebaran kepemilikan,
umur perusahaan, marjin laba, return on equity, likuiditas dan ukuran kantor akuntan
publik) diambil dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2005 dan
2006.
4.6.Model dan Teknik Analisis Data 4.6.1. Model Penelitian
Alat analisis yang dapat digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini
adalah regresi berganda. Dalam persamaan regresi, model penelitian dapat
digambarkan sebagai berikut :
X4 = umur perusahaan,
X5 = marjin laba,
X6 = ROE
X7 = tingkat likuiditas
X8 = ukuran kantor akuntan publik
e = Error.
4.6.2. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian yang menggunakan model regresi linear, sebelum dilakukan
pengujian hipotesis beberapa asumsi yang mendasari model tersebut perlu diuji untuk
menentukan apakah model tersebut sesuai untuk diterapkan. Dalam penelitian ini,
teknik analisis data menggunakan uji asumsi klasik dan uji hipotesis. Sebelum
pengujian hipotesis, uji asumsi klasik harus dilakukan agar model regresi dapat
memberikan hasil yang robust (tidak bias). Untuk membantu mengolah data
digunakan perangkat pengolah data statistik seperti SPSS. Adapun langkah-langkah
pengujian statistik dapat dijabarkan sebagai berikut :
4.6.2.1. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah variabel dependen maupun
variabel independen memiliki distribusi yang normal atau tidak. Suatu model regresi
yang baik apabila datanya memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Untuk
menguji normalitas data digunakan uji Kolmogorov-Smirnov (Susanto, 1992). Aturan
nilai asymptotic significance (kolom Asymp. Sig.) lebih besar dari 5% (tingkat
signifikansi) maka distribusi adalah normal.
b. Uji Multikolinearitas
Pengujian multikolinearitas dipergunakan untuk menguji hubungan antar
sesama variabel independen. Model regresi yang baik apabila tidak terjadi korelasi
diantara variabel independen. Adanya multikolinieritas menyebabkan penafsiran
koefisien regresi menjadi tidak robust. Menurut Ghozali (2007), untuk mendeteksi
adanya multikolinearitas dapat dilakukan dengan menganalisis matrik korelasi
variabel-variabel bebas. Jika diantara variabel-variabel bebas ada korelasi yang cukup
tinggi (umumnya diatas 90%) maka hal itu mengindikasikan adanya mulikolinearitas.
Selain itu cara lain untuk mendeteksi multikolinearitas dapat dilihat dari 2 hal yaitu:
(1) nilai tolerance dan lawannya, serta (2) besaran Variance Inflation Factor (VIF).
Pedoman suatu model regresi bebas multikolinearitas adalah mempunyai nilai VIF
disekitar angka 1 dan mempunyai nilai Tolerance mendekati 1.
Untuk menguji multikolinearitas dengan SPSS, model penelitian diregresikan
dengan mengaktifkan pilihan covariance matrix dan collinearity diagnostic.
Berdasarkan output SPSS, aturan keputusan uji multikolinearitas berdasarkan matrik
korelasi adalah apabila nilai korelasi antar variabel independen kurang dari 90%
maka tidak ada multikolinearitas. Cara lain adalah: (1) dengan melihat nilai tolerance
masing-masing variabel independen, apabila nilai tolerance lebih besar dari 10%
maka tidak ada multikolinearitas, (2) dengan melihat nilai VIF masing-masing
c. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas merupakan situasi dimana dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Model regresi yang baik apabila tidak terjadi heteroskedastisitas. Menurut Ghozali
(2007) salah satu cara untuk mendeteksi heteroskedastisitas dapat dilihat dari grafik
plot antara nilai prediksi variabel terikat dengan residualnya. Analisisnya, jika tidak
ada pola yang jelas serta titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y
maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara lain untuk mendeteksi adanya
heteroskedastisitas dilakukan dengan uji Glejser. Menurut Gujarati (Ghozali, 2007)
Glejser mengusulkan untuk meregres nilai absolut residual terhadap variabel bebas.
Aturan keputusan uji Glejser adalah apabila variabel independen signifikan secara
statistik mempengaruhi variabel dependen (nilai absolut residual = AbsUt) maka ada
indikasi terjadi heteroskedastisitas. Dengan bantuan output SPSS, aturan keputusan
uji Glejser adalah apabila nilai signifikansi masing-masing variabel dependen di atas
tingkat kepercayaan 5% maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Tujuan uji autokorelasi adalah untuk menguji apakah dalam suatu model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1. Untuk mengetahui adanya autokorelasi dapat dideteksi
dengan menggunakan Durbin-Watson d statistic (DW). Sebagai pedoman, regresi
Ghozali (2007) aturan keputusan Durbin-Watson (DW) adalah apabila nilai DW
terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4-du) maka koefisien
autokorelasi = 0, atau tidak terdapat autokorelasi pada model regresi.
