BAB
I
P E N D A H U L U A N
•
Latar Belakang
•
Konsep Pembangunan Bidang PU/ Cipta Karya
•
Landasan Hukum
•
Maksud, Tujuan dan Sasaran
•
Ruang Lingkup
•
Sistematika Penyusunan
ada Tahun Anggaran 2010 ini, Pemerintah Kabupaten Brebes Cq Bappeda
Kabupaten Brebes melaksanakan Kegiatan Penyusunan Review RPIJM Bidang PU/
Cipta Karya Kabupaten Brebes. Penyusunan dokumen ini merupakan tindak lanjut
dari upaya sinkronisasi program Bidang PU/Cipta Karya dan kerjasama antara Pemerintah Pusat
dengan Propinsi dan daerah yang lebih efektif dan efisien serta dapat dipertanggungjawabkan.
1.1.
Latar Belakang
Dokumen RPIJM Bidang PU/Cipta Karya perlu disusun oleh Kabupaten/Kota sebagai salah
satu justifikasi perencanaan program dan anggaran serta pembangunan infrastruktur (Infrastructure
Development Plan) Bidang PU/Cipta Karya yang berasal dari berbagai sumber baik APBN, APBD
Propinsi maupun APBD Kabupaten/Kota. Peran APBN dimaksudkan sebagai stimulan kepada daerah.
Pemerintah Propinsi, Kabupaten/Kota diharapkan dapat memberikan kontribusinya (Cost Sharing/Joint
Program) terhadap program-program ataupun kegiatan yang diusulkan untuk mendapatkan bantuan
dana dari APBN (Pemerintah Pusat)
Dengan keterpaduan program dan anggaran diharapkan dapat diciptakan hasil pembangunan
Bidang PU/Cipta Karya di daerah yang lebih bermanfaat bagi masyarakat luas melalui bentuk
kerjasama antara pusat dan daerah yang berbasis pada prinsip pengembangan wilayah dan
keberlanjutan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Untuk mewujudkan hal tersebut perlu disiapkan perencanaan program infrastruktur yang dapat
mendukung kebutuhan ekonomi, sosial dan lingkungan secara terpadu.
Kementerian Pekerjaan Umum khususnya Direktorat Jenderal Cipta Karya mengambil inisiatif
untuk mendukung Provinsi, Kabupaten/Kota untuk dapat mulai menyiapkan perencanaan program
yang dimaksud khususnya Bidang PU/Cipta Karya sebagai embrio terwujudnya perencanaan program
infrastruktur yang lebih luas. Dengan adanya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang PU/Cipta Karya diharapkan Kabupaten/Kota dapat menggerakkan semua sumber daya yang
ada untuk memenuhi kebutuhannya dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan penanggulangan
kemiskinan serta mewujudkan lingkungan yang layak huni (livable)
Rencana Program Infrastruktur Bidang PU/Cipta Karya yang akan disusun daerah harus
mempertimbangkan kemampuan keuangan/pendanaan dan kelembagaan dalam memenuhi kebutuhan
pembangunannya. Disamping itu, RPIJM perlu memperhatikan aspek kelayakan program
masing-masing sektor dan kelayakan spasialnya sesuai dengan Rencana Tata Ruang yang ada, serta
kelayakan sosial dan lingkungannya
Pengembangan kawasan perkotaan, baik untuk kabupaten/kota, menjadi acuan dalam
pengembangan tata ruang dan rencana pembangunan prasarana dan sarana. Sesuai dengan UU
26/2007 tentang penataan ruang, telah diatur bahwa penataan ruang adalah upaya untuk mewujudkan
struktur dan pola ruang melalui penyusunan dan pelaksaan program beserta pembiayaannya, dimana
struktur ruang adalah pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang
berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara herarki mempunyai
hubungan fugsional, dan pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang
meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan untuk fungsi budidaya. Sejalan denga hal tersebut,
perlu disadari bahwa semua pembangunan bidang Kecipta Karyaan mempunyai dimensi "ruang" dan
merupakan instrumen dalam mewujudkan struktur ruang dan pola ruang, sebagai bagian dari
pemanfaatan ruang. Lingkup pembangunan bidang PU/Cipta Karya sendiri meliputi pembangunan
dengan komponen sektor-sektor: jalan kota, pengendalian banjir, air minum, penyehatan lingkungan,
pengembangan permukiman, dan penataan ruang. Oleh karena itu dalam menyusun RPIJM bidang
Kecipta Karyaan harus didasarkan pada penataan ruang yang menjadi acuan untuk mewujudkan
keterpaduan pembangunan.
