• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

C. Analisis Diskriptif Lokasi Penelitian

1. Sejarah Kampung Laweyan

Kampung Laweyan sudah ada sejak tahun 1500 sebelum masehi mulai dari keberadaan kerajaan Pajang, Laweyan yang berasal dari kata “Lawe” (bahan sandang) telah menjadi pusat perdagangan bahan sandang seperti kapas dan aneka kain. Laweyan semakin pesat ketika Kyai Ageng Henis (keturunan Brawijaya V) dan cucunya yaitu Raden Ngabehi Lor Ing Pasar/ Sutawijaya yang kelak menjadi raja pertama Mataram bermukim di Laweyan tahun 1546 M. Kyai Ageng Henislah yang kemudian mengajarkan cara membuat batik kepada masyarakat Laweyan.

commit to user

Laweyan membangun rumah yang besar-besar dengan tembok menjulang dan membangun lorong atau jalan rahasia di dalam rumah untuk menuju rumah juragan batik lainnya di Laweyan dikarenakan berseberangan dengan pihak kraton, jalan-jalan rahasia tersebut digunakan dalam melakukan pertemuan-pertemuan dengan sesama saudagar batik untuk membahas kondisi sosial politik waktu itu.

Sebelum kemerdekaan kampung Laweyan memegang peranan yang sangat penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1911 muncul organisasi politik yang bernama Sarekat Dagang Islam (SDI) yang didirikan oleh KH.Samanhudi. Dalam bidang ekonomi para pedagang batik di Laweyan juga memelopori pergerakan koperasi dengan mendirikan Persatoean Peroesahaan Batik Boemiputra Soerakarta (PPBBS) pada tahun 1935.

Dalam melakukan penulisan tentang Sejarah Kampung di Laweyan ini, penulis mewawancarai Slamet Setiono ialah seorang tokoh masyarakat di Kampung Laweyan ini. Beliau menyatakan bahwa, Laweyan merupakan sebuah kawasan kampung dagang dan pusat industri batik, yang perkembangannya dimulai sejak awal abad ke20. Jalur utama Laweyan adalah jalan protokol kedua setelah jalan Slamet Riyadi yang menjadi penghubung antara Surakarta dengan Yogyakarta. Dibandingkan dengan wilayah Surakarta yang lain, maka Laweyan merupakan daerah yang paling kecil, baik jumlah penduduk maupun luas wilayahnya.

Selama pemerintahan kerjaan Mataram, daerah Laweyan terdiri dari 2 wilayah yaitu Laweyan Barat dan Laweyan Timur yang dipisahkan oleh sungai

Laweyan. Karakteristik penduduk antara 2 wilayah tersebut sangat berbeda. Penduduk di Laweyan Barat dalam masalah ekonomi dan kebudayaan lebih banyak berhubungan dengan fasilitas yang disediakan oleh raja, sebaliknya Laweyan Timur yang dihuni oleh sebagian pedagang dan pengusaha batik, lebih banyak memusatkan kegiatan pada kegiatan pasar. Pasar yang telah mati itu sekarang menjadi kampung Lor Pasar atau utara pasar atau Kidul Pasar atau selatan pasar.

Laweyan terus berkembang sebagai pusat industri batik yang makmur di Surakarta, selama awal abad ke 20, sebagai akibat ditemukannya alat pembatik cap menggantikan canting yang dibawa masuk ke Laweyan, industri batik di Laweyan mengalami modernisasi yang ditandai dengan munculnya gagasan para pengusaha melahirkan produk batik Sandang pada tahun 1925 dan batik Tedjo tahun 1956.

2. Lokasi Laweyan

Etnis dan suku yang banyak berada di Laweyan adalah suku Jawa, berdasarkan kesamaan etnis. Sejak jaman kerajaan Mataram, Laweyan banyak ditinggali oleh bangsa Jawa yang profesinya adalah juragan batik sampai sekarang ini.