Apabila hasil pengujian asumsi klasik model penelitian tidak memenuhi
syarat maka perlu dilakukan transformasi data untuk mengeliminasi penyebab
timbulnya masalah.
4.6.2.2. Uji Hipotesis
Setelah pengujian asumsi klasik memberikan hasil yang memenuhi syarat untuk
dilakukan langkah pengujian selanjutnya, maka pada tahapan berikutnya dilakukan
uji hipotesis. Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan analisis regresi
berganda yang akan dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Uji statistik F atau Analysis of Variance (ANOVA)
Uji statistik F atau uji F adalah pengujian statistik yang digunakan untuk
menguji pengaruh variabel independen secara simultan terhadap variabel
dependen.
Hipotesis 1:
H0: β = 0 ; (ukuran perusahaan, rasio hutang, penyebaran kepemilikan, umur
perusahaan, marjin laba, return on equity, likuiditas dan ukuran
kantor akuntan publik tidak berpengaruh terhadap tingkat
pengungkapan laporan keuangan).
H1: β > 0 ; (ukuran perusahaan, rasio hutang, penyebaran kepemilikan, umur
kantor akuntan publik berpengaruh terhadap tingkat
pengungkapan laporan keuangan).
Dengan menggunakan SPSS dan tingkat signifikansi 5%, aturan keputusan
dalam uji F adalah :
Keputusan :
1. Jika probabilitas atau signifikansi (kolom Sig.) > 5% maka H0 diterima
dan,
2. Jika probabilitas atau signifikansi (kolom Sig.) < 5% maka H0 ditolak.
Kesimpulan dari pengujian hipotesis 1 adalah jika signifikansi hasil
perhitungan uji F lebih besar dari 5% maka: ukuran perusahaan, rasio hutang,
penyebaran kepemilikan, umur perusahaan, marjin laba, return on equity,
likuiditas dan ukuran kantor akuntan publik secara simultan tidak berpengaruh
terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan, sebaliknya jika lebih kecil
dari 5% maka: ukuran perusahaan, rasio hutang, penyebaran kepemilikan, umur
perusahaan, marjin laba, return on equity, likuiditas dan ukuran kantor akuntan
publik secara simultan berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan laporan
keuangan.
Koefisien determinasi (R2) digunakan sebagai salah satu kriteria untuk memilih
model yang tepat. Penggunaan koefisien determinasi adalah untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Koefisien determinasi (R2) mengandung kelemahan mendasar yaitu
Untuk mengatasi masalah pemilihan model regresi terbaik penggunaan nilai
Adjusted R2 digunakan untuk mengatasi kelemahan R2. Dengan demikian nilai
Adjusted R2 dijadikan sebagai ukuran sejauhmana kemampuan model
menjelaskan variasi variabel dependen.
b. Uji statistik t
Uji statistik t atau uji t adalah pengujian statistik yang digunakan untuk menguji
pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen (uji
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Karakteristik responden
Pengujian statistik dilakukan terhadap perusahaan real estate dan properti
publik selama periode 2005 dan 2006. Sampel yang dipilih adalah perusahaan yang
memiliki laba dan saldo ekuitas positif untuk tahun 2004, 2005 dan 2006. Sampel
dalam penelitian ini adalah 18 perusahaan selama dua tahun yaitu tahun 2005 dan
2006, sehingga jumlah amatan sebanyak 36 perusahaan.
Tabel 5.1 Daftar Sampel Perusahaan Dan Jumlah Observasi
Kode Company Tahun
Observasi
Jumlah Observasi
CTRS Ciputra Surya Tbk 2005/2006 2 DUTI Duta Pertiwi Tbk 2005/2006 2 ELTY Bakrieland Development Tbk 2005/2006 2 GMTD Gowa Makasar Tourism Dev. Tbk 2005/2006 2 JAKA Jaka Inti Realtindo Tbk 2005/2006 2 JRPT Jaya Real Property Tbk 2005/2006 2 KIJA Kawasan Industri Jababeka Tbk 2005/2006 2 LAMI Lamicitra Nusantara Tbk 2005/2006 2 LPCK Lippo Cikarang Tbk 2005/2006 2 LPKR Lippo Karawaci Tbk 2005/2006 2 MAMI Mas Murni Indonesia Tbk 2005/2006 2 MTSM Metro Supermarket Realty Tbk 2005/2006 2 PJAA Pembangunan Jaya Ancol Tbk 2005/2006 2 PNSE Pudjiadi & Son Estate Tbk 2005/2006 2 PUDP Pudjiadi Prestige Limited Tbk 2005/2006 2 SIIP Suryainti Permata Tbk 2005/2006 2 SMRA Summarecon Agung Tbk 2005/2006 2 SSIA Surya Semesta Internusa Tbk 2005/2006 2
Total Sampel 36
Sumber : Hasil penelitian (data diolah)
Sampel perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini sebagaimana pada
Tabel 5.1. Untuk membantu pengolahan data digunakan perangkat lunak SPSS ver.
