ANALISIS STRATEGI KETEPATAN WAKTU
PENJADWALAN KERETA API
COMMUTER LINE
PEMBERANGKATAN STASIUN BOGOR
Oleh
KARTIKA DEWANTI PUTRI
H24104107
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
RINGKASAN
KARTIKA DEWANTI PUTRI. H24104107. Analisis Strategi Ketepatan Waktu
Penjadwalan Kereta Api Commuter Line Pemberangkatan Stasiun Bogor.
Dibawah bimbingan ALIM SETIAWAN S. dan NUR HADI WIJAYA
Kereta api merupakan moda transportasi di Indonesia yang memiliki
peranan penting dalam hal pengangkutan, baik penumpang ataupun barang.
Sebagai salah satu perusahaan yang bergerak dibidang jasa angkutan Indonesia,
PT. KAI (Persero) bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama
dalam hal ketepatan waktu jadwal keberangkatan kereta api. Tujuan penelitian ini
adalah (1) Mengidentifikasi ketepatan waktu penjadwalan KA Commuter Line
pemberangkatan Stasiun Bogor, (2) Menganalisis alternatif strategi ketepatan
waktu penjadwalan kereta api Commuter Line pemberangkatan Stasiun Bogor, (3) Menganalisis pemilihan strategi yang tepat untuk dilakukan perusahaan dalam
mengatasi masalah ketepatan waktu penjadwalan kereta api Commuter Line
pemberangkatan stasiun Bogor.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder.Data primer diperoleh melalui wawancara kepada pihak
perusahaan.Data sekunder diperoleh melalui literatur, internet dan dokumen
perusahaan.Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Standar
Deviasi, Control Chart, Analisis SWOT dan Analytic Hierarchy
Process(AHP).Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel
for Windows versi 2010 dan Expert Choice versi 11.
Hasil penelitian dengan menggunakan control chart menyatakan bahwa penjadwalan KA Commuter Line pemberangkatan stasiun Bogor belum tepat waktu, karena sebaran penjadwalan berada diluar batas atas yaitu 52,08 dan batas
bawah yaitu 22,43. Hal tersebut disebabkan oleh faktor sarana yang menjadi
prioritas utama dalam pemilihan strategi ketepatan waktu penjadwalan KA
Commuter Line pemberangkatan stasiun Bogor dengan bobot sebesar 0,474.
Aktor yang paling berperan dalam pemilihan strategi ini adalah Supervisor
Perjalanan Kereta Api dengan bobot sebesar 0,373 dan strategi yang terpilih
adalah memelihara dan merawat seluruh aset sarana dan prasarana yang ada di
ANALISIS STRATEGI KETEPATAN WAKTU
PENJADWALAN KERETA API COMMUTER LINE
PEMBERANGKATAN STASIUN BOGOR
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
KARTIKA DEWANTI PUTRI
H24104107
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
Judul Skripsi : Analisis Strategi Ketepatan Waktu Penjadwalan Kereta Api
Commuter Line Pemberangkatan Stasiun Bogor
Nama : Kartika Dewanti Putri
NIM : H24104107
Menyetujui,
Pembimbing 1 Pembimbing 2
(Alim Setiawan S, STP, MSi) (Nur Hadi Wijaya, STP, MM.) NIP. 19820227 200912 1 001
Mengetahui
Ketua Departemen
(Dr. Ir. Jono M Munandar, MSc) NIP. 19610123 198601 1 002
iii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Depok pada tanggal 17 Oktober 1989.Penulis
merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dari Bapak H. Joko Sutanto (Alm)
dan Ibu Dra.Hj. Ratih Wahyu Pamularsih M. Pd.
Tahun 1995, penulis mengawali pendidikan sekolah dasar di SDN Beji 1
Depok dan lulus tahun 2001, kemudian melanjutkan pendidikan di SMP N 2
Depok dan lulus tahun 2004. Penulis melanjutkan pendidikan di SMA N 5 Depok
pada tahun 2004-2007. Pada tahun 2007-2010 Penulis melanjutkan pendidikan ke
tingkat perguruan tinggi pada Program Diploma Pariwisata, Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok. Pada tahun 2010 Penulis
melanjutkan pendidikan pada Program Alih Jenis Manajemen, Departemen
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas karunia dan
rahmat yang telah dilimpahkan dalam penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini
adalah Analisis Strategi Ketepatan Waktu Penjadwalan Kereta Api
Commuter Line Pemberangkatan Stasiun Bogor. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana
Alih Jenis Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Penulis tertarik untuk mengambil judul tersebut sebagai objek dari
penelitian ini secara sengaja dengan melihat bahwa masalah ketepatan waktu
penjadwalan kereta api Commuter Line pemberangkatan Stasiun Bogor
merupakan salah satu masalah yang mendominasi dan kerap kali diperbincangkan
oleh masyarakat.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran maupun kritik yang membangun untuk
sarana sebagai perbaikan yang berkelanjutan upaya penyempurnaan skripsi ini.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan kontribusi
pemikiran bagi semua pihak yang berkepentingan dan memberikan manfaat bagi
yang membacanya.
Bogor, Maret 2013
v
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya yang begitu besar dan luar biasa, sehingga
penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul Analisis Strategi Ketepatan
Waktu Penjadwalan Kereta Api Commuter Line Pemberangkatan Stasiun Bogor. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Alim Setiawan S. STP. M.Si dan Nur Hadi Wijaya STP. MM selaku dosen
pembimbing atas semua arahan, koreksi, waktu, dan kesabaran yang telah
diberikan kepada penulis selama berlangsungnya penyusunan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Abdul Basith MS selaku dosen penguji atas semua masukan yang
diberikan guna menyempurnakan skripsi ini.
3. Pihak PT. KAI (Persero), Pak Acep, Pak Hendri, Pak Eman, Pak Wahyudi,
Pak Ahmad, Pak Taufik dan seluruh karyawan Stasiun Bogor lainnya, atas
izin dan segala bantuan yang telah diberikan penulis dalam penyusunan skripsi
ini.
4. Orang tua penulis, H. Joko Sutanto (Alm) untuk janji yang akhirnya dapat
dipenuhi dan Dra. Hj. Ratih Wahyu Pamularsih, M.Pd untuk setiap doa dan
semangat yang terus terucap sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Intan dan Iwan selaku adik kandung, Bella dan Rini selaku adik angkat, serta
bundel selaku kucing kesayangan penulis yang tidak henti memberikan tawa,
semangat dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Seluruh staf pengajar dan karyawan/karyawati Program Sarjana Alih Jenis
Manajemen, Departemen Manajemen, FEM, IPB.
7. Untuk Arnold dan Arfi atas waktu dan kesediannya dalam membantu penulis
selama proses pembuatan skripsi ini.
8. Untuk teman-teman Alih Jenis Managemen Angkatan 8, Laras, Onggo,
Angger, Pras, Syibil, Cipa, Awiw, Wawaw, Kemas, Yanda, Aji, Agoy, Indra,
Ranger, Will atas semua tawa, semangat, dan bantuan selama masa kuliah.
9. Teman-teman satu bimbingan Hervin, Ahmad, dan Famran yang saling
vi
10.Terakhir kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis
selama perkuliahan dan penyusunan skripsi. Semoga Allah SWT membalas
semua kebaikan dan keikhlasan kepada semua pihak yang telah membantu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna.Namun penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membacanya.Akhirnya, kesempurnaan hanyalah dimiliki oleh Allah SWT
dan kekurangan adalah milik kita selaku manusia.Maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran bagi para pembaca demi perbaikan agar skripsi ini
vii
3.5.1 Analisis Deskriptif (Standar Deviasi) ………. 17
3.5.2 Bagan Kendali (Control Chart) ……….. 19
3.5.3 Analisis SWOT ……… 21
3.5.4 Metode AHP ……… 23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan ………...…. 32
4.1.1 Sejarah Ringkas Perusahaan ……….... 32
viii
4.1.3 Arti Logo Perusahaan ……….. 34
4.1.4 Struktur Organisasi Perusahaan ………... 34
4.2. Identifikasi Ketepatan Waktu Penjadwalan ……… 35
4.3. Analisis Strategi Ketepatan Waktu Penjadwalan ……… 44
4.3.1 Identifikasi Faktor-Faktor Penyusun Strategi ……….. 44
4.3.2 Identifikasi Aktor Penyusun Strategi ………... 46
4.3.3 Identifikasi Alternatif Penyusun Strategi ………. 48
4.4. Analisis Pemilihan Strategi Ketepatan Waktu ……… 50
4.4.1 Pengolahan Data AHP Secara Horizontal ……… 50
4.4.2 Pengolahan Data AHP Secara Vertikal ……… 57
4.5. Implikasi Manajerial ……… 64
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ……….….. 65
2. Saran ………. 66
DAFTAR PUSTAKA ……….……….. 67
ix
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Data volume penumpang KA CL ……….………….… 2
2. Kerangka pemikran penelitian ………..….… 15
3. Struktur hirarki lengkap ………...….… 24
4. Logo PT. KAI (Persero) ……….…... 34
5. Frekuensi keterlambatan KA CL ……….……..…… 35
6. Standar Deviasi ………..…… 37
7. Grafik X Bar ……….…….… 40
8. Grafik R ………. 42
9. Penyusunan hirarki ……….43
10.Diagram Fishbone………. 44
11.Hirarki strategi ketepatan waktu penjadwalan KA CL ……...……….. 51
12.Hasil pengolahan horizontal pada level faktor ……….………. 52
13.Hasil pengolahan pada lever aktor terhadap faktor sarana dan prasarana ………..……….. 53
14.Hasil pengolahan pada lever aktor terhadap faktor masyarakat ………54
15.Hasil pengolahan pada lever aktor terhadap faktor lingkungan ………54
16.Hasil pengolahan pada level strategi terhadap aktor KS ...55
17.Hasil pengolahan pada level strategi terhadap aktor Sup. Perka ……...56
18.Hasil pengolahan pada level strategi terhadap aktor Sup. Kamtib ……56
19.Struktur hirarki pemilihan strategi dengan hasil pengolahan horizontal……….58
x
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Perbandingan pemakaian BBM antar moda angkutan ……….. 1
2. Matriks SWOT ……….. 21
3. Nilai skala banding berpasangan ………... 26
4. Matriks pendapat individu (MPI) ……….. 27
5. Matriks pendapat gabungan (MPG) ……….. 27
6. Nilai RI ……….. 30
7. Analisis matriks SWOT . ………....48
8. Hasil pengolahan vertical pada level faktor ……….. 59
9. Hasil pengolahan vertical pada level aktor ……… 59
10.Hasil pengolahan vertical pada level strategi ……….60
xi
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Struktur organisasi ………. 69
2. Tabel penjadwalan KA CL ……… 70
3. Tabel deskriptif statistic ……… 72
4. Tabel deviasi ………. 74
5. Tabel X bar dan R ………. 76
6. Pengolahan horizontal ………... 78
7. Pengolahan vertical ………... 80
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kereta api merupakan moda transportasi di Indonesia yang memiliki
peranan penting dalam hal pengangkutan, baik penumpang ataupun barang.
Hal tersebut ditunjukan dari data statistik tahun 2010 di Badan Pusat
Statistik Indonesia yang menunjukan bahwa, pengguna jasa kereta api
untuk penumpang sebanyak 203 juta penumpang dan untuk angkut barang
sebesar 19 juta ton. Banyaknya minat penggunaan jasa transportasi kereta
api karena memiliki beberapa keunggulan di bandingkan moda angkutan
lainnya. Menurut survey dari Kementerian Perhubungan Darat Republik
Indonesia tahun 2010, kereta api dikenal sebagai moda angkutan yang
memiliki multi keunggulan, antara lain: hemat energi; hemat lahan;
bersahabat dengan lingkungan; mampu mengangkut dalam jumlah yang
besar dan masal; serta adaptif terhadap perkembangan teknologi.
Tabel 1. Perbandingan pemakaian BBM antar moda angkutan
NO Moda
Sumber : PT. Kereta Api ( Persero), 2010
Dari segi fungsi, kereta api memang merupakan moda transportasi
darat yang efektif dan efisien. Berdasarkan Tabel 1, kereta api dapat
mengangkut penumpang sebanyak 1500 orang dengan konsumsi energi
BBM hanya 3 Liter/Km. Ini berarti kereta api hanya mengkonsumsi BBM
sebesar 0,002 Liter/orang. Tidak heran jumlah pengguna kereta api setiap
tahunnya menunjukan angka pertambahan yang signifikan. Pada bulan Juli
2011 diperkenalkan produk baru bernama Commuter Line. Produk ini
2
memberikan pelayanan kepada para penumpang dalam bentuk gerbong
yang lebih nyaman, ketepatan waktu dan tentu saja dengan tarif khusus.
Gambar 1. Data volume penumpang kereta api Commuter Line stasiun besar Bogor periode Juli 2011 – Juli 2012 (PT. Commuter
Jabodetabek, 2012)
Pada Gambar 1 dijelaskan bahwa, pada awal berlakunya sistem
Commuter Line yaitu pada Juli 2011 terjadi penurunan volume penumpang
dan tidak ada perubahan hingga bulan Februari 2012. Hal ini dikarenakan
masih tingginya minat para konsumen untuk menggunakan kereta api
ekonomi yang harganya terjangkau yaitu sebesar Rp. 2.000,-.
Berkembangnya fasilitas di Commuter Line yang lebih nyaman dan memadai, seperti adanya gerbong khusus wanita, menyebabkan volume
pengguna kereta api tersebut mengalami kenaikan pada bulan Maret 2012
dan terus bertambah hingga Juli 2012. Harga kereta api Commuter Line
yang lebih tinggi dari kereta api ekonomi yaitu sebesar Rp. 9.000,- tidak
menurunkan minat para konsumen untuk dapat menikmati fasilitas kereta
api Commuter Line.
Banyaknya peminat pengguna kereta api Commuter Line tidak lepas dari pandangan bahwa moda transportasi ini terbilang cepat dan
menghemat waktu. Untuk itu para penumpang mengharapkan ketepatan
waktu dari penjadwalan kereta api Commuter Line tersebut. PT. Commuter
Jabodetabek sendiri sudah memberikan penjadwalan untuk
Namun hal tersebut belum memenuhi harapan masyarakat mengenai
ketepatan waktu pada penjadwalan kereta api Commuter Line
pemberangkatan stasiun Bogor.
Penelitian ini dilakukan untuk membantu pihak PT. KAI (Persero)
khususnya PT. KAI Commuter Jabodetabek dalam menganalisis ketepatan waktu penjadwalan kereta api Commuter Line pemberangkatan stasiun Bogor. Oleh karena itu, peneliti perlu untuk melakukan penelitian dengan
judul :“Analisis Strategi Ketepatan Waktu Penjadwalan Kereta Api Commuter LinePemberangkatan Stasiun Bogor.”
1.2. Perumusan Masalah
Kereta api merupakan salah satu transportasi publik yang banyak
memiliki konsumen di Indonesia. Harga tiket yang relatif murah dan
kemampuannya untuk mengangkut orang dalam jumlah besar, membuat
kereta api menjadi sarana transportasi yang diminati oleh masyarakat.
Namun, banyaknya jumlah konsumen tidak dibarengi dengan peningkatan
kualitas pelayanan perkeretaapian di Indonesia. Berbagai masalah sering
muncul, salah satunya adalah masalah keterlambatan jadwal.Masalah
keterlambatan jadwal seringkali dikeluhkan pelanggan, karena harus
menunggu lama di stasiun. Setelah itu, akses informasi masyarakat terhadap
penjadwalan kereta api masih cukup kurang.
Pada pelaksanaan operasional saat ini, PT. KAI Commuter
Jabodetabek stasiun Bogor telah memberikan pelayanan berupa penjadwalan
keberangkatan kereta api Commuter Linekepada para pengguna kereta api.
Informasi penjadwalan ini dapat diperoleh oleh para pengguna kereta api
Commuter Line dengan meminta lembar jadwal kepada petugas kereta api di
stasiun Bogor atau dengan melihat info jadwal berjalan di televisi yang
dipasang di sekitar Stasiun Bogor.
Permasalahannya adalah apakah penjadwalan yang diberikan oleh
PT. KAI Commuter Jabodetabek stasiun Bogor sudah sama dengan penjadwalan sebenarnya dalam kegiatan operasional. Selain itu apabila
penjadwalan mengalami keterlambatan, faktor-faktor apa saja yang menjadi
4
oleh perusahaan guna meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan
perusahaan kepada para pengguna kereta api Commuter Line
pemberangkatan stasiun Bogor.
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat diambil perumusan
masalah sebagai berikut :
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat diambil perumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana cara mengidentifikasi ketepatan waktu penjadwalan kereta
api Commuter Line pemberangkatan Stasiun Bogor ?
2. Bagaimana cara menganalisis alternatif strategi ketepatan waktu
penjadwalan kereta api Commuter Line pemberangkatan Stasiun Bogor?
3. Strategi apakah yang terpilih untuk dilakukan perusahaan dalam
mengatasi masalah ketepatan waktu penjadwalan kereta api Commuter Line pemberangkatan Stasiun Bogor ?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi ketepatan waktu penjadwalan kereta api Commuter Line pemberangkatan Stasiun Bogor.
2. Menganalisis alternatif strategi ketepatan waktu penjadwalan kereta api
Commuter Line pemberangkatan Stasiun Bogor.
3. Menganalisis pemilihan strategi yang tepat untuk dilakukan perusahaan
dalam mengatasi masalah ketepatan waktu penjadwalan kereta api
Commuter Line pemberangkatan stasiun Bogor.
1.4. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Penelitian difokuskan pada kereta api Commuter Line karena merupakan sistem baru yang dibuat oleh PT. KAI Commuter
Jabodetabek (Persero) dan merupakan fasilitas yang diminati oleh para
pengguna kereta api.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi pihak PT. KAI Commuter Jabodetabek (Persero), penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi perusahaan untuk lebih
meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat
sebagai salah satu penyedia sarana transportasi darat.
2. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
dan wawasan tentang pengukuran tingkat efektifitas penjadwalan serta
dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya dengan topik yang
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kualitas Jasa
Kualitas ialah kemampuan suatu produk atau jasa dalam memenuhi
kebutuhan pelanggan (Heizer dan Render, 2006).Menurut Hunt dalam
Nasution (2005), kualitas produk adalah kecocokan penggunaan produk
(fitness for use) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Kecocokan penggunaan itu didasarkan pada lima ciri utama berikut:
a. Teknologi, kekuatan atau daya tahan
b. Psikologi, yaitu citra rasa atau status
c. Waktu, yaitu Kehandalan
d. Kontraktual, yaitu adanya jaminan
e. Etika, yaitu soan santun, ramah atau jujur.
Nasution (2005) mendefinisikan kualitas ke dalam elemen-elemen
sebagai berikut :
a. Kualitas mencakup usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.
b. Kualitas mencakup produk, tenaga kerja, proses dan lingkungan.
c. Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang
dianggap merupakan kualitas saat ini mungkin dianggap kurang
berkualitas pada masa mendatang).
Menurut Wyckof dalam Tjiptono (1996), kualitas jasa adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat
keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Dengan kata
lain ada dua faktor utama yang mempengaruhi kualitas jasa, yaitu expected service dan perceived servive. Apabila jasa yang diterima atau dirasakan (perceived servive) sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas jasa dipersepsikan baik dan memuaskan. Jika jasa yang diterima melampaui
harapan pelanggan maka kualitas jasa dipersepsikan sebagai kualitas jasa
yang ideal.Sebaliknya jika jasa yang diterima lebih rendah daripada yang
diharapkan, maka kualitas jasa dipersepsikan buruk. Dengan demikian baik
tidaknya kualitas jasa tergantung pada kemampuan penyedia jasa dalam
2.2. Ketepatan Waktu
Menurut Nyström (2005) dalam jurnalnya yang berjudul Delay Analysis of a Freight Train – an Improvement Case Study From a Steel Company, yang dimaksud dengan ketepatan waktu (Punctuality) adalah sejauh mana kedatangan dan keberangkatan sesuai dengan waktu yang
disepakati oleh stakeholder.Ketepatan waktu dalam penelitian ini
membahas mengenai penjadwalan transportasi.
Menurut Harris dan Ramsey dalam Nyström (2005), faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu adalah karena adanya perbedaan
infrastruktur dari jalur (track) yang dibuat untuk dilalui oleh alat transportasi.Infrastruktur yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
mengenai perbedaan struktur tanah dari setiap daerah yang dijadikan
sebagai jalur transportasi.Sedangkan menurut Higgins et al. dalam
Nyström (2005), terjadinya keterlambatan adalah karena ketepatan waktu
berhubungan dengan sarana, prasarana, termasuk penjadwalan
pemberhentian.
2.3. Kepuasan Pelanggan
Berkembangnya riset kepuasan pelanggan disebabkan hingga saat
ini perusahaan meletakkan konsumen pada titik awal dari kegiatan
perusahaan. Hal ini didefinisikan melalui selogan “Pelanggan adalah Raja”,”Kepuasan Anda adalah Tujuan Kami”,”We Care for
Customer”,”Commited 2 U” dan banyak lagi, yang intinya adalah
perusahaan tidak dapat lepas dari konsumen, bahkan beberapa perusahaan
menuliskan kalimat “Gaji Anda dibayar oleh Konsumen” pada dinding
ruangan karyawan khususnya dibagian front liner.
Tjiptono (2005) berdasarkan hasil penelitian (Anderson, Fornel &
Mazvancheril 2004; Boulding et al 1993, Narayandas 1998; Oliver1980; Reicheld & Saser 1996; Rust & Zahorik1993; Srivastava, Shervani &
Fahey 1998; Yi 1990) selanjutnya menuliskan manfaat spesifik dari
kepuasan pelanggan yang meliputi keterkaitan positif dengan loyalitas
8
melalui pembelian ulang, cross selling, dan up selling), menekan biaya transaksi pelanggan dimasa depan (terutama biaya-biaya komunikasi,
penjualan, dan layanan pelanggan), menekankan volatilitas dan risiko
berkenaan dengan prediksi aliran kas masa depan, meningkatnya toleransi
harga (terutama kesediaan membayar untuk membayar harga premium dan
pelanggan tidak mudah tergoda untuk beralih pemasok), rekomendasi
melalui komunikasi lisan menjadi positif, pelanggan cenderung lebih
reseftif terhadap product line extension, brand extension, dan new add-on
service yang ditawarkan perusahaan, serta meningkatnya bargaining power
relative perusahaan terhadap jejaring pemasok, mitra bisnis, dan saluran distribusi.
Nasution (2005) mengemukakan bahwa fokus dari kualitas ialah
pada kepuasan pelanggan, pada dasarnya kepuasan pelanggan dapat
didefinisikan secara sederhana sebagai suatu keadaan dimana kebutuhan,
keinginan, dan harapan pelanggan terpenuhi melalui produk yang
dikonsumsi. Jika pelanggan merasakan bahwa kualitas dari produk
melebihi kebutuhan, keinginan, dan harapan mereka, maka kepuasan
pelanggan akan menjadi tinggi. Sedangkan apabila pelanggan merasakan
bahwa kualitas dari produk lebih rendah atau lebih kecil dari kebutuhan,
keinginan, dan harapan mereka, maka kepuasan pelanggan akan menjadi
lebih rendah. Menurut Kotler (2000), para konsumen membentuk suatu
harapan atau nilai dan bertindak berdasarkan hal itu, kenyataan apakah
suatu penawaran memenuhi harapan akan nilai konsumen mempengaruhi
dan kemungkinan mereka akan membeli kembali. Engel dalam Tjiptono (1996) mengungkapkan bahwa kepuasan pelanggan merupakan evaluasi
purnabeli dimana alernatif yang dipilih sekurang-kurangnya memberikan
hasil (outcome) sama atau melampaui harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil yang diperoleh tidak memenuhi harapan
2.4. Metode AHP (Analytical Hierarchy Process)
Proses Hierarki Analitik (Analytical Hierarchy Proces - AHP) dikembangkan oleh Dr. Thomas L. Saaty dari Wharton School of Business
pada tahun 1970-an untuk mengorganisir informasi dan pendapat ahli
(judgment) dalam memilih alternatif yang paling disukai (Saaty, 1993). Dengan menggunakan AHP, suatu persoalan akan diselesaikan dalam suatu
kerangka pemikiran yang teroganisir, sehingga dapat diekspresikan untuk
mengambil keputusan yang efektif atas persoalan tersebut. Persoalan yang
kompleks dapat disederhanakan dan dipercepat proses pengambilan
keputusannya.
Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan
kompleks yang tidak terstruktur, strategik, dan dinamik menjadi sebuah
bagian-bagian dan tertata dalam suatu hierarki. Tingkat kepentingan setiap
variabel diberi nilai numerik, secara subjektif tentang arti penting variabel
tersebut dan secara relatif dibandingkan dengan variabel yang lain. Dari
berbagai pertimbangan kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan
variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi
hasil pada sistem tersebut.
Secara grafis, persoalan keputusan AHP dapat dikonstruksikan
sebagai diagram bertingkat (hierarki). AHP dimulai dengan goal sasaran lalu kriteria level pertama, subkriteria, dan akhirnya alternatif. Terdapat
berbagai bentuk hierarki keputusan yang disesuaikan dengan subtansi dan
persoalan yang dapat diselesaikan dengan AHP.
Alat analisis ini memungkinkan pengguna untuk memberikan nilai
bobot relatif dari suatu kriteria majemuk atau alternatif majemuk terhadap
suatu kriteria.Pemberian bobot tersebut secara intuitif, yaitu dengan
melakukan perbandingan berpasangan (pairwise comparisons).
2.4.1 Model Keputusan Dengan AHP
Proses Hierarki Analitik (Analytical Hierarchy Proces - AHP) memiliki banyak keunggulan dalam menjelaskan proses
10
sehingga mudah dipahami oleh semua pihak yang terlibat dalam
pengambilan keputusan. Melalui AHP, proses keputusan kompleks
dapat diuraikan menjadi keputusan-keputusan lebih kecil yang
dapat ditangani dengan mudah.
Selain itu, AHP juga menguji konsistensi penilaian bila
terjadi penyimpangan yang terlalu jauh dari nilai konsistensi
sempurna, maka hal ini menunjukan penilaian perlu diperbaiki,
atau hierarki harus distruktur ulang.Beberapa keuntungan yang
diperoleh bila memecahkan persoalan dan mengambil keputusan
dengan menggunakan AHP adalah :
Kesatuan : AHP memberikan satu model tunggal yang
mudahdimengerti,luwes untuk aneka ragam
peroalan tidakterstruktur.
Kompleksitas : AHP memadukan ancangan deduktif dan
ancangan berdasarkan sistem dalam
memecahkan persoalan kompleks.
Saling
ketergantungan : AHP dapat menangani saling
ketergantungan elemen-elemen dalam suatu
sistem dan tidak memaksakan pemikiran
linier
Penyusunan
Hierarki : AHP mencerminkan kecenderungan alami
pikiran untuk memilah-milah elemen-
elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat
berlainan dan mengelompokkan unsur yang
serupa dalam setiap tingkat.
Pengukuran : AHP memberi suatu skala untuk mengukur
hal-hal dan terwujud suatu metode untuk
menetapkan prioritas.
pertimbangan-pertimbangan yang digunakan
untuk menetapkan berbagai prioritas.
Sintesis : AHP menuntun ke suatu taksiran
menyeluruh tentang kebaikan setiap
alternatif.
Tawar-menawar : AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas
relatif dari berbagai faktor sistem dan
memungkinkan organisasi memilih
alternative terbaik berdasarkan tujuan-tujuan
mereka.
Penilaian dan
Konsesus : AHP tidak memaksakan konsesus, tetapi
mensintesiskan suatu hasil yang
representative dari berbagai penilaian yang
berbeda.
Pengulangan
Proses : AHP memungkinkan organisasi
memperhalus definisi mereka pada suatu
persoalan dan memperbaiki pertimbangan
dan pengertian mereka melalui pengulangan.
2.5. Penelitian Terdahulu
Adiyanto (2010) melakukan penelitian dengan judul Analisis
Strategi Promosi Kredit Pemilikan Rumah Ban X Cabang Bogor.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor dominan yang
mempengaruhi penyusunan strategi promosi KPR Bank X Cabang Bogor,
menganalisis persepsi developer terhadap produk KPR Bank X Cabang
Bogor, dan memperoleh alternative strategi promosi KPR yang paling
efektif dan tepat utuk dilaksanakan oleh Bank X Cabang Bogor. Dalam
penelitiannya Adiyanto (2010) menggunakan metode Skala Semantic
Differential dan metode Analytical Hierarchy Process (AHP).Skala
12
kerja AHP, penelitian diawali dengan pembuatan hirarki yang disusun
berdasarkan studi literature, data documenter perusahaan, observasi, Focus
Group Discussion (FGD), dan dengan konfirmasi dari pihak perusahaan.
Anggraeni (2012) melakukan penelitian mengenai Analisis Strategi
Pemasaran Dalam Promosi Modem Huwawei XL dengan menggunakan
metode AHP. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh hasil
bahwa alternative strategi pemasaran dalam promosi modem Huawei XL
yang menjadi prioritas utama adalah melakukan kegiatan pemasaran
langsung. Alternative strategi pemasaran yang menjadi prioritas kedua dan
ketiga adalah mlakukan promosi penjualan dan melakukan kegiatan
personal selling. Alternative strategi pemasaran yang menjadi prioritas keempat adalah melakukan kegiatan periklanan.
Trisnawati (2012) melakukan penelitian mengenai Analisis Strategi
Bauran Promosi Restoran Hatsu Tei Bogor dengan menggunakan metode
AHP. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi strategi bauran promosi Restoran Hatsu
Tei terdiri dari (1) lokasi, (2) promosi, (3) tekhnologi dan informasi, (4)
pola hidup sehat, dan (5) persaingan. Sedangkan alternative strategi yang
menjadi prioritas untuk mencapai tujuan utama perusahaan adalah dengan
melakukan word of mouth (WOM) menggunakan media internet melalui
social network.
Asfar (2012) melakukan penelitian mengenai Analisis Strategi
Pemasaran Surat Kabar Jurnal Bogor dengan menggunakan metode AHP.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa alternative
strategi yang direkomendasikan bagi perusahaan dalam menyusun strategi
pemasaran Surat Kabar Jurnal Bogor adalah (1) melakukan promosi secara
berkala untuk meningkatkan brand image surat kabar Jurnal Bogor, (2) meningkatkan mutu dan kualitas berita agar konsumen tidak berpindah ke
produk sejenis lainnya, (3) memperluas area distribusi produk mengingat
potensi pasar yang masih luas, (4) melakukan inovasi dengan berbagai
perusahaan sebagai surat kabar yang kompetitif dalam bersaing dan
inovatif dalam menyesuaikan konten berita.
Ronaya (2012) melakukan penelitian mengenai Analisis Kualitas
Pelayanan Kereta Api Commuter Line Jabodetabek dengan menggunakan
metode IPA/CSI dan fish bone. Metode IPA/CSI digunakan untuk mengukur kepuasan dan kinerja berdasarkan dimensi kualitas jasa yaitu
Tangibles, Reliability, Responsiveness, Assurance, dan Empathy dengan
hasil bahwa pelanggan “Cukup Puas”. Sedangkan metode fish bone
digunakan untuk mengetahui akar permasalahan yang dapat menentukan
penilaian konsumen terhadap tingkat pelayanan yang diberikan PT. KAI.
Akar permasalahan yang teridentifikasi adalah mengenai kebersihan
stasiun, kebersihan kereta api, jumlah tempat duduk dalam kereta,
ketepatan jadwal kereta, dan keamanan kenyamanan di dalam kereta dan
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Penjadwalan kereta api merupakan bagian dari perencanaan yang
disusun oleh bagian manajemen PT. KAI (Persero) sebagai bagian dari
pelayanan yang diberikan oleh PT. KAI (Persero) pengguna pengguna
kereta api. Penjadwalan yang tepat sangat penting bagi keberlangsungan
sebuah perusahaan transportasi, karena mencerminkan kualitas pelayanan
yang diberikan kepada masyarakat. Kualitas pelayanan dapat
mempengaruhi baik atau buruknya citra perusahaan dimata masyarakat.
Seperti halnya ketepatan penjadwalan kereta api Commuter Line yang diberikan kepada para pengguna kereta api, untuk menunjukan kualitas
pelayanan yang mampu diberikan oleh PT. CommuterJabodetabek.
Pada kenyataannya, dalam pelaksanaan penjadwalan kereta api
Commuter Line khususnya pemberangkatan stasiun Bogor tidak lepas dari
adanya masalah keterlambatan. Untuk itu, diperlukan identifikasi terhadap
penjadwalan kereta api Commuter Line yang berangkat dari stasiun Bogor. Identifikasi penjadwalan tersebut bertujuan untuk mengetahui jumlah
keterlambatan setiap keberangkatan per harinya dan di rentang waktu
berapa yang rentan terhadap keterlambatan. Selanjutnya dilakukan analisa
untuk mengetahui seberapa besar tingkat keterlambatan dari penjadwalan
kereta api Commuter Line pemberangkatan Stasiun Bogor.
Selanjutnya dilakukan analisa untuk mencari factor-faktor apa
sajakah yang berpengaruh pada ketepatan waktu dari penjadwalan
tersebut. Setelah diketahui faktor-faktor yang terkait, kemudia dilakukan
analisa untuk membuat alternatif strategi yang tepat dalam menangani
masalah ketepatan waktu penjadwalan kereta api Commuter Line
pemberangkatan Stasiun Bogor. Alternative strategi yang terpilih
kemudian dijadikan bahan rekomendasi kepada perusahaan untuk
menyelesaikan masalah tersebut guna meningkatkan kualitas pelayanan
yang diberikan PT. KAI Commuter Jabodetabek kepada
PTPT
Gambar 2. Kerangka pemikiran penelitian
PT. KAI Commuter Jabodetabek
Identifikasi ketepatan waktu
penjadwalan KA Commuter Line
Menganalisis factor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu
penjadwalan
Standar Deviasi dan Control Chart
R Diagram
Menganalisis alternative strategi yang harus dilakukan perusahaan
Pemilihan strategi sebagai bentuk penyelesaian masalah
Peningkatan kualitas pelayanan kepada para pengguna KA
Commuter Line di Stasiun Bogor
Bentuk pelayanan di stasiun Bogor Analisis
SWOT
Metode AHP Bentuk Pelayanan di PT. KAI
16
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan mulai dari Maret 2012 – Januari 2013 di
Stasiun Bogor.
3.3. Jenis dan Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder.Data
primer adalah data yang langsung diambil berdasarkan pengamatan di
lapangan, penyebaran kuesioner, serta wawancara. Pengamatan tersebut
berupa pencocokan antara penjadwalan yang dibuat oleh PT. KAI
Commuter Jabodetabek (Persero) dengan jadwal yang sesungguhnya
terjadi dalam kegiatan operasional. Pengambilan data dilakukan melalui pengamatan langsung dengan mencatat jam setiap kereta api Commuter Line yang berangkat dari stasiun Bogor. Pencatatan dilakukan setiap hari (Senin-Minggu) mulai pukul 04.29 dimana kereta api Commuter Line
pertama yang berangkat dari stasiun Bogor sampai pukul 21.50 yang
merupakan kereta api Commuter Line terakhir yang berangkat dari stasiun Bogor. Penyebaran kuesioner dilakukan di Stasiun Bogor dengan
membagikan kuesioner kepada para pengguna Kereta Api Commuter Line,
sedangkan wawancara dilakukan kepada pihak PT. KAI Commuter
Jabodetabek untuk menyanyakan hal-hal yang terkait dalam penelitian ini.
Data sekunder adalah data yang telah tersusun dalam bentuk
dokumen-dokumen tertulis yang diperoleh dari pihak PT. KAI Commuter
Jabodetabek (Persero) dan internet. Data sekunder juga diperoleh melalui
bahan pustaka, buku-buku, serta literatur-literatur lainnya yang terkait
dengan topik penelitian.
3.4. Teknik Pengambilan Sampel
Data mengenai strategi ketepatan waktu penjadwalan kereta api
Commuter Line pemberangkatan stasiun Bogor diperoleh melalui:
1. Wawancara, yaitu dengan melakukan wawancara dengan pemimpin
bagian yang menangani masalah penjadwalan untuk mendapatkan
2. Pengisian kuesioner, yaitu membagikan daftar pertanyaan yang
berkaitan dengan topik penelitian kepada pihak manajemen perusahaan
dan praktisi terkait.
3. Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung di
perusahaan.
4. Studi kepustakaan, yaitu dengan cara mencari literature, penelusuran
data kepustakaan, skripsi/penelitian terdahulu, buku, dan internet.
Pengambilan sampel responden dilakukan secara judgement
sampling, yaitu sampel dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa dia adalah pihak yang paling baik untuk dijadikan sampel pada penelitian.
Pengambilan responden untuk pemilihan alternatif strategi ketepatan
waktu penjadwalan kereta api Commuter Line pemberangkatan stasiun Bogor dilakukan sengaja dengan mempertimbangkan strategi apa yang
paling cocok digunakan perusahaan untuk menangani masalah tersebut.
Jumlah responden terdiri dari tiga orang dengan pertimbangan mereka
cukup kompeten mewakili keseluruhan populasi. Tiga orang tersebut
merupakan pihak internal perusahaan, yaitu dengan jabatan
masing-masing Kepala Stasiun, Supervisor Perjalanan Kereta Api, dan Supervisor
Keamanan dan Ketertiban.
3.5. Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data pada penelitian ini menggunakan
empat bantuan alat analisis, yaitu analisis deskriptif (standar deviasi),
control chart, analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) dan metode AHP (Analytic Hierarchy Process). Alat bantu analisis yang digunakan adalah Microsoft Excelversi 2010dan MicrosoftExpert Choise versi 11.0.
3.5.1 Analisis Deskriptif (Standar Deviasi)
Menurut Riduwan dan Sunarto (2007), analisis deskriptif
adalah analisis yang menggambarkan suatu data yang akan dibuat
baik sendiri maupun secara kelompok. Tujuan analisis deskriptif
18
akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antar fenomena yang
diselidiki atau diteliti. Pengukuran gejala pusat yang biasa diteliti
dalam analisis deskriptif ini biasanya mengenai Mean, Mode, dan
Median.
Selain Mean, Mode, dan Median, analisis deskriptif juga digunakan sebagai pengukuran penyimpangan (Range, Standard
Deviation, dan Variance). Pengukuran penyimpangan adalah suatu
ukuran yang menunjukan tinggi rendahnya perbedaan data yang
diperoleh dari rata-ratanya. Pengukuran ini digunakan untuk
menjaring data yang menunjukan pusat atau pertengahan dari
gugusan data yang menyebar. Nilai rerata dari kelompok data,
diperkirakan dapat mewakili seluruh nilai data yang ada dalam
kelompok tersebut.
Untuk mencari nilai standar deviasi dapat menggunakan
rumus sebagai berikut :
√∑
̅ ………..……… (1)Standar deviasi digunakan untuk membandingkan
penyebaran atau penyimpangan dua kelompok data atau lebih.
Apabila standar deviasinya kecil, maka hal tersebut menunjukkan
nilai sampel dan populasi berkumpul atau mengelompok di sekitar
nilai rata-rata hitungnya. Artinya karena nilainya hampir sama
dengan nilai rata-rata, maka disimpulkan bahwa anggota sampel
atau populasi mempunyai kesamaan. Sebaliknya, apabila nilai
deviasinya besar, maka penyebarannya dari nilai tengah juga
besar.Hal tersebut menunjukkan adanya nilai-nilai ekstrem baik
yang tinggi maupun rendah. Standar deviasi yang besar juga
menunjukkan adanya perbedaan jauh diantara anggota populasi.
Oleh sebab itu, satandar deviasi yang tinggi biasanya dipandang
kurang baik bila dibandingkan dengan standar deviasi rendah.
Pengolahan data pada analisis ini dibantu dengan menggunakan
3.5.2 Control Chart
Menurut Heizer dan Render (2006), variabel adalah
karakteristik yang memiliki dimensi yang berkelanjutan. Mereka
memiliki sejumlah kemungkinan yang tak terbatas. Contohnya
adalah berat, kecepatan, panjang, atau kekuatan. Bagan kendali
untuk rata-rata, ̅atau , dan rentangan, R, digunakan untuk mengawasi proses yang memiliki dimensi berkelanjutan. Bagan ̅
( ̅ - charts) menunjukan apakah perubahan terjadi dalam
kecenderungan terpusat sebuah proses (dalam hal ini rata-rata).
Perubahan ini mungkin terjadi karena beberapa faktor seperti
pemakaian peralatan, temperatur yang meningkat secara bertahap,
metode yang berbeda yang digunakan pada shift kedua, atau bahan baru yang lebih kuat. Nilai bagan-R (R-Chart) mengindikasikan terjadinya kelebihan atau kekurangan penyebaran. Perubahan
mungkin disebabkan oleh komponen yang sudah usang, peralatan
yang longgar, aliran pelumas ke mesin yang tidak teratur, atau
kecerobohan operator mesin. Dua tipe bagan ini saling membantu
disaat memonitor variable karena mereka mengukur dua parameter
penting, yaitu kecenderungan terpusat dan penyebaran.
A. Menetapkan Batas Bagan Rata-rata (Bagan- ̅)
Jika melalui data masa lampau diketahui standar deviasi
populasi proses , kita dapat menetapkan batas kendali atas dan batas kendali bawah dengan rumus ini:
Batas kendali atas (upper control limit– UCL)
̅ ̿ ̿ ………. (2)
Batas kendali bawah (lower control limit– LCL)
̅ ̿ ̿ ………. (3)
Keterangan:
20
̿ = rata-rata dari sampel rata-rata Dimana :
√ ………...…… (4)
√ ………...………… (5)
Dimana :
……….…. (6)
B. Menetapkan Batas Bagan Rentangan (Bagan-R)
Apabila bagan rata-rata digunakan untuk melihat proses,
bagan rentangan lebih digunakan untuk melihat penyebaran atau
rentangan dari proses tersebut. Persamaan berikut dapat digunakan
untuk menetapkan batas kendali atas dan bawah rentangan.
Batas kendali atas (upper control limit– UCL)
̅ ……… (7)
Batas kendali bawah (lower control limit– LCL)
̅ ……….…… (8)
Keterangan:
̅ = Rentangan rata-rata sampel = Rentangan atas
= Rentangan bawah Dimana:
√ ……… (9)
Rumus-rumus diatas hanya berlaku untuk jumlah sampel
lebih dari 25. Setelah data diperoleh kemudian diolah dengan
3.5.3 Analisis SWOT (Strength, Weaknes, Opportunity, Threat)
Menurut Umar (2008), matriks SWOT (Strength, Weaknes,
Opportunity, Threat) merupakan matching tools yang penting
untuk membantu para manajer menggembangkan empat tipe
strategi. Keempat tipe strategi yang dimaksud adalah:
1. Strategi SO (Strength – Opportunity) 2. Strategi WO (Weaknes – Opportunity) 3. Strategi ST (Strength – Threat)
4. Strategi WT (Weaknes – Threat)
Pada pembuatan matriks ini, menentukan key success
factors untuk lingkungan eksternal dan internal merupakan bagian
yang sulit sehingga dibutuhkan judgment yang baik.Sementara itu, tidak ada satupun matching tool yang dianggap paling baik.
Untuk lebih jelasnya, Tabel 2 dibawah ini dapat membantu
untuk lebih memahami empat macam strategi yang dimaksud,
yakni SO, WO, ST, dan WT. Tiap strategi dilengkapi dengan
contoh matching antara faktor-faktor eksternal dan internal utama dalam rangka memformulasikan strategi-strategi alternative yang
ada pada kolom resultant strategy. Tabel. 2 Matriks SWOT
Key Internal Factors Key External Factors Resultant Strategy
22
Penjelasan:
1. Strategi SO (Strength–Opportunity). Strategi ini menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk meraih
peluang-peluang yang ada diluar perusahaan. Pada umumnya,
perusahaan berusaha melaksanakan strategi-strategi WO, ST,
atau WT untuk menerapkan strategi SO. Oleh karena itu, jika
perusahaan memiliki banyak kelemahan, perusahaan harus
mengatasi kelemahan itu agar menjadi kuat. Sedangkan, jika
perusahaan menghadapi banyak ancaman, perusahaan harus
berusaha menghindarinya dan berusaha berkonsentrasi pada
peluang-peluang yang ada.
2. Strategi WO (Weakness-Opportunity). Strategi ini bertujuan untuk memperkecil kelemahan-kelemahan internal peusahaan
dengan memanfaatkan peluang-peluang eksternal. Kadang kala
perusahaan menghadapi kesulitan untuk memanfaatkan
peluang-peluang karena adanya kelemahan-kelemahan internal.
3. Strategi ST (Strength-Tbreat). Melalui strategi ini perusahaan berusaha untuk menghindari atau mengurangi dampak dari
ancaman-ancaman eksternal dengan menggunakan kekuatan
internal yang dimiliki oleh perusahaan.
4. Strategi WT (Weakness-Tbreat). Strategi ini merupakan taktik untuk bertahan dengan cara mengurangi kelemahan internal
serta menghindari ancaman. Suatu perusahaan yang
dihadapkan pada sejumlah kelemahan internal dan ancaman
eksternal sesungguhnya berada dalam posisi yang berbahaya. Ia
harus berjuang untuk tetap dapat bertahan dengan melakukan
A. Kerangka Kerja SWOT
Secara lebih jelas, berikut ini adalah delapan tahap
bagaimana penentuan strategi dibangun melalui TOWS/SWOT.
Tahapan yang dimaksud adalah:
1. Buat daftar peluang eksternal perusahaan.
2. Buat daftar ancaman eksternal perusahaan.
3. Buat daftar kekuatan kunci interal perusahaan.
4. Buat daftar kelemahan kunci internal perusahaan.
5. Cocokkan kekuatan-kekuatan internal dan peluang-peluang
eksternal dan catat hasilnya dalam sel strategi SO.
6. Cocokkan kelemahan-kelemahan internal dan peluang-peluang
eksternal dan catat hasinya dalam strategi WO.
7. Cocokkan kekuatan-kekuatan internal dan ancaman-ancaman
eksternal dan catat hasilnya dalam sel strategi ST.
8. Cocokkan kelemahan-kelemahan internal dan
ancaman-ancaman eksternal dan catat hasilnya dalam sel strategi WT.
3.5.4 Metode AHP (Analytical Hierarchy Process)
Analisis terakhir pada penelitian ini adalah membuat
keputusan mengenai tindakan yang harus dilakukan perusahaan
untuk menyelesaikan masalah terkait tentang ketepatan waktu
penjadwalan kereta api Commuter Line pemberangkatan stasiun Bogor. Metode yang digunakan adalah AHP, karena prinsip kerja
AHP adalah menyederhanakan suatu persoalan kompleks yang
tidak terstruktur, strategik, dan dinamik menjadi sebuah
bagian-bagian dan tertata dalam suatu hierarki. Untuk kerangka kerja
AHP, penelitian diawali dengan pembuatan hirarki yang disusun
berdasarkan studi literatur, data dokumenter perusahaan, observasi,
Focus Group Discussion (FGD), dan dengan konfirmasi dari pihak
perusahaan.
Saaty (1993) menjelaskan langkah-langkah dalam
24
1. Mendefinisikan persoalan dan merinci pemecahan yang
diinginkan. Hal pertama yang harus dilakukan yaitu
mengidentifikasi persoalan dengan melakukan analisa atau
pemahaman yang mendalam terhadap persoalan yang dihadapi
dan ingin dipecahkan. Setelah itu dapat dilakukan
pengidentifikasian dan pemilihan elemen-elemen yang akan
masuk komponen sistem, seperti focus, forces, actors,
objective, dan scenario dalam struktur AHP nantinya.
Komponen-komponen dapat diidentifikasi berdasarkan
kemampuan pada analisa untuk menemukan unsur-unsur yang
dapat dilibatkan dalam suatu sistem.
2. Membuat struktur hirarki dari sudut pandang manajerial secara
menyeluruh. Struktur hirarki disusun berdasarkan jenis
keputusan yang akan diambil berdasarkan sudut pandang dari
tingkat puncak sampai tingkat dimana dimungkinkan campur
tangan untuk memecahkan persoalan tersebut. Hirarki yang
terbentuk dalam metode AHP sendiri dapat berupa hirarki
lengkap dan hirarki tidak lengkap. Dalam struktur hirarki
lengkap dapat dilihat pada Gambar 3.
Fokus
Faktor
Aktor
Tujuan
Alternatif
3. Menyusun matriks berpasangan.
Matriks ini berfungsi untuk mengetahui kontribusi dan
pengaruh setiap elemen yang relevan atas setiap kriteria yang
berpengaruh berada setingkat diatasnya.Pada matriks ini,
pasangan-pasangan elemen dibandingkan berkenaan suatu
kriteria di tingkat yang lebih tinggi.Dalam membandingkan dua
elemen, biasanya memberi suatu pertimbangan yang
menunjukan dominasi sebagai bilangan bulat.
4. Membandingkan semua pertimbangan yang diperlukan untuk
mengembangkan perangkat matriks dilangkah 3.Setelah
matriks pembanding berpasangan antar elemen dibuat,
dilakukan pembandingan berpasangan antar setiap elemen pada
kolom ke-i dengan setiap elemen pada baris ke-j. Untuk
mengisi matriks banding berpasangan, digunakan skala
banding yang tertera pada Tabel 3, angka-angka tersebut
menggambarkan relatif pentingnya suatu elemen dibandingkan
elemen lainnya. Pengisian matriks hanya dilakukan untuk
bagian diatas garis diagonal dari kiri ke kanan bawah.
5. Memasukkan nilai-nilai kebalikannya beserta bilangan 1
sepanjang diagonal utama. Angka 1 sampai 9 digunakan bila Fi
lebih mendominasi atau mempengaruhi sifat fokus puncak
hirarki (x) dibandingkan dengan Fj, namun bila Fi kurang
mendominasi atau kurang mempengaruhi sifat X dibandingkan
Fj, maka digunakan angka kebalikannya. Matriks dibawah
26
Tabel 3. Nilai skala banding berpasangan Tingkat
Kepentingan
Definisi
1 Kedua elemen sama pentingnya
3
7 Satu elemen jelas lebih penting dibanding yang lain
9
Satu elemen mutlak lebih penting dibanding yang lain
2, 4, 6, 8 Nilai diantara dua penilaian yang berdekatan
Reciprocal (kebalikan)
Jika unsur I memiliki salah satu angka di atas ketika dibandingkan dengan unsur j, maka j memiliki nilai kebalikannya ketika dibandingkan dengan unsur i. Sumber : Satty (1993)
6. Melaksanakan langkah 3, 4, dan 5 untuk semua tingkat dan
gugusan dalam hirarki tersebut. Pembandingan dilanjutkan
untuk semua elemen pada setiap tingkat kepuasan yang
terdapat pada hirarki. Matriks perbandingan dalam AHP
dibedakan menjadi dua yaitu : Matriks Pendapatan Individu
(MPI) dan Matriks Pendapatan Gabungan (MPG).
a. Matriks Pendapatan Individu (MPI)
MPI adalah matriks hasil pembandingan yang dilakukan
oleh individu.MPI memiliki elemen yang disimbolkan
dengan aij, yaitu elemen matriks pada baris kolom ke-i dan
kolom ke-j.MPI dapat dilihat pada Tabel 4.
Table 4. Matriks Pendapatan Individu (MPI)
X A1 A2 A3 … An
A1 a11 a12 a13 … a1n
A2 a21 a22 a23 … a2n
… … … …
b. Matriks Pendapatan Gabungan (MPG)
MPG adalah susunan matriks baru yang elemen (gij) berasal
dari rata-rata geometrik pendapatan-pendapatan individu
yang rasio inkonsistennya lebih kecil atau sama dengan 10
% dan setiap elemen pada baris dan kolom yang sama dari
MPI yang satu dengan MPI yang lain tidak terjadi konflik.
Tabel 5. Matriks Pendapatan Gabungan (MPG)
X G1 G2 G3 … Gn
G1 g11 g12 g13 … G1n
G2 g21 g22 g23 … G2n
G3 g31 g32 g33 G3n
… … … …
Gn gn1 gn2 gn3 … gnn
Rumus rataan geometric adalah sebagai berikut:
√
……….. (10)Dengan:
n = jumlah responden (pakar)
α
ij(k) = sel penilaian setiap pakar7. Menggunakan komposisi secara hirarki untuk membobotkan
vektor-vektor prioritas itu dengan bobot kriteria-kriteria dan
menjumlahkan semua nilai prioritas terbobot yang
bersangkutan dengan nilai prioritas dari tingkat bawah
berikutnya dan seterusnya. Vektor prioritas dapat dihitung
dengan rumus :
VP (Vektor Prioritas) =
∑ √ ……….……….. (11)
Dimana:
VE (Vektor Eigen) =
√
………...………...… (12)Dengan:
αij = elemen MPB pada baris ke-I dan kolom ke-j
28
8. Mengevaluasi inkonsistensi untuk seluruh hirarki.
Langkah yang dilakukan yaitu dengan mengalikan setiap
indeks konsistensi dengan prioritas kriteria bersangkutan dan
menjumlahkan hasil kalinya.Hasil ini dibagi dengan pernyataan
sejenis yang menggunakan indeks inkonsistensi acak, yang
sesuai dengan dimensi masing-masing matriks. Dengan cara
yang sama setiap indeks konsistensi acak juga dibobot
berdasarkan prioritas kriteria yang bersangkutan dan hasilnya
dijumlahkan. Rasio konsistensi hirarki harus 10 % atau
kurang.Hal ini bertujuan untuk mempertahankan mutu
informasi bahwa jika tingkat inkonsistensi sebesar 10 % ke
bawah tidak tercapai maka digunakan batas yang lebih besar
atau rataan CR penilaian pakar. Maka dapat disimpulkan
bahwa diterima atau ditolaknya konsistensi suatu matriks
sebenarnya tidak ada yang baku.
Rumus untuk perhitungan uji konsistensi adalah sebagai
berikut :
CI (Indeks konsistensi)
CI =
……….…… (13)
Dengan :
CI = Indeks konsistensi
λmax = eigen value maksimum
N = jumlah elemen yang diperbandingkan
Dimana :
∑ ……….… (14)
VB (Nilai Eigen) =
Lebih lanjut ingin diketahui apakah CI dengan besaran cukup
baik atau tidak, maka perlu diketahui rasio konsistensinya
dengan rumus yaitu :
CR (Rasio Konsistensi)
CR =
………..…… (17)
Berikut adalah pengolahan secara horizontal dan vertikal
sebagai berikut:
1. Pengolahan Horizontal
Pengolahan horizontal digunakan untuk menyusun prioritas
elemen keputusan pada setiap tingkat hirarki keputusan. Menurut
Saaty (1993), tahapan penyelesaiannya adalah sebagai berikut:
Perkalian baris (z) dengan rumus :
√ ……….. (18)
Perhitungan vektor prioritas atau vector eigen
√∑
∑ √
……….. (19)
eVP1 = adalah elemen vector prioritas ke-1
Perhitungan nilai eigen minimum:
VA = αijx VP dengan VA = (Vαi) VB = VA/VP dengan VB = (Vbi)
∑
Perhitungan indeks konsistensi
CI =
... (20) Untuk mengetahui apakah CI dengan besaran tertentu cukup
baik atau tidak, maka perlu diketahui rasio yang dianggap baik, yaitu
apabila CR ≤ 0,1.
30
CR =
……….. (21)
Nilai RI merupakan nilai random indeks yang dikeluarkan oleh
Oarkridge Laboratory.Berikut adalah nilai RI (Tabel 6). Tabel 6. Nilai RI
N RI N RI
1 0,00 8 1,41
2 0,00 9 1,45
3 0,58 10 1,49
4 0,90 11 1,51
5 1,12 12 1,48
6 1,24 13 1,56
7 1,32
2. Pengolahan vertikal
Pengolahan ini digunakan untuk menyusun prioritas setiap
elemen dalam hirarki terhadap sasaran utama. Jika NPpq didefinisikan
sebagai nilai prioritas pengaruh elemen ke-p pada tingkat ke-q
terhadap sasaran utama, maka:
∑
Untuk p = 1,2, … , r
T = 1,2, … , s
Dimana:
NPpq = prioritas pengaruh elemen ke-p pada tingkat ke-q
terhadap sasaran utama.
NPHpq = nilai prioritas elemen ke-p pada tingkat ke-q
NPTt = nilai prioritas pengaruh elemen ke-t pada tingkat q-1
Struktur hirarki seperti faktor, aktor dan tujuan strategi
disusun dijadikan sebagai dasar dalam pembuatan kuesioner AHP
yang disebarkan kepada responden. Kuesioner disebarkan untuk
mengetahui pembobotan setiap elemen pada seluruh tingkat hirarki.
Validitas kuesioner untuk pemilihan strategi ketepatan waktu dilihat
melalui konsistensi setiap matriks baik itu matriks individu maupun
gabungan serta konfirmasi yang dilakukan dengan pakar.
Pengolahan data primer diawali dengan pemeriksaan terlebih
dahulu terhadap tingkat kekonsistenan pembobotan yang diberikan
responden.Pengolahan ini dilakukan dengan menggunakan Expert Choice. Setelah itu bobot per individu digabungkan dalam suatu matriks gabungan. Kemudian matriks gabungan ini akan diukur
kembali pembobotannya melalui perhitungan AHP dengan
menggunakan Microsoft Excel for Windows versi 2010 sehingga dihasilkan pengolahan data horizontal dan pengolahan data vertikal.
Hasil pengolahan data horizontal memperlihatkan keterkaitan dan
tingkat pengaruh antara satu faktor dengan elemen lain dalam satu
tingkat hirarki dengan elemen lain tingkat hirarki dibawahnya,
sedangkan hasil pengolahan vertikal menjadi dasar pemilihan
alternatif strategi yang dapat digunakan oleh perusahaan dalam
menyelesaikan masalah ketepatan waktu penjadwalan kereta api
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Ringkas Perusahaan
Dalam rangka pembenahan badan usaha, pemerintah
mengeluarkan UU No. 19 Tahun l960, yang menetapkan bentuk
usaha BUMN. Atas dasar UU ini, dengan Peraturan Pemerintah No.
22 Tahun 1963, tanggal 25 Mei 1963 dibentuk “Perusahaan Negara
Kereta Api” (PNKA), sehingga Djawatan Kereta Api dilebur kedalamnya. Pemerintah mengeluarkan UU No. 9 Tahun 1969
tanggal 1 Agustus 1969, yang menetapkan jenis BUMN menjadi tiga
Perseroan, Perusahaan Umum dan Perusahaan Jawatan. Sejalan
dengan UU dimaksud, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 61
Tahun 1971 tanggal 15 September 1971, bentuk perusahaan PNKA
mengalami perubahan menjadi “Perusahaan Jawatan Kereta Api”
(PJKA). Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 1990,
pada tanggal 2 Januari 1991, PJKA mengalami perubahan menjadi
Perusahaan Umum Kereta Api disingkat Perumka.
Selanjutnya, berdasarkan “Loan Agreement” No. 4106-IND tanggal 15 Januari 1997 berupa bantuan proyek dari Bank Dunia,
yang kemudian lebih dikenal dengan Proyek Efisiensi Perkeretaapian
atau “Railway EffiencyProject” (REP), dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1998, tanggal 3 Febuari 1998, Pemerintah menetapkan
pengalihan bentuk Perusahaan Umum (PERUM) Kereta Api menjadi
Perusahaan Perseroan (Persero). Prosesi perubahan status perusahaan
dari Perum menjadi Persero secara “de-facto” dilakukan tanggal 1 Juni 1999, saat Menhub Giri S. Hadiharjono mengukuhkan susunan
Stasiun Bogor (BOO) adalah stasiun kereta api di Kota Bogor
yang dibangun pada tahun 1881. Stasiun yang terletak pada
ketinggian 246 meter ini memberangkatkan Kereta Rel Listrik (KRL)
yang melayani kawasan Jabodetabek, yakni menuju stasiun Jakarta
Kota dan stasiun Jatinegara. Selain itu terdapat pula Kereta Rel
Diesel (KRD) yang melayani rute Sukabumi – Bogor bernama kereta
api Bumi Geulis. Terdapat 59 jadwal perjalanan KRL di stasiun
Bogor setiap harinya dan perjalanan tersebut dilakukan oleh 23
rangkaian kereta api, baik kereta api Commuter Line ataupun ekonomi. Jadwal pemberangkatan pertama dimulai dari pukul 04.29
sampai jadwal pemberangkatan terakhir adalah pukul 21.50.
Fasilitas yang ada di stasiun Bogor dapat dikatakan memadai,
karena hamper semua kebutuhan konsumen dimulai dari toilet,
tempat beribadah, ATM centre, food court, sampai tempat khusus untuk mengisi ulang baterai handphone, sudah tersedia di stasiun Bogor. Selain itu dibagian luar stasiun Bogor juga terdapat pasar
tradisional yang dibuat dalam konsep modern sehingga terlihat rapih,
tertib, dan nyaman. Semua hal tersebut dilakukan PT. KAI (Persero)
stasiun Bogor guna meningkatkan pelayanan kepada masyarakat
pengguna kereta api khususnya yang berangkat melalui stasiun
Bogor. Pihak stasiun Bogor masih terus melakukan perbaikan dan
penambahan kualitas dari fasilitas guna meningkatkan tingkat
pelayanan kepada masyarakat.
4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan A. Visi Perusahaan
Menjadi penyedia jasa perkeretaapian terbaik yang focuspada
pelayanan pelanggan dan memenuhi harapan stakeholders.
B. Misi Perusahaan
Menyelenggarakan bisnis perkeretaapian dan bisnis usaha
penunjangnya, melalui praktek bisnis dan model organisasi terbaik
34
kelestarian lingkungan berdasarkan 4 pilar utama : keselamatan,
ketepatan waktu, pelayanan dan kenyamanan.
4.1.3 Arti Logo Perusahaan
Logo PT. KAI (Persero) beserta artinya dapat dilihat pada
Gambar 4.
Gambar 4. Logo PT. KAI (Persero) (http://www.kereta-api.co.id/tentang- kami/logo-perusahaan.html)
1. 3 Garis melengkung melambangkan gerakan yang dinamis PT KAI dalam mencapai Visi dan Misinya.
2. 2 Garis warna orange melambangkan proses Pelayanan Prima (Kepuasan Pelanggan) yang ditujukan kepada pelanggan internal
dan eksternal. Anak panah berwarna putih melambangkan Nilai Integritas, yang harus dimiliki insan PT KAI dalam
mewujudkan Pelayanan Prima.
3. 1 Garis lengkung berwarna biru melambangkan semangat Inovasi yang harus dilakukan dalam memberikan nilai tambah ke
stakeholders. (Inovasi dilakukan dengan semangat sinergi di
semua bidang dan dimulai dari hal yang paling kecil sehingga
dapat melesat).
4.1.4 Struktur Organisasi Perusahaan
PT. Kereta Api (Persero) khususnya Stasiun Bogor dipimpin
oleh Kepala Stasiun dan Wakil Kepala Stasiun. Kepala dan Wakil
Stasiun membawahi empat divisi yang masing-masing divisi
Sup. Keamanan dan Ketertiban, Sup. Pelayanan, dan Sup. Komersil.
Untuk struktur organisasi Stasiun Bogor lebih lengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran 1.
4.2. Identifikasi Ketepatan Waktu Penjadwalan
Untuk mengidentifikasi ketepatan waktu penjadwalan, dibuat suatu
tabel yang merupakan daftar penjadwalan Kereta Api Commuter Line
pemberangkatan stasiun Bogor. Data diperoleh melalui pengamatan
langsung dengan mencatat perbedaan waktu antara jadwal yang diberikan
oleh PT. KAI Commuter Jabodetabek dengan waktu pemberangkatan sebenarnya saat pelaksanaan operasional. Daftar tersebut dapat dilihat
pada Lampiran 2.
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa setiap hari jadwal
keberangkatan kereta api Commuter Line pemberangkatan stasiun Bogor masih ditemui masalah keterlambatan. Kolom yang berwarna gelap pada
lampiran 2 menunjukan waktu keterlambatan yang melebihi dari batas
waktu keterlambatan yang sudah ditetapkan oleh PT. KAI Commuter
Jabodetabek yaitu 10 menit. Gambar 5 dibawah ini menunjukan frekuensi
keterlambatan kereta api Commuter Line pemberangkatan stasiun Bogor selama bulan Juni 2012.