Dalam penyelenggaraan pembangunan, RTRW yang telah disusun digunakan sebagai dasar
dalam menyusun rencana program pembangunan. RTRW kemudian dijabarkan pada rencana
pengembangan Kabupaten/Kota yang mencakup pula penyusunan struktur dan sistem infrastruktur
kota. Rencana pengembangan Kabupaten/Kota berfungsi sebagai penentu arah pengembangan fisik
ruang dan pengembangan pelayanan publik, terutama dalam pemenuhan kebutuhan dasar (basic
needs) dan dalam mendukung peningkatan kualitas kehidupan masyarakat
Perkembangan kota di Indonesia mengalami pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan fisik
kota yang cepat, terutama dalam dua dasawarsa terakhir. Pertumbuhan fisik dan terutama jumlah
penduduk tentunya memberikan implikasi bagi pembangun daerah. Selain itu dilihat dari sebaran
dari kawasan perkotaan. Selain itu, pelayanan perkotaan menjadi tidak efisien dan akhirnya
menyebabkan penurunan kinerja kota. Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan fisik kota perlu
didukung dengan kemampuan pengelolaan kota, dan rencana pengembangan kota yang mampu
memberikan pelayanan prasarana dan sarana dasar (infrastruktur bidang PU/Cipta Karya) yang
mampu mendukung dan meningkatkan kualitas kehidupan daerah.
Berangkat dari cepatnya pertumbuhan fisik dan jumlah penduduk perkotaan, perlu didukung
dengan pembangunan infrastruktur yang memadai yang didukung dengan investasi kegiatan ekonomi
di wilayah perkotaan. Kegiatan sektor jasa pada umumnya berada di lingkungan perkotaan, diharapkan
dapat meningkatkan kontribusinya dalam mendukung pembangunan wilayah perkotaan dalam suatu
Kabupaten/Kota. Sejalan dengan kecenderungan pertumbuhan perkotaan dan pergeseran fungsi
perkotaan, terdapat beberapa kondisi yang perlu diperhatikan yaitu:
1. Meningkatnya peran swasta dan masyarakat dalam pembangunan fisik perkotaan;
2. Munculnya kelompok-kelompok yang berminat pada pembangunan perkotaan;
3. Perubahan sikap masyarakat dalam pembangunan kota;
4. Perubahan bentuk peran dan sikap swasta dalam pembangunan fisik kota;
5. Perubahan peran masyarakat dalam menentukan arah pembangunan kota;
6. Pergeseran posisi fungsi kota dalam konteks global ;
7. Kondisi perekonomian global
a. Perkembangan blok-blok perdagangan
b. Pengaruh munculnya kekuatan-kekuatan Mutli National Corporation (MNC)
Perkembangan tersebut membutuhkan penanganan pembangunan perkotaan yang mampu
memenuhi tuntutan pertumbuhan maupun dalam menentukan arah pengembangan daerah,
khususnya untuk wilayah perkotaan. Untuk itu dibutuhkan arah pembangunan kota yang tidak saja
mengarah kepada pemenuhan kebutuhan dasar penduduk perkotaan (basic needs approach), tetapi
juga kepada pengembangan ekonomi (development approach).
Kabupaten Brebes sebagai bagian dari Provinsi Jawa Tengah yang dilalui oleh jalur utama
Pantura (Pantai Utara Jakarta – Surabaya) memiliki visi yaitu “"Membangun Masyarakat Maju, Sejahtera Dan Berkeadilan". Untuk mewujudkan visi tersebut maka perlu adanya pembangunan
infrastruktur yang terarah, terpadu dan berkelanjutan serta berkualitas dalam upaya-upaya kongkrit
baik terhadap perencanaan, manajemen, dan kelembagaan serta pembiayaan baik dari Pemerintah
Pusat, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah maupun dari Pemerintah Kabupaten Brebes.
Berkenaan dengan hal tersebut, maka diperlukan kegiatan Rencana Program Investasi Jangka
mengakomodasikan dan merumuskan kebutuhan pembangunan kabupaten/kota, secara spesifik
sesuai dengan karakteristik dan potensi individual setiap Kabupaten/Kota. Tujuan utama program ini
adalah mendorong pembangunan ekonomi lokal, pengentasan kemiskinan dan peningkatan kualitas
pelayanan yang sesuai dengan kabutuhan nyata.
Hal-hal yang perlu dikemukakan mengenai latar belakang penyusunan RPIJM antara lain
mengenai:
1. Pertumbuhan dan pembangunan kabupaten/kota yang dinamis membutuhkan penyediaan
fasilitas yang layak, memadai, terjangkau, adil, pelayanan kepada publik yang semakin baik
dan handal
2. Permasalahan yang dihadapi kabupaten/kota baik keadaan ekonomi, sosial, budaya, kualitas
dan kuantitas pelayanan publik, kondisi kapasitas aparatur pelaksana dan tata pemerintahan
3. Potensi yang dimiliki sebagai masukan penting dari kebijakan payung yaitu RUTRW/K,
RPJMN, RPJMD, dan Renstra Cipta Karya dan Renstra Dinas-Dinas belum bersifat
operasional
4. Kebutuhan program pembangunan dan strategi untuk mencapai sasaran program baik pada
lingkup kabupaten/kota.
5. Kebutuhan alat untuk mengoperasionalkan program atau kegiatan yang sudah dirinci menurut
sektor dan bidang yang sudah memiliki besaran/kuantitas, lokasi, indikasi kebutuhan kriteria
perkiraan biaya dan penanggung jawab kegiatan.
Menindaklanjuti hal tersebut di atas melalui Dirjen Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum
telah mengusulkan bahwa dalam setiap kegiatan pembangunan harus direncanakan sedini mungkin
agar terjadi pembangunan yang terencana, terprogram, terarah, merata, adil dan berkelanjutan sesuai
dengan tingkat kewenangannya masing-masing pihak.
Dokumen Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Brebes telah
disusun pada Tahun 2008, dan kemudian pada Tahun 2010 ini disusun Review RPIJM Bidang PU/
Cipta Karya Kabupaten Brebes dengan pertimbangan adanya perubahan visi, misi dan program
pembangunan serta adanya beberapa usulan program yang sekiranya belum masuk dalam dokumen
RPIJM tersebut. Rencana Program Infrastruktur Bidang Pu/ Cipta Karya dapat lebih terencana,
terprogram, terkoordinasi menuju pembangunan yang berkelanjutan yang nantinya dapat dijadikan
pedoman dalam pembangunan infrastruktur dari berbagai sumber pendanaan dan berbagai pemangku
1.2.
Konsep Pembangunan Bidang PU/Cipta Karya
Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Brebes
merupakan penjabaran dari perspektif RPJMD. Konsep pembangunan pembangunan yang menjadi
dasar acuan RPIJM Bidang PU/Cipta Karya pada dasarnya akan mendukung pencapaian Millennium
Development Goal (MDGs), yang dideklarasikan oleh 189 negara anggota Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) pada bulan September 2000. Deklarasi tersebut menyatakan bahwa Negara-negara
Anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 2015 akan mencapai 8 (delapan) target :
1. Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan,
2. Memenuhi pendidikan dasar untuk semua,
3. Mendorong kesetaraan jender & pemberdayaan perempuan,
4. Menurunkan angka kematian balita,
5. Meningkatkan kualitas kesehatan ibu melahirkan,
6. Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lain,
7. Menjamin kelestarian fungsi lingkungan hidup,
8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan,
Dalam target ke 7 dijabarkan lebih lanjut ke dalam 3 (tiga) butir, yaitu :
a. Mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan ke dalam kebijakan dan program-program di
tingkat nasional serta mengurangi perusakan sumber daya alam.
b. Mengurangi sampai setengah jumlah penduduk yang tidak memiliki akses kepada air bersih yang
layak minum, dan
c. Berhasil meningkatkan kehidupan setidaknya 100 juta penghuni kawasan kumuh pada tahun 2020.
