• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis strategi ketepatan waktu penjadwalan kereta api commuter line pemberangkatan Stasiun Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis strategi ketepatan waktu penjadwalan kereta api commuter line pemberangkatan Stasiun Bogor"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS STRATEGI KETEPATAN WAKTU

PENJADWALAN KERETA API

COMMUTER LINE

PEMBERANGKATAN STASIUN BOGOR

Oleh

KARTIKA DEWANTI PUTRI

H24104107

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

RINGKASAN

KARTIKA DEWANTI PUTRI. H24104107. Analisis Strategi Ketepatan Waktu

Penjadwalan Kereta Api Commuter Line Pemberangkatan Stasiun Bogor.

Dibawah bimbingan ALIM SETIAWAN S. dan NUR HADI WIJAYA

Kereta api merupakan moda transportasi di Indonesia yang memiliki

peranan penting dalam hal pengangkutan, baik penumpang ataupun barang.

Sebagai salah satu perusahaan yang bergerak dibidang jasa angkutan Indonesia,

PT. KAI (Persero) bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama

dalam hal ketepatan waktu jadwal keberangkatan kereta api. Tujuan penelitian ini

adalah (1) Mengidentifikasi ketepatan waktu penjadwalan KA Commuter Line

pemberangkatan Stasiun Bogor, (2) Menganalisis alternatif strategi ketepatan

waktu penjadwalan kereta api Commuter Line pemberangkatan Stasiun Bogor, (3) Menganalisis pemilihan strategi yang tepat untuk dilakukan perusahaan dalam

mengatasi masalah ketepatan waktu penjadwalan kereta api Commuter Line

pemberangkatan stasiun Bogor.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder.Data primer diperoleh melalui wawancara kepada pihak

perusahaan.Data sekunder diperoleh melalui literatur, internet dan dokumen

perusahaan.Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Standar

Deviasi, Control Chart, Analisis SWOT dan Analytic Hierarchy

Process(AHP).Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel

for Windows versi 2010 dan Expert Choice versi 11.

Hasil penelitian dengan menggunakan control chart menyatakan bahwa penjadwalan KA Commuter Line pemberangkatan stasiun Bogor belum tepat waktu, karena sebaran penjadwalan berada diluar batas atas yaitu 52,08 dan batas

bawah yaitu 22,43. Hal tersebut disebabkan oleh faktor sarana yang menjadi

prioritas utama dalam pemilihan strategi ketepatan waktu penjadwalan KA

Commuter Line pemberangkatan stasiun Bogor dengan bobot sebesar 0,474.

Aktor yang paling berperan dalam pemilihan strategi ini adalah Supervisor

Perjalanan Kereta Api dengan bobot sebesar 0,373 dan strategi yang terpilih

adalah memelihara dan merawat seluruh aset sarana dan prasarana yang ada di

(3)

ANALISIS STRATEGI KETEPATAN WAKTU

PENJADWALAN KERETA API COMMUTER LINE

PEMBERANGKATAN STASIUN BOGOR

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen

Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

KARTIKA DEWANTI PUTRI

H24104107

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(4)

Judul Skripsi : Analisis Strategi Ketepatan Waktu Penjadwalan Kereta Api

Commuter Line Pemberangkatan Stasiun Bogor

Nama : Kartika Dewanti Putri

NIM : H24104107

Menyetujui,

Pembimbing 1 Pembimbing 2

(Alim Setiawan S, STP, MSi) (Nur Hadi Wijaya, STP, MM.) NIP. 19820227 200912 1 001

Mengetahui

Ketua Departemen

(Dr. Ir. Jono M Munandar, MSc) NIP. 19610123 198601 1 002

(5)

iii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Depok pada tanggal 17 Oktober 1989.Penulis

merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dari Bapak H. Joko Sutanto (Alm)

dan Ibu Dra.Hj. Ratih Wahyu Pamularsih M. Pd.

Tahun 1995, penulis mengawali pendidikan sekolah dasar di SDN Beji 1

Depok dan lulus tahun 2001, kemudian melanjutkan pendidikan di SMP N 2

Depok dan lulus tahun 2004. Penulis melanjutkan pendidikan di SMA N 5 Depok

pada tahun 2004-2007. Pada tahun 2007-2010 Penulis melanjutkan pendidikan ke

tingkat perguruan tinggi pada Program Diploma Pariwisata, Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok. Pada tahun 2010 Penulis

melanjutkan pendidikan pada Program Alih Jenis Manajemen, Departemen

(6)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas karunia dan

rahmat yang telah dilimpahkan dalam penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini

adalah Analisis Strategi Ketepatan Waktu Penjadwalan Kereta Api

Commuter Line Pemberangkatan Stasiun Bogor. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana

Alih Jenis Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian

Bogor.

Penulis tertarik untuk mengambil judul tersebut sebagai objek dari

penelitian ini secara sengaja dengan melihat bahwa masalah ketepatan waktu

penjadwalan kereta api Commuter Line pemberangkatan Stasiun Bogor

merupakan salah satu masalah yang mendominasi dan kerap kali diperbincangkan

oleh masyarakat.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan saran maupun kritik yang membangun untuk

sarana sebagai perbaikan yang berkelanjutan upaya penyempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan kontribusi

pemikiran bagi semua pihak yang berkepentingan dan memberikan manfaat bagi

yang membacanya.

Bogor, Maret 2013

(7)

v

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

memberikan rahmat serta karunia-Nya yang begitu besar dan luar biasa, sehingga

penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul Analisis Strategi Ketepatan

Waktu Penjadwalan Kereta Api Commuter Line Pemberangkatan Stasiun Bogor. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Alim Setiawan S. STP. M.Si dan Nur Hadi Wijaya STP. MM selaku dosen

pembimbing atas semua arahan, koreksi, waktu, dan kesabaran yang telah

diberikan kepada penulis selama berlangsungnya penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Abdul Basith MS selaku dosen penguji atas semua masukan yang

diberikan guna menyempurnakan skripsi ini.

3. Pihak PT. KAI (Persero), Pak Acep, Pak Hendri, Pak Eman, Pak Wahyudi,

Pak Ahmad, Pak Taufik dan seluruh karyawan Stasiun Bogor lainnya, atas

izin dan segala bantuan yang telah diberikan penulis dalam penyusunan skripsi

ini.

4. Orang tua penulis, H. Joko Sutanto (Alm) untuk janji yang akhirnya dapat

dipenuhi dan Dra. Hj. Ratih Wahyu Pamularsih, M.Pd untuk setiap doa dan

semangat yang terus terucap sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Intan dan Iwan selaku adik kandung, Bella dan Rini selaku adik angkat, serta

bundel selaku kucing kesayangan penulis yang tidak henti memberikan tawa,

semangat dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Seluruh staf pengajar dan karyawan/karyawati Program Sarjana Alih Jenis

Manajemen, Departemen Manajemen, FEM, IPB.

7. Untuk Arnold dan Arfi atas waktu dan kesediannya dalam membantu penulis

selama proses pembuatan skripsi ini.

8. Untuk teman-teman Alih Jenis Managemen Angkatan 8, Laras, Onggo,

Angger, Pras, Syibil, Cipa, Awiw, Wawaw, Kemas, Yanda, Aji, Agoy, Indra,

Ranger, Will atas semua tawa, semangat, dan bantuan selama masa kuliah.

9. Teman-teman satu bimbingan Hervin, Ahmad, dan Famran yang saling

(8)

vi

10.Terakhir kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis

selama perkuliahan dan penyusunan skripsi. Semoga Allah SWT membalas

semua kebaikan dan keikhlasan kepada semua pihak yang telah membantu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna.Namun penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak

yang membacanya.Akhirnya, kesempurnaan hanyalah dimiliki oleh Allah SWT

dan kekurangan adalah milik kita selaku manusia.Maka dari itu penulis

mengharapkan kritik dan saran bagi para pembaca demi perbaikan agar skripsi ini

(9)

vii

3.5.1 Analisis Deskriptif (Standar Deviasi) ………. 17

3.5.2 Bagan Kendali (Control Chart) ……….. 19

3.5.3 Analisis SWOT ……… 21

3.5.4 Metode AHP ……… 23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan ………...…. 32

4.1.1 Sejarah Ringkas Perusahaan ……….... 32

(10)

viii

4.1.3 Arti Logo Perusahaan ……….. 34

4.1.4 Struktur Organisasi Perusahaan ………... 34

4.2. Identifikasi Ketepatan Waktu Penjadwalan ……… 35

4.3. Analisis Strategi Ketepatan Waktu Penjadwalan ……… 44

4.3.1 Identifikasi Faktor-Faktor Penyusun Strategi ……….. 44

4.3.2 Identifikasi Aktor Penyusun Strategi ………... 46

4.3.3 Identifikasi Alternatif Penyusun Strategi ………. 48

4.4. Analisis Pemilihan Strategi Ketepatan Waktu ……… 50

4.4.1 Pengolahan Data AHP Secara Horizontal ……… 50

4.4.2 Pengolahan Data AHP Secara Vertikal ……… 57

4.5. Implikasi Manajerial ……… 64

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ……….….. 65

2. Saran ………. 66

DAFTAR PUSTAKA ……….……….. 67

(11)

ix

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Data volume penumpang KA CL ……….………….… 2

2. Kerangka pemikran penelitian ………..….… 15

3. Struktur hirarki lengkap ………...….… 24

4. Logo PT. KAI (Persero) ……….…... 34

5. Frekuensi keterlambatan KA CL ……….……..…… 35

6. Standar Deviasi ………..…… 37

7. Grafik X Bar ……….…….… 40

8. Grafik R ………. 42

9. Penyusunan hirarki ……….43

10.Diagram Fishbone………. 44

11.Hirarki strategi ketepatan waktu penjadwalan KA CL ……...……….. 51

12.Hasil pengolahan horizontal pada level faktor ……….………. 52

13.Hasil pengolahan pada lever aktor terhadap faktor sarana dan prasarana ………..……….. 53

14.Hasil pengolahan pada lever aktor terhadap faktor masyarakat ………54

15.Hasil pengolahan pada lever aktor terhadap faktor lingkungan ………54

16.Hasil pengolahan pada level strategi terhadap aktor KS ...55

17.Hasil pengolahan pada level strategi terhadap aktor Sup. Perka ……...56

18.Hasil pengolahan pada level strategi terhadap aktor Sup. Kamtib ……56

19.Struktur hirarki pemilihan strategi dengan hasil pengolahan horizontal……….58

(12)

x

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Perbandingan pemakaian BBM antar moda angkutan ……….. 1

2. Matriks SWOT ……….. 21

3. Nilai skala banding berpasangan ………... 26

4. Matriks pendapat individu (MPI) ……….. 27

5. Matriks pendapat gabungan (MPG) ……….. 27

6. Nilai RI ……….. 30

7. Analisis matriks SWOT . ………....48

8. Hasil pengolahan vertical pada level faktor ……….. 59

9. Hasil pengolahan vertical pada level aktor ……… 59

10.Hasil pengolahan vertical pada level strategi ……….60

(13)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Struktur organisasi ………. 69

2. Tabel penjadwalan KA CL ……… 70

3. Tabel deskriptif statistic ……… 72

4. Tabel deviasi ………. 74

5. Tabel X bar dan R ………. 76

6. Pengolahan horizontal ………... 78

7. Pengolahan vertical ………... 80

(14)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kereta api merupakan moda transportasi di Indonesia yang memiliki

peranan penting dalam hal pengangkutan, baik penumpang ataupun barang.

Hal tersebut ditunjukan dari data statistik tahun 2010 di Badan Pusat

Statistik Indonesia yang menunjukan bahwa, pengguna jasa kereta api

untuk penumpang sebanyak 203 juta penumpang dan untuk angkut barang

sebesar 19 juta ton. Banyaknya minat penggunaan jasa transportasi kereta

api karena memiliki beberapa keunggulan di bandingkan moda angkutan

lainnya. Menurut survey dari Kementerian Perhubungan Darat Republik

Indonesia tahun 2010, kereta api dikenal sebagai moda angkutan yang

memiliki multi keunggulan, antara lain: hemat energi; hemat lahan;

bersahabat dengan lingkungan; mampu mengangkut dalam jumlah yang

besar dan masal; serta adaptif terhadap perkembangan teknologi.

Tabel 1. Perbandingan pemakaian BBM antar moda angkutan

NO Moda

Sumber : PT. Kereta Api ( Persero), 2010

Dari segi fungsi, kereta api memang merupakan moda transportasi

darat yang efektif dan efisien. Berdasarkan Tabel 1, kereta api dapat

mengangkut penumpang sebanyak 1500 orang dengan konsumsi energi

BBM hanya 3 Liter/Km. Ini berarti kereta api hanya mengkonsumsi BBM

sebesar 0,002 Liter/orang. Tidak heran jumlah pengguna kereta api setiap

tahunnya menunjukan angka pertambahan yang signifikan. Pada bulan Juli

2011 diperkenalkan produk baru bernama Commuter Line. Produk ini

(15)

2

memberikan pelayanan kepada para penumpang dalam bentuk gerbong

yang lebih nyaman, ketepatan waktu dan tentu saja dengan tarif khusus.

Gambar 1. Data volume penumpang kereta api Commuter Line stasiun besar Bogor periode Juli 2011 – Juli 2012 (PT. Commuter

Jabodetabek, 2012)

Pada Gambar 1 dijelaskan bahwa, pada awal berlakunya sistem

Commuter Line yaitu pada Juli 2011 terjadi penurunan volume penumpang

dan tidak ada perubahan hingga bulan Februari 2012. Hal ini dikarenakan

masih tingginya minat para konsumen untuk menggunakan kereta api

ekonomi yang harganya terjangkau yaitu sebesar Rp. 2.000,-.

Berkembangnya fasilitas di Commuter Line yang lebih nyaman dan memadai, seperti adanya gerbong khusus wanita, menyebabkan volume

pengguna kereta api tersebut mengalami kenaikan pada bulan Maret 2012

dan terus bertambah hingga Juli 2012. Harga kereta api Commuter Line

yang lebih tinggi dari kereta api ekonomi yaitu sebesar Rp. 9.000,- tidak

menurunkan minat para konsumen untuk dapat menikmati fasilitas kereta

api Commuter Line.

Banyaknya peminat pengguna kereta api Commuter Line tidak lepas dari pandangan bahwa moda transportasi ini terbilang cepat dan

menghemat waktu. Untuk itu para penumpang mengharapkan ketepatan

waktu dari penjadwalan kereta api Commuter Line tersebut. PT. Commuter

Jabodetabek sendiri sudah memberikan penjadwalan untuk

(16)

Namun hal tersebut belum memenuhi harapan masyarakat mengenai

ketepatan waktu pada penjadwalan kereta api Commuter Line

pemberangkatan stasiun Bogor.

Penelitian ini dilakukan untuk membantu pihak PT. KAI (Persero)

khususnya PT. KAI Commuter Jabodetabek dalam menganalisis ketepatan waktu penjadwalan kereta api Commuter Line pemberangkatan stasiun Bogor. Oleh karena itu, peneliti perlu untuk melakukan penelitian dengan

judul :“Analisis Strategi Ketepatan Waktu Penjadwalan Kereta Api Commuter LinePemberangkatan Stasiun Bogor.”

1.2. Perumusan Masalah

Kereta api merupakan salah satu transportasi publik yang banyak

memiliki konsumen di Indonesia. Harga tiket yang relatif murah dan

kemampuannya untuk mengangkut orang dalam jumlah besar, membuat

kereta api menjadi sarana transportasi yang diminati oleh masyarakat.

Namun, banyaknya jumlah konsumen tidak dibarengi dengan peningkatan

kualitas pelayanan perkeretaapian di Indonesia. Berbagai masalah sering

muncul, salah satunya adalah masalah keterlambatan jadwal.Masalah

keterlambatan jadwal seringkali dikeluhkan pelanggan, karena harus

menunggu lama di stasiun. Setelah itu, akses informasi masyarakat terhadap

penjadwalan kereta api masih cukup kurang.

Pada pelaksanaan operasional saat ini, PT. KAI Commuter

Jabodetabek stasiun Bogor telah memberikan pelayanan berupa penjadwalan

keberangkatan kereta api Commuter Linekepada para pengguna kereta api.

Informasi penjadwalan ini dapat diperoleh oleh para pengguna kereta api

Commuter Line dengan meminta lembar jadwal kepada petugas kereta api di

stasiun Bogor atau dengan melihat info jadwal berjalan di televisi yang

dipasang di sekitar Stasiun Bogor.

Permasalahannya adalah apakah penjadwalan yang diberikan oleh

PT. KAI Commuter Jabodetabek stasiun Bogor sudah sama dengan penjadwalan sebenarnya dalam kegiatan operasional. Selain itu apabila

penjadwalan mengalami keterlambatan, faktor-faktor apa saja yang menjadi

(17)

4

oleh perusahaan guna meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan

perusahaan kepada para pengguna kereta api Commuter Line

pemberangkatan stasiun Bogor.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat diambil perumusan

masalah sebagai berikut :

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat diambil perumusan masalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana cara mengidentifikasi ketepatan waktu penjadwalan kereta

api Commuter Line pemberangkatan Stasiun Bogor ?

2. Bagaimana cara menganalisis alternatif strategi ketepatan waktu

penjadwalan kereta api Commuter Line pemberangkatan Stasiun Bogor?

3. Strategi apakah yang terpilih untuk dilakukan perusahaan dalam

mengatasi masalah ketepatan waktu penjadwalan kereta api Commuter Line pemberangkatan Stasiun Bogor ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi ketepatan waktu penjadwalan kereta api Commuter Line pemberangkatan Stasiun Bogor.

2. Menganalisis alternatif strategi ketepatan waktu penjadwalan kereta api

Commuter Line pemberangkatan Stasiun Bogor.

3. Menganalisis pemilihan strategi yang tepat untuk dilakukan perusahaan

dalam mengatasi masalah ketepatan waktu penjadwalan kereta api

Commuter Line pemberangkatan stasiun Bogor.

1.4. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian difokuskan pada kereta api Commuter Line karena merupakan sistem baru yang dibuat oleh PT. KAI Commuter

Jabodetabek (Persero) dan merupakan fasilitas yang diminati oleh para

pengguna kereta api.

(18)

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi pihak PT. KAI Commuter Jabodetabek (Persero), penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi perusahaan untuk lebih

meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat

sebagai salah satu penyedia sarana transportasi darat.

2. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

dan wawasan tentang pengukuran tingkat efektifitas penjadwalan serta

dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya dengan topik yang

(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kualitas Jasa

Kualitas ialah kemampuan suatu produk atau jasa dalam memenuhi

kebutuhan pelanggan (Heizer dan Render, 2006).Menurut Hunt dalam

Nasution (2005), kualitas produk adalah kecocokan penggunaan produk

(fitness for use) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Kecocokan penggunaan itu didasarkan pada lima ciri utama berikut:

a. Teknologi, kekuatan atau daya tahan

b. Psikologi, yaitu citra rasa atau status

c. Waktu, yaitu Kehandalan

d. Kontraktual, yaitu adanya jaminan

e. Etika, yaitu soan santun, ramah atau jujur.

Nasution (2005) mendefinisikan kualitas ke dalam elemen-elemen

sebagai berikut :

a. Kualitas mencakup usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.

b. Kualitas mencakup produk, tenaga kerja, proses dan lingkungan.

c. Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang

dianggap merupakan kualitas saat ini mungkin dianggap kurang

berkualitas pada masa mendatang).

Menurut Wyckof dalam Tjiptono (1996), kualitas jasa adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat

keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Dengan kata

lain ada dua faktor utama yang mempengaruhi kualitas jasa, yaitu expected service dan perceived servive. Apabila jasa yang diterima atau dirasakan (perceived servive) sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas jasa dipersepsikan baik dan memuaskan. Jika jasa yang diterima melampaui

harapan pelanggan maka kualitas jasa dipersepsikan sebagai kualitas jasa

yang ideal.Sebaliknya jika jasa yang diterima lebih rendah daripada yang

diharapkan, maka kualitas jasa dipersepsikan buruk. Dengan demikian baik

tidaknya kualitas jasa tergantung pada kemampuan penyedia jasa dalam

(20)

2.2. Ketepatan Waktu

Menurut Nyström (2005) dalam jurnalnya yang berjudul Delay Analysis of a Freight Train – an Improvement Case Study From a Steel Company, yang dimaksud dengan ketepatan waktu (Punctuality) adalah sejauh mana kedatangan dan keberangkatan sesuai dengan waktu yang

disepakati oleh stakeholder.Ketepatan waktu dalam penelitian ini

membahas mengenai penjadwalan transportasi.

Menurut Harris dan Ramsey dalam Nyström (2005), faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu adalah karena adanya perbedaan

infrastruktur dari jalur (track) yang dibuat untuk dilalui oleh alat transportasi.Infrastruktur yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

mengenai perbedaan struktur tanah dari setiap daerah yang dijadikan

sebagai jalur transportasi.Sedangkan menurut Higgins et al. dalam

Nyström (2005), terjadinya keterlambatan adalah karena ketepatan waktu

berhubungan dengan sarana, prasarana, termasuk penjadwalan

pemberhentian.

2.3. Kepuasan Pelanggan

Berkembangnya riset kepuasan pelanggan disebabkan hingga saat

ini perusahaan meletakkan konsumen pada titik awal dari kegiatan

perusahaan. Hal ini didefinisikan melalui selogan “Pelanggan adalah Raja”,”Kepuasan Anda adalah Tujuan Kami”,”We Care for

Customer”,”Commited 2 U” dan banyak lagi, yang intinya adalah

perusahaan tidak dapat lepas dari konsumen, bahkan beberapa perusahaan

menuliskan kalimat “Gaji Anda dibayar oleh Konsumen” pada dinding

ruangan karyawan khususnya dibagian front liner.

Tjiptono (2005) berdasarkan hasil penelitian (Anderson, Fornel &

Mazvancheril 2004; Boulding et al 1993, Narayandas 1998; Oliver1980; Reicheld & Saser 1996; Rust & Zahorik1993; Srivastava, Shervani &

Fahey 1998; Yi 1990) selanjutnya menuliskan manfaat spesifik dari

kepuasan pelanggan yang meliputi keterkaitan positif dengan loyalitas

(21)

8

melalui pembelian ulang, cross selling, dan up selling), menekan biaya transaksi pelanggan dimasa depan (terutama biaya-biaya komunikasi,

penjualan, dan layanan pelanggan), menekankan volatilitas dan risiko

berkenaan dengan prediksi aliran kas masa depan, meningkatnya toleransi

harga (terutama kesediaan membayar untuk membayar harga premium dan

pelanggan tidak mudah tergoda untuk beralih pemasok), rekomendasi

melalui komunikasi lisan menjadi positif, pelanggan cenderung lebih

reseftif terhadap product line extension, brand extension, dan new add-on

service yang ditawarkan perusahaan, serta meningkatnya bargaining power

relative perusahaan terhadap jejaring pemasok, mitra bisnis, dan saluran distribusi.

Nasution (2005) mengemukakan bahwa fokus dari kualitas ialah

pada kepuasan pelanggan, pada dasarnya kepuasan pelanggan dapat

didefinisikan secara sederhana sebagai suatu keadaan dimana kebutuhan,

keinginan, dan harapan pelanggan terpenuhi melalui produk yang

dikonsumsi. Jika pelanggan merasakan bahwa kualitas dari produk

melebihi kebutuhan, keinginan, dan harapan mereka, maka kepuasan

pelanggan akan menjadi tinggi. Sedangkan apabila pelanggan merasakan

bahwa kualitas dari produk lebih rendah atau lebih kecil dari kebutuhan,

keinginan, dan harapan mereka, maka kepuasan pelanggan akan menjadi

lebih rendah. Menurut Kotler (2000), para konsumen membentuk suatu

harapan atau nilai dan bertindak berdasarkan hal itu, kenyataan apakah

suatu penawaran memenuhi harapan akan nilai konsumen mempengaruhi

dan kemungkinan mereka akan membeli kembali. Engel dalam Tjiptono (1996) mengungkapkan bahwa kepuasan pelanggan merupakan evaluasi

purnabeli dimana alernatif yang dipilih sekurang-kurangnya memberikan

hasil (outcome) sama atau melampaui harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil yang diperoleh tidak memenuhi harapan

(22)

2.4. Metode AHP (Analytical Hierarchy Process)

Proses Hierarki Analitik (Analytical Hierarchy Proces - AHP) dikembangkan oleh Dr. Thomas L. Saaty dari Wharton School of Business

pada tahun 1970-an untuk mengorganisir informasi dan pendapat ahli

(judgment) dalam memilih alternatif yang paling disukai (Saaty, 1993). Dengan menggunakan AHP, suatu persoalan akan diselesaikan dalam suatu

kerangka pemikiran yang teroganisir, sehingga dapat diekspresikan untuk

mengambil keputusan yang efektif atas persoalan tersebut. Persoalan yang

kompleks dapat disederhanakan dan dipercepat proses pengambilan

keputusannya.

Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan

kompleks yang tidak terstruktur, strategik, dan dinamik menjadi sebuah

bagian-bagian dan tertata dalam suatu hierarki. Tingkat kepentingan setiap

variabel diberi nilai numerik, secara subjektif tentang arti penting variabel

tersebut dan secara relatif dibandingkan dengan variabel yang lain. Dari

berbagai pertimbangan kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan

variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi

hasil pada sistem tersebut.

Secara grafis, persoalan keputusan AHP dapat dikonstruksikan

sebagai diagram bertingkat (hierarki). AHP dimulai dengan goal sasaran lalu kriteria level pertama, subkriteria, dan akhirnya alternatif. Terdapat

berbagai bentuk hierarki keputusan yang disesuaikan dengan subtansi dan

persoalan yang dapat diselesaikan dengan AHP.

Alat analisis ini memungkinkan pengguna untuk memberikan nilai

bobot relatif dari suatu kriteria majemuk atau alternatif majemuk terhadap

suatu kriteria.Pemberian bobot tersebut secara intuitif, yaitu dengan

melakukan perbandingan berpasangan (pairwise comparisons).

2.4.1 Model Keputusan Dengan AHP

Proses Hierarki Analitik (Analytical Hierarchy Proces - AHP) memiliki banyak keunggulan dalam menjelaskan proses

(23)

10

sehingga mudah dipahami oleh semua pihak yang terlibat dalam

pengambilan keputusan. Melalui AHP, proses keputusan kompleks

dapat diuraikan menjadi keputusan-keputusan lebih kecil yang

dapat ditangani dengan mudah.

Selain itu, AHP juga menguji konsistensi penilaian bila

terjadi penyimpangan yang terlalu jauh dari nilai konsistensi

sempurna, maka hal ini menunjukan penilaian perlu diperbaiki,

atau hierarki harus distruktur ulang.Beberapa keuntungan yang

diperoleh bila memecahkan persoalan dan mengambil keputusan

dengan menggunakan AHP adalah :

Kesatuan : AHP memberikan satu model tunggal yang

mudahdimengerti,luwes untuk aneka ragam

peroalan tidakterstruktur.

Kompleksitas : AHP memadukan ancangan deduktif dan

ancangan berdasarkan sistem dalam

memecahkan persoalan kompleks.

Saling

ketergantungan : AHP dapat menangani saling

ketergantungan elemen-elemen dalam suatu

sistem dan tidak memaksakan pemikiran

linier

Penyusunan

Hierarki : AHP mencerminkan kecenderungan alami

pikiran untuk memilah-milah elemen-

elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat

berlainan dan mengelompokkan unsur yang

serupa dalam setiap tingkat.

Pengukuran : AHP memberi suatu skala untuk mengukur

hal-hal dan terwujud suatu metode untuk

menetapkan prioritas.

(24)

pertimbangan-pertimbangan yang digunakan

untuk menetapkan berbagai prioritas.

Sintesis : AHP menuntun ke suatu taksiran

menyeluruh tentang kebaikan setiap

alternatif.

Tawar-menawar : AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas

relatif dari berbagai faktor sistem dan

memungkinkan organisasi memilih

alternative terbaik berdasarkan tujuan-tujuan

mereka.

Penilaian dan

Konsesus : AHP tidak memaksakan konsesus, tetapi

mensintesiskan suatu hasil yang

representative dari berbagai penilaian yang

berbeda.

Pengulangan

Proses : AHP memungkinkan organisasi

memperhalus definisi mereka pada suatu

persoalan dan memperbaiki pertimbangan

dan pengertian mereka melalui pengulangan.

2.5. Penelitian Terdahulu

Adiyanto (2010) melakukan penelitian dengan judul Analisis

Strategi Promosi Kredit Pemilikan Rumah Ban X Cabang Bogor.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor dominan yang

mempengaruhi penyusunan strategi promosi KPR Bank X Cabang Bogor,

menganalisis persepsi developer terhadap produk KPR Bank X Cabang

Bogor, dan memperoleh alternative strategi promosi KPR yang paling

efektif dan tepat utuk dilaksanakan oleh Bank X Cabang Bogor. Dalam

penelitiannya Adiyanto (2010) menggunakan metode Skala Semantic

Differential dan metode Analytical Hierarchy Process (AHP).Skala

(25)

12

kerja AHP, penelitian diawali dengan pembuatan hirarki yang disusun

berdasarkan studi literature, data documenter perusahaan, observasi, Focus

Group Discussion (FGD), dan dengan konfirmasi dari pihak perusahaan.

Anggraeni (2012) melakukan penelitian mengenai Analisis Strategi

Pemasaran Dalam Promosi Modem Huwawei XL dengan menggunakan

metode AHP. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh hasil

bahwa alternative strategi pemasaran dalam promosi modem Huawei XL

yang menjadi prioritas utama adalah melakukan kegiatan pemasaran

langsung. Alternative strategi pemasaran yang menjadi prioritas kedua dan

ketiga adalah mlakukan promosi penjualan dan melakukan kegiatan

personal selling. Alternative strategi pemasaran yang menjadi prioritas keempat adalah melakukan kegiatan periklanan.

Trisnawati (2012) melakukan penelitian mengenai Analisis Strategi

Bauran Promosi Restoran Hatsu Tei Bogor dengan menggunakan metode

AHP. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi strategi bauran promosi Restoran Hatsu

Tei terdiri dari (1) lokasi, (2) promosi, (3) tekhnologi dan informasi, (4)

pola hidup sehat, dan (5) persaingan. Sedangkan alternative strategi yang

menjadi prioritas untuk mencapai tujuan utama perusahaan adalah dengan

melakukan word of mouth (WOM) menggunakan media internet melalui

social network.

Asfar (2012) melakukan penelitian mengenai Analisis Strategi

Pemasaran Surat Kabar Jurnal Bogor dengan menggunakan metode AHP.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa alternative

strategi yang direkomendasikan bagi perusahaan dalam menyusun strategi

pemasaran Surat Kabar Jurnal Bogor adalah (1) melakukan promosi secara

berkala untuk meningkatkan brand image surat kabar Jurnal Bogor, (2) meningkatkan mutu dan kualitas berita agar konsumen tidak berpindah ke

produk sejenis lainnya, (3) memperluas area distribusi produk mengingat

potensi pasar yang masih luas, (4) melakukan inovasi dengan berbagai

(26)

perusahaan sebagai surat kabar yang kompetitif dalam bersaing dan

inovatif dalam menyesuaikan konten berita.

Ronaya (2012) melakukan penelitian mengenai Analisis Kualitas

Pelayanan Kereta Api Commuter Line Jabodetabek dengan menggunakan

metode IPA/CSI dan fish bone. Metode IPA/CSI digunakan untuk mengukur kepuasan dan kinerja berdasarkan dimensi kualitas jasa yaitu

Tangibles, Reliability, Responsiveness, Assurance, dan Empathy dengan

hasil bahwa pelanggan “Cukup Puas”. Sedangkan metode fish bone

digunakan untuk mengetahui akar permasalahan yang dapat menentukan

penilaian konsumen terhadap tingkat pelayanan yang diberikan PT. KAI.

Akar permasalahan yang teridentifikasi adalah mengenai kebersihan

stasiun, kebersihan kereta api, jumlah tempat duduk dalam kereta,

ketepatan jadwal kereta, dan keamanan kenyamanan di dalam kereta dan

(27)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Penjadwalan kereta api merupakan bagian dari perencanaan yang

disusun oleh bagian manajemen PT. KAI (Persero) sebagai bagian dari

pelayanan yang diberikan oleh PT. KAI (Persero) pengguna pengguna

kereta api. Penjadwalan yang tepat sangat penting bagi keberlangsungan

sebuah perusahaan transportasi, karena mencerminkan kualitas pelayanan

yang diberikan kepada masyarakat. Kualitas pelayanan dapat

mempengaruhi baik atau buruknya citra perusahaan dimata masyarakat.

Seperti halnya ketepatan penjadwalan kereta api Commuter Line yang diberikan kepada para pengguna kereta api, untuk menunjukan kualitas

pelayanan yang mampu diberikan oleh PT. CommuterJabodetabek.

Pada kenyataannya, dalam pelaksanaan penjadwalan kereta api

Commuter Line khususnya pemberangkatan stasiun Bogor tidak lepas dari

adanya masalah keterlambatan. Untuk itu, diperlukan identifikasi terhadap

penjadwalan kereta api Commuter Line yang berangkat dari stasiun Bogor. Identifikasi penjadwalan tersebut bertujuan untuk mengetahui jumlah

keterlambatan setiap keberangkatan per harinya dan di rentang waktu

berapa yang rentan terhadap keterlambatan. Selanjutnya dilakukan analisa

untuk mengetahui seberapa besar tingkat keterlambatan dari penjadwalan

kereta api Commuter Line pemberangkatan Stasiun Bogor.

Selanjutnya dilakukan analisa untuk mencari factor-faktor apa

sajakah yang berpengaruh pada ketepatan waktu dari penjadwalan

tersebut. Setelah diketahui faktor-faktor yang terkait, kemudia dilakukan

analisa untuk membuat alternatif strategi yang tepat dalam menangani

masalah ketepatan waktu penjadwalan kereta api Commuter Line

pemberangkatan Stasiun Bogor. Alternative strategi yang terpilih

kemudian dijadikan bahan rekomendasi kepada perusahaan untuk

menyelesaikan masalah tersebut guna meningkatkan kualitas pelayanan

yang diberikan PT. KAI Commuter Jabodetabek kepada

(28)

PTPT

Gambar 2. Kerangka pemikiran penelitian

PT. KAI Commuter Jabodetabek

Identifikasi ketepatan waktu

penjadwalan KA Commuter Line

Menganalisis factor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu

penjadwalan

Standar Deviasi dan Control Chart

R Diagram

Menganalisis alternative strategi yang harus dilakukan perusahaan

Pemilihan strategi sebagai bentuk penyelesaian masalah

Peningkatan kualitas pelayanan kepada para pengguna KA

Commuter Line di Stasiun Bogor

Bentuk pelayanan di stasiun Bogor Analisis

SWOT

Metode AHP Bentuk Pelayanan di PT. KAI

(29)

16

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai dari Maret 2012 – Januari 2013 di

Stasiun Bogor.

3.3. Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder.Data

primer adalah data yang langsung diambil berdasarkan pengamatan di

lapangan, penyebaran kuesioner, serta wawancara. Pengamatan tersebut

berupa pencocokan antara penjadwalan yang dibuat oleh PT. KAI

Commuter Jabodetabek (Persero) dengan jadwal yang sesungguhnya

terjadi dalam kegiatan operasional. Pengambilan data dilakukan melalui pengamatan langsung dengan mencatat jam setiap kereta api Commuter Line yang berangkat dari stasiun Bogor. Pencatatan dilakukan setiap hari (Senin-Minggu) mulai pukul 04.29 dimana kereta api Commuter Line

pertama yang berangkat dari stasiun Bogor sampai pukul 21.50 yang

merupakan kereta api Commuter Line terakhir yang berangkat dari stasiun Bogor. Penyebaran kuesioner dilakukan di Stasiun Bogor dengan

membagikan kuesioner kepada para pengguna Kereta Api Commuter Line,

sedangkan wawancara dilakukan kepada pihak PT. KAI Commuter

Jabodetabek untuk menyanyakan hal-hal yang terkait dalam penelitian ini.

Data sekunder adalah data yang telah tersusun dalam bentuk

dokumen-dokumen tertulis yang diperoleh dari pihak PT. KAI Commuter

Jabodetabek (Persero) dan internet. Data sekunder juga diperoleh melalui

bahan pustaka, buku-buku, serta literatur-literatur lainnya yang terkait

dengan topik penelitian.

3.4. Teknik Pengambilan Sampel

Data mengenai strategi ketepatan waktu penjadwalan kereta api

Commuter Line pemberangkatan stasiun Bogor diperoleh melalui:

1. Wawancara, yaitu dengan melakukan wawancara dengan pemimpin

bagian yang menangani masalah penjadwalan untuk mendapatkan

(30)

2. Pengisian kuesioner, yaitu membagikan daftar pertanyaan yang

berkaitan dengan topik penelitian kepada pihak manajemen perusahaan

dan praktisi terkait.

3. Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung di

perusahaan.

4. Studi kepustakaan, yaitu dengan cara mencari literature, penelusuran

data kepustakaan, skripsi/penelitian terdahulu, buku, dan internet.

Pengambilan sampel responden dilakukan secara judgement

sampling, yaitu sampel dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa dia adalah pihak yang paling baik untuk dijadikan sampel pada penelitian.

Pengambilan responden untuk pemilihan alternatif strategi ketepatan

waktu penjadwalan kereta api Commuter Line pemberangkatan stasiun Bogor dilakukan sengaja dengan mempertimbangkan strategi apa yang

paling cocok digunakan perusahaan untuk menangani masalah tersebut.

Jumlah responden terdiri dari tiga orang dengan pertimbangan mereka

cukup kompeten mewakili keseluruhan populasi. Tiga orang tersebut

merupakan pihak internal perusahaan, yaitu dengan jabatan

masing-masing Kepala Stasiun, Supervisor Perjalanan Kereta Api, dan Supervisor

Keamanan dan Ketertiban.

3.5. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data pada penelitian ini menggunakan

empat bantuan alat analisis, yaitu analisis deskriptif (standar deviasi),

control chart, analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) dan metode AHP (Analytic Hierarchy Process). Alat bantu analisis yang digunakan adalah Microsoft Excelversi 2010dan MicrosoftExpert Choise versi 11.0.

3.5.1 Analisis Deskriptif (Standar Deviasi)

Menurut Riduwan dan Sunarto (2007), analisis deskriptif

adalah analisis yang menggambarkan suatu data yang akan dibuat

baik sendiri maupun secara kelompok. Tujuan analisis deskriptif

(31)

18

akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antar fenomena yang

diselidiki atau diteliti. Pengukuran gejala pusat yang biasa diteliti

dalam analisis deskriptif ini biasanya mengenai Mean, Mode, dan

Median.

Selain Mean, Mode, dan Median, analisis deskriptif juga digunakan sebagai pengukuran penyimpangan (Range, Standard

Deviation, dan Variance). Pengukuran penyimpangan adalah suatu

ukuran yang menunjukan tinggi rendahnya perbedaan data yang

diperoleh dari rata-ratanya. Pengukuran ini digunakan untuk

menjaring data yang menunjukan pusat atau pertengahan dari

gugusan data yang menyebar. Nilai rerata dari kelompok data,

diperkirakan dapat mewakili seluruh nilai data yang ada dalam

kelompok tersebut.

Untuk mencari nilai standar deviasi dapat menggunakan

rumus sebagai berikut :

√∑

̅ ………..……… (1)

Standar deviasi digunakan untuk membandingkan

penyebaran atau penyimpangan dua kelompok data atau lebih.

Apabila standar deviasinya kecil, maka hal tersebut menunjukkan

nilai sampel dan populasi berkumpul atau mengelompok di sekitar

nilai rata-rata hitungnya. Artinya karena nilainya hampir sama

dengan nilai rata-rata, maka disimpulkan bahwa anggota sampel

atau populasi mempunyai kesamaan. Sebaliknya, apabila nilai

deviasinya besar, maka penyebarannya dari nilai tengah juga

besar.Hal tersebut menunjukkan adanya nilai-nilai ekstrem baik

yang tinggi maupun rendah. Standar deviasi yang besar juga

menunjukkan adanya perbedaan jauh diantara anggota populasi.

Oleh sebab itu, satandar deviasi yang tinggi biasanya dipandang

kurang baik bila dibandingkan dengan standar deviasi rendah.

Pengolahan data pada analisis ini dibantu dengan menggunakan

(32)

3.5.2 Control Chart

Menurut Heizer dan Render (2006), variabel adalah

karakteristik yang memiliki dimensi yang berkelanjutan. Mereka

memiliki sejumlah kemungkinan yang tak terbatas. Contohnya

adalah berat, kecepatan, panjang, atau kekuatan. Bagan kendali

untuk rata-rata, ̅atau , dan rentangan, R, digunakan untuk mengawasi proses yang memiliki dimensi berkelanjutan. Bagan ̅

( ̅ - charts) menunjukan apakah perubahan terjadi dalam

kecenderungan terpusat sebuah proses (dalam hal ini rata-rata).

Perubahan ini mungkin terjadi karena beberapa faktor seperti

pemakaian peralatan, temperatur yang meningkat secara bertahap,

metode yang berbeda yang digunakan pada shift kedua, atau bahan baru yang lebih kuat. Nilai bagan-R (R-Chart) mengindikasikan terjadinya kelebihan atau kekurangan penyebaran. Perubahan

mungkin disebabkan oleh komponen yang sudah usang, peralatan

yang longgar, aliran pelumas ke mesin yang tidak teratur, atau

kecerobohan operator mesin. Dua tipe bagan ini saling membantu

disaat memonitor variable karena mereka mengukur dua parameter

penting, yaitu kecenderungan terpusat dan penyebaran.

A. Menetapkan Batas Bagan Rata-rata (Bagan- ̅)

Jika melalui data masa lampau diketahui standar deviasi

populasi proses , kita dapat menetapkan batas kendali atas dan batas kendali bawah dengan rumus ini:

Batas kendali atas (upper control limit– UCL)

̅ ̿ ̿ ………. (2)

Batas kendali bawah (lower control limit– LCL)

̅ ̿ ̿ ………. (3)

Keterangan:

(33)

20

̿ = rata-rata dari sampel rata-rata Dimana :

√ ………...…… (4)

………...………… (5)

Dimana :

……….…. (6)

B. Menetapkan Batas Bagan Rentangan (Bagan-R)

Apabila bagan rata-rata digunakan untuk melihat proses,

bagan rentangan lebih digunakan untuk melihat penyebaran atau

rentangan dari proses tersebut. Persamaan berikut dapat digunakan

untuk menetapkan batas kendali atas dan bawah rentangan.

Batas kendali atas (upper control limit– UCL)

̅ ……… (7)

Batas kendali bawah (lower control limit– LCL)

̅ ……….…… (8)

Keterangan:

̅ = Rentangan rata-rata sampel = Rentangan atas

= Rentangan bawah Dimana:

……… (9)

Rumus-rumus diatas hanya berlaku untuk jumlah sampel

lebih dari 25. Setelah data diperoleh kemudian diolah dengan

(34)

3.5.3 Analisis SWOT (Strength, Weaknes, Opportunity, Threat)

Menurut Umar (2008), matriks SWOT (Strength, Weaknes,

Opportunity, Threat) merupakan matching tools yang penting

untuk membantu para manajer menggembangkan empat tipe

strategi. Keempat tipe strategi yang dimaksud adalah:

1. Strategi SO (Strength – Opportunity) 2. Strategi WO (Weaknes – Opportunity) 3. Strategi ST (Strength – Threat)

4. Strategi WT (Weaknes – Threat)

Pada pembuatan matriks ini, menentukan key success

factors untuk lingkungan eksternal dan internal merupakan bagian

yang sulit sehingga dibutuhkan judgment yang baik.Sementara itu, tidak ada satupun matching tool yang dianggap paling baik.

Untuk lebih jelasnya, Tabel 2 dibawah ini dapat membantu

untuk lebih memahami empat macam strategi yang dimaksud,

yakni SO, WO, ST, dan WT. Tiap strategi dilengkapi dengan

contoh matching antara faktor-faktor eksternal dan internal utama dalam rangka memformulasikan strategi-strategi alternative yang

ada pada kolom resultant strategy. Tabel. 2 Matriks SWOT

Key Internal Factors Key External Factors Resultant Strategy

(35)

22

Penjelasan:

1. Strategi SO (StrengthOpportunity). Strategi ini menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk meraih

peluang-peluang yang ada diluar perusahaan. Pada umumnya,

perusahaan berusaha melaksanakan strategi-strategi WO, ST,

atau WT untuk menerapkan strategi SO. Oleh karena itu, jika

perusahaan memiliki banyak kelemahan, perusahaan harus

mengatasi kelemahan itu agar menjadi kuat. Sedangkan, jika

perusahaan menghadapi banyak ancaman, perusahaan harus

berusaha menghindarinya dan berusaha berkonsentrasi pada

peluang-peluang yang ada.

2. Strategi WO (Weakness-Opportunity). Strategi ini bertujuan untuk memperkecil kelemahan-kelemahan internal peusahaan

dengan memanfaatkan peluang-peluang eksternal. Kadang kala

perusahaan menghadapi kesulitan untuk memanfaatkan

peluang-peluang karena adanya kelemahan-kelemahan internal.

3. Strategi ST (Strength-Tbreat). Melalui strategi ini perusahaan berusaha untuk menghindari atau mengurangi dampak dari

ancaman-ancaman eksternal dengan menggunakan kekuatan

internal yang dimiliki oleh perusahaan.

4. Strategi WT (Weakness-Tbreat). Strategi ini merupakan taktik untuk bertahan dengan cara mengurangi kelemahan internal

serta menghindari ancaman. Suatu perusahaan yang

dihadapkan pada sejumlah kelemahan internal dan ancaman

eksternal sesungguhnya berada dalam posisi yang berbahaya. Ia

harus berjuang untuk tetap dapat bertahan dengan melakukan

(36)

A. Kerangka Kerja SWOT

Secara lebih jelas, berikut ini adalah delapan tahap

bagaimana penentuan strategi dibangun melalui TOWS/SWOT.

Tahapan yang dimaksud adalah:

1. Buat daftar peluang eksternal perusahaan.

2. Buat daftar ancaman eksternal perusahaan.

3. Buat daftar kekuatan kunci interal perusahaan.

4. Buat daftar kelemahan kunci internal perusahaan.

5. Cocokkan kekuatan-kekuatan internal dan peluang-peluang

eksternal dan catat hasilnya dalam sel strategi SO.

6. Cocokkan kelemahan-kelemahan internal dan peluang-peluang

eksternal dan catat hasinya dalam strategi WO.

7. Cocokkan kekuatan-kekuatan internal dan ancaman-ancaman

eksternal dan catat hasilnya dalam sel strategi ST.

8. Cocokkan kelemahan-kelemahan internal dan

ancaman-ancaman eksternal dan catat hasilnya dalam sel strategi WT.

3.5.4 Metode AHP (Analytical Hierarchy Process)

Analisis terakhir pada penelitian ini adalah membuat

keputusan mengenai tindakan yang harus dilakukan perusahaan

untuk menyelesaikan masalah terkait tentang ketepatan waktu

penjadwalan kereta api Commuter Line pemberangkatan stasiun Bogor. Metode yang digunakan adalah AHP, karena prinsip kerja

AHP adalah menyederhanakan suatu persoalan kompleks yang

tidak terstruktur, strategik, dan dinamik menjadi sebuah

bagian-bagian dan tertata dalam suatu hierarki. Untuk kerangka kerja

AHP, penelitian diawali dengan pembuatan hirarki yang disusun

berdasarkan studi literatur, data dokumenter perusahaan, observasi,

Focus Group Discussion (FGD), dan dengan konfirmasi dari pihak

perusahaan.

Saaty (1993) menjelaskan langkah-langkah dalam

(37)

24

1. Mendefinisikan persoalan dan merinci pemecahan yang

diinginkan. Hal pertama yang harus dilakukan yaitu

mengidentifikasi persoalan dengan melakukan analisa atau

pemahaman yang mendalam terhadap persoalan yang dihadapi

dan ingin dipecahkan. Setelah itu dapat dilakukan

pengidentifikasian dan pemilihan elemen-elemen yang akan

masuk komponen sistem, seperti focus, forces, actors,

objective, dan scenario dalam struktur AHP nantinya.

Komponen-komponen dapat diidentifikasi berdasarkan

kemampuan pada analisa untuk menemukan unsur-unsur yang

dapat dilibatkan dalam suatu sistem.

2. Membuat struktur hirarki dari sudut pandang manajerial secara

menyeluruh. Struktur hirarki disusun berdasarkan jenis

keputusan yang akan diambil berdasarkan sudut pandang dari

tingkat puncak sampai tingkat dimana dimungkinkan campur

tangan untuk memecahkan persoalan tersebut. Hirarki yang

terbentuk dalam metode AHP sendiri dapat berupa hirarki

lengkap dan hirarki tidak lengkap. Dalam struktur hirarki

lengkap dapat dilihat pada Gambar 3.

Fokus

Faktor

Aktor

Tujuan

Alternatif

(38)

3. Menyusun matriks berpasangan.

Matriks ini berfungsi untuk mengetahui kontribusi dan

pengaruh setiap elemen yang relevan atas setiap kriteria yang

berpengaruh berada setingkat diatasnya.Pada matriks ini,

pasangan-pasangan elemen dibandingkan berkenaan suatu

kriteria di tingkat yang lebih tinggi.Dalam membandingkan dua

elemen, biasanya memberi suatu pertimbangan yang

menunjukan dominasi sebagai bilangan bulat.

4. Membandingkan semua pertimbangan yang diperlukan untuk

mengembangkan perangkat matriks dilangkah 3.Setelah

matriks pembanding berpasangan antar elemen dibuat,

dilakukan pembandingan berpasangan antar setiap elemen pada

kolom ke-i dengan setiap elemen pada baris ke-j. Untuk

mengisi matriks banding berpasangan, digunakan skala

banding yang tertera pada Tabel 3, angka-angka tersebut

menggambarkan relatif pentingnya suatu elemen dibandingkan

elemen lainnya. Pengisian matriks hanya dilakukan untuk

bagian diatas garis diagonal dari kiri ke kanan bawah.

5. Memasukkan nilai-nilai kebalikannya beserta bilangan 1

sepanjang diagonal utama. Angka 1 sampai 9 digunakan bila Fi

lebih mendominasi atau mempengaruhi sifat fokus puncak

hirarki (x) dibandingkan dengan Fj, namun bila Fi kurang

mendominasi atau kurang mempengaruhi sifat X dibandingkan

Fj, maka digunakan angka kebalikannya. Matriks dibawah

(39)

26

Tabel 3. Nilai skala banding berpasangan Tingkat

Kepentingan

Definisi

1 Kedua elemen sama pentingnya

3

7 Satu elemen jelas lebih penting dibanding yang lain

9

Satu elemen mutlak lebih penting dibanding yang lain

2, 4, 6, 8 Nilai diantara dua penilaian yang berdekatan

Reciprocal (kebalikan)

Jika unsur I memiliki salah satu angka di atas ketika dibandingkan dengan unsur j, maka j memiliki nilai kebalikannya ketika dibandingkan dengan unsur i. Sumber : Satty (1993)

6. Melaksanakan langkah 3, 4, dan 5 untuk semua tingkat dan

gugusan dalam hirarki tersebut. Pembandingan dilanjutkan

untuk semua elemen pada setiap tingkat kepuasan yang

terdapat pada hirarki. Matriks perbandingan dalam AHP

dibedakan menjadi dua yaitu : Matriks Pendapatan Individu

(MPI) dan Matriks Pendapatan Gabungan (MPG).

a. Matriks Pendapatan Individu (MPI)

MPI adalah matriks hasil pembandingan yang dilakukan

oleh individu.MPI memiliki elemen yang disimbolkan

dengan aij, yaitu elemen matriks pada baris kolom ke-i dan

kolom ke-j.MPI dapat dilihat pada Tabel 4.

Table 4. Matriks Pendapatan Individu (MPI)

X A1 A2 A3 … An

A1 a11 a12 a13 … a1n

A2 a21 a22 a23 … a2n

… … … …

(40)

b. Matriks Pendapatan Gabungan (MPG)

MPG adalah susunan matriks baru yang elemen (gij) berasal

dari rata-rata geometrik pendapatan-pendapatan individu

yang rasio inkonsistennya lebih kecil atau sama dengan 10

% dan setiap elemen pada baris dan kolom yang sama dari

MPI yang satu dengan MPI yang lain tidak terjadi konflik.

Tabel 5. Matriks Pendapatan Gabungan (MPG)

X G1 G2 G3 … Gn

G1 g11 g12 g13 … G1n

G2 g21 g22 g23 … G2n

G3 g31 g32 g33 G3n

… … … …

Gn gn1 gn2 gn3 … gnn

Rumus rataan geometric adalah sebagai berikut:

……….. (10)

Dengan:

n = jumlah responden (pakar)

α

ij(k) = sel penilaian setiap pakar

7. Menggunakan komposisi secara hirarki untuk membobotkan

vektor-vektor prioritas itu dengan bobot kriteria-kriteria dan

menjumlahkan semua nilai prioritas terbobot yang

bersangkutan dengan nilai prioritas dari tingkat bawah

berikutnya dan seterusnya. Vektor prioritas dapat dihitung

dengan rumus :

VP (Vektor Prioritas) =

∑ √ ……….……….. (11)

Dimana:

VE (Vektor Eigen) =

………...………...… (12)

Dengan:

αij = elemen MPB pada baris ke-I dan kolom ke-j

(41)

28

8. Mengevaluasi inkonsistensi untuk seluruh hirarki.

Langkah yang dilakukan yaitu dengan mengalikan setiap

indeks konsistensi dengan prioritas kriteria bersangkutan dan

menjumlahkan hasil kalinya.Hasil ini dibagi dengan pernyataan

sejenis yang menggunakan indeks inkonsistensi acak, yang

sesuai dengan dimensi masing-masing matriks. Dengan cara

yang sama setiap indeks konsistensi acak juga dibobot

berdasarkan prioritas kriteria yang bersangkutan dan hasilnya

dijumlahkan. Rasio konsistensi hirarki harus 10 % atau

kurang.Hal ini bertujuan untuk mempertahankan mutu

informasi bahwa jika tingkat inkonsistensi sebesar 10 % ke

bawah tidak tercapai maka digunakan batas yang lebih besar

atau rataan CR penilaian pakar. Maka dapat disimpulkan

bahwa diterima atau ditolaknya konsistensi suatu matriks

sebenarnya tidak ada yang baku.

Rumus untuk perhitungan uji konsistensi adalah sebagai

berikut :

CI (Indeks konsistensi)

CI =

……….…… (13)

Dengan :

CI = Indeks konsistensi

λmax = eigen value maksimum

N = jumlah elemen yang diperbandingkan

Dimana :

∑ ……….… (14)

VB (Nilai Eigen) =

(42)

Lebih lanjut ingin diketahui apakah CI dengan besaran cukup

baik atau tidak, maka perlu diketahui rasio konsistensinya

dengan rumus yaitu :

CR (Rasio Konsistensi)

CR =

………..…… (17)

Berikut adalah pengolahan secara horizontal dan vertikal

sebagai berikut:

1. Pengolahan Horizontal

Pengolahan horizontal digunakan untuk menyusun prioritas

elemen keputusan pada setiap tingkat hirarki keputusan. Menurut

Saaty (1993), tahapan penyelesaiannya adalah sebagai berikut:

 Perkalian baris (z) dengan rumus :

√ ……….. (18)

 Perhitungan vektor prioritas atau vector eigen

√∑

∑ √

……….. (19)

eVP1 = adalah elemen vector prioritas ke-1

 Perhitungan nilai eigen minimum:

VA = αijx VP dengan VA = (Vαi) VB = VA/VP dengan VB = (Vbi)

 Perhitungan indeks konsistensi

CI =

... (20) Untuk mengetahui apakah CI dengan besaran tertentu cukup

baik atau tidak, maka perlu diketahui rasio yang dianggap baik, yaitu

apabila CR ≤ 0,1.

(43)

30

CR =

……….. (21)

Nilai RI merupakan nilai random indeks yang dikeluarkan oleh

Oarkridge Laboratory.Berikut adalah nilai RI (Tabel 6). Tabel 6. Nilai RI

N RI N RI

1 0,00 8 1,41

2 0,00 9 1,45

3 0,58 10 1,49

4 0,90 11 1,51

5 1,12 12 1,48

6 1,24 13 1,56

7 1,32

2. Pengolahan vertikal

Pengolahan ini digunakan untuk menyusun prioritas setiap

elemen dalam hirarki terhadap sasaran utama. Jika NPpq didefinisikan

sebagai nilai prioritas pengaruh elemen ke-p pada tingkat ke-q

terhadap sasaran utama, maka:

Untuk p = 1,2, … , r

T = 1,2, … , s

Dimana:

NPpq = prioritas pengaruh elemen ke-p pada tingkat ke-q

terhadap sasaran utama.

NPHpq = nilai prioritas elemen ke-p pada tingkat ke-q

NPTt = nilai prioritas pengaruh elemen ke-t pada tingkat q-1

Struktur hirarki seperti faktor, aktor dan tujuan strategi

(44)

disusun dijadikan sebagai dasar dalam pembuatan kuesioner AHP

yang disebarkan kepada responden. Kuesioner disebarkan untuk

mengetahui pembobotan setiap elemen pada seluruh tingkat hirarki.

Validitas kuesioner untuk pemilihan strategi ketepatan waktu dilihat

melalui konsistensi setiap matriks baik itu matriks individu maupun

gabungan serta konfirmasi yang dilakukan dengan pakar.

Pengolahan data primer diawali dengan pemeriksaan terlebih

dahulu terhadap tingkat kekonsistenan pembobotan yang diberikan

responden.Pengolahan ini dilakukan dengan menggunakan Expert Choice. Setelah itu bobot per individu digabungkan dalam suatu matriks gabungan. Kemudian matriks gabungan ini akan diukur

kembali pembobotannya melalui perhitungan AHP dengan

menggunakan Microsoft Excel for Windows versi 2010 sehingga dihasilkan pengolahan data horizontal dan pengolahan data vertikal.

Hasil pengolahan data horizontal memperlihatkan keterkaitan dan

tingkat pengaruh antara satu faktor dengan elemen lain dalam satu

tingkat hirarki dengan elemen lain tingkat hirarki dibawahnya,

sedangkan hasil pengolahan vertikal menjadi dasar pemilihan

alternatif strategi yang dapat digunakan oleh perusahaan dalam

menyelesaikan masalah ketepatan waktu penjadwalan kereta api

(45)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Ringkas Perusahaan

Dalam rangka pembenahan badan usaha, pemerintah

mengeluarkan UU No. 19 Tahun l960, yang menetapkan bentuk

usaha BUMN. Atas dasar UU ini, dengan Peraturan Pemerintah No.

22 Tahun 1963, tanggal 25 Mei 1963 dibentuk “Perusahaan Negara

Kereta Api” (PNKA), sehingga Djawatan Kereta Api dilebur kedalamnya. Pemerintah mengeluarkan UU No. 9 Tahun 1969

tanggal 1 Agustus 1969, yang menetapkan jenis BUMN menjadi tiga

Perseroan, Perusahaan Umum dan Perusahaan Jawatan. Sejalan

dengan UU dimaksud, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 61

Tahun 1971 tanggal 15 September 1971, bentuk perusahaan PNKA

mengalami perubahan menjadi “Perusahaan Jawatan Kereta Api”

(PJKA). Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 1990,

pada tanggal 2 Januari 1991, PJKA mengalami perubahan menjadi

Perusahaan Umum Kereta Api disingkat Perumka.

Selanjutnya, berdasarkan “Loan Agreement” No. 4106-IND tanggal 15 Januari 1997 berupa bantuan proyek dari Bank Dunia,

yang kemudian lebih dikenal dengan Proyek Efisiensi Perkeretaapian

atau “Railway EffiencyProject” (REP), dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1998, tanggal 3 Febuari 1998, Pemerintah menetapkan

pengalihan bentuk Perusahaan Umum (PERUM) Kereta Api menjadi

Perusahaan Perseroan (Persero). Prosesi perubahan status perusahaan

dari Perum menjadi Persero secara “de-facto” dilakukan tanggal 1 Juni 1999, saat Menhub Giri S. Hadiharjono mengukuhkan susunan

(46)

Stasiun Bogor (BOO) adalah stasiun kereta api di Kota Bogor

yang dibangun pada tahun 1881. Stasiun yang terletak pada

ketinggian 246 meter ini memberangkatkan Kereta Rel Listrik (KRL)

yang melayani kawasan Jabodetabek, yakni menuju stasiun Jakarta

Kota dan stasiun Jatinegara. Selain itu terdapat pula Kereta Rel

Diesel (KRD) yang melayani rute Sukabumi – Bogor bernama kereta

api Bumi Geulis. Terdapat 59 jadwal perjalanan KRL di stasiun

Bogor setiap harinya dan perjalanan tersebut dilakukan oleh 23

rangkaian kereta api, baik kereta api Commuter Line ataupun ekonomi. Jadwal pemberangkatan pertama dimulai dari pukul 04.29

sampai jadwal pemberangkatan terakhir adalah pukul 21.50.

Fasilitas yang ada di stasiun Bogor dapat dikatakan memadai,

karena hamper semua kebutuhan konsumen dimulai dari toilet,

tempat beribadah, ATM centre, food court, sampai tempat khusus untuk mengisi ulang baterai handphone, sudah tersedia di stasiun Bogor. Selain itu dibagian luar stasiun Bogor juga terdapat pasar

tradisional yang dibuat dalam konsep modern sehingga terlihat rapih,

tertib, dan nyaman. Semua hal tersebut dilakukan PT. KAI (Persero)

stasiun Bogor guna meningkatkan pelayanan kepada masyarakat

pengguna kereta api khususnya yang berangkat melalui stasiun

Bogor. Pihak stasiun Bogor masih terus melakukan perbaikan dan

penambahan kualitas dari fasilitas guna meningkatkan tingkat

pelayanan kepada masyarakat.

4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan A. Visi Perusahaan

Menjadi penyedia jasa perkeretaapian terbaik yang focuspada

pelayanan pelanggan dan memenuhi harapan stakeholders.

B. Misi Perusahaan

Menyelenggarakan bisnis perkeretaapian dan bisnis usaha

penunjangnya, melalui praktek bisnis dan model organisasi terbaik

(47)

34

kelestarian lingkungan berdasarkan 4 pilar utama : keselamatan,

ketepatan waktu, pelayanan dan kenyamanan.

4.1.3 Arti Logo Perusahaan

Logo PT. KAI (Persero) beserta artinya dapat dilihat pada

Gambar 4.

Gambar 4. Logo PT. KAI (Persero) (http://www.kereta-api.co.id/tentang- kami/logo-perusahaan.html)

1. 3 Garis melengkung melambangkan gerakan yang dinamis PT KAI dalam mencapai Visi dan Misinya.

2. 2 Garis warna orange melambangkan proses Pelayanan Prima (Kepuasan Pelanggan) yang ditujukan kepada pelanggan internal

dan eksternal. Anak panah berwarna putih melambangkan Nilai Integritas, yang harus dimiliki insan PT KAI dalam

mewujudkan Pelayanan Prima.

3. 1 Garis lengkung berwarna biru melambangkan semangat Inovasi yang harus dilakukan dalam memberikan nilai tambah ke

stakeholders. (Inovasi dilakukan dengan semangat sinergi di

semua bidang dan dimulai dari hal yang paling kecil sehingga

dapat melesat).

4.1.4 Struktur Organisasi Perusahaan

PT. Kereta Api (Persero) khususnya Stasiun Bogor dipimpin

oleh Kepala Stasiun dan Wakil Kepala Stasiun. Kepala dan Wakil

Stasiun membawahi empat divisi yang masing-masing divisi

(48)

Sup. Keamanan dan Ketertiban, Sup. Pelayanan, dan Sup. Komersil.

Untuk struktur organisasi Stasiun Bogor lebih lengkapnya dapat

dilihat pada Lampiran 1.

4.2. Identifikasi Ketepatan Waktu Penjadwalan

Untuk mengidentifikasi ketepatan waktu penjadwalan, dibuat suatu

tabel yang merupakan daftar penjadwalan Kereta Api Commuter Line

pemberangkatan stasiun Bogor. Data diperoleh melalui pengamatan

langsung dengan mencatat perbedaan waktu antara jadwal yang diberikan

oleh PT. KAI Commuter Jabodetabek dengan waktu pemberangkatan sebenarnya saat pelaksanaan operasional. Daftar tersebut dapat dilihat

pada Lampiran 2.

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa setiap hari jadwal

keberangkatan kereta api Commuter Line pemberangkatan stasiun Bogor masih ditemui masalah keterlambatan. Kolom yang berwarna gelap pada

lampiran 2 menunjukan waktu keterlambatan yang melebihi dari batas

waktu keterlambatan yang sudah ditetapkan oleh PT. KAI Commuter

Jabodetabek yaitu 10 menit. Gambar 5 dibawah ini menunjukan frekuensi

keterlambatan kereta api Commuter Line pemberangkatan stasiun Bogor selama bulan Juni 2012.

Gambar

Tabel 1. Perbandingan pemakaian BBM antar moda angkutan
Gambar 1.  Data volume penumpang kereta api Commuter Line stasiun
Gambar 2. Kerangka pemikiran penelitian
Tabel. 2 Matriks SWOT
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh keberadaan stasiun kereta api Pulu Raja terhadap peningkatan perekonomian masyarakat, dimana sejak dibangun stasiun kereta api Pulu Raja keadaan

Karakteristik responden pada penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas penumpang KRL Commuter Line kalangan pekerja adalah berpendapatan sekitar Rp2 500 000 sampai Rp5 000

“PENGARUH BAURAN PEMASARAN JASA TERHADAP UPAYA PENINGKATAN JUMLAH PENGGUNA JASA KERETA API PENUMPANG KELAS EKONOMI MELALUI STASIUN KERETA

“PENGARUH BAURAN PEMASARAN JASA TERHADAP UPAYA PENINGKATAN JUMLAH PENGGUNA JASA KERETA API PENUMPANG KELAS EKONOMI MELALUI STASIUN KERETA

Kereta tujuan Jakarta Kota baik dari Stasiun Bekasi maupun dari Stasiun Depok/Bogor dapat memasuki jalur 5 dan jalur 3 di Manggarai, namun, kereta api antar

Untuk mengetahui daya beli atau kemampuan membayar dari calon pengguna jasa kereta api commuter terhadap tarif rencana commuter di kota Malang maka perlu

Oleh karena itu, karena pentingnya keberadaan jalur kereta api ini bagi moda transportasi kereta api dari stasiun Parung Panjang menuju stasiun Tanah Abang, maka

pengusahaan pelayanan jasa angkutan kereta api komuter dengan menggunakan sarana kereta rel listrik di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang (Serpong) dan Bekasi (Cikarang).