• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODAL, TENAGA KERJA DAN BAHAN BAKU TERHADAP KEUNTUNGAN PENGUSAHA BATIK LAWEYAN SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODAL, TENAGA KERJA DAN BAHAN BAKU TERHADAP KEUNTUNGAN PENGUSAHA BATIK LAWEYAN SURAKARTA"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODAL, TENAGA KERJA DAN BAHAN BAKU

TERHADAP KEUNTUNGAN PENGUSAHA BATIK LAWEYAN

SURAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk

Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun oleh:

EROSE PERWITASAGI PUTRA

F0106003

FAKULTAS EKONOMI

(2)
(3)
(4)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Ku persembahkan Untuk:

™ Ayah dan Ibu: Sagi Budi M &

Roose Diana M

™ Adik-adikku: Ian Fatah & M.

Ardiansyah

™ Keluarga besarku

™ Pendampingku:Vaulla Remaco S

™ Sahabat-sahabatku: dari EP

Holics, Fak.Ekonomi UNS,

F!team, Plasma4, Alumni kelas 2e

SMA4 Solo dan semua yang tidak

(5)

Motto

Bukannya sesuatu itu sulit sehingga kita tidak berani, tetapi karena kita tidak berani

maka sesuatu itu menjadi sulit

(Erose Perwita SP)

Perjuangan terberat dalam hidup ini adalah perjuangan untuk mengalahkan diri

sendiri dan kemenangan terbesar dalam hidup ini adalah ketika kita dapat

mengalahkan diri sendiri

(Edward Sarjono)

Jika tidak ingin GAGAL, maka jangan IMPIKAN apapun, jangan lakukan apapun

dan jangan jadi apapun

(6)

Jika kita LUNAK terhadap diri sendiri maka KEHIDUPAN akan KERAS terhadap

diri sendiri, tetapi jika kita KERAS terhadap diri sendiri maka KEHIDUPAN akan

LUNAK terhadap diri sendiri

(Andrie Wongso)

Jika ingin menjadi LUAR BIASA, maka punyailah IMPIAN yang LUAR BIASA,

BEKERJALAH dengan LUAR BIASA dan BERIBADAHLAH dengan LUAR

BIASA

(Ustd. Yusuf Mandur)

Masa Depan yang cerah adalah milik mereka yang percaya akan

KEINDAHAN IMPIAN mereka

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT, karena atas

limpahan hidayah, tuntunan, bimbingan serta petunjuk-Nya penulis selalu diberikan

kekuatan dan kemampuan untuk dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul

PENGARUH MODAL, TENAGA KERJA DAN BAHAN BAKU TERHADAP

KEUNTUNGAN PENGUSAHA BATIK LAWEYAN SURAKARTA”

Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat guna

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi jurusan Ekonomi Pembangunan pada Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa dalam

penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, petunjuk dan bimbingan dari

berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini, dengan tulus dan segenap kerendahan

hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. AM Soesilo, M.Sc, selaku pembimbing skripsi yang selama ini selalu

memberikan waktu, arahan, bantuan dan saran serta bimbingan dalam

penyusunan skripsi penulis;

2. Bhimo Rizky Samodro, SE, Msi, selaku pembimbing akademik yang selama

ini memberi arahan dan bantuan demi kelancaran kuliah penulis untuk

(8)

3. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M. Com, Ak, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret Surakarta;

4. Drs. Kresno Sarosa Pribadi, MSi, selaku Ketua Jurusan Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta;

5. Izza Mafruhah, SE Msi, selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta;

6. Segenap Dosen dan seluruh Staf Kantor TU Program Strata Satu Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang

telah membantu proses pelaksanaan Pendidikan dan Penelitian;

7. Instansi-instansi yang terkait, seperti Forum Pengembangan Kampoeng Batik

Laweyan dan H.Saud Effendi selaku pemilik Workshop Saud Effendi yang

telah membantu dalam pengumpulan data dan artikel yang sangat berguna

dalam penyusunan skripsi ini;

8. Bapak Sagi Budi Margiyanto dan ibu Roose Diana Musthofa, selaku bapak

dan ibu penulis beserta adik-adik penulis Ian Fatah dan Muhammad

Ardiansyah Budi Saputra yang selalu menjadi semangat dan inspirasi bagi

penulis;

9. Vaulla Remaco Sewacotama yang telah memberikan semangat dan dukungan

penuh kepada penulis;

10.Teman – teman seperjuangan angkatan 2006 (EP Holics dan teman – teman

(9)

11.Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, hingga terselesaikannya skripsi ini.

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... ...i

ABSTRAK... ..ii

HALAMAN PERSETUJUAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN... ..v

HALAMAN MOTTO... .vi

KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR GAMBAR... xv

DAFTAR TABEL...xvii

BAB I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Perumusan Masalah... 7

C. Tujuan Penelitian... 8

(11)

II. TINJAUAN PUSTAKA…..………... ...10

A. Industri...………... 10

1. Pengertian Industri... 10

2. Faktor Penunjang/Faktor Pendukung... 12

3. Pengertian Usaha Kecil, Mikro dan Menengah...15

4. Kekuatan dan Kelemahan Industri Kecil. ...17

5. Masalah-masalah Industri Kecil di Indonesia...19

B. Fungsi Produksi dan Fungsi Keuntungan... 20

C. Fungsi Keuntungan Cobb-Douglas...23

D. Penelitian Sebelumnya... 26

E. Kerangka Pemikiran Teoritis... 28

F. Hipotesis... 30

III. METODE PENELITIAN………...32

A. Desain Penelitian...…....………...32

B. Populasi dan Sampel...32

C. Sumber Data……….. ...32

D. Definisi Operasional Variabel………...35

E. Metode analisis Data...35

1. Analisis Diskriptif...35

2. AnalisisKuantitatif...38

IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN………...43

(12)

2. Kondisi Sosial dan Sumber Daya Manusia ...45

B. Deskripsi Umum Industri Batik ...………...55

1. Sejarah Batik... .55

2. Perkembangan Industri Batik...57

C. Analisis Disriptif Lokasi Penelitian... ...58

1. Sejarah Kampung Laweyan...58

2. Lokasi Kampung Laweyan ...60

3. Kondisi Sosial Masyarakat ...65

4. Produk Batik Kampung Laweyan...65

5. Proses Pembuatan Batik...66

6. Jalur Perjalanan Wisata... ...68

7. Fasilitas Kampung Batik Laweyan...70

8. Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan ...71

D. Analisis Diskriptif Data...80

1. Menentukan Jumlah Kelas ...81

2. Menentukan Interval Kelas ...81

E. Hasil dan Analisis Data ...94

1. Pemilihan Model... ..94

2. Uji Statistik...95

a. Uji Parameter Individual (Uji t)... ..95

b. Uji f... ..98

c. Goodnes of Fit Atau Koefisien Determinasi(R2)...100

(13)

a. Uji Multikolinieritas...100

b. Uji Heteroskedastisitas...102

c. Uji Autokorelasi... 102

4. Analisis Ekonomi... 104

V. PENUTUP………... 108

A. Kesimpulan………. ...108

B. Saran………...109

(14)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1 Diagram Faktor Yang Mempengaruhi Keuntungan Usaha Batik... ....30