16.0.
5.1.2. Statistik deskriptif
Statistik deskriptif untuk variabel dependen disajikan pada lampiran 2 yang
meliputi mean dan standar deviasi untuk 20 item pengungkapan sukarela. Total
annual report yang diuji adalah sebanyak 36 laporan.
Tabel 5.2 berikut menyajikan urutan item informasi yang diungkapkan dari
yang terbesar sampai dengan yang terkecil. Ada 5 item informasi yang diungkapkan
oleh paling sedikit 80% perusahaan responden yaitu : Information statistics for more
than two years (n=36 atau 100%), Board of directors’ names (n=36 atau 100%), Top
management’s names (n=36 atau 100%), Information on events affecting current
year’s results (n=32 atau 88,89%), dan Majority shareholders (n=32 atau 88,89%).
Berdasarkan data di atas, manajemen menaruh perhatian yang sangat besar terhadap
pengungkapan informasi mengenai fungsi pengelolaan perusahaan kepada kepada
investor. Dengan melihat data personal manajemen, pemegang saham terbesar serta
perkembangan kinerja dan keuangan perusahaan akan memberikan informasi yang
berharga kepada investor dalam mengambil keputusan investasi.
Memperhatikan urutan terbalik tabel 5.2 maka ada 6 item informasi yang
diungkapkan kurang dari 20% yaitu Principle markets (n=3 atau 8,33%), Competitive
atau 5,56%), Average compensation per employee (n=0 atau 0,00%), Market share
(n=0 atau 0,00%), Forecasted profits (n=0 atau 0,00%). Berdasarkan data di atas,
manajemen kurang menaruh perhatian terhadap pengungkapan informasi mengenai
kondisi pasar dan persaingan yang dihadapi oleh perusahaan serta tingkat
kesejahteraan karyawan perusahaan kepada investor.
Tabel 5.2. Item Informasi Yang Paling Banyak Diungkapkan Berdasarkan Sampel
Item informasi Mean Std.
Deviation
Information statistics for more than two years 1,0000 0,0000 Board of directors’ names 1,0000 0,0000 Top management’s names 1,0000 0,0000 Information on events affecting current year’s
results 0,8889 0,3187
Majority shareholders 0,8889 0,3187
Corporate strategy 0,7500 0,4392
Brief history of company 0,7222 0,4543 Information on different types of products 0,6389 0,4871 Information on future expansion projects 0,5556 0,5040 Statement of corporate goals or objectives 0,5278 0,5063 Information on social and environmental activities 0,5278 0,5063 Information on events affecting future year’s results 0,4444 0,5040 Information on training and workers development 0,4444 0,5040 Information on dividends policy 0,3889 0,4944
Principle markets 0,0833 0,2803
Competitive environment 0,0556 0,2323 Percentage of foreign and national labor force 0,0000 0,0000 Average compensation per employee 0,0000 0,0000
Market share 0,0000 0,0000
Forecasted profits 0,0000 0,0000
Sumber : Hasil penelitian (data diolah)
Tabel 5.3 berikut memperlihatkan perusahaan yang menyajikan informasi
sukarela tertinggi. Ada lima perusahaan menyajikan sedikitnya 13 item dari total 20
Tabel 5.3 Perusahaan Dengan Pengungkapan Sukarela Terbanyak
Uraian Kode Tahun Jumlah
Pengungkapan
%tase Pengungkapan
Surya Semesta Internusa Tbk SSIA 2006 14 70,00 Jaya Real Property Tbk JRPT 2006 13 65,00 Lippo Karawaci Tbk LPKR 2006 13 65,00 Jaya Real Property Tbk JRPT 2005 13 65,00 Lippo Karawaci Tbk LPKR 2005 13 65,00 Sumber : Hasil penelitian (data diolah)
Tabel 5.4 berikut memperlihatkan perusahaan yang menyajikan informasi
sukarela terendah. Ada 4 perusahaan yang menyajikan paling banyak 5 item dari
total 20 item pengungkapan sukarela (sama dengan atau kurang dari 25%).
Tabel 5.4 Perusahaan Dengan Pengungkapan Sukarela Terendah
Uraian Kode Tahun Jumlah
pengungkapan Lamicitra Nusantara Tbk LAMI 2005 5 25,00 Sumber : Hasil penelitian (data diolah)
Statistik Deskriptif untuk variabel dependen dan independen meliputi mean,
maksimun, minimum dan standar deviasi. Hasil pengolahan statistik deskriptif dapat
dilihat pada Tabel 5.5.
Berdasarkan Tabel 5.5, tingkat pengungkapan sukarela (variabel dependen)
bervariasi dari 25% (5 dari total 20 item pengungkapan) sampai dengan 70 % (13 dari
20 item pengungkapan) dengan rata-rata sebesar 49,58% dan deviasi standar 13,44%.