• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar 1. Alur Kerangka Pemikiran

Konsumen Minyak Goreng

Kemasan

Sikap Konsumen

dengan

Kepentingan Atribut

Produk Minyak

Goreng Kemasan

(merek, harga sesuai

kualitas, kejernihan,

aroma, cepat panas,

kemasan, kemudahan

didapat, tidak berbusa

saat dipakai,

kemampuan membuat

renyah)

Berbagai Merek Produk Minyak

Goreng Sawit Kemasan

Karakteristik

Konsumen

Perilaku Konsumen

Analisis Deskriptif Model Sikap Angka

Ideal

Merek Ideal Konsumen

Perilaku Konsumen

dalam Membeli

38

B. Hipotesis

1. Karakteristik konsumen minyak goreng yang paling dominan yaitu responden yang berpendidikan menengah dan tinggi.

2. Perilaku konsumen dalam membeli minyak goreng kemasan lebih memilih membeli di pasar modern (minimarket/hypermarket) dibandingkan di pasar tradisional.

3. Sikap konsumen terhadap kepentingan atribut produk minyak goreng sawit kemasan yaitu lebih mementingkan aroma (atribut internal) dibandingkan kemasan (atribut eksternal).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

A. Penentuan Lokasi

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan mengambil lokasi di daerah Surabaya, tepatnya di Kecamatan Jambangan, dengan pertimbangan bahwa di kecamatan tersebut merupakan salah satu kecamatan di Kota Surabaya yang beragam akan penduduknya. Berikut data yang menunjukkan keanekaragaman penduduk dilihat dari usia, pendidikan, dan tingkat pendapatan. Kelompok usia hasil registrasi per Kelurahan Tahun 2011, jumlah usia non produktif 0-16 tahun dan >60 tahun sebesar 18.217 jiwa dan jumlah usia produktif 17-59 tahun sebesar 27.456 jiwa.

Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan Tahun 2011 adalah sebanyak 3.794 jiwa (tidak sekolah), 274 jiwa (tidak tamat SD), 9.035 jiwa (tamat SD), 6.364 jiwa (SLTP), 14.908 jiwa (SLTA), 624 jiwa (Diploma I/II), 1.052 jiwa (Akademi/Diploma III/Sarjana Muda), 4.023 jiwa (Sarjana), dan 286 jiwa (Pasca Sarjana). Selain itu, tingkat pendapatan di Kecamatan Jambangan juga berbeda-beda, mulai dari kelas bawah, kelas menengah hingga kelas atas. Tingkat pendapatan rata-rata antara Rp. 3.000.000–Rp. 4.000.000 per bulan. Selain itu, beragamnya konsumen juga terlihat dari pemukiman penduduk yang beragam pula dalam pengelompokkan tempat tinggal, mulai dari perkampungan, perumahan minimalis, hingga perumahan elite. Kondisi tersebut dapat memperlihatkan aspek demografi dari segi pendapatan.

Kecamatan Jambangan juga merupakan kecamatan yang mempunyai perkembangan daerah yang cepat karena terdapat beberapa pusat akademik, kantor seperti Dinas Pertanian, UPT Industri Kerajinan, Dinas Pangan dan Holtikultura serta prasarana peribadatan yang memadai. Selain itu, Kecamatan

40

yaitu pasar tradisional yang terdiri dari 4 pasar tradisional dan pasar modern sebanyak 11 minimarket, sehingga kondisi inilah yang dapat memudahkan akses mobilitas perdagangan. Beragamnya penduduk di Kecamatan Jambangan diatas diharapkan dapat menjadi objek penelitian yang representatif karena perbedaan aspek demografinya, dengan demikian dapat memberikan sikap konsumen yang berbeda-beda pula.

B. Penentuan Responden

Teknik penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Purposive Sampling dalam menentukan sampel. Pengertian Purposive Sampling menurut Sugiyono (2005), yaitu berdasarkan pertimbangan tertentu untuk memilih sampel yang diharapkan memiliki informasi yang akurat dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif (mewakili). Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Menentukan ukuran sampel diharapkan 100% mewakili populasi adalah sama dengan jumlah anggoata populasi itu sendiri. Saran yang diberikan dalam menentukan ukuran sampel (Sugiyono, 2005) :

1. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30-500 responden.

2. Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya: pria–wanita, pegawai negeri–swasta) maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal 30 responden.

3. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (korelasi atau regresi ganda misalnya), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti. Misalnya variabel penelitiannnya ada 5 (independen+dependent), maka jumlah anggota sampel minimal sampel 10x5 =50 responden.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

4. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota sampel masing-masing antara 10-20 responden.

Berdasarkan teori penentuan jumlah sampel, maka penelitian ini melibatkan 50 responden yang merupakan ibu rumah tangga. Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah melakukan wawancara dengan menggunakan kuisioner yang dilakukan dengan mendatangi responden. Kriteria yang digunakan dalam pengambilan responden adalah :

a. Konsumen sebagai pemakai minyak goreng sawit kemasan dan mengonsumsi minyak goreng tersebut, sehingga konsumen dapat membandingkan antar berbagai atribut minyak goreng kemasan.

b. Konsumen yang dipilih untuk menjadi responden dalam penelitian ini yaitu ibu rumah tangga berusia 21 tahun ke atas karena dianggap paling dominan dalam pembelian produk minyak goreng kemasan. Selanjutnya responden biasa menggoreng sendiri atau terlibat dalam proses penggorengan, sehingga responden dapat memahami dan memberikan penilaian pada perbedaan atribut-atribut minyak goreng.

C. Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara).

1. Data primer

Merupakan data yang diperoleh secara langsung dari objek yang diteliti Sugiono (2010) menyatakan bahwa : “Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data”. Data primer yang diperoleh dengan cara menggunakan kuesioner dengan responden yang

42

masih mengonsumsi minyak goreng kemasan. Pengumpulan data primer ini meliputi karakteristik responden, perilaku pembelian konsumen, dan evaluasi konsumen terhadap minyak goreng sawit yang digunakan.

Adapun metode pengumpulan data primer yang akan digunakan adalah sebagai berikut :

a. Wawancara

Wawancara dipergunakan sebagai teknik pengumpulan data dalam melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti.

b. Kuesioner

Merupakan suatu metode pengumpulan data dengan menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden, sehingga diketahui bagaimana karakteristik dan perilaku konsumen dalam menggunakan minyak goreng sawit kemasan bermerek.

c. Observasi

Meruoakan cara pengamatan secara langsung terhadap objek yang akan diteliti seperti observasi lapang mengenai harga berbagai produk minyak goreng Tahun 2013 di pasaran.

2. Data sekunder

Merupakan data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicetak oleh pihak lain). Data sekunder berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter). Data sekunder diperoleh dengan membaca literatur-literatur yang terkait dengan topik penelitian dari perpustakaan, internet dan instansi yang terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) mengenai pengeluaran rata-rata per kapita sebulan di Indonesia, produksi perkebunan besar minyak kelapa

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

sawit (Crude Palm Oil) di Indonesia Tahun 2000-2010, industri minyak goreng sawit kemasan bermerek di Indonesia, luas wilayah Kecamatan Jambangan per Kelurahan, jumlah penduduk di Kecamatan Jambangan, serta keadaan penduduk di Kecamatan Jambangan.

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Konsep yang digunakan dalam peneltian ini secara operasional dapat didefinisikan sebagai berikut :

1. Produk minyak goreng sawit kemasan adalah minyak goreng sawit yang dikemas dalam pembungkus plastik (refill), botol, dan jerigen.

2. Responden adalah pemakai akhir yang menggunakan produk minyak goreng sawit kemasan bermerek tertentu untuk konsumsi sehari-hari. 3. Perilaku konsumen minyak goreng sawit kemasan sebagai perilaku

yang diperlihatkan oleh konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan dapat memuaskan kebutuhan mereka. Perilaku konsumen ini dapat diukur dengan tingkat kepedulian atau minat terhadap proses pembelian minyak goreng kemasan yang dibangkitkan oleh arti penting pembelian tersebut.

4. Evaluasi konsumen adalah proses pemberian arti atau nilai tingkat kepentingan, tingkat performansi ideal, dan tingkat performansi aktual yang dirasakan atau minat konsumen dalam menilai minyak goreng kemasan. Untuk mengukur tingkat evaluasi konsumen, yaitu dengan analisis sikap angka ideal menggunakan skala likert yaitu dengan memberi skor antara 1 sampai 5. Skor 1 untuk keterlibatan sangat rendah (pada sisi negatif) dan skor 5 untuk keterlibatan sangat tinggi (pada sisi positif). Sikap ini dapat diukur dengan melakukan wawancara

44

kepada konsumen minyak goreng kemasan atas produk minyak goreng yang dikonsumsinya.

5. Evaluasi konsumen terhadap kualitas merek minyak goreng kemasan adalah pemberian arti atau penilaian terhadap kualitas atau keunggulan suatu merek minyak goreng kemasan. Untuk mengetahui sikap konsumen terhadap kualitas merek minyak goreng dapat diukur dari penilaian setiap atribut yang melekat pada masing-masing merek minyak goreng oleh konsumen.

6. Atribut minyak goreng kemasan adalah karakteristik atau ciri yang melekat pada produk minyak goreng yang berfungsi sebagai kriteria penilaian dalam pengambilan keputusan pembelian minyak goreng kemasan. Dalam penelitian atribut yang diteliti adalah merek, tidak berbusa saat dipakai, kejernihan, aroma, kemudahan didapat, cepat panas, kemampuan membuat renyah, harga sesuai kualitas, dan kemasan.

7. Merek minyak goreng kemasan adalah suatu nama, istilah, simbol, desain atau kombinasinya yang dimaksudkan untuk memberi tanda pengenal pada produk minyak goreng dari penjual dan untuk membedakannya dari produk minyak goreng yang dihasilkan oleh pesaing.

8. Tidak berbusa saat dipakai adalah tanggapan indra penglihat terhadap busa minyak goreng yang keluar saat menggoreng.

9. Aroma adalah tanggapan indra penciuman konsumen terhadap bau yang dihasilkan dari produk minyak goreng, yang dapat diukur dengan aroma tidak berbau tengik pada minyak goreng.

10. Kemudahan didapat adalah kemudahan konsumen untuk memperoleh atau membeli produk minyak goreng kemasan, yang dapat diukur

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

mudah atau tidaknya konsumen memperoleh produk minyak goreng kemasan yang diinginkan.

11. Cepat panas adalah menaiknya temperatur/suhu minyak goreng yang terjadi secara cepat pada waktu menggoreng.

12. Kemampuan membuat renyah adalah kondisi dimana pada waktu selesai penggorengan, produk yang di goreng mengalami kondisi yang renyah. 13. Kejernihan adalah tanggapan indra penglihatan konsumen terhadap

warna minyak goreng (tingkat kejernihan) yang dihasilkan dari produk minyak goreng kemasan, yang dapat diukur dari warna coklat hingga kuning keemasan.

14. Harga adalah sejumlah uang yang harus dikeluarkan konsumen untuk mendapatkan produk minyak goreng kemasan yang diukur dengan satuan rupiah (Rp).

15. Kemasan adalah wadah atau pembungkus yang guna mencegah atau mengurangi terjadinya kerusakan-kerusakan terhadap minyak goreng, yang diukur dengan plastik (refill), botol, dan jerigen.

E. Analisis Data

Analisis data dibuat untuk memecahkan masalah dari penelitian yang berguna untuk mencapai tujuan penelitian, maka metode analisis data yang dipergunakan yaitu:

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu obyek, suatu kondisi, ataupun sistem pemikiran. Analisis ini berguna untuk menganalisis data-data yang bersifat kualitatif yaitu menggambarkan berbagai kondisi dan situasi tempat penelitian sesuai dengan

46

kondisi lapang, membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta.

2. Analisis Model Sikap Angka Ideal (The Ideal-Point Model)

Model sikap angka ideal (the ideal-point model) menurut Engel, Blackwell dan Minard (1995) mengemukakan bahwa model ini akan memberikan informasi mengenai sikap konsumen terhadap merek suatu produk dan sekaligus bisa memberikan informasi mengenai merek ideal yang dirasakan konsumen.

Untuk menjelaskan tujuan penelitian, maka analisis data yang dilakukan sebagai berikut :

a. Untuk menjawab tujuan pertama yaitu untuk mengetahui karakteristik konsumen minyak goreng kemasan di Kecamatan Jambangan Surabaya menggunakan Analisis Deskriptif dimana peneliti akan memberikan kuesioner dan wawancara langsung kepada responden.

b. Untuk menjawab tujuan kedua yaitu untuk mengetahui perilaku pembelian konsumen minyak goreng kemasan di Kecamatan Jambangan Surabaya menggunakan Analisis Deskriptif dengan cara menginterpretasikan hasil pengolahan lewat tabulasi dan grafik.

c. Untuk menjawab tujuan ketiga yaitu untuk menganalisis sikap konsumen terhadap atribut produk minyak goreng sawit di Kecamatan Jambangan Surabaya menggunakan Analisis Model Sikap Angka Ideal (The Ideal-Point Model) dimana peneliti akan memberikan kuesioner ke konsumen minyak goreng kemasan.

Skala likert, yang juga disebut summated-ratings scale, merupakan teknik pengukuran sikap yang paling luas digunakan dalam riset pemasaran. Skala ini memungkinkan responden untuk mengekspresikan intensitas perasaan mereka. Pertanyaan yang diberikan adalah pertanyaan tertutup. Pilihan dibuat berjenjang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

mulai dari intensitas paling rendah sampai paling tinggi. Pilihan jawaban bisa tiga, lima, tujuh, Sembilan, dan ganjil (Simamora, 2004).

Penelitian ini menggunakan lima skala. Perhitungan ini menggunakan skala likert dari 1-5. Masing-masing atribut produk yang diteliti diberi skor mulai dari 1-5 untuk melihat kecenderungan responden terhadap atribut produk tersebut. Untuk analisis secara kualitatif, maka jawaban-jawaban dari responden akan diberi nilai (score), jawaban kuisioner dikelompokkan menurut nilai /bobot dari masing-masing pertanyaan atau nomor item yang terdiri jawaban responden (Nazir, 1998).

Scoring jawaban responden sebagai berikut : Tabel 5. Scoring Skala Likert

Pilihan Jawaban Bobot

Sangat Tidak Setuju 1

Tidak Setuju 2

Netral 3

Setuju 4

Sangat Setuju 5

Skala likert ini digunakan dengan pertimbangan yaitu :

1). Memberikan kemudahan bagi responden untuk mengekspresikan jawabannya.

2). Mempunyai realibilitas yang relatif tinggi.

3). Dapat memperhatikan item yang menyatakan dalam 5 alternatif jawaban tentang senang tidak senang terhadap suatu item.

Setelah itu, jumlah data responden dari masing-masing skor dirata-ratakan, yaitu dicari nilai Wi (tingkat kepentingan) dari atribut produk minyak goreng sawit kemasan melalui rumus angka ideal (Sumarwan, 2003). Perbedaan utama model Fishbein dan Ideal adalah terletak pada pengukuran sikap angka ideal menurut konsumen. Fishbein tidak mengukur sikap ideal menurut konsumen. Model Angka Ideal digambarkan sebagai berikut :

48

Ab = ∑ Wi │ Ii – Xi │

Ab = Sikap terhadap suatu merek Wi = Tingkat kepentingan atribut ke-1 Ii = Performansi ideal atribut ke 1

Xi = Kepercayaan terhadap atribut ke-1 dari suatu merek

Pada prinsipnya, model angka ini memberikan informasi mengenai evaluasi konsumen terhadap apa yang dirasakan (yang sesungguhnya) oleh konsumen dan apa yang diinginkan (yang ideal) oleh konsumen. Model ini mengukur perbedaan antara apa yang ideal dengan apa yang sesungguhnya dirasakan konsumen.

Ab adalah sikap keseluruhan konsumen terhadap suatu merek, yang akan digambarkan oleh angka dari nol sampai jumlah tertentu. Semakin kecil skor Ab (mendekati nol), artinya perbedaan antara apa yang diharapkan (yang ideal) dengan yang sesungguhnya semakin dekat. Dengan kata lain merek tersebut semakin disukai oleh konsumen. Sebaliknya jika skor Ab semakin besar, artinya masih ada perbedaan yang lebar antara apa yang diinginkan dengan apa yang dirasakan oleh konsumen.

Atribut-atribut yang terdapat pada minyak goreng sawit yang dapat dinilai oleh konsumen meliputi :

a. Variabel Wi menggambarkan evaluasi terhadap kepentingan suatu atribut yang terdiri dari (1) merek, (2) tidak berbusa saat dipakai, (3) kejernihan, (4) aroma, (5) kemudahan didapat, (6) cepat panas, (7) kemampuan membuat renyah, (8) harga sesuai kualitas dan (9) kemasan. Konsumen meminta untuk menyatakan pilihan dalam skala yang menggambarkan sama sekali tidak penting (1) sampai kategori sangat penting (5). Misalnya konsumen diminta untuk memberikan penilaian atribut jika membeli minyak goreng sawit dengan pertanyaan berikut.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Tabel 6. Skor Tingkat Kepentingan (Wi) terhadap Atribut Minyak Goreng Sawit Kemasan

Merek

Sangat Tidak Penting 1 2 3 4 5 Sangat Penting Tidak berbusa saat dipakai

Sangat Tidak Penting 1 2 3 4 5 Sangat Penting Kejernihan

Sangat Tidak Penting 1 2 3 4 5 Sangat Penting Aroma

Sangat Tidak Penting 1 2 3 4 5 Sangat Penting Kemudahan didapat

Sangat Tidak Penting 1 2 3 4 5 Sangat Penting Cepat Panas

Sangat Tidak Penting 1 2 3 4 5 Sangat Penting Kemampuan membuat

renyah

Sangat Tidak Penting

1 2 3 4 5 Sangat Penting Harga sesuai kualitas

Sangat Tidak Penting 1 2 3 4 5 Sangat Penting Kemasan

Sangat Tidak Penting 1 2 3 4 5 Sangat Penting b. Variabel Ii menyatakan keinginan performansi ideal dari atribut yang

dievaluasinya terdiri dari (1) merek, (2) tidak berbusa saat dipakai, (3) kejernihan, (4) aroma, (5) kemudahan didapat, (6) cepat panas, (7) kemampuan membuat renyah, (8) harga sesuai kualitas dan (9) kemasan. Konsumen memberikan pilihan dalam 5 skala yang menyatakan kategori sifat atribut yang paling tidak diinginkan (1) sampai kepada sifat atribut yang paling diinginkan atau yang ideal (5). Misalnya konsumen menilai atribut-atribut minyak goreng sawit yang paling ideal dengan pertanyaan berikut.

50

Tabel 7. Skor Performansi Ideal (Ii) terhadap Atribut Minyak Goreng Sawit Kemasan

Merek

Sangat Tidak Terkenal

1 2 3 4 5 Sangat Terkenal Tidak berbusa saat dipakai

Sangat Berbusa 1 2 3 4 5 Sangat Tidak Berbusa Kejernihan Keruh 1 2 3 4 5 Sangat Jernih Aroma

Sangat Berbau Tengik

1 2 3 4 5 Sangat Tidak Berbau Tengik Kemudahan didapat Sangat Sulit 1 2 3 4 5 Sangat Mudah Cepat Panas Lambat 1 2 3 4 5 Sangat Cepat Kemampuan membuat renyah

Sangat Tidak Mampu

1 2 3 4 5 Sangat Mampu

Harga sesuai kualitas Sangat Tidak Sesuai

1 2 3 4 5 Sangat Sesuai Kemasan

Sangat Tidak Menarik

1 2 3 4 5 Sangat Menarik

Langkah ketiga adalah mengukur komponen Xi (kepercayaan), yaitu memberikan penilaian aktual suatu atribut produk/merek seperti yang dirasakan konsumen, dengan menilai atribut-atribut dari produk minyak goreng sawit terdiri dari (1) merek, (2) tidak berbusa saat dipakai, (3) kejernihan, (4) aroma, (5) kemudahan didapat, (6) cepat panas, (7) kemampuan membuat renyah, (8) harga sesuai kualitas dan (9) kemasan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Tabel 8. Skor Performansi Aktual (Xi) terhadap Atribut Minyak Goreng Sawit Kemasan

Merek

Sangat Tidak Terkenal

1 2 3 4 5 Sangat Terkenal Tidak berbusa saat dipakai

Sangat Berbusa 1 2 3 4 5 Sangat Tidak Berbusa Kejernihan Keruh 1 2 3 4 5 Sangat Jernih Aroma

Sangat Berbau Tengik

1 2 3 4 5 Sangat Tidak Berbau Tengik Kemudahan didapat Sangat Sulit 1 2 3 4 5 Sangat Mudah Cepat Panas Lambat 1 2 3 4 5 Sangat Cepat Kemampuan membuat renyah

Sangat Tidak Mampu

1 2 3 4 5 Sangat Mampu

Harga sesuai kualitas Sangat Tidak Sesuai

1 2 3 4 5 Sangat Sesuai Kemasan

Sangat Tidak Menarik

1 2 3 4 5 Sangat Menarik

Langkah selanjutnya membandingkan kesenjangan antara atribut yang ideal menurut konsumen dengan kinerja dari setiap merek yang digunakan konsumen tersebut. Kesenjangan ini dihitung dengan melihat (Ii-Xi) setiap merek. Perbandingan Ab tidak digunakan karena akan merancukan perbandingan karena Ab terdiri dari unsur Wi dan (Ii-Xi), bila Wi semakin besar, maka semakin penting, dan sebaliknya pada (Ii-Xi) semakin kecil, maka semakin baik. Maka dari itu, penelitian ini digunakan perbandingannya dengan (Ii-Xi). Perbandingan ini menggunakan skala interval dengan rumus (Simamora, 2002) berikut :

Skala Interval = ( ), dimana

m = Nilai (Ii-Xi) tertinggi yang mungkin terjadi n = Nilai (Ii-Xi) terendah yang mungkin terjadi b = Jumlah skala penilaian yang ingin dibentuk

93

DAFTAR PUSTAKA

Anggie. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen.

http://anggiechoirum.blogspot.com/2012/04/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html

Anonim. 2005. Minyak Goreng Curah belum Tergoyahkan.

http://www.kontan-online.com

_______. 2006. Minyak Goreng Bermerek di Indonesia.

http://www.indohalal.com/minyakgorengbermerek

_______. 2007. Komoditas Kelapa Sawit. http://www.members.bumn.go.id.html

_______. 2012. Bahan Pangan Pokok.

http://www.sucofindo.co.id/berita-terkini/2163/bahan-pangan- pokok.html.

Basuki, A., Ainuri, M., dan Maksum, M. 2002. Strategi Pemasaran Minyak

Goreng Berdasarkan Analisis Indeks Sikap Konsumen dan Analisis SWOT

di Yogyakarta. Skripsi. Universitas Gajah Mada Yogyakarta (tidak

dipublikasikan).

BPS Kota Surabaya. 2011. Pengeluaran Rata-rata per Kapita Sebulan di

Indonesia. BPS Surabaya.

________________________. Produksi Perkebunan Besar Minyak Kelapa Sawit

(Crude Palm Oil) di Indonesia Tahun 2000-2010. BPS Surabaya.

__________________. 2012. Kecamatan Jambangan Dalam Angka 2012. BPS

Surabaya.

Endang, P. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

terhadap Keputusan Pembelian Minyak Goreng di Surabaya dengan

Menggunakan Pendekatan Metode Struktural Equation Modelling (SEM).

Skripsi. Fakultas Tenik Industri. Universitas Pemabangunan Nasional

“veteran” Jawa Timur (tidak dipublikasikan).

Engel, B., dan P. Miniard. 1993. Perilaku Konsumen. Edisi ke enam (terjemahan).

Binarupa Aksara. Jakarta.

Eugenia, I. 2012. Top Brand Dalam Pasar Komoditi Bermerek.

http://www.frontier.co.id/top-brand-dalam-pasar-komoditi-bermerek.html

Fadhilla, A. 2008. Analisis Kepuasan dan Loyalitas Konsumen Minyak Goreng

Kemasan Merek Bimoli (Kasus Rumah Tangga di Kota Bogor). Skripsi.

Jurusan Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian

Bogor (tidak dipublikasikan).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Kotler, P., dan Amstrong, G. 1992. Dasar-Dasar Pemasaran, Jilid I. Edisi kelima,

Terjemahan. Penerbit Intermedia. Jakarta.

________. 1995. Dasar-Dasar Pemasaran Edisi 6, Jilid I. Intermedia. Jakarta.

________. 1997. Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi

dan Pengendalian. Edisi ke-9. Jilid I. Prenhallindo. Jakarta.

________. 2000. Manajemen Pemasaran Edisi Milenium. Prenhallindo. Jakarta.

Loudon, D., and Della Bitta, A.J. 1993. Consumer Behavior: Consepts and

Applications. 4

th

Edition. New York: McGraw-Hill.

Lubis, A.U. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Indonesia. Pusat

Penelitian Perkebunan Marihat. Sumatera Selatan.

Mowen, J.C., and Minor, M. 1999. Consumer Behavior. 5

th

Edision. New Jersey:

Prentice Hall.

Rohani, S. 2001. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku

Responden Ibu Rumah Tangga Dalam Pengambilan Keputusan Pembelian

Minyak Goreng Kemasan. Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi

Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor (tidak

dipublikasikan)

Schiffman dan Kanuk. 1994. Consumen Behavior. Penerbit Prantice Hall. Jakarta.

Setiadi, N. 2003. Perilalu Konsumen: Konsep dan Implikasi Untuk Strategi dan

Penelitian Pemasaran. Prenada Media. Bogor.

Simamora, B. 2002. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Alfabeta. Bandung.

Suara Karya. 2012. Penjualan Minyak Goreng Curah di Hentikan.

http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=308616

Sumarwan, U. 2001. Analisis Sikap Angka Ideal Terhadap Produk Jus Jeruk.

Media Gizi dan Keluarga Tahun XXV. Bogor.

___________. 2002. Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya dalam

Pemasaran. Ghalia Indonesia. Bogor.

Taylor, M. 2012. Produsen Minyak Sawit Indonesia.

http://id.berita.yahoo.com/produsen-minyak-sawit-ternama-indonesia-ingin-lebih-banyak-penyulingan.html

Wicaksono, R. 2012. Indonesia Sumbang 48 % Produksi Minyak Sawit Dunia.

Dokumen terkait