• Tidak ada hasil yang ditemukan

Secara lebih jelas, berikut ini adalah delapan tahap bagaimana penentuan strategi dibangun melalui TOWS/SWOT. Tahapan yang dimaksud adalah:

1. Buat daftar peluang eksternal perusahaan. 2. Buat daftar ancaman eksternal perusahaan. 3. Buat daftar kekuatan kunci interal perusahaan. 4. Buat daftar kelemahan kunci internal perusahaan.

5. Cocokkan kekuatan-kekuatan internal dan peluang-peluang eksternal dan catat hasilnya dalam sel strategi SO.

6. Cocokkan kelemahan-kelemahan internal dan peluang-peluang

eksternal dan catat hasinya dalam strategi WO.

7. Cocokkan kekuatan-kekuatan internal dan ancaman-ancaman eksternal dan catat hasilnya dalam sel strategi ST.

8. Cocokkan kelemahan-kelemahan internal dan

ancaman-ancaman eksternal dan catat hasilnya dalam sel strategi WT. 3.5.4 Metode AHP (Analytical Hierarchy Process)

Analisis terakhir pada penelitian ini adalah membuat keputusan mengenai tindakan yang harus dilakukan perusahaan untuk menyelesaikan masalah terkait tentang ketepatan waktu penjadwalan kereta api Commuter Line pemberangkatan stasiun Bogor. Metode yang digunakan adalah AHP, karena prinsip kerja AHP adalah menyederhanakan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, strategik, dan dinamik menjadi sebuah bagian-bagian dan tertata dalam suatu hierarki. Untuk kerangka kerja AHP, penelitian diawali dengan pembuatan hirarki yang disusun berdasarkan studi literatur, data dokumenter perusahaan, observasi,

Focus Group Discussion (FGD), dan dengan konfirmasi dari pihak

perusahaan.

Saaty (1993) menjelaskan langkah-langkah dalam

24

1. Mendefinisikan persoalan dan merinci pemecahan yang

diinginkan. Hal pertama yang harus dilakukan yaitu mengidentifikasi persoalan dengan melakukan analisa atau pemahaman yang mendalam terhadap persoalan yang dihadapi

dan ingin dipecahkan. Setelah itu dapat dilakukan

pengidentifikasian dan pemilihan elemen-elemen yang akan masuk komponen sistem, seperti focus, forces, actors,

objective, dan scenario dalam struktur AHP nantinya.

Komponen-komponen dapat diidentifikasi berdasarkan

kemampuan pada analisa untuk menemukan unsur-unsur yang dapat dilibatkan dalam suatu sistem.

2. Membuat struktur hirarki dari sudut pandang manajerial secara menyeluruh. Struktur hirarki disusun berdasarkan jenis keputusan yang akan diambil berdasarkan sudut pandang dari tingkat puncak sampai tingkat dimana dimungkinkan campur tangan untuk memecahkan persoalan tersebut. Hirarki yang terbentuk dalam metode AHP sendiri dapat berupa hirarki lengkap dan hirarki tidak lengkap. Dalam struktur hirarki lengkap dapat dilihat pada Gambar 3.

Fokus

Faktor

Aktor

Tujuan

Alternatif

Gambar 3.Struktur hirarki lengkap(Satty, 1993) F F1 F2 F3 Fn An A4 A3 A2 A1 T1 T2 T3 T4 Tn

3. Menyusun matriks berpasangan.

Matriks ini berfungsi untuk mengetahui kontribusi dan pengaruh setiap elemen yang relevan atas setiap kriteria yang berpengaruh berada setingkat diatasnya.Pada matriks ini, pasangan-pasangan elemen dibandingkan berkenaan suatu kriteria di tingkat yang lebih tinggi.Dalam membandingkan dua elemen, biasanya memberi suatu pertimbangan yang menunjukan dominasi sebagai bilangan bulat.

4. Membandingkan semua pertimbangan yang diperlukan untuk mengembangkan perangkat matriks dilangkah 3.Setelah matriks pembanding berpasangan antar elemen dibuat, dilakukan pembandingan berpasangan antar setiap elemen pada kolom ke-i dengan setiap elemen pada baris ke-j. Untuk mengisi matriks banding berpasangan, digunakan skala banding yang tertera pada Tabel 3, angka-angka tersebut menggambarkan relatif pentingnya suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. Pengisian matriks hanya dilakukan untuk bagian diatas garis diagonal dari kiri ke kanan bawah.

5. Memasukkan nilai-nilai kebalikannya beserta bilangan 1 sepanjang diagonal utama. Angka 1 sampai 9 digunakan bila Fi lebih mendominasi atau mempengaruhi sifat fokus puncak hirarki (x) dibandingkan dengan Fj, namun bila Fi kurang mendominasi atau kurang mempengaruhi sifat X dibandingkan Fj, maka digunakan angka kebalikannya. Matriks dibawah garis diagonal utama diisi dengan nilai-nilai kebalikannya.

26

Tabel 3. Nilai skala banding berpasangan Tingkat

Kepentingan

Definisi

1 Kedua elemen sama pentingnya

3

Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada yang lain

5

Elemen yang satu sangat penting daripada yang lainnya

7 Satu elemen jelas lebih penting dibanding yang lain

9

Satu elemen mutlak lebih penting dibanding yang lain

2, 4, 6, 8 Nilai diantara dua penilaian yang berdekatan Reciprocal

(kebalikan)

Jika unsur I memiliki salah satu angka di atas ketika dibandingkan dengan unsur j, maka j memiliki nilai kebalikannya ketika dibandingkan dengan unsur i. Sumber : Satty (1993)

6. Melaksanakan langkah 3, 4, dan 5 untuk semua tingkat dan gugusan dalam hirarki tersebut. Pembandingan dilanjutkan untuk semua elemen pada setiap tingkat kepuasan yang terdapat pada hirarki. Matriks perbandingan dalam AHP dibedakan menjadi dua yaitu : Matriks Pendapatan Individu (MPI) dan Matriks Pendapatan Gabungan (MPG).

a. Matriks Pendapatan Individu (MPI)

MPI adalah matriks hasil pembandingan yang dilakukan oleh individu.MPI memiliki elemen yang disimbolkan dengan aij, yaitu elemen matriks pada baris kolom ke-i dan kolom ke-j.MPI dapat dilihat pada Tabel 4.

Table 4. Matriks Pendapatan Individu (MPI)

X A1 A2 A3 … An

A1 a11 a12 a13 … a1n

A2 a21 a22 a23 … a2n

… … … …

b. Matriks Pendapatan Gabungan (MPG)

MPG adalah susunan matriks baru yang elemen (gij) berasal dari rata-rata geometrik pendapatan-pendapatan individu yang rasio inkonsistennya lebih kecil atau sama dengan 10 % dan setiap elemen pada baris dan kolom yang sama dari MPI yang satu dengan MPI yang lain tidak terjadi konflik. Tabel 5. Matriks Pendapatan Gabungan (MPG)

X G1 G2 G3 … Gn G1 g11 g12 g13 … G1n G2 g21 g22 g23 … G2n G3 g31 g32 g33 G3n … … … … Gn gn1 gn2 gn3 … gnn

Rumus rataan geometric adalah sebagai berikut:

……….. (10)

Dengan:

n = jumlah responden (pakar)

α

ij(k) = sel penilaian setiap pakar

7. Menggunakan komposisi secara hirarki untuk membobotkan vektor-vektor prioritas itu dengan bobot kriteria-kriteria dan

menjumlahkan semua nilai prioritas terbobot yang

bersangkutan dengan nilai prioritas dari tingkat bawah berikutnya dan seterusnya. Vektor prioritas dapat dihitung dengan rumus : VP (Vektor Prioritas) = ∑ √ ……….……….. (11) Dimana: VE (Vektor Eigen) =

………...………...… (12) Dengan:

αij = elemen MPB pada baris ke-I dan kolom ke-j N = jumlah elemen yang diperbandingan

28

8. Mengevaluasi inkonsistensi untuk seluruh hirarki.

Langkah yang dilakukan yaitu dengan mengalikan setiap indeks konsistensi dengan prioritas kriteria bersangkutan dan menjumlahkan hasil kalinya.Hasil ini dibagi dengan pernyataan sejenis yang menggunakan indeks inkonsistensi acak, yang sesuai dengan dimensi masing-masing matriks. Dengan cara yang sama setiap indeks konsistensi acak juga dibobot berdasarkan prioritas kriteria yang bersangkutan dan hasilnya dijumlahkan. Rasio konsistensi hirarki harus 10 % atau kurang.Hal ini bertujuan untuk mempertahankan mutu informasi bahwa jika tingkat inkonsistensi sebesar 10 % ke bawah tidak tercapai maka digunakan batas yang lebih besar atau rataan CR penilaian pakar. Maka dapat disimpulkan bahwa diterima atau ditolaknya konsistensi suatu matriks sebenarnya tidak ada yang baku.

Rumus untuk perhitungan uji konsistensi adalah sebagai berikut : CI (Indeks konsistensi) CI = ……….…… (13) Dengan : CI = Indeks konsistensi

λmax = eigen value maksimum

N = jumlah elemen yang diperbandingkan

Dimana :

……….… (14)

VB (Nilai Eigen) =

……….…………..….. (15)

Lebih lanjut ingin diketahui apakah CI dengan besaran cukup baik atau tidak, maka perlu diketahui rasio konsistensinya dengan rumus yaitu :

CR (Rasio Konsistensi) CR =

………..…… (17)

Berikut adalah pengolahan secara horizontal dan vertikal sebagai berikut:

1. Pengolahan Horizontal

Pengolahan horizontal digunakan untuk menyusun prioritas elemen keputusan pada setiap tingkat hirarki keputusan. Menurut Saaty (1993), tahapan penyelesaiannya adalah sebagai berikut:

 Perkalian baris (z) dengan rumus :

……….. (18)  Perhitungan vektor prioritas atau vector eigen

√∑

……….. (19) eVP1 = adalah elemen vector prioritas ke-1

 Perhitungan nilai eigen minimum:

VA = αijx VP dengan VA = (Vαi) VB = VA/VP dengan VB = (Vbi) ∑

 Perhitungan indeks konsistensi CI =

... (20) Untuk mengetahui apakah CI dengan besaran tertentu cukup baik atau tidak, maka perlu diketahui rasio yang dianggap baik, yaitu

apabila CR ≤ 0,1.

30

CR =

……….. (21)

Nilai RI merupakan nilai random indeks yang dikeluarkan oleh

Oarkridge Laboratory.Berikut adalah nilai RI (Tabel 6). Tabel 6. Nilai RI N RI N RI 1 0,00 8 1,41 2 0,00 9 1,45 3 0,58 10 1,49 4 0,90 11 1,51 5 1,12 12 1,48 6 1,24 13 1,56 7 1,32 2. Pengolahan vertikal

Pengolahan ini digunakan untuk menyusun prioritas setiap elemen dalam hirarki terhadap sasaran utama. Jika NPpq didefinisikan sebagai nilai prioritas pengaruh elemen ke-p pada tingkat ke-q terhadap sasaran utama, maka:

Untuk p = 1,2, … , r T = 1,2, … , s Dimana:

NPpq = prioritas pengaruh elemen ke-p pada tingkat ke-q terhadap sasaran utama.

NPHpq = nilai prioritas elemen ke-p pada tingkat ke-q

NPTt = nilai prioritas pengaruh elemen ke-t pada tingkat q-1

Struktur hirarki seperti faktor, aktor dan tujuan strategi efekivitas serta penentuan alternatif strategi efektivitas yang telah

disusun dijadikan sebagai dasar dalam pembuatan kuesioner AHP yang disebarkan kepada responden. Kuesioner disebarkan untuk mengetahui pembobotan setiap elemen pada seluruh tingkat hirarki. Validitas kuesioner untuk pemilihan strategi ketepatan waktu dilihat melalui konsistensi setiap matriks baik itu matriks individu maupun gabungan serta konfirmasi yang dilakukan dengan pakar.

Pengolahan data primer diawali dengan pemeriksaan terlebih dahulu terhadap tingkat kekonsistenan pembobotan yang diberikan responden.Pengolahan ini dilakukan dengan menggunakan Expert Choice. Setelah itu bobot per individu digabungkan dalam suatu matriks gabungan. Kemudian matriks gabungan ini akan diukur kembali pembobotannya melalui perhitungan AHP dengan menggunakan Microsoft Excel for Windows versi 2010 sehingga dihasilkan pengolahan data horizontal dan pengolahan data vertikal. Hasil pengolahan data horizontal memperlihatkan keterkaitan dan tingkat pengaruh antara satu faktor dengan elemen lain dalam satu tingkat hirarki dengan elemen lain tingkat hirarki dibawahnya, sedangkan hasil pengolahan vertikal menjadi dasar pemilihan alternatif strategi yang dapat digunakan oleh perusahaan dalam menyelesaikan masalah ketepatan waktu penjadwalan kereta api

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Ringkas Perusahaan

Dalam rangka pembenahan badan usaha, pemerintah mengeluarkan UU No. 19 Tahun l960, yang menetapkan bentuk usaha BUMN. Atas dasar UU ini, dengan Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 1963, tanggal 25 Mei 1963 dibentuk “Perusahaan Negara Kereta Api” (PNKA), sehingga Djawatan Kereta Api dilebur kedalamnya. Pemerintah mengeluarkan UU No. 9 Tahun 1969 tanggal 1 Agustus 1969, yang menetapkan jenis BUMN menjadi tiga Perseroan, Perusahaan Umum dan Perusahaan Jawatan. Sejalan dengan UU dimaksud, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 1971 tanggal 15 September 1971, bentuk perusahaan PNKA mengalami perubahan menjadi “Perusahaan Jawatan Kereta Api”

(PJKA). Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 1990, pada tanggal 2 Januari 1991, PJKA mengalami perubahan menjadi Perusahaan Umum Kereta Api disingkat Perumka.

Selanjutnya, berdasarkan “Loan Agreement” No. 4106-IND tanggal 15 Januari 1997 berupa bantuan proyek dari Bank Dunia, yang kemudian lebih dikenal dengan Proyek Efisiensi Perkeretaapian atau “Railway EffiencyProject” (REP), dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1998, tanggal 3 Febuari 1998, Pemerintah menetapkan pengalihan bentuk Perusahaan Umum (PERUM) Kereta Api menjadi Perusahaan Perseroan (Persero). Prosesi perubahan status perusahaan

dari Perum menjadi Persero secara “de-facto” dilakukan tanggal 1 Juni 1999, saat Menhub Giri S. Hadiharjono mengukuhkan susunan Direksi PT Kereta Api (Persero) di Bandung. mnnkjbcdbdbhhdvchsd

Stasiun Bogor (BOO) adalah stasiun kereta api di Kota Bogor yang dibangun pada tahun 1881. Stasiun yang terletak pada ketinggian 246 meter ini memberangkatkan Kereta Rel Listrik (KRL) yang melayani kawasan Jabodetabek, yakni menuju stasiun Jakarta Kota dan stasiun Jatinegara. Selain itu terdapat pula Kereta Rel Diesel (KRD) yang melayani rute Sukabumi – Bogor bernama kereta api Bumi Geulis. Terdapat 59 jadwal perjalanan KRL di stasiun Bogor setiap harinya dan perjalanan tersebut dilakukan oleh 23 rangkaian kereta api, baik kereta api Commuter Line ataupun ekonomi. Jadwal pemberangkatan pertama dimulai dari pukul 04.29 sampai jadwal pemberangkatan terakhir adalah pukul 21.50.

Fasilitas yang ada di stasiun Bogor dapat dikatakan memadai, karena hamper semua kebutuhan konsumen dimulai dari toilet, tempat beribadah, ATM centre, food court, sampai tempat khusus untuk mengisi ulang baterai handphone, sudah tersedia di stasiun Bogor. Selain itu dibagian luar stasiun Bogor juga terdapat pasar tradisional yang dibuat dalam konsep modern sehingga terlihat rapih, tertib, dan nyaman. Semua hal tersebut dilakukan PT. KAI (Persero) stasiun Bogor guna meningkatkan pelayanan kepada masyarakat pengguna kereta api khususnya yang berangkat melalui stasiun Bogor. Pihak stasiun Bogor masih terus melakukan perbaikan dan penambahan kualitas dari fasilitas guna meningkatkan tingkat pelayanan kepada masyarakat.

4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan A. Visi Perusahaan

Menjadi penyedia jasa perkeretaapian terbaik yang focuspada pelayanan pelanggan dan memenuhi harapan stakeholders.

Dokumen terkait