Mayoritas mata pencaharian penduduk di Laweyan sebagian besar adalah pedagang batik. Ini semua berkat jasa Kyai Ageng Henis, selain menyebarkan agama, Kyai Ageng Henis juga mengajarkan masyarakat Laweyan bagaimana caranya membuat batik. Laweyan yang dulunya hanya

commit to user

Kampung Laweyan adalah sentra batik yang terkenal di kota Solo. Mayoritas penduduk di kampung ini bekerja sebagai pengrajin batik. Batik-batik itu dipajang langsung di depan rumah mereka yang disulap menjadi ruang pamer atau butik. Ada yang terlihat mewah ada pula yang sederhana, tetapi nuansa kuno tetap dipertahankan sampai sekarang. Selain itu penduduk Laweyan juga ada yang menjadi karyawan pabrik, supir becak, supir angkot dan juga PNS, mereka hidup rukun dan membantu satu sama lain.

Penduduk di wilayah Laweyan mayoritas beragama Islam ini berkat Kyai Ageng Henis yang merupakan keturunan Brawijaya V, yang kemudian mempunyai keturunan Ki Ageng Pemanahan yang mendirikan kerajaan Mataram di Kotagedhe. Kyai Ageng Henis dulunya beragama Hindu Jawa, namun semenjak singgahnya sunan Kalijaga di daerah ini ketika hendak menuju kerajaan Pajang, Kyai Ageng Henis kemudian masuk Islam. Kyai Ageng Henis bersama Sunan Kalijaga kemudian menyebarkan agama Islam di Laweyan.

Seorang tokoh yang amat disegani waktu itu atas pengaruh Kyai Ageng Henis akhirnya juga masuk Islam. Beliau adalah Kyai Ageng Beluk. Setelah masuk Islam, Kyai Ageng Beluk kemudian mengubah sanggarnya menjadi masjid untuk menunjang dakwahnya. Masjid inilah yang kemudian dikenal sebagai masjid Laweyan yang dibangun pada tahun 1546 Masehi. Agama Islam pun menyebar dengan sangat pesat di Laweyan sampai sekarang.

Fasilitas atau ruang publik di wilayah Laweyan antara lain berupa tempat terbuka, sebagian jalan (gang), sebagian ruangan yang digunakan untuk

bimbingan les privat, mushola dan masjid, sebagai pemukiman tradisional, ruang-ruang tersebut terletak diantara massa bangunan yang tersusun secara padat dan berhimpitan dengan jarak yang relatif sempit, contoh ruang publik di Laweyan adalah Area Makam Kramat, Masjid Baiturrahim, Latar Jembar, Masjid Laweyan, Area Parkir Kramat, Langgar Makmur, Langgar Merdeka, Darul Arqom, Makm Ngingas, Dirham, Masjid Kirmani dan Makam Klaseman. Ruang-ruang umum milik masyarakat Laweyan ini difungsikan sebagai suatu area untuk kegiatan bersama pada kegiatan kemasyarakatan. Masjid dan langgar selain digunakan untuk tempat ibadah juga digunakan untuk kegiatan sosial dan kebudayaan masyarakat. Ini dikarenakan keterbatasan ruangan, disamping masjid, langgar dan tanah terbuka adalah milik negara, interaksi sosial sosial juga dilakukan ditempat-tempat umum seperti makam, ruangan di sisi jalan serta ruangan terbuka yang mendukung kegiatan masyarakat di Laweyan.

Pada saat industri batik di Laweyan mengalami masa kejayaan sekitar tahun 1960an, kampung Laweyan identik sebagai suatu kawasan industri bersama. Pada masa itu interaksi sosial terjadi lebih intensif. Pambatikan dilakukan di rumah-rumah saudagar yang terletak di sisi utara, sedang proses pencucian dan penjemuran dilakukan di sungai dan area tepi-tepian sungai dilakukan di kawasan selatan. Jalan dan area tepian sungai berfungsi sebagai area kontak sosial yang cukup efektif, pada masa itu morfologi kampung Laweyan berbentuk linier.

commit to user

Seiring dengan perkembangan jaman ditemukannya pompa penyedot air membuat produksi batik dapat diselesaikan di masing-masing rumah. Kondisi ini mengakibatkan berubahnya pola morfologi kawasan yang sebelumnya berbentuk linier menjadi berbentuk cluster. Peran daerah sungai sebagai area kontak sosial berkurang, seiring dengan perubahan bentuk tersebut berkurang pula ruang kontak sosial masyarakatnya.

Dahulu rumah-rumah penduduk Laweyan saling berhubungan langsung melalui pintu-pintu yang dibangun di dalam rumah yang disebut pintu butulan di atas dan di bawah tanah, sebagian besar halaman rumah mereka juga digunakan untuk kegiatan masyarakat, pintu butulan selain digunakan untuk berkomunikasi antar warga tetapi juga digunakan untuk keamanan. Dengan bentuk rumah yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya mengakibatkan adanya rasa persaudaraan dan persatuan yang kuat diantara penduduk Laweyan.

Meskipun secara keseluruhan rumah Laweyan sebagaian besar tertutup dan menimbulkan kesan angkuh bagi orang luar, tetapi itu tidak sepenuhnya benar. Di dalam rumah dengan pagar tinggi dan tertutup, terdapat suatu kegiatan sosial masyarakat dari komunitas Laweyan, ada ruang privat yang digunakan untuk kegiatan publik di Laweyan, sehingga secara langsung ataupun tidak langsung telah membentuk jalur-jalur ruang publik atau jalan alternatif yang biasa digunakan oleh komunitas di dalamnya. Dalam perkembangannya sekarang, karena adanya alih kepemilikan rumah dan

adanya tuntutan kegiatan yang lain maka jalan pintas atau pintu butulan tidak pernah digunakan lagi.

Dalam struktur kemasyarakatan di Laweyan terdiri dari kelompok masyarakat saudagar batik atau pedagang batik, masyarakat biasa, tokoh masyarakat seperti alim ulama dan pejabat pemerintah, selain itu ada juga golongan saudagar atau pedagang batik yang didominasi oleh pedagang wanita yang berperan penting dalam perdagangan batik di Laweyan yang disebut Mbok Mase atau Nyah Nganten dan untuk suami disebut Mas Nganten sebagai pelengkap dari keutuhan dari rumah tangga atau keluarga.

Sebagian besar masyarakat Laweyan masih melestarikan kesenian tradisional seperti, keroncong, wayang dan karawitan yang biasanya dimainkan ketika ada acara pernikahan, sunatan, tetakan dan kelahiran bayi yang berlangsung di daerah tersebut. Dalam bidang kegiatan kerohanian atau keagamaan sebagian besar masyarakat Laweyan sering mengadakan kegiatan keagamaan seperti: pengajian, tadarusan, dan kegiatan-kegiatan lain yang tidak tertentu jadwal kegiatannya.

Masyarakat di Laweyan menurut sejarahnya adalah masyarakat yang menghasilkan keturunannya dengan tradisi kawin saudara, yaitu menikah dengan keluarganya yang masih berhubungan darah, tujuannya adalah harta benda yang dimiliki keluarga itu tidak jatuh ke tangan orang lain yang bukan saudara, selain itu pernikahan antar saudara juga bisa menciptakan suatu keluarga besar yang artinya bisa melanjutkan usaha batik mereka.

commit to user 3. Kondisi Sosial Masyarakat

Sejak jaman dahulu masyarakat Laweyan terkenal dengan sifatnya yang tertutup, mandiri, dan beretos kerja tinggi. Hal tersebut tidak lepas dari latar belakang mereka yang kebanyakan berprofesi sebagai juragan batik, namun seiring dengan diresmikannya Kampoeng Batik Laweyan sebagai tujuan wisata, maka sifat ketertutupan para pengusaha batik mulai tergeser. Hal tersebut dibuktikan dengan dibukanya tempat tinggal mereka yang menjadi satu bagian dengan pabrik batik untuk dikunjungi wisatawan, bahkan mereka membuka rumah mereka menjadi showroom batik produksi mereka.

4. Produk Batik Kampoeng Laweyan a. Batik Tulis

Batik tulis terdiri dari beberapa jenis yaitu batik tulis tradisional, batik tulis abstrak, batik tulis dan batik tolet. Batik tulis adalah suatu teknik melukis diatas kain dengan menggunakan berbagai peralatan seperti: canthing (alat untuk mengoleskan malam pada kain), gawangan (rangka bambu untuk membentangkan kain), wajan (tempat untuk mencairkan malam), anglo (tempat pengapian arang), tepas (kipas), kain pelindung, saringan malam dan dingklik (tempat duduk).

Pada waktu itu bahan pewarna yang digunakan berasal dari pohon tinggi, mengkudu, soga dan nila. Sedangkan untuk bahan soda memakai soda abu dan bahan garam dari lumpur. Karena semua bahan tersebut berasal dari alam, maka tidak menimbulkan polusi pada lingkungannya.

Proses pembuatan batik tulis meliputi beberapa tahapan seperti mola (membuat pola), ngiseni (mengisi bagian yang sudah dibuat polanya), nerusi (membatik pada sisi sebaliknya), nemboki (menutup bagian kain yang tidak akan diwarnai), mbiriki (proses penghalusan tembokan), pewarnaan, nglorot (merebus kain agar malamnya larut/lepas) dan mbabari.

Karena proses yang panjang dan sangat membutuhkan keahlian dari pembatik, maka batik tulis dijual dengan harga yang mahal. Batik tulis tergolong sebagai Batik Halus (nomor satu). Batik tulis dari kain ini sutera merupakan batik termahal dan diproduksi dalam jumlah terbatas. Batik ini dibuat untuk memenuhi permintaan pasar segmen menengah keatas dan untuk keperluan ekspor.

b. Batik Cap

Batik cap ada dua jenis yaitu cap yang dikombinasikan dengan proses batik tulis serta batik yang hanya dicap.

c. Batik Printing (sablon)

Batik printing (batik sablon) adalah batik yang proses pembuatannya berbeda dengan batik pada umumnya yang menggunakan

malam dan juga dilorod untuk menghilangkan malam, pada baik printing tidak digunakan malam, tetapi kain langsung diproses menggunakan mesin. Dalam satu kali produksi bisa menghasilkan batik dalam jumlah yang banyak.

commit to user

Proses pembuatan batik meliputi 3 pekerjaan utama, yaitu : a. Pelekatan lilin batik

Fungsi dari lilin batik adalah untuk menolak terhadap warna yang diberikan pada kain pada pengerjaan berikutnya. Agar dapat dituliskan pada kain, lilin tadi perlu dipanaskan dahulu kurang lebih 60º-70ºC.

Pelekatan lilin dilakukan pada kain untuk membuat motif batik yang dikehendaki. Dengan cara canting tulis, dengan dicapkan dengan canting cap atau dilukiskan dengan kuas. Untuk proses pembatikan cap digunakan canting cap. Proses cap jauh lebih cepat dibandingkan dengan sistem tulis.

b. Pewarnaan batik

Pekerjaan pewarnaan ini dapat berupa mencelup, secara lukisan atau painting. Pewarnaan dilakukan secara dingin dan zat pewarna yang dipakai tidak hilang warnanya pada saat menghilangkan lilin.

c. Menghilangkan lilin

Menghilangkan lilin batik ini berupa penghilangan sebagian pada tempat tertentu dengan cara mengerik atau menghilangkan lilin batik secara keseluruhan.

Dengan tiga macam proses utama tersebut dapat dibuat batik dengan beberapa macam teknik pembuatan batik. Teknik pembuatan batik dibagi dalam dua kelompok, yaitu :

•Proses Tradisional : meliputi kerokan, lorodan, bedesan, dan radionan.

•Proses batik bebas : dalam artian tidak harus mengikuti aliran proses sebagaimana batik tradisional.

6. Jalur Perjalanan Wisata

Jalur perjalanan wisatawan/pengunjung di Kampoeng Batik Laweyan dibuat dalam jalur yang fleksibel dan dapat disesuaikan dengan keinginan pengunjung. Jenis kunjungan wisata disesuaikan dengan waktu kunjungan wisatawan yang bersangkutan. Dari jenis pengunjung/wisatawan dapat dibedakan menurut tujuan pengunjung/wisatawan, yaitu:

a. Berbelanja,

b. Akademik/penelitian c. Belajar membatik d. Lingkungan e. Jalan-jalan

commit to user

Tabel 4.7 Obyek Wisata Laweyan

No. Nama Tempat Jenis Pariwisata Keterangan

1. Makam Ki Ageng Henis Wisata Ziarah Ki Ageng Henis

merupakan kakek (cikal bakal) dari raja-raja

Mataram

2. Makam K.H Samanhudi Wisata Ziarah K.H Samanhudi adalah

pahlawan nasional pendiri Serikat Islam

3. Makam Jayengrana Wisata Ziarah Jayengrana adalah

bupati pertama Surabaya

4. Bandar Kabanaran Wisata Budaya Bandar Kabanaran

dahulu adalah sungai yang menjadi jalur transportasi pemasaran

batik 5. Showroom dan Tempat

Produksi Batik

Wisata Budaya Laweyan merupakan salah satu sentra industri

kerajinan Batik di Jawa

6. Ledre Wisata Kuliner Ledre merupakan

makanan tradisional Laweyan

7. Rumah-rumah Kuno Wisata Budaya Bangunan dan

rumah-rumah kuno di Laweyan merupakan bukti kejayaan juragan batik

masa lalu

8. Masjid Laweyan Wisata Religi Masjid Laweyan

merupakan salah satu masjid tua dan bersejarah di kota

Surakarta

9. Langgar Merdeka Wisata Religi Langgar merdeka

dibangun pada tahun 1877 oleh Haji Mashadi

dan kemudian diwakafkan kepada masyarakat Laweyan

10. Langgar Laweyan Wisata Religi Langgat Laweyan

merupakan langgar tertua di Surakarta

7. Fasilitas Kampoeng Batik Laweyan

Sebagai konsekuensi ditetapkannya kawasan Laweyan sebagai daerah tujuan wisata, Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan bekerjasama dengan berbagai pihak untuk terus mengembangkan Kampoeng Batik Laweyan. Salah satu usaha pengembangan tersebut adalah dengan menyediakan sarana dan prasarana bagi pengunjung Kampoeng Batik Laweyan. Sarana dan prasarana tersebut antara lain:

a. Shelter

Di Kampoeng Batik Laweyan telah dibangun shelter yang berfungsi sebagai tempat istirahat dan tempat berteduh bagi pengunjung yang merasa lelah setelah berjalan-jalan di Kampoeng Batik Laweyan. Shelter tersebut berada disepanjang jalan Sidoluhur, disamping shelter terdapat board yang memuat peta lokasi wisata Kampoeng Batik Laweyan beserta lokasi industri batik yang ada di Kampoeng Batik Laweyan.

b. Becak Wisata

Becak wisata adalah fasilitas berkeliling Kampoeng Batik Laweyan dengan menggunakan becak. Penarik becak wisata tersebut adalah penarik becak yang beroperasi di wilayah Kampoeng Batik Laweyan dan sekitarnya, yang membedakan becak wisata dengan becak yang lain adalah cat Kampoeng Batik Laweyan yang ada di slebor becak tersebut. Jumlah becak wisata

commit to user

buah. Becak wisata tersebut pernah dikerahkan untuk membawa rombonagn yayasan Warna-warni milik Nina Akbar Tanjung bersama rombongan pejabat dan mantan pejabat untuk berwisata di Kampoeng Batik Laweyan.

c. Papan Penunjuk Jalan

Untuk memudahkan wisatawan mengunjungi berbagai obyek wisata di Kampoeng Batik Laweyan, maka dipasang papan penunjuk jalan yang berisi nama-nama showroom Batik dan obyek wisata. Tanda penunjuk jalan yang ada di Kampoeng Laweyan digunakan sebagai media informasi arah dan tempat daerah tujuan wisata yang ada di Kampoeng Batik Laweyan, diantara content

penunjuk jalan di Kampoeng Batik Laweyan memuat informasi letak showroom batik, rumah-rumah kuno, laweyan batik training center, industri batik, dan lain-lain.

8. Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL)

Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL) merupakan organisasi yang beranggotakan seluruh masyarakat Laweyan. Awal mula forum ini terbentuk dikarenakan batik Laweyan mengalami degradasi akibat munculnya batik printing yang berakibat berkurangnya pengusaha batik. Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL) memiliki logo (lampiran).

Keterangan Logo Forum:

a. Rumah Kuno : menggambarkan rumah kuno dan

lingkungan Laweyan

b. 7 titik : menggambarkan terciptanya Sapta Pesona Pariwisata

c. Pilar : menggambarkan pilar-pilar dari rumah kuno Laweyan

d. Tumbuhan : menggambarkan keanekaragaman corak batik

e. 4 daun : menggambarkan 4 daerah yang akan

menjadi daerah pengembang, yaitu Bumi, Laweyan, Pajang dan Sondakan

f. Pelungguh : menggambarkan kejayaan batik di

Nusantara yang berawal dari Laweyan

Tujuan dibentuknya Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL) adalah untuk membangun serta mengoptimalkan seluruh potensi Kampoeng Laweyan untuk bangkit kembali dan menyiapkan diri dalam menghadapi tantangan globalisasi.

Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL) didirikan pada tanggal 25 September 2004, berawal dari sebuah diskusi dan rapat antar pengusaha Batik laweyan yang kemudian berkembang menjadi sebuah musyawarah untuk membentuk Forum Pengembangan

commit to user

Laweyan (FPKBL) memiliki kesekretariatan di Jl. Dr.Rajiman 521 Laweyan Solo dengan nomor telepon (0271) 712276 dan fax. (0271) 738724.

Dalam pelaksanaan kegiatannya, Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan tak lepas dari visi dan misinya, adapun visi dan misi dari Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan adalah:

a. Visi

Menjadikan Laweyan sebagai kawasan pusat industri batik,

heritage, dan wisata budaya, yang ramah lingkungan melalui pembangunan yang berkelanjutan.

b. Misi

1) Mengadakan pelatihan produksi batik yang ramah lingkungan

2) Mengadakan pelatihan pengelolaan / managemen perusahaan

3) Mengadakan pelatihan pemasaran dan promosi perusahaan

4) Perkuatan modal melalui kemitraan dengan bank dan BUMN

5) Perluasan pemasaran produk melalui pembukaan showroom dan kemitraan dengan bapak angkat dan perusahaan lain

6) Mendorong peningkatan dan terwujudnya produk ekspor

7) Mendorong tumbuh kembangnya perusahaan batik baru 8) Penataan infrastruktur kawasan yang mendukung

terwujudnya produksi bersih yang efisien 9) Perkuatan organisasi komunitas kawasan c. Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan unsur yang sangat penting bagi sebuah instansi. Mekanisme kerja atau operasionalisasi seluruh kegiatan perusahaan dapat berjalan dengan baik bila struktur organisasinya jelas. Selain itu dengan pembagian kerja karyawan dan job description yang jelas akan memperlancar tercapainya tujuan forum. Struktur organisasi Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan seperti yang dijelaskan pada gambar berikut ini:

commit to user Ketua Wakil Ketua Sekretaris Seksi Pembangunan  Seksi Litbang  Seksi Promosi  Seksi Humas Seksi Usaha Seksi Seni Budaya Seksi Guide Seksi Pameran  Bendahara Penasehat Gambar 4.1 Struktur Organisasi FPKBL

Sumber : Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan

d. Program dan Pelaksanaan Kegiatan Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan

Ada berbagai kegiatan yang dilakukan oleh Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan dalam rangka mengembangkan Kampoeng Batik laweyan, diantaranya adalah:

1) Pelatihan di Batik Training Centre 2) Pameran-pameran (pameran klaster) 3) Selawenan

4) Kunjungan dan studi banding

5) Menjalin kerjasama dengan instansi diluar Kampoeng Batik Laweyan

6) Rapat pelaksanaan Selawenan

Selain itu, Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan juga melaksanakan program pembangunan fisik dan non fisik, program jangka pendek dan jangka menengah dari Kampoeng Batik Laweyan, yaitu:

commit to user

Tabel 4.8

Program dan Pelaksanaan Kegiatan (Rencana Program)

No. Jenis Program Tahun Keterangan

1. Program Jangka Pendek:

Granddesign tata perekonomian dan industri kawasan Grand design

heritage kawasan Grand design

Sosial Budaya Grand design tata ruang kawasan 2005 2006 Swadaya FPKBL, kerjasama dengan pemerintah kota

2. Program jangka menengah: Realisasi program penataan ekonomi/industri, heritage, social

budaya dan tata ruang tahap I

2007 s/d 2011 Swadaya FPKBL, kerjasama dengan pemerintah kota 3. Program jangka panjang: Realisasi

program penataan

ekonomi/industri, heritage, social budaya, dan tata ruang tahap II

2011 s/d 2014 Swadaya FPKBL, kerjasama dengan pemerintah kota

Sumber : Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan

e. Hubungan Antara Lembaga di Kampoeng Batik Laweyan

Untuk menunjang kinerja dari Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan, maka dibutuhkan kerjasama antar lembaga setempat, seperti digambarkan pada gambar berikut:

Gambar 4.2

Hubungan Antar Lembaga di Kampoeng Batik Laweyan

Sumber: Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan

LPMK (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan) Kelurahan

FPKBL Forum Lingk. Hidup

Forum Perdamaian

f. Hubungan Antara FPKBL dengan instansi di luar Kampoeng Batik Laweyan dan Strategi Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan

Dalam mengembangkan Kampoeng Batik Laweyan sesuai visi dan misinya, Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan bekerjasama dengan berbagai instansi, yaitu: Dinas, Instansi, lembaga yang sama di tingkat propinsi, nasional dan internasional.

commit to user FPKBL

Tingkat Kota Surakarta

• Disperindag dan Penanaman Modal • Dinas Pariwisata dan Budaya • Dinas Koperasi Bapeda

• DPU

• Dinas Tata Kota Cagar Budaya

• BUMN • ASITA • PHRI • FEDEP • PTS/PTN • Lembaga Pendidikan • BDS • Hotel • Restaurant • Travel Biro

• Instansi dan Lembaga Lain yang Terkait

Gambar 4.3

Hubungan Antara FPKBL dengan Instansi di Luar Kampoeng Batik Laweyan

Sumber : Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan

Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan di dalam kerjasamanya dengan dinas terkait yang paling sering yaitu dengan Disperindag yang mana kerjasamanya (1) berbentuk pelatihan dan informasi mengenai warna alam, warna sintesis

seperti mesin jahit, obras, konveksi, cap, pewarna, kompor listrik, dan lain-lain, (3) jika FPKBL mengadakan pameran biasanya Disperindag memberikan subsidi baik insidental

Dokumen terkait