• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - DOCRPIJM 383315ec58 BAB IBAB 1 PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - DOCRPIJM 383315ec58 BAB IBAB 1 PENDAHULUAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang.

Pembangunan nasional harus dilaksanakan secara merata di seluruh wilayah Indonesia, bersama

seluruh tingkat pemerintahan dari pusat sampai dengan pemerintah daerah dengan cara yang lebih

terpadu, efisien, efektif serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi seluruh masyarakat. Salah

satu perwujudan pembangunan nasional tersebut adalah pelaksanaan pembangunan infrastruktur yang

disiapkan secara lebih cerdas, terencana dan terpadu sesuai dengan kaidah pembangunan berkelanjutan.

Pendayagunaan sumber daya yang lebih optimal diharapkan ada diharapkan mampu mendukung

pertumbuhan ekonomi nasional dan pemerataan pembangunan di berbagai daerah, penciptaan lapangan

kerja dan penanggulangan kemiskinan dengan tetap menjaga daya dukung lingkungan.

Didalam melakukan pembangunan, setiap Pemerintaah Daerah memerlukan perencanaan yang

akurat dan komprehensif serta diharapkan dapat melakukan evaluasi terhadap pembangunan yang

dilakukannya. Seiring dengan semakin pesatnya pembangunan bidang ekonomi, maka terjadi peningkatan

permintaan data dan indikator-indikator yang menghendaki ketersediaan data sampai tingkat

Kabupaten/Kota. Data dan indikator-indikator pembangunan yang diperlukan adalah yang sesuai dengan

perencanaan yang telah ditetapkan.

Struktur perencanaan pembangunan di Indonesia berdasarkan hirarki dimensi waktunya

berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

dibagi menjadi perencanaan jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek (tahunan), sehingga

dengan Undang-Undang ini kita mengenal satu bagian penting dari perencanaan wilayah yaitu apa yang

disebut sebagai rencana pembangunan daerah, yaitu Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

(RPJP-D), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM-D) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah

(RKPD) serta Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra-SKPD) dan Rencana Kerja Satuan

Kerja Perangkat Daerah (Renja-SKPD) sebagai kelengkapannya.

Perencanaan pembangunan daerah seperti diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 25 Tahun

2004 tentang SPPN, mewajibkan daerah untuk menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang yang

berdurasi waktu 20 (dua puluh) tahun yang berisi tentang visi, misi dan arah pembangunan daerah.

Perencanaan ini kemudian dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang

berdurasi waktu 5 (lima) tahun, yang memuat kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah,

kebijakan umum, program SKPD dan lintas SKPD, program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana

(2)

dijabarkan dalam perencanaan berdurasi tahunan yang disebut sebagai Rencana Kerja Pemerintah Daerah

(RKPD) yang memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja,

dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang ditempuh dengan

mendorong partisipasi masyarakat.

Untuk mewujudkan hal tersebut perlu disiapkan perencanaan program infrastruktur yang dapat

mendukung kebutuhan ekonomi, sosial dan lingkungan secara terpadu yaitu perencanaan program yang

dimaksud khususnya Bidang PU/Cipta Karya sebagai embrio terwujudnya perencanaan program

infrastruktur yang lebih luas. Dengan adanya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang

PU/Cipta Karya diharapkan Kabupaten/Kota dapat menggerakkan semua sumber daya yang ada untuk

memenuhi kebutuhannya dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan penanggulangan kemiskinan

serta mewujudkan lingkungan yang layak huni (livable).

RPIJM Bidang PU/Cipta Karya merupakan tindak lanjut dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Nasional (RPJPN) 2005-2025 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015–2019.

serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten/Kota. Sedangkan Rencana Strategis

Departemen Pekerjaan Umum 2015–2019 menjadi acuan kegiatan sektoral bidang cipta Karya.

Rencana Program Infrastruktur Bidang PU/Cipta Karya yang akan disusun daerah harus

mempertimbangkan kemampuan keuangan/pendanaan dan kelembagaan dalam memenuhi kebutuhan

pembangunannya. Disamping itu, RPIJM perlu memperhatikan aspek kelayakan program masing-masing

sektor dan kelayakan spasialnya sesuai dengan Rencana Tata Ruang yang ada, serta kelayakan sosial dan

lingkungannya.

1.2 Maksud dan Tujuan.

Penyusunan RPIJM Bidang PU/Cipta Karya di Kabupaten Kutai Barat sebagai upaya untuk

mensukseskan pembangunan infrastruktur di Kabupaten Kutai Barat secara terpadu, efektif dan efisien

sehingga lebih bermanfaat bagi masyarakat luas. Diharapkan para pelaku pembangunan termasuk

konsultan dapat memahami kedudukan, arti pentingnya dokumen RPIJM Pemerintah Daerah Kabupaten

Kutai Barat. Tersusunnya RPIJM pada akhirnya dapat menjadi dokumen Program/Anggaran Kerja antara

Pemerintah Pusat, Propinsi Kalimantan Timur dan Kabupaten Kutai Barat yang kelayakannya dapat

dipertanggungjawabkan.

1.3 Dasar Hukum.

RPIJM Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Kutai Barat 2016-2021 disusun dalam kerangka

(3)

pembangunan daerah dapat terintegrasi dengan pembangunan nasional. Atas dasar hal tersebut, RPIJM

disusun berdasarkan landasan sebagai berikut:

a. Landasan Idiil : Pancasila

b. Landasan Konstitusional : UUD 1945

c. Landasan Operasional :

1) UU No. 4/1992 tentang Perumahan dan Permukiman;

2) UU Nomor 47 Tahun 1999 Tentang Pembentukan Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau,

Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur, dan kota Bontang sebagaimana telah diubah

dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 500 (Lembaran Negara Tahun 500 Nomor 74,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 3962);

3) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Replubik

Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);

4) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara

Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355);

5) UU No. 7/2004 tentang Sumberdaya Air;

6) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan perundangundangan

(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389):

7) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Replubik Indonesia

Nomer 4421);

8) UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah;

9) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 4438);

10) UU No. 38/2004 tentang Jalan;

11) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pembangunan Jangka Panjang Nasional

2005-2025 (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 33,Tambahan Lembaran Negara Nomor 4700);

12) UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

13) UU Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pembentukan Kabupaten Mahakam Ulu Di Provinsi

Kalimantan Timur;

14) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

(4)

15) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

(Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 140,Tambahan Lembaran Negara Nomor 4578);

16) Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan

Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 150,Tambahan Lembaran

Negara Nomor 4585);

17) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara

Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten (Lembaran

Negara Replubik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Replubik

Indonesia nomor 4737):

18) Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tenteng Pengelolaan Uang Negara/Daerah

(Lembaran Negara Replubik Indonesia Tahun 2007 Nomor 83, Lembaran Negara Replubik

Indonesia Nomor 4738);

19) Peraturan Pemerintah Replubik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat

Daerah (Lembaran Negara Replubik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Lembaran Negara

Replubik Indonesia Nomor 4741);

20) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,

Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara

Replubik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21,Tambahan Lembaran Negara Replubik Indonesia

Nomor 4817);

21) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan

Pemerintah Daerah;

22) Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah;

23) Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional Tahun 2015-2019;

24) Permen PU 494/PRT/M/2005 tentang Kebijakan Nasional Strategi Pengembangan (KNSP)

Perumahan dan Permukiman, bahwa pembangunan perkotaan perlu ditingkatkan dan

diselenggarakan secara berencana dan terpadu;

25) Permen PU 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan (KSNP)

Sistem Penyediaan Air Minum;

26) Permen PU 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan

(KSNP-SPP) Sistem Pengelolaan Persampahan;

27) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

(5)

28) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan

Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan , Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan

Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

29) Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Barat Nomor 32 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Kabupaten Kutai Barat Tahun 2011-2031;

1.4 Konsep Pembangunan Bidang PU/Cipta Karya.

Sidang umum Perserikatan Bangsa–Bangsa (PBB) pada 25 September 2015 lalu di New York,

Amerika Serikat, secara resmi telah mengesahkan Agenda Pembangunan Berkelanjutan atau SDGs sebagai

kesepakatan pembangunan global. Sekurangnya 193 kepala negara hadir, termasuk Wakil Presiden Jusuf

Kalla, turut mengesahkan Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030 untuk Indonesia.

Mulai tahun 2016, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 2015–2030 secara resmi

menggantikan Tujuan Pembangunan Millennium (MDGs) 2000–2015. SDGs berisi seperangkat tujuan

transformatif yang disepakati dan berlaku bagi seluruh bangsa tanpa terkecuali. SDGs berisi 17 Tujuan.

Salah satu Tujuan adalah Tujuan yang mengatur tata cara dan prosedur yaitu masyarakat yang damai tanpa

kekerasan, nondiskriminasi, partisipasi, tata pemerintahan yang terbuka serta kerja sama kemitraan multi–

pihak.

Indonesia telah memiliki prioritas pembangunan, sesuai dengan program dan prioritas dalam

Nawacita dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2015–2019. Terdapat konvergensi dan

divergensi antara SDGs dan Nawacita. Dalam hal pembangunan manusia dan upaya penurunan

ketimpangan, kedua dokumen selaras berjalan. Dalam hal pembangunan ekonomi, keduanya juga teman

seiring. Namun, dalam hal keberlanjutan, ekologi dan konservasi lingkungan hidup, maka Nawacita dan

RPJMN harus melakukan banyak penyesuaian (konsumsi dan produksi yang berkelanjutan, penurunan

kerusakan hutan, manajemen air, laut, dan sebagainya).

Meski begitu, secara keseluruhan banyak pihak sepakat bahwa terdapat beberapa fokus SDGs yang

dapat menjadi panduan pembangunan serta sesuai dengan sembilan agenda prioritas Presiden Joko

Widodo (Nawacita) di antaranya:

1. Keberlanjutan agenda pembangunan manusia seperti kemiskinan, kelaparan, keadilan gender, serta

pemenuhan akses terhadap air dan sanitasi sebagai isu yang senantiasa strategis.

2. Peningkatan kesejahteraan dan pendidikan sesuai dengan agenda prioritas peningkatan kualitas

hidup manusia melalui jaminan sosial, pendidikan, kesehatan serta reformasi agraria.

3. Pembangunan ekonomi berkelanjutan merupakan isu baru yang akan difokuskan pada pertumbuhan

ekonomi inklusif, serta industrialisasi yang berkelanjutan dan pembangunan hunian serta kota yang

(6)

4. Akses energi yang terjangkau, sebagai fokus baru yang dikombinasikan dengan pembangunan

infrastruktur seperti pembangunan pembangkit listrik, penggunaan biofuel, bendungan, serta jalur

transportasi. Pengalihan kepada sumber energi terbarukan serta transparansi pengelolaan sektor

energi turut menjadi fokus penting serta tanggung jawab sosial sebagai bagian dari upaya lebih luas

untuk menerapkan tata kelola sumber daya berkelanjutan.

5. Perubahan iklim, di mana Indonesia telah secara sukarela menyatakan komitmennya untuk

menurunkan emisi gas rumah kaca. Komitmen inidituangkan dalam Rencana Aksi Nasional

Penurunan Gas Rumah Kaca melalui Perpres No. 61/ 2011 dan 33 Rencana Aksi Daerah yang

ditetapkan melalui peraturan gubernur. Langkah penurunan emisi diiringi dengan langkah adaptasi.

Pelaksanaan rencana mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di berbagai bidang terkait dituangkan di

dalam program lintas bidang dalam RPJMN 2015–2019 dengan target penurunan emisi gas rumah

kaca (GRK) sekitar 26 persen pada tahun 2019 dan peningkatan ketahanan perubahan iklim di

daerah.

Keselarasan SDGs atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2030 dengan visi dan misi Presiden Joko

Widodo–Jusuf Kalla “Nawacita” diharapkan dapat mengakselarasi pencapaian RPJMN 2014–2019 sekaligus melengkapi prioritas strategi pembangunan terutama terkait dengan tujuan–tujuan yang berkaitan dengan

lingkungan, energi bersih serta upaya menangani perubahan iklim.

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Bidang PU/Cipta Karya Kutai Barat

merupakan penjabaran dari perspektif RPJMD Kutai Barat 2016-2021. Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah (RPJMD) Kutai Barat 2016-2021 merupakan dokumen yang menjabarkan visi dan misi

kepala daerah terpilih dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan daerah.

Dengan demikian, RPJMD Kutai Barat 2016-2021 merupakan bagian dari upaya kepala daerah terpilih

dalam memenuhi janji politik, untuk mewujudkan visi dan misi Kutai Barat 2016-2021. Adanya RPJMD Kutai

Barat ini akan memudahkan eksekutif dalam menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi perencaaan dan

implementasi pembangunan daerah. RPJMD juga memungkinkan Kutai Barat menyusun berbagai program

sesuai dengan skala prioritas beserta indikator keberhasilan untuk alat evaluasi. Program-program yang

tersusun dalam RPJMD dilaksanakan secara koordinatif atas SKPD, sehingga diharapkan masing-masing

program akan saling melengkapi dan saling mendukung, sehingga menghindari kemungkinan adanya

overlapping.

Rencana Program Investasi (Infrastruktur) Jangka Menengah Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten

Kutai Barat 2016 – 2021 atau disingkat sebagai RPIJM Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Kutai Barat 2016 –

(7)

Sebagai dokumen teknis, RPIJM menekankan proses partisipasi melalui dialog kebijakan dengan

pihak-pihak terkait, masyarakat, profesional dan lain-lain pada tahap penyusunan rencana pembangunan

Kabupaten Kutai Barat dan melalui dialog investasi dengan masyarakat dan dunia usaha maupun

pihak-pihak yang terkait pada tahap penyusunan prioritas program/kelayakan program investasi. Dengan

demikian, RPIJM yang bersifat sektoral dan terpadu merupakan Consolidated FS yang dapat diterima semua pihak sebagai bentuk pertanggungjawaban pemerintah.

1.5 Metode Pendekatan.

Pendekatan penyusunan RPIJM pada hakekatnya perlu mempertimbangkan beberapa hal antara

lain:

1. Proses Perencanaan yang Partisipatif: Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan

pembangunan Kabupaten Kutai Barat yang dinamis membutuhkan penyediaan fasilitas

infrastruktur, dan yang layak, memadai, terjangkau, adil, serta bagi masyarakat luas. Untuk

itu diperlukan perencanaan program investasi yang partisipatif;

2. Membangun Transparansi dan Persepsi Bersama: Permasalahan yang dihadapi Kabupaten

Kutai Barat baik persoalan ekonomi, sosial, budaya, lingkungan maupun persoalan kapasitas

institusi agar menjadi persepsi bersama;

3. Keterpaduan dan Keberlanjutan: Perencanaan Program Investasi Jangka Menengah Bidang

PU/Cipta Karya Kabupaten Kutai Barat mengacu pada prinsip pengembangan wilayah,

RTRW Kabupaten Kutai Barat 2011 - 2031, RPJMN, RPJMD Kabupaten Kutai Barat 2016 -

2021, dan Renstra PU/Cipta Karya, Dinas Terkait, Masterplan Sektor, Strategi Pembangunan Kabupaten Kutai Barat, maupun Peraturan Perundangan yang berlaku;

4. Kelayakan Teknis, Sosial, Ekonomi dan Lingkungan: Penentuan prioritas program dan

kegiatan perlu mengacu pada hasil Studi Kelayakan (FS/DED), kelayakan ekonomi dan sosial

serta lingkungan;

5. Credit Worthiness dan Akuntabilitas; Perhitungan kemampuan penyediaan dana perlu didasarkan pada hasil analisis keuangan. Demikian pula kemampuan pelaksanaan perlu

diperhitungkan dari hasil analisis kelembagaannya serta perlu mempertimbangkan

keberlanjutan pembangunan.

1.6 Kedudukan.

Kedudukan RPIJM Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Kutai Barat yaitu berada di bawah kebijakan

(8)

hakekatnya merupakan operasionalisasi dari RPJMN dan RPJMD Kabupaten Kutai Barat. Kebijakan spasial

dalam RPIJM Kutai Barat mengacu pada RTRW Nasional, Propinsi Kalimantan Timur dan Kabupaten Kutai

Barat sedangkan kebijakan sektoral/program dalam RPIJM mengacu pada RPJMN dan RPJMD Kutai Barat

2016-2021 atau lanjutannya serta Masterplan sektor yang ada. Bilamana suatu daerah belum mempunyai Rencana Tata Ruang maupun Masterplan Sektor (RIS) masih dapat dilakukan assessment berdasarkan kebijakan tata ruang maupun kebijakan sektoral yang ada.

Gambar 1.1

(9)

Gambar 1.2

(10)

Sistem berpikir di dalam proses penyusunan RPIJM pada prinsipnya mengacu kepada diagram alir proses perencanaan dan penyusunan sebagaimana dapat dilihat pada gambar 1.3

Gambar 1.3

(11)

1.7 Sistematika Pembahasan.

Secara garis besar sistematika penyusunan laporan ini terdiri dari 8 bab dengan isi setiap

bab sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN.

Bab ini berisi latar belakang, maksud dan tujuan, dasar hukum, konsep pembangunan

Bidang PU/Cipta Karya, metode pendekatan, kedudukan RPIJM dan sistematika

pembahasan.

BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN.

Bab ini memperlihatkan gambaran kondisi geografi dan demografi, pertumbuhan

ekonomi, infrastruktur permukiman, pendidikan dan kesehatan di Kabupaten Kutai Barat.

BAB 3 RENCANA PEMBANGUNAN KABUPATEN KUTAI BARAT.

Bab ini berisi Skenario Pengembangan Wilayah dan Skenario Pembangunan Kabupaten

dengan mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kutai Barat 2011 - 2031.

BAB 4 PENGEMBANGAN PERMUKIMAN.

Bab ini berisi profil permukiman di Kabupaten Kutai Barat, permasalahan dan usulan

pengembangan permukiman di Kabupaten Kutai Barat.

BAB 5 PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN.

Bab ini skenario pengembangan Penataan Bangunan dan Lingkungan Kabupaten Kutai

Barat mengacu pada RPJMD dan kebijakan sektoral.

BAB 6 PENGEMBANGAN AIR MINUM.

Bab ini berisi profil air minum, permasalahan dan usulan sistem prasarana air minum

Kabupaten Kutai Barat.

BAB 7 PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN.

Bab ini membahas profil, permasalahan dan usulan untuk sistem air limbah, persampahan

dan drainase perkotaan Kabupaten Kutai Barat.

BAB 8 KEUANGAN DAERAH.

Bab ini membahas komponen keuangan daerah, profil keuangan daerah, permasalahan

keuangan daerah, tingkat ketersediaan dana dan rencana pembiayaan program di

(12)

BAB 9 KELEMBAGAAN DAERAH.

Bab ini berisi kondisi kelembagaan daerah, permasalahan, program dan usulan sistem

prosedur antar instansi di Kabupaten Kutai Barat.

BAB 10 RENCANA KESEPAKATAN (MEMORANDUM) PROGRAM INVESTASI.

Bab ini berisikan ringkasan skenario pembangunan Kabupaten Kutai Barat dan ringkasan

skenario pembangunan infrastruktur bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Kutai Barat serta

rencana kesepakatan (memorandum) program investasi pembangunan infrastruktur

Gambar

Gambar 1.1 Kedudukan RPIJM Dalam Rencana Pembangunan Nasional
Gambar 1.2 Diagram Penyusunan RPIJM
Gambar 1.3

Referensi

Dokumen terkait

Seluruh Staff Tata Usaha Fakultas Psikologi UNIKA Widya Mandala Surabaya yang telah memberikan banyak informasi dan membantu penulis untuk menyelesaikan

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis apakah Return On Asset, Return On Equity, Earnings Per Shares, dan Net Profit Margin berpengaruh secara

Tabel 4.59 Uji Multivariate: Perbedaan Pengaruh Globalisasi Terhadap Perubahan Akhlak Remaja Muslim FELDA Berdasarkan Kebiasaan Berbicara dan SMS Menggunakan

Oleh karena itu perlu dikaji mengenai partisipasi petani dalam program seribu hektar sistem tanam padi jajar legowo di Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar,

menulis laporan akhir yang judul “Analisis Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan pada Dinas Pendapatan Kota Palembang ”. 1.2

Kadar air yang ditingkatkan terus secara bertahap pada usaha pemadatan yang sama, maka berat dari jumlah bahan padat dalam tanah persatuan volume juga akan meningkat

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA bidang agama adalah terciptanya suasana kehidupan beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang penuh keimanan dan ketaqwaan,

Analisis Faktor merupakan nama umum yang menunjukkan suatu kelas prosedur, utamanya untuk mereduksi data atau meringkas, dari variabel yang banyak diubah menjadi