Dengan demikian sektor sarana dan prasarana permukiman (ke-cipta karya-an) sangat relevan
dengan butir-butir pada target ke 7, yang mentargetkan pada tahun 2015 harus mengurangi separuh
dari proporsi penduduk yang tidak memiliki akses terhadap air minum dan sanitasi dasar.
RPIJM Kabupaten Brebes Bidang PU/Cipta Karya juga merupakan tindak lanjut dari Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 dan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014. serta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Brebes
2010-2010. Sedangkan isu-isu strategis Bidang Cipta Karya Tahun 2010-2014 meliputi isu-isu baru dan
penting yang diperkirakan akan memberikan dampak potensial bagi pelayanan prasarana dan sarana
1) Proporsi Penduduk Perkotaan Yang Bertambah
Tingkat urbanisasi perkotaan yang mengalami peningkatan menjadi 48,3% pada tahun 2005
diperkirakan akan terus berkembang hingga tahun 2010, dimana jumlah penduduk perkotaan
secara nasional telah melampaui dari jumlah penduduk perdesaan. Hal ini menunjukan indikasi
mengenai bangkitnya perekonomian negara dan kuatnya pengaruh kota sehingga dapat
menimbulkan kesenjangan wilayah antara kota besar - kota menengah dan antara kota – desa dengan didorong oleh terbatasnya jumlah lapangan pekerjaan yang ada di daerah.
2) Angka Kemiskinan Perkotaan Yang Masih Tinggi
Proses urbanisasi akan diikuti dengan meningkatnya angka kemiskinan, hal ini diakibatkan
tingginya standar kehidupan dan terbatasnya lapangan pekerjaan di tingkat perkotaan. Angka
kemiskinan di kawasan perkotaan naik menjadi 14,29 juta jiwa pada tahun 2005. Dengan jumlah
penduduk miskin yang besar akan mengakibatkan bertambah luasnya kawasan kumuh yang
berujung pada ketidakmampuan menuju kota yang layak huni. Saat ini sekitar 21,25 juta jiwa
penduduk tinggal di kawasan kumuh yang terletak di kawasan perkotaan yang rata-rata terletak di
bantaran sungai dan tepi pantai.
3) Kota Sebagai Engine of Growth
Peranan perkotaan sebagai penghela pertumbuhan ekonomi nasional khususnya peranan kota
besar dan kota menengah mempunyai sumbangan 40% dari total PDRB Nasional. Sangat jelas
bahwa kota merupakan motor dari pertumbuhan ekonomi nasional, sehingga bila terjadi krisis
ekonomi, maka kota sebagai “back bone” dari kerangka ekonomi nasional juga akan mengalami
kontraksi yang parah.
4) Desentralisasi
Desentralisasi yang berjalan membawa dampak yang cukup besar bagi perkembangan kota, hal ini
terlihat pada beberapa kota yang perkembangannya bergerak menjadi lebih besar. Pembangunan
perkotaan yang pada awalnya dipengaruhi kebijakan Pemerintah Pusat berubah menjadi kendali
Pemerintah Daerah. Sehingga implikasi strategi pembangunan perkotaan pada skala nasional tidak
bisa serta merta diimplementasikan ke daerah.
5) Kerusakan Lingkungan Hidup
Meningkatnya penggunaan ruang dan sumber daya alam di permukaan, di bawah dan diatas tanah
kawasan perkotaan yang tidak terkendali akan berakibat pada kerusakan lingkungan hidup.
Pemenuhan kebutuhan air bersih, perumahan, transportasi di kawasan perkotaan merupakan
6) Daya Saing Kota dan Demokratisasi
Saat ini daya saing kota terjadi dalam skala Asia bahkan dunia dengan bentuk persaingan berupa
competitive advantage. Daya saing sebuah kota untuk menarik investasi dari luar ditentukan oleh
jumlah tenaga kerja (SDM), sumber daya alam yang dimiliki dan kelayakhunian kota yang
direpresntasikan dalam infrastruktur pendukung dan pelayanan kota.
7) Konteks Kota Berkelanjutan
Kondisi perkotaan masih cenderung in-equity. Diversity masyarakat perkotaan yang tinggi harus
dapat diakomodasi oleh pelayanan perkotaan. Urban heritage masih dapat dikategorikan belum
concern terhadap bangunan bersejarah. Ekologi dan ekonomi kota diharapkan dapat bertumbuh
dan berkembang dengan daya beli masyarakat yang cukup dalam memenuhi kehidupan yang
layak.
8) Perubahan Iklim
Peran infrastruktur menjadi sangat penting di dalam mitigasi perubahan iklim dengan intensitas
hujan yang meningkat serta meningkatnya permukaan air laut.
9) Perwujudan RTH 30%
Komposisi RTH sebesar 30% merupakan kebijakan yang kondusif bagi lingkungan tetapi menjadi
permasalahan dalam penyelenggaraan pembangunan perkotaan.
10) Modal Sosial
Dalam konteks pembangunan, aspek modal sosial mengakibatkan investasi yang dilakukan dapat
mendorong peningkatan kesejahteraan.
11) Happiness Index
Tujuan pembangunan dengan overall human system well being dengan eco system well being,
dimana hal yang tidak dapat dielakkan adalah “pembangunan terintegrasi” yang mampu
mengintegrasikan human system dengan ekosistem yang bermuara pada human eco-happiness
dan diukur dengan happiness Index.
12) Branding dan Area Identity
Dirjen Cipta Karya harus mampu untuk mendorong branding dan area identity dari sebuah kota dan
wilayah di Indonesia yang memiliki multiple culture diversity yang perlu dioptimalkan pada tataran
ekonomi. Sumber daya alam, inovasi, fasionable, local value with modern spirit perlu diintegrasikan
13) Participatory Development
Pendekatan Participatory jangan diartikan dengan self helped, oleh karena itu perlu didukung
dengan tenaga pendamping yang mendorong dan memberdayakan masyarakat dengan
mengedepankan local wisdom / budaya lokal.
14) Pengembangan Enterpreneurship
Tiga tipe pemberian pemerintah kepada masyarakat adalah :
• Charity : memberikan one shot giving dan cenderung kurang mendidik
• Philantropy : dianggarkan tiap tahun dan dilakukan secara terus menerus
• Social Enterpreneurship : pemerintah membangun dan masyarakat memelihara dan mengembangkan secara mandiri.
15) Pengembangan Ekonomi Kreatif dengan Pengembangan Nilai Tambah
Tantangan ke depan untuk mampu mempertahankan cultural expression yang mampu mendorong
berkembangnya ekonomi kreatif yang menjadi daya saing bangsa. Kebijakan pemerintah
diharapkan harus mampu menjebatani dalam mengeksplorasi pasaran pada tataran internasional.
Konsep branding dan packaging menjadi lebih penting dalam mendukung konteks mendorong
daya saing ekonmi kota.
1.3.
Landasan Hukum
Beberapa dasar hukum yang melandasi kegiatan Penyusunan Review RPIJM Bidang PU/Cipta
Karya Kabupaten Brebes ini adalah sebagai berikut:
a. Undang-Undang Nomor 72 Tahun 1957 tentang Rumah Negara;
b. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun;
c. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman;
d. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;
e. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
f. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Daerah;
g. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Pembendaharaan Negara;
h. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air;
i. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional;
k. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah;
l. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan;
m. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional 2005-2025
n. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
o. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintah Daerah;
p. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Sampah;
q. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum;
r. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2005 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
s. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/ Kota
t. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional;
u. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Tahun 2010-2014
v. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.:02/PRT/M/2010 tentang Rencana Strategis
Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2010-2014;
w. Edaran dari Direktorat Jendral Cipta Karya Nomor 03/SE/DC/2010 kepada Para Pejabat
Eselon II di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya, Sekretaris Badan Pendukung
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, Para Kepala Dinas Pekerjaan Umum Seluruh
Indonesia, tentang Rencana Startegis Direktorat Jendral Cipta Karya tahun 2010-2014
x. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2029
y. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Rencana Program
Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2025;
z. Peraturan Perundang-Undangan lainnya yang berupa Peraturan Pemerintah, Keputusan
1.4.
Maksud, Tujuan dan Sasaran
1.4.1. Maksud
Tersusunnya Dokumen Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang PU/ Cipta Karya Kabupaten Brebes Tahun 2010
1.4.2. Tujuan
Tujuan dari pekerjaan ini adalah :
1) Tersusunnya Rencana Infrastruktur Perkotaan dan Perdesaan (Sarana dan Prasarana
Perkotaan dan Perdesaan) yang terencana, selaras, serasi, seimbang dan berkelanjutan
guna meningkatkan kualitas dan kesejahteraan masyarakat.
2) Tersusunnya rencana peningkatan kapasitas manajemen dan kelembagaan pembangunan
daerah untuk mendorong terwujudnya kemandirian daerah dalam pembangunan
infrastruktur Perkotaan dan Perdesaan (Sarana dan Prasarana Perkotaan dan Perdesaan)
3) Tersedianya infrastruktur Perkotaan dan Perdesaan (Sarana dan Prasarana Perkotaan
dan Perdesaan) yang dapat mendorong pertumbuhan kawasan perkotaan sesuai dengan
arah perkembangan Perkotaan dan Perdesaan yang tertuang dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) dan Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK), serta meningkatnya
ekonomi perkotaan;
4) Tersusunnya indikasi program kegiatan dan tahapan kegiatan serta pembiayaan
infrastruktur Perkotaan dan Perdesaan (Sarana dan Prasarana Perkotaan dan Perdesaan)
baik yang didanai dari APBN, APBD Provinsi, APBD Kabupaten serta Peran Swasta dan
Swadaya Masyarakat.
5) Tersusunnya manajemen pengelolaan dan kelembagaan pembangunan infrastruktur
Perkotaan dan Perdesaan (Sarana dan Prasarana Perkotaan dan Perdesaan).
1.4.3. Sasaran
Sasaran dari pekerjaan ini adalah :
1) Review terhadap masalah infrastruktur bidang Kecipta Karyaan
2) Review terhadap data base melalui kompilasi data
3) Terlaksananya kajian melalui fakta dan analisa
4) Tersusunnya revisi rencana kegiatan infrastruktur Perkotaan dan Perdesaan (Sarana dan
Prasarana Perkotaan dan Perdesaan) yang memuat : rencana kegiatan, tahapan kegiatan,
5) Tersusunnya Revisi Dokumen RPIJM sebagai pedoman dan pembangunan infrastruktur
Perkotaan dan Perdesaan (Sarana dan Prasarana Perkotaan dan Perdesaan) baik oleh
pemerintah, swasta dan masyarakat.
6) Dengan terbangunnya infrastruktur dapat meningkatkan ekonomi kota dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Kabupaten Brebes.
1.5.
Ruang Lingkup
1.5.1. Ruang Lingkup Pekerjaan
1) Review data dan analisa peraturan perundang-undang serta petunjuk pelaksanaan dan
petunjuk teknis terkait RPIJM;
2) Review data serta analisa rencana tata ruang kota (RTRW, RDTRK, RTBL, Grand Design
dan Action Plan);
3) Review data serta analisa arah pertumbuhan dan perkembangan kota;
4) Review Masterplan prasarana dan sarana perkotaan (jaringan jalan dan jaringan
pergerakan/transportasi, persampahan, sanitasi, ruang terbuka hijau, jaringan air bersih,
irigasi drainase, perumahan dan permukiman, prasarana dan sarana, jaringan dan utilitas
perkotaan lainnya;
5) Review data dan analisa pembiayaan infrastruktur kota dari pemerintah, swasta dan
masyarakat;
6) Review data dan analisa manajemen pengelolaan dan pembiayaan infrastruktur kota
7) Kajian data primer dan sekunder;
8) Wawancara pejabat yang berwenang, akademisi, praktisi dan tokoh masyarakat.
1.5.2. Lokasi Pekerjaan
Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari 35 daerah otonom di Provinsi Jawa Tengah.
Kabupaten Brebes terletak antara 6º 44’ – 7º 21’ Lintang Selatan dan antara 108º 41’ – 109º 11’
Bujur Timur.
Luas wilayah administrasi tercatat sebesar 166.296 Ha, Secara administrasi, Kabupaten
Brebes terbagi ke dalam 17 Kecamatan yang terdiri dari 292 desa dan 5 kelurahan, 1.132
Batas wilayah administrasi Kabupaten Brebes dibatasi oleh:
Sebelah Utara : Laut Jawa
Sebelah Timur : Kabupaten Tegal dan Kota Tegal
Sebelah Selatan : Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Cilacap
Sebelah Barat : Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Kuningan (Provinsi Jawa Barat).
1.6.
Sistematika Penyusunan
Sistematka penulisan Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang
PU/ Cipta Karya Kabupaten Brebes adalah sebagai berikut :
BAB 1. PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang penyusunan Review RPIJM Bidang PU/ Cipta Karya Kabupaten
Brebes dan uraian mengenai persepektif global pembangunan. Selanjutnya bab ini
menguraikan landasan hukum sebagai dasar penyusunan Review RPIJM Bidang PU/ Cipta
Karya Kabupaten Brebes. Bab ini menjelaskan pula mengenai tujuan dan pentingnya Review
RPIJM Bidang PU/ Cipta Karya Kabupaten Brebes, terakhir bab ini menuraikan mengenai
sistematika penyusunan.
BAB 2. GAMBARAN UMUM DAN KONDISI KABUPATEN BREBES
Bab ini menguraikan mengenai kondisi umum Kabupaten Brebes mengenai profil geografi dan
profil demografi Kabupaten/Kota. Selanjutnya bab ini menjelaskan secara singkat profil
ekonomi dan profil sosial budaya. Terakhir bab ini menggambarkan kondisi prasarana Bidang
PU/Cipta Karya meliputi sub-bidang air minum, sampah, air limbah, drainase, tata bangunan
lingkungan, dan pengembangan permukiman.
BAB 3. RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN BREBES
Bab ini berisi rencana pembangunan wilayah Kabupaten Brebes yang meliputi
strategi/skenario pengembangan wilayah dan strategi pembangunan perkotaan Kabupaten
Brebes
Bab ini berisi uraian menganai rencana program investasi masing-masing sub bidang
keciptakaryaan meliputi: Rencana pengembangan permukiman; Rencana investasi penataan
bangunan dan lingkungan; Rencana investasi air limbah, Rencana investasi persampahan;
Rencana investasi drainase; dan Rencana investasi air minum. Masing-masing rencana
investasi sub bidang berisi uraian mengenai kondisi umum, permasalahan, tujuan dan sasaran,
usulan program dan asumsi waktu pelaksanaan serta pembiayaan.
BAB 5. SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN
Bab ini berisi uraian mengenai petunjuk umum meliputi penjelasan prinsip-prinsip dasar
safeguard, lingkup kerangka safeguard, dan pembiayaan. Berikutnya bab ini menjelaskan
mengenai komponen safeguard meliputi komponen sosial dan lingkungan. Selanjutnya bab ini
menjelaskan mengenai metode pendugaan dampak meliputi pendugaan dampak soial dan
dampak lingkungan.
BAB 6. KEUANGAN DAN RENCANA PENINGKATAN PENDAPATAN
Bab ini berisi uraian mengenai petunjuk umum dan penjelasan komponen penerimaan daerah
serta komponen pembiayaan. Bab ini selanjutnya menjelaskan mengenai profil keuangan
daerah. Bab ini menjelaskan pula mengenai analisis keuangan, analisisi tingkat ketersediaan
dana, serta rencana pembiayaan program. Terakhir bab ini memberikan penjelasan mengani
petunjuk umum rencana peningkatan pendanaan.
BAB 7. KELEMBAGAAN DAERAH DAN RENCANA PENINGKATAN KAPASITAS
KELEMBAGAAN
Bab ini berisi uraian mengenai petunjuk umum, kondisi kelembagaan pengelola sarana dan
prasarana keciptakaryaan di daerah. Selanjutnya bab ini menguraikan analisis permasalahan
kelembagaan berikut rekomendasi rencana tindakan peningkatan kelembagaan.
BAB 8. RENCANA KESEPAKATAN (MEMORANDUM) RENCANA INVESTASI
Bab ini berisi ringkasan rencana konsep dan strategi pengembangan wilayah; skenario
pembangunan infrastruktur Bidang PU/Cipta Karya; ringkasan program investasi infrastruktur.
Terakhir bab ini menguraikan mengenai pengaturan dan mekanisme pelaksanaan rencana