4.1 Struktur Organisasi FPKBL...75

4.2 Hubungan Antar Lembaga di kampoeng Batik Laweyan... ..77

4.3 Hubungan FPKBL Dengan Instansi Di Luar Kampoeng Batik Laweyan... 79

4.4 Daerah Kritis Uji f... 99

DAFTAR TABEL TABEL HALAMAN 1.1 Jumlah Tenaga Kerja Yang Diserap Oleh Sektor Industri di Kota Surakarta Tahun 2002-2006... .3

1.2 Realisasi Ekspor Tahunan Kota Surakarta Tahun 2007 (Menurut Komoditi)... ...5

(15)

4.2 Pertumbuhan Penduduk Kota Surakarta Tahun 1980-2008...47

4.3 Luas Daerah, Pembagian Wilayah Administrasi dan Jumlah Penduduk Kota Surakarta Tahun 2008... ...48

4.4 Banyaknya Penduduk Umur 5 Tahun Ke atas Menurut Tingkat Pendidikan di Kota Surakarta tahun 2006 – 2007... ...49

4.5 Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian (Usia 10 Tahun Ke Atas ) di Kota Surakarta tahun 2007... ...50

4.6 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kota Surakarta Tahun 2008 – 2009 (Jutaan Rupiah)...51

4.7 Obyek Wisata Laweyan... ....69

4.8 Program dan Pelaksanaan Kegiatan (Rencana Program)... ....77

4.9 Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Umur... ...82

4.10 Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Tingkat Pendidikan... ....83

4.11 Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Pengalaman Usaha... ...85

4.12 Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Status Usaha... ...86

4.13 Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Jumlah Tenaga Kerja... ...86

4.14 Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Upah Tenaga Kerja... ...87

4.15 Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Biaya Bahan Baku...88

4.16 Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Sumber Modal...89

(16)

4.19 Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Keuntungan... ...93

4.22 Pengaruh Variabel Independen Terhadap Keuntungan

Pengusaha Batik se Kecamatan Laweyan...95

4.23 Hasil R21 , R22 , R23 dan R24 Pada Regresi Antar Variabel

Independen...96

4.24 Uji Heteroskedastik Menggunakan Uji LM ARCH... ...101

4.25 Uji autokorelasi menggunakan pengujian B-G test... ...102

(17)

EROSE PERWITA SAGI PUTRA

F0106003

PENGARUH MODAL, TENAGA KERJA DAN BAHAN BAKU TERHADAP KEUNTUNGAN PENGUSAHA BATIK LAWEYAN SURAKARTA

Kota Surakarta selain memiliki citra sebagai kota budaya, Surakarta juga mempunyai potensi besar pada perdagangan Batik. Dilihat dari perkembangan peningkatan industri kecil 4 tahun terakhir, termasuk diantaranya adalah industri kerajinan Batik, telah memberikan sumbangan nilai produksi, nilai investasi, penyediaan lapangan kerja dan unit usaha yang lebih besar dibanding industri sedang dan besar (Disperindag: 2009). Berdasarkan fakta tersebut, maka industri kecil kerajinan batik berperan penting dalam pembangunan ekonomi khususnya dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat kecil. Permasalahan yang diangkat adalah bagaimana faktor modal, tenaga kerja dan bahan baku dapat mempengaruhi tingkat keuntungan pengusaha batik di Kampung Batik Laweyan. Berdasarkan permasalahan terebut maka hipotesis yang diajukan adalah variabel modal, tenaga kerja dan bahan baku berpengaruh positif terhadap keuntungan para pengusaha batik di kampung batik Laweyan.

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat diskriptif kuantitatif dengan mengambil data primer (wawancara dan observasi) dengan menggunakan pendekatan regresi linear berganda yaitu dengan metode Ordinary Least Square (OLS).

Berdasarkan hasil pengujian, menunjukkan bahwa variabel modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap keuntungan pengusaha batik di Laweyan. Sedangkan untuk variabel tenaga kerja dan bahan baku tidak berpengaruh terhadap keuntungan pengusaha batik di Laweyan.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diajukan saran, antara lain: Perlunya pemerintah daerah Kota Surakarta untuk memberikan bantuan modal kepada pengusaha batik dengan memberikan bantuan kredit lunak kepada para pengusaha batik dengan cara memberikan bantuan kredit dengan bunga yang rendah kepada para pengusaha batik di Kecamatan Laweyan Surakarta.

Kata kunci: Keuntungan, Modal, Tenaga Kerja dan Bahan Baku.

(18)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan industri merupakan kegiatan untuk peningkatan

kesejahteraan dalam arti tingkat hidup yang lebih maju maupun taraf hidup yang

lebih bermutu. Industrialisasi juga tidak terlepas dari usaha untuk meningkatkan

produktivitas tenaga manusia disertai usaha untuk meluaskan ruang lingkup

kegiatan manusia. Dengan demikian, dapat diusahakan secara vertikal semakin

besarnya nilai tambah pada kegiatan ekonomi dan sekaligus secara horizontal

makin luasnya lapangan kerja produktif bagi penduduk yang semakin bertambah

(Arsyad, 2001).

Peranan sektor industri yang ditujukan untuk memperkukuh struktur

ekonomi nasional dengan keterkaitan yang kuat dan saling mendukung antar

sektor, meningkatkan daya tahan perekonomian nasional dan kesempatan kerja

sekaligus mendorong berkembangnya kegiatan – kegiatan pembangunan

diberbagai sektor lainnya dan juga diharapkan mampu meningkatkan

pertumbuhan pendapatan perkapita. Pembangunan di sektor industri

dikembangkan secara bertahap dan terpadu melalui peningkatan keterkaitan antar

industri dan antar sektor industri yang memasukkan bahan baku industri, melalui

(19)

industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim

usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional (Todaro, 2000).

Pembangunan industri di Indonesia tidak hanya dititikberatkan pada

industri besar saja tetapi juga diperhatikan perkembangan industri kecil dan

kerajinan rumah tangga. Selain itu perkembangan industri juga diupayakan untuk

mengembangkan potensi yang ada yaitu melalui pemanfaatan sumber daya alam

dan sumber daya lainnya secara optimal seperti adanya pembangunan di sektor

industri pedesaan dengan tujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan

industri di daerah atau industri kecil di pedesaan tersebut.

Industri kecil mempunyai peranan penting dalam kegiatan ekonomi

nasional, misalnya dapat menciptakan lapangan pekerjaan, ikut membantu

pelayanan masyarakat luas, mempercepat pemerataan distribusi pendapatan,

mendorong pertumbuhan ekonomi dan ikut menjaga stabilitas nasional. Dengan

demikian industri kecil dan rumah tangga merupakan salah satu sasaran yang

memerlukan perhatian khusus. Sasaran tersebut sangat sesuai dengan

permasalahan yang ada di Indonesia yaitu tingginya tingkat pengangguran yang

tidak dapat ditampung oleh lapangan pekerjaan yang tersedia.

Industri kecil memang bukan penghasil nilai output dan nilai tambah yang

terbesar jika dibandingkan dengan industri yang berskala besar dan sedang

(Wihana, 2001). Tetapi pada dasarnya industri kecil kerajinan menjadi usaha yang

(20)

commit to user

Untuk mengetahui peranan sektor industri dari segi kesempatan kerja

dapat ditunjukkan dengan melihat tingkat peranan tenaga kerja untuk sektor

industri selama beberapa tahun terakhir di Kota Surakarta. Pada tahun 2004

industri kecil di Surakarta menyerap 21.531 tenaga kerja dan dari tahun ke tahun

mengalami peningkatan sampai pada tahun 2009 penyerapan tenaga kerja dari

sektor industri kecil mencapai 26.656 orang. Industri kecil mampu menyerap

tenaga kerja jauh lebih besar jika dibandingkan dengan penyerapan tenaga kerja

yang dilakukan oleh industri besar dan menengah, kondisi ini dapat dilihat pada

tahun-tahun terakhir dan pada tahun 2006 yaitu 8.893 orang untuk tenaga kerja

industri besar dan 7.957 orang untuk tenaga kerja industri menengah.

Tabel 1.1

Jumlah Tenaga Kerja yang Diserap oleh Sektor Industri di Kota Surakarta

Tahun 2004-2009

Jenis Industri

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Besar 1.172 2.671 4.799 10.608 13.338 8.893

Menengah 13.350 12.500 10.572 7.560 7.938 7.957

Kecil 21.531 21.888 22.064 24.954 26.167 26.656

Non Formal

11.267 11.355 11.575 12.055 12.712 13.032

Jumlah 47.320 48.394 49.010 55.177 60.205 56.538

Sumber : Disperindag Surakarta Tahun 2010

Kota Surakarta selain memiliki citra sebagai kota budaya, Surakarta juga

mempunyai potensi besar pada perdagangan Batik. Dilihat dari perkembangan

peningkatan industri kecil dari tahun 2004 sampai tahun 2009, termasuk

diantaranya adalah industri kerajinan Batik, telah memberikan sumbangan

(21)

Kondisi ini menunjukkan dimana sektor industri kecil di Surakarta lebih potensial

untuk dikembangkan terutama untuk memajukan sektor pariwisata, meningkatkan

ekspor non migas, dan meningkatkan pendapatan pengrajin itu sendiri.

Citra kota Surakarta sebagai kota budaya, tentunya menuntut kota ini

untuk menghadirkan atmosfir budaya di segala aspek. Kota Surakarta mampu

mengangkat sisi lain pariwisatanya melalui sentuhan kualitas peradaban yang

tinggi. Dengan menjadikan budaya Jawa sebagai daya tarik wisata, maka timbul

tantangan bagi Pemerintah kota maupun warga kota Surakarta untuk bertahan

ditengah laju modernisasi.

Industri kerajinan Batik di Surakarta merupakan bagian dari budaya Jawa

yang dapat dikatakan cukup kuat keberadaannya di masyarakat. Ini terbukti dari

meluasnya penggunaan kain Batik yang semula hanya dipakai wanita dan

sebagian pria, kini diakui sebagai pakaian nasional Indonesia. Batik adalah

sebagai salah satu bagian dari kebutuhan sandang yang dikenal dan digemari

masyarakat dari berbagai kelas sosial.

Surakarta sebagai daerah wisata, mempunyai potensi yang sangat besar

dalam pengembangan dan pemasaran barang kerajinan Batik. Hal ini ditinjau dari

tersedianya tenaga kerja yang terampil dan bahan baku yang tersedia. Industri

Batik sampai saat ini tetap merupakan komoditi unggulan yang senantiasa

dikembangkan baik dari segi desain maupun mutunya. Produksi kerajinan Batik

(22)

commit to user

Tabel 1.2

Realisasi Ekspor Tahunan Kota Surakarta Tahun 2009 (Menurut Komoditi)

Jumlah Tahun

No. Nama Komoditi

Volume (Kg) Nilai FOB (US$)

1. BATIK 300.534,25 5,487,233.99

2. DAUN CINCAU YANG

DIKERINGKAN

4.500.00 4,144.00

3. KANTONG PLASTIK 311.802,01 428,271.10

4. KARTU UCAPAN 281.452,60 990,657.71

5. KARUNG PLASTIK 2.893.691,18 3,596,390.99

6. KAYU OLAHAN 32.506,88 58.804,71

7. KERAJINAN TANAH LIAT 18.200,00 2,067.96

8. KERAJINAN KAYU 30.024,29 48,197.47

9. KERAMIK 100.259,00 32,942.75

10. MEBEL 3.145.920,57 7,512,232.38

11. PERABOT RT DARI BATU 609.648,98 268,178.56

12. PERALATAN KANTOR 638.355,00 1,310,375.85

13. PLASTIK HANGER 84,00 250.60

14. TAS DARI KERTAS 215.798,97 637,409.95

15. TEKSTIL DAN PRODUK

TEKSTIL

2.129.731,85 22,413,636.67

Jumlah 10.712.509,58 42,790,794.69

Sumber : Disperindag 2010

Data dari Disperindag diatas menunjukkan posisi Batik pada ekspor

Surakarta menempati rangking ketiga yaitu sebesar 5,487,233.99 (menurut FOB

dalam US$) setelah komoditi tekstil yang mencapai 22,413,636.67, dan komoditi

mebel yang mencapai nilai ekspor 7,512,232.38. Potensi Batik ini kemudian

berkembang tidak hanya pada perdagangan kain Batik. Mulai dari tempat

memproduksi, toko, hingga proses pembuatannya menjadi aset pariwisata yang

berharga di Kota Surakarta. Aset pariwisata ini semuanya dapat dinikmati di

Kampung Batik, kawasan sentra batik yang mensinergikan aktivitas perdagangan

(23)

Kampung Laweyan di Surakarta memiliki identitas sebagai perkampungan

saudagar. Karakteristiknya sangat berbeda dengan kampung-kampung lain di kota

Surakarta, karena itu sebagian masyarakat Surakarta menyebut daerah itu sebagai

“kampung dagang” Laweyan.

Industri Batik digolongkan menjadi tiga menurut tingkat pengelolaannya,

yaitu:

1. Pengelolaan secara sederhana, terjadi pada industri batik yang sifat

usahanya masih berupa industri rumah tangga dan belum ada spesialisasi

kerja.

2. Pengelolaan tingkat menengah, industri yang bidang usahanya sudah lebih

besar dan penanganan usahanya menggunakan tenaga diluar anggota

keluarga dan mulai terdapat spesialisasi kerja.

3. Pengelolaan secara utuh, industri batik yang lingkup usahanya

besar-besaran, sudah ada spesialisasi kerja baik teknis maupun non teknis.

Sejalan dengan pengembangan pariwisata yang sedang berlangsung di

Surakarta maka industri kecil kerajinan memiliki proses yang menggembirakan,

terutama untuk industri kecil yang memproduksi barang-barang seni seperti batik,

dimana batik tersebut masih identik dengan nilai-nilai tradisional, mengingat

Surakarta sendiri masih memiliki peninggalan bersejarah yaitu Keraton Surakarta

dan masih ada sebagian kehidupan masyarakat yang dilingkupi nuansa kehidupan

(24)

commit to user

Industri kecil kerajinan berperan penting dalam pembangunan ekonomi

khususnya dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat kecil. Dengan demikian,

berbagai upaya akan dilakukan dalam rangka memajukan industri kecil kerajinan.

Di Surakarta terdapat beberapa daerah yang menjadi wilayah sentra industri batik

yang cukup produktif, misalnya Kampung Batik Laweyan. Berdasarkan pada

keadaan yang ada, maka penulis tertarik untuk meneliti karakteristik pengusaha

Batik di Kecamatan Laweyan Surakarta, maka penelitian ini mengambil judul:

“PENGARUH MODAL, TENAGA KERJA dan BAHAN BAKU

TERHADAP KEUNTUNGAN PENGUSAHA BATIK LAWEYAN

SURAKARTA”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dibuat

perumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah gambaran tentang Kampoeng Batik Laweyan Surakarta?

2. Bagaimanakah pengaruh faktor modal, tenaga kerja, dan bahan baku

terhadap tingkat keuntungan pengusaha batik di Kecamatan Laweyan.

3. Manakah dari faktor modal, tenaga kerja dan bahan baku yang mempunyai

pengaruh paling dominan terhadap tingkat keuntungan pengusaha batik di

(25)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah penelitian, maka

tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui gambaran tentang Kampoeng Batik Laweyan Surakarta.

2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh faktor modal, tenaga kerja dan

bahan baku terhadap tingkat keuntungan pengusaha batik di Kecamatan

Laweyan.

3. Untuk mengetahui manakah dari faktor modal, tenaga kerja dan bahan

baku yang mempunyai pengaruh dominan terhadap tingkat keuntungan

pengusaha batik di Kecamatan Laweyan.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Menjadi sumber informasi bagi pengusaha batik untuk mengetahui

seberapa besar pendapatan yang didapatkan oleh para pengusaha batik,

apakah meningkat atau tetap.

2. Membantu untuk mengetahui keadaan pasar batik yang ada didaerah

wilayah penelitian maupun yang diluar daerah penelitian.

3. Menjadi sumber tambahan untuk penelitian yang berhubungan dengan

masalah dalam penelitian ini.

(26)

commit to user

nyata, kususnya masalah ekonomi mikro dan sebagai syarat untuk

mencapai gelar sarjana ekonomi jurusan Ekonomi Pembangunan pada

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Industri

1. Pengertian Industri

Industri adalah suatu kelompok usaha yang menghasilkan produk yang

serupa atau sejenis. Sedangkan produk adalah barang atau jasa yang ditawarkan

oleh suatu usaha. Berikut ini adalah faktor-faktor pokok yang menyebabkan suatu

industri / perindustrian dapat berkembang dengan baik apabila dimiliki, antara lain

adalah :

1. Faktor Pokok

a. Modal

Modal digunakan untuk membangun aset, pembelian bahan

baku, rekrutmen tenaga kerja, dan lain sebagainya untuk

menjalankan kegiatan industri. Modal bisa berasal dari dalam suatu

negara serta dari luar negeri yang disebut juga sebagai penanaman

modal asing (PMA).

b. Tenaga Kerja

Tenaga kerja dengan jumlah dan standar kualitas yang

sesuai dengan kebutuhan suatu perindustrian tentu akan membuat

industri tersebut menjadi lancar dan mampu berkembang di masa

(28)

commit to user

menjadi tenaga kerja asing. Contohnya indonesia dengan tenaga

kerja Indonesia (TKI) dan tenaga kerja wanita (TKW). Jika suatu

negara kekurangan tenaga kerja maka salah satu jalan keluarnya

adalah mendatangkan tenaga kerja asing dari luar negaranya.

c. Bahan Mentah / Bahan Baku

Bahan baku adalah salah satu unsur penting yang sangat

mempengaruhi kegiatan produksi suatu industri. Tanpa bahan baku

yang cukup maka proses produksi dapat terhambat dan bahkan

terhenti. Untuk itu pasokan bahan mentah yang cukup baik dari

dalam maupun luar negeri / impor dapat melancarkan dalam

mempercepat perkembangan suatu industri.

d. Transportasi

Sarana transportasi sangat vital dibutuhkan suatu industri

baik untuk mengangkut bahan mentah ke lokasi industri,

mengangkut dan mengantarkan tenaga kerja, pengangkutan barang

jadi hasil output industri ke agen penyalur / distributor atau ke

tahap produksi selanjutnya, dan lain sebagainya. Terbayang bila

transportasi untuk kegiatan tadi terputus.

e. Sumber Energi / Tenaga

Industri yang modern memerlukan sumber energi / tenaga

untuk dapat menjalankan berbagai mesin-mesin produksi,

menyalakan perangkat penunjang kegiatan bekerja, menjalankan

(29)

dapat berwujud dalam berbagai bentuk seperti bahan bakar minyak

/bbm, batubara, gas bumi, listrik, metan, baterai, dan lain

sebagainya.

f. Marketing / Pemasaran Hasil Output Produksi

Pemasaran produk hasil keluaran produksi haruslah

dikelola oleh orang-orang yang tepat agar hasil produksi dapat

terjual untuk mendapatkan keuntungan / profit yang diharapkan

sebagai pemasukan untuk pembiayaan kegiatan produksi

berikutnya, memperluas pangsa pasar, memberikan dividen kepada

pemegang saham, membayar pegawai, karyawan, buruh, dan

lain-lain.

2. Faktor Penunjang / Faktor Pendukung

a. Kebudayaan Masyarakat

Sebelum membangun dan menjalankan kegiatan industri

sebaiknya patut dipelajari mengenai adat-istiadat, norma, nilai,

kebiasaan, dan lain sebagainya yang berlaku di lingkungan sekitar.

Tidak sensitif terhadap kehidupan masyarakat sekitar mampu

menimbulkan konflik dengan penduduk sekitar. Selain itu ketidak

mampuan membaca pasar juga dapat membuat barang hasil

produksi tidak laku di pasaran karena tidak sesuai dengan selera

konsumen, tidak terjangkau daya beli masyarakat, boikot

(30)

commit to user

Dengan berkembangnya teknologi dari waktu ke waktu

akan dapat membantu industri untuk dapat memproduksi dengan

lebih efektif dan efisien serta mampu menciptakan dan

memproduksi barang-barang yang lebih modern dan berteknologi

tinggi.

c. Pemerintah

Pemerintah adalah bagian yang cukup penting dalam

perkembangan suatu industri karena segala peraturan dan kebijakan

perindustrian ditetapkan dan dilaksanakan oleh pemerintah beserta

aparat-aparatnya. Pemerintahan yang stabil mampu membantu

perkembangan industri baik dalam segi keamanan,

kemudahankemudahan, subsidi, pemberian modal ringan, dan

sebagainya.

d. Dukungan Masyarakat

Semangat masyarakat untuk mau membangun daerah atau

negaranya akan membantu industri di sekitarnya. Masyarakat yang

cepat beradaptasi dengan pembangunan industri baik di desa dan di

kota akan sangat mendukung sukses suatu indutri.

e. Kondisi Alam

Kondisi alam yang baik serta iklim yang bersahabat akan

membantu industri memperlancar kegiatan usahanya. Di Indonesia

(31)

kegiatan produksi rata-rata dapat berjalan dengan baik sepanjang

tahun.

f. Kondisi Perekonomian

Pendapatan masyarakat yang baik dan tinggi akan

meningkatkan daya beli masyarakat untuk membeli produk industri,

sehingga efeknya akan sangat baik untuk perkembangan

perindustrian lokal maupun internasional. Di samping itu Saluran

distribusi yang baik untuk menyalurkan barang dan jasa dari tangan

produsen ke konsumen juga menjadi hal yang sangat penting.

Faktor-faktor yang menghambat pembangunan dan perkembangan industri

merupakan kebalikan dari kondisi faktor-faktor di atas. Hanya saja nilainya yang

lebih negatif.

Contoh :

• Permodalan yang kurang

• Tidak ada SDM yang sesuai dengan yang dibutuhkan

• Hasil produksi yang kualitas buruk

• Pemasaran yang buruk

(32)

commit to user

3. Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

Pengertian industri kecil telah banyak dikemukakan oleh berbagai penulis

maupun berbagai instansi formal (pemerintah). Penekanan aspek dan kriteria

diantara berbagai pengertian tersebut kadang kala berbeda-beda. Banyak dijumpai

pengertian industri yang hanya ditekankan pada aspek tenaga kerja/karyawan,

seperti aset, penanaman modal atau investasi, omset dan bahkan pemiliknya.

Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menurut UU No 8 Tahun

2008 adalah :

a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan / atau

badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana

diatur dalam undang – undang ini.

b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau

menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha

menengah atau besar yang memenuhi kriteria usaha kecil yang dimaksud

dalam Undang – Undang ini.

c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiiri,

yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,

dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung

dengan usaha kecil atau besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil

(33)

Kriteria usaha mikro menurut UU No 20 Tahun 2008 adalah sebagai

berikut :

• Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,- (lima

puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;

atau

• Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,-

(tiga ratus juta rupiah).

Kriteria usaha kecil menurut UU No 20 Tahun 2008 adalah sebagai

berikut :

• Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,- (lima puluh

juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,- (lima

ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;

atau

• Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,- (tiga

ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,-

(dua milyar lima ratus juta rupiah).

Kriteria usaha menengah UU No 20 Tahun 2008 adalah sebagai berikut :

• Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,- (lima ratus

juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,-

(sepuluh milyar rupiah) tidak temasuk tanah dan bangunan tempat

(34)

commit to user

• Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,-

(dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp 50.000.000.000,- (lima puluh milyar rupiah).

Usaha mikro dalam pengertian ini meliputi usaha kecil informal adalah

yang belum terdaftar, belum tercatat dan belum berbadan hukum, antara lain

petani penggarap, industri rumah tangga, pedagang asongan, pedagang keliling,

pedagang kaki lima, dan pemulung. Sedangkan yang dimaksud usaha kecil

tradisional adalah usaha secara turun temurun dan dapat berkaitan dengan seni

budaya.

Didalam praktek pengertian kecil adalah apabila pemilik mengurusi secara

langsung dan mempunyai hubungan pribadi yang akrab dengan tenaga kerja

termasuk semua pegawai-pegawainya. Kriteria pengusaha kecil secara garis besar

dapat dilihat dari jumlah tenaga kerja dan investasi yang ditanamkan.

BPS mengklasifikasikan industri dilihat dari penggunaan tenaga kerja

sebagai berikut:

• Industri Rumah Tangga = 1 - 4 orang

• Industri Kecil = 5 – 9 orang

• Industri Sedang = 20 – 29 orang

• Industri Besar = 100 orang atau lebih

4. Kekuatan dan Kelemahan Usaha Kecil

Menurut Drs. Suryana, M.Si. (2006) Usaha kecil memiliki kekuatan dan

(35)

1. Memiliki kebebasan untuk bertindak

2. Fleksibel

3. Tidak mudah goncang

Sedangkan kelemahan perusahaan kecil dapat dikategorikan kedalam dua

aspek :

1. Aspek kelemahan struktural, yaitu kelemahan dalam strukturnya, misalnya

kelemahan dalam bidang manajemen dan organisasi, kelemahan dalam

pengendalian mutu, kelemahan dalam mengadopsi dan penguasaan

teknologi, kesulitan mencari permodalan, tenaga kerja masih lokal, dan

terbatas akses pasar.

2. Kelemahan kultural, kelemahan kultural mengakibatkan kelemahan

struktural. Kelemahan kultural mengakibatkan kurangnya akses informasi

dan lemahnya berbagai persyaratan lain guna memperoleh akses

permodalan, pemasaran, dan bahan baku, seperti :

a. Informasi peluang dan cara memasarkan produk

b. Informasi untuk mendapatkan bahan baku yang baik, murah, dan

mudah di dapat

c. Informasi untuk memperoleh fasilitas dan bantuan pengusaha besar

dalam menjalin hubungan kemitraan untuk memperoleh bantuan

permodalan dan pemasaran.

d. Informasi tentang tatacara pengembangan produk, baik desain,

(36)

commit to user

e. Informasi untuk menambah sumber permodalan dengan

persyaratan yang terjangkau.

5. Masalah – masalah Industri Kecil di Indonesia

Untuk dapat mempertahankan dan mengembangkan industri kecil yang

peranannya tidak kecil dalam perekonomian banyak menghadapi kendala baik

secara internal maupun eksternal. Secara internal pada umumnya melekat pada

industri kecil sendiri mengandung kelamahan antara lain tingkat produksi rendah,

skala produksi rendah sehingga lemah menjangkau sasaran yang luas, kurang

mampu menyerap informasi pasar, dan teknologi baru yang lebih efisien, karena

rendahnya tingkat pendidikan dan ketrampilan serta modal yang dimiliki relatif

rendah.

Permasalahan yang melekat pada industri kecil adalah sebagai berikut :

1. Kurangnya kemampuan dan keterampilan beroperasi, serta manajemen,

tidak adanya bentuk formal dari perusahaan.

2. Kurangnya permodalan

3. Aposisi bersaing yang kurang kuat

4. Kurangnya koordinasi antara produksi dan penjualan

5. Sistem pencatatan yang kurang mampu.

Sedangkan faktor eksternal adalah adanya iklim diskriminatif dari

pemerintah, terbatasnya peluang untuk memperoleh kredit dari bank. Ada

beberapa alasan yang dapat dikemukakan keengganan pihak bank untuk

(37)

informasi yang memadai tentang industri kecil sebagai pemohon kredit, adanya

resiko yang lebih apakah mampu mengembalikannya, tidak tersedianya agunan

dan seringkali modal yang telah terkumpul dipergunakan untuk keperluan

konsumtif (Saleh, 1986).

B. Fungsi Produksi dan Fungsi Keuntungan

Fungsi produksi adalah suatu pernyataan yang menghubungkan

kuantitas berbagai input dengan berbagai tingkat output, dengan teknologi

tertentu (Arsyad, 1987). Fungsi produksi untuk setiap komoditi adalah suatu

persamaan, tabel atau grafik yang menyatakan jumlah (maksimum) komoditi

yang dapat diproduksi per unit waktu untuk setiap kombinasi input alternatif,

bila menggunakan tehnik produksi terbaru yang tersedia (Salvatore, 1989).

Setiap kegiatan usaha memiliki salah satu tujuan utama untuk

memperoleh keuntungan. Suatu usaha yang tidak menguntungkan, maka

usaha tersebut dapat berhenti beroperasi. Jika suatu usaha berhenti beroperasi

menunjukkan bahwa usaha tersebut tidak dapat menghasilkan produk atau

output. Ketiadaan output mengakibatkan tidak adanya pemasukan pada usaha

tersebut. Oleh karena itu, suatu usaha harus menguntungkan dan mempunyai

prospek pasar yang potensial.

Fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan contoh fungsi produksi

yang homogen yang mempunyai elastisitas substitusi yang konstan. Fungsi

(38)

commit to user Dimana: Q = output

L = Tenaga kerja

K = capital/modal

a dan b = angka positif, dimana b<1

Pencapaian keuntungan maksimum kadang dihadapkan pada kendala,

diantaranya cara mengalokasikan sumberdaya yang ada untuk menghasilkan

output terbesar dengan tingkat keuntungan yang tinggi. Jika melihat kondisi

seperti ini, maka diperlukan sebuah fungsi produksi dan fungsi keuntungan.

Dalam kondisi ini, akan dititik beratkan pada fungsi keuntungan karena harga

faktor produksi di pasar tidak dapat dikendalikan oleh pedagang.

Fungsi keuntungan yang mudah dipakai dapat menggunakan fungsi

keuntungan Cobb-Douglas. Fungsi keuntungan ini dapat digunakan oleh

pengusaha dalam memaksimalkan keuntungan, pendugaannya relatif mudah,

mudah melakukan manipulasi terhadap analisis dan dapat mengukur efisiensi

pada tingkatan atau pada ciri yang berbeda (Soekartawi, 1990).

Penggunaan fungsi keuntungan Cobb-Douglas dapat dibantu dengan

analisis regresi. Koefisien regresi ini sekaligus merupakan besaran elastisitas,

sedangkan besaran elastisitas tersebut menunjukkan tingkat besaran Return

To Scale (RTS). Soekartawi (1990) menyatakan bahwa jika jumah besaran

elastisitas < elatisitas = 1 >1, maka masuk increasing RTS.

Model fungsi keuntungan menurut Lau and Yotopoulus (1972) adalah

karena model ini dinilai memiliki beberapa kelebihan bila dibandingkan

(39)

1. Fungsi penawaran output dan fungsi permintaan input dapat diduga

bersama-sama tanpa harus membuat fungsi produksi yang eksplisit.

2. Fungsi keuntungan dapat digunakan untuk menelaah efisiensi

teknis, harga, dan ekonomi.

3. Di dalam model fungsi keuntungan, peubah-peubah yang diamati

adalah peubah harga output dan input.

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam model fungsi keuntungan

adalah:

1. Pengusaha sebagai unit analisis ekonomi berusaha

memaksimumkan keuntungan.

2. Pengusaha sebagai penerima harga (price taker).

3. Fungsi produksi adalah berbentuk concave (cekung) dalam

input-input tidak tetap.

Fungsi keuntungan ini dapat digunakan sebagai patokan bagi

pengusaha batik dalam upaya untuk memperoleh keuntungan maksimum

dengan biaya yang sekecil-kecilnya. Jika jumlah input dikurangi atau

ditambah, maka keuntungan yang diperoleh dapat diprediksi, sehingga dapat

dijadikan acuan bagi pengusaha batik dalam mengambil keputusan-keputusan

(40)

commit to user

C. Fungsi Keuntungan Cobb-Douglas

Keuntungan adalah selisih antara nilai penjualan perusahaan dengan

biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi barang yang dijual

tersebut.

Secara bentuk sistematis yang sederhana dapat ditulis sebagai berikut :

TR-TC = π

Dimana :

a. TR (Total Revenue) adalah penerimaan total produsen dari hasil

penjualan hasil outputnya, TR = output x harga jual.

b. TC (Total Cost) adalah merupakan total biaya yang dihasilkan

untuk memproduksi output yang dipengaruhi oleh dua variabel

biaya tetap (biaya yang dikeluarkan sesuai dengan jumlah

output yang diproduksi).

c. TR harus lebih besar dari TC, dengan kata lain TR-TC harus ada

selisih yang positif, bila terjadi TR=TC maka terjadi BEP

(Break Even Point), yaitu tidak terjadi keuntungan maupun

kerugian.

Fungsi keuntungan digunakan untuk mengetahui hubungan antara

input dan output, serta mengukur pengaruh dari berbagai perubahan harga

dan input terhadap produksi. Untuk itu digunakan Fungsi Keuntungan

Cobb-Douglas dengan teknik yang dinamakan Unit-Output-Price Cobb

Douglas Profit Function (UOP-CDPF). Cara ini mempunyai asumsi bahwa

(41)

memaksimumkan utilitas atau kepuasan usahanya, sehingga

Unit-Output-Price Cobb Douglas Profit Function adalah cara yang dipakai untuk

memaksimumkan keuntungan. UOP-CDPF adalah suatu fungsi atau

persamaan yang melibatkan harga faktor produksi dan produksi yang telah

dinormalkan dengan harga tertentu. Hal ini dapat dijelaskan sebagai

berikut (Soekartawi, 1990):

Y=AF (X,Z)

Dimana:

Y = produksi

A = besaran yang menunjukkan efisiensi teknik

X = variabel faktor produksi tidak tetap

Z = variabel faktro produksi tetap

Persamaan keuntungan yang diuntungkan dari persamaan tersebut

dapat dituliskan sebagai berikut (Soekartawi, 1990):

Dimana:

= besarnya keuntungan

= besarnya efisiensi teknik

= harga dari produksi per satuan

(42)

commit to user = harga masukan produksi tetap per satuan

= variabel masukan produksi tetap digunakan,

Dimana j = 1, ..., n

Untuk memudahkan dalam menganalisa keuntungan cobb-douglas maka

persamaan diatas dapat dituliskan sebagai berikut (Soekartawi, 1990:233):

Dimana:

= keuntungan yang telah dinormalkan dengan harga output

= besaran efisiensi teknik yang dinormalkan dengan harga output

= koefisien variabel faktor produksi yang telah dinormalkan dengan

harga output

= koefisien faktor produksi tetap yang telah dinormalkan dengan harga

output

= variabel faktor produksi yang telah dinormalkan dengan harga output

= variabel faktor produksi tetap yang telah dinormalkan dengan harga

output

Asumsi dalam Unit-Output-Price Cobb Douglas Profit Function

(43)

memaksimumkan keuntungan, juga berlaku asumsi lainnya yaitu (Soekartawi,

1990):

1. Fungsi keuntungan adalah menurun bersamaan dengan bertambahnya

jumlah faktor produksi tetap,

2. Masing – masing individu sampel memperlakukan harga input yang

bervariasi sedemikian rupa dalam usaha memaksimumkan keuntungan,

3. Walaupun masing – masing individu pengusaha mempunyai produksi yang

sama tetapi fungsi tersebut menjadi berbeda kalau ada perbedaan

penggunaan input tetap yang berbeda jumlahnya.

D. Penelitian Sebelumnnya

1. Penelitian yang dilakukan oleh Sahara et al (2004). Penelitian ini dilakukan dengan meneliti para petani Kakao di Sulawesi Tenggara. Dalam

menganalisis digunakan teknik analisis regresi berganda fungsi

keuntungan cobb-douglas dengan teknik unit output price cobb-douglas

profit function(UOP-CDPF). Hasil penelitian menunjukkan bahwa

variabel modal, luas areal, harga pupuk, harga pestisida dan upah tenaga

kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap keuntungan.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Tajeri dan Noor (2003). Penelitian ini

dilakukan dengan meneliti para penambak Ikan Bandeng di Kecamatan

Palang Kabupaten Tuban Jawa Timur. Dalam menganalisis digunakan

(44)

commit to user

penelitian menunjukkan bahwa pada kondisi aktual dan optimal, secara

bersama-sama peubah masukan tidak tetap (benih ikan, pakan ikan, pupuk

tsp dan urea, tenaga kerja manusia) dan peubah masukan tetap (luas areal

dan modal investasi) menunjukkan pengaruh nyata terhadap tingkat

keuntungan usaha budidaya ikan bandeng di Kecamatan Palang Kabupaten

Tuban, Jawa Timur. Namun secara sendirisendiri, pada kondisi aktual

terdapat satu peubah masukan tidak tetap yaitu tenaga kerja manusia tidak

berpengaruh nyata, sedangkan pada kondisi optimal masing-masing

peubah masukan tidak tetap (benih ikan, pakan ikan, tenaga kerja manusia)

dan tetap (luas areal dan modal investasi) memberikan pengaruh yang

nyata.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Mandaka dan Hatagaol (2005). Penelitian

ini dilakukan dengan meneliti para petenak sapi perah di Kelurahan Kebon

Pedes Bogor yang merupakan sentra produksi susu sapi segar di wilayah

Bogor. Dalam menganalisis digunakan teknik analisis regresi berganda

fungsi keuntungan douglas dengan teknik unit output price

cobb-douglas profit function(UOP-CDPF). Hasil penelitian menunjukkan bahwa

semua variabel bebas yaitu harga konsentrat, harga hijauan, upah tenaga

kerja, harga atau nilai perlengkapan kandang untuk pemeliharaan, harga

obat-obatan, jumlah induk produkstif, pengalaman beternak dan dummy

skala usaha secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap keuntungan

(45)

E. Kerangka Pemikiran Teoritis

Para pengusaha batik mempunyai banyak faktor baik sosial maupun

ekonomi yang mempengaruhi mereka untuk menjalankan usaha batik. Fakor

sosial maupun ekonomi tersebut antara lain: umur, tingkat pendidikan,pengalaman

usaha, status usaha, jumlah tenaga kerja, upah tenaga kerja, bahan baku, modal,

penjualan dan keuntungan. Keuntungan merupakan faktor utama yang

mempengaruhi pengusaha batik menjalankan usahanya. Untuk mencapai tujuan

yang diinginkan dalam penelitian ini, penulis memilih beberapa faktor baik sosial

maupun ekonomi yang dianggap mempengaruhi aktivitas ekonomi para

pengusaha batik.

Usaha batik yang dikerjakan oleh para pengusaha batik supaya dapat

bertahan kelangsungan pengelolaannya harus dapat memetik suatu tingkat

keuntungan tertentu. Keuntungan atau pendapatan bersih dari usaha batik

pada dasarnya ditentukan oleh produksi yang dihasilkan (Y), biaya produksi ( C )

dan tingkat harga yang diterima pengusaha ( P ). Atau dapat ditulis dengan dengan

rumus Profit = Total Revenue – Total Costs (Mankiw ,2004). Beberapa

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pencapaian keuntungan antara lain adalah :

1. Modal

Permasalahan sentral dan klasik yang selalu dihadapi oleh

(46)

commit to user

perekonomian. Penggunaan modal besar dalam proses produksi akan dapat

meningkatkan keuntungan yang diterima oleh pengrajin begitupun

sebaliknya bilamana modal yang digunakan kecil maka keuntungan yang

diperolehnyapun kecil. Tanpa adanya modal maka sangat tidak mungkin

suatu proses produksi dapat berjalan (Sukirno, 2005).

2. Tenaga Kerja

Secara individu variable tenaga kerja berpengaruh positif terhadap

output sector industri batik, yaitu apabila tenaga kerja naik maka output

industri batik juga naik. Hal ini disebabkan karena kenaikkan jumlah

tenaga kerja akan menambah jumlah produksi industri batik tersebut

melalui bertambahnya jumlah pekerja yang bekerja di industri tersebut.

3. Bahan Baku

Bahan baku sangat penting dalam suatu proses produksi. Dalam hal

ini bahan baku mempunyai hubungan yang positif dengan output. Apabila

terdapat penambahan bahan baku maka produksi semakin meningkat.

Adapun faktor-faktor / variabel yang diperkirakan berpengaruh terhadap

(47)

Gambar 2.5

Diagram Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Keuntungan Usaha Batik

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan didekati

dengan menggunakan persamaan fungsi keuntungan Cobb Douglass yang

diaplikasikan dalam penelitian ini untuk empat variabel maka persamaan tersebut

dapat dituliskan kembali sebagai berikut:

 

 

F. Hipotesis

Mengacu pada uraian kerangka pemikiran teoritis, dapat diajukan beberapa TENAGA KERJA ( ) 

KEUNTUNGAN  

BAHAN BAKU ( ) 

MODAL ( ) 

(48)

commit to user

1. Diduga besarnya modal berpengaruh positif terhadap keuntungan usaha

2. Diduga tenaga kerja berpengaruh positif terhadap keuntungan

3. Diduga bahan baku berpengaruh positif terhadap keuntungan

4. Diduga faktor modal mempunyai pengaruh dominan terhadap tingkat

(49)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kualitatif kuantitatif.

Penelitian ini dilakukan dengan mengadakan survei dan wawancara di wilayah

yang menjadi potensi pengembangan batik, yaitu di Kampung Batik se Kecamatan

Laweyan Surakarta Propinsi Jawa Tengah. Penelitian ini dilakukan pada tahun

2010.

B. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah seluruh pengusaha batik yang ada di seluruh

kecamatan Laweyan Surakarta. Menurut data dari kecamatan setempat terdapat

125 pengusaha batik di seluruh kecamatan Laweyan.

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Dalam penelitian ini, teknik sampling (teknik pengambilan

sampel) yang digunakan adalah dengan cara acak sederhana (simple random

sampling). Populasi dibawah 100 pengamatan, maka sampel yang baik digunakan

adalah minimal 50% dari seluruh populasi dan jika populasi antara 100-1000,

maka sampel yang baik digunakan adalah minimal 15%. Populasi penelitian ini

(50)

commit to user

diambil adalah 100 pengusaha batik di Kecamatan Laweyan agar penelitian ini

dapat mewakili seluruh populasi.

C. Sumber Data

Sumber data yang digunakan adalah :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari responden yaitu para

pengusaha batik di Kampung Batik se Kecamatan Laweyan Surakarta.

Sumber data ini diperoleh dengan cara :

a. Wawancara adalah pengumpulan data dengan wawancara secara

tatap muka dengan responden, hal ini dilakukan untuk membantu

metode kuisioner. Contoh : dialog antara peneliti dengan responden.

b. Observasi adalah pengumpulan data melalui pengamatan dan

pencatatan secara sistematis pada objek penelitian, hal ini

dilakukan untuk melengkapi data yang kurang lengkap.

Contoh : mengamati kehidupan responden

c. Kuisioner adalah pengumpulan data dengan menggunakan

sejumlah daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada responden

untuk memperoleh data primer. Contoh : daftar pertanyaan untuk

responden.

(51)

Data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi terkait seperti

koperasi pengusaha batik, Kantor Wilayah Departemen Perindustrian dan

Perdagangan Surakarta, Biro Pusat Statistik,dan data lain yang bersumber

dari referensi studi kepustakaan melalui, jurnal, artikel dan bahan lain dari

berbagai situs website yang mendukung.

D. Definisi Operasional Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 5 (lima) macam,

yaitu keuntungan, modal, tenaga kerja dan bahan baku. Variabel-variabel tersebut

kemudian dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu:

Variabel dependen (variabel terikat), yaitu variabel yang dipengaruhi oleh

variabel-variabel bebasnya. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah :

1. Tingkat keuntungan.

Keuntungan adalah laba yang diterima oleh pengrajin batik,

diperoleh dari jumlah produksi dikalikan dengan tingkat harga jual (harga

output) dan dikurangi semua biaya yang dikeluarkan dalam satu bulan

(harga input) dengan satuan (Rp).

Variabel independen (variabel bebas), yaitu variabel yang mempengaruhi

variabel terikat, antara lain :

2. Modal adalah sejumlah dana yang diinvestasikan dalam aktiva tetap yang

diukur dari peralatan-peralatan yang dipakai dalam proses produksi untuk

(52)

commit to user

3. Tenaga Kerja adalah sejumlah orang yang bekerja pada pengusaha untuk

menjalankan sistem dari yang sudah ditentukan oleh pengusaha tempat dia

bekerja.

4. Bahan Baku adalah sejumlah bahan dasar yang dibutuhkan oleh seorang

pengusaha untuk menghasilkan suatu produk tertentu.

E. Metode Analisis Data

1. Analisis Deskriptif

Metode deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki

dengan manggambarkan / melukiskan keadaan obyek penelitian pada saat

penelitian berlangsung, berdasarkan fakta-fakta yang tampak.

Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk melakukan representasi

obyektif mengenai gejala-gejala yang terdapat dalam masalah-masalah penelitian.

Representasi itu dilakukan dengan mendeskripsikan gejala-gejala sebagai data /

fakta sebagaimana adanya. Data atau fakta itu harus bersumber dari gejala-gejala

yang terdapat didalam masalah yang terjadi. Representasi data itu harus diiringi

dengan pengolahan, agar dapat diberikan penafsiran yang kuat dan obyektif .

Secara harfiah menurut Nazir (1998) metode deskriptif adalah metode

penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian sehingga

metode ini tidak hanya mengadakan akumulasi dari data yang tersedia di lapangan.

Namun juga menerangkan hubungan, menguji hipotesis, membuat prediksi serta

(53)

2. Analisis Kuantitatif

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi

linear berganda yang dirumuskan sebagai berikut:

 

Keterangan :

= tingkat keuntungan

0

β

= intersep

1

β = jumlah modal

2

β = besarnya biaya untuk jumlah tenaga kerja

= besarnya biaya bahan baku

= variabel gangguan

1. Analisis Statistik

Setelah diketahui hasil regresi persamaan tersebut, maka dilakukan

pengujian-pengujian meliputi:

a. Uji t

Uji t adalah pengujian koefisien regresi secara individual. Pada

dasarnya uji ini untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh

masing-masing variabel independen dalam mempengaruhi perubahan variabel

dependen, dengan beranggapan variabel independen lain tetap atau

(54)

commit to user i. Ho : β1 = 0

Artinya suatu parameter (β1) sama dengan nol atau variabel

independen tersebut bukan merupakan penjelas yang signifikan

terhadap variabel dependen.

ii. Ha : β1 ≠ 0

Artinya suatu parameter (β1) tidak sama dengan nol variabel

independen tersebut merupakan penjelas yang signifikan

terhadap variabel dependen.

b) Melakukan penghitungan nilai t sebagai berikut:

Nilai t tabel = tα 2;N − K ... (3.10)

Keterangan:

α = derajat signifikansi

N = jumlah sampel (banyaknya observasi)

K = banyaknya parameter

(55)

Gambar 3.1 Daerah Kritis Uji t

d) Kesimpulan

i. Apabila nilai –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima.

Artinya variabel independen tidak berpengaruh terhadap

variabel dependen secara signifikan.

ii. Apabila nilai t hitung > t tabel atau t hitung < - t tabel, maka Ho

ditolak. Artinya variabel independen mampu mempengaruhi

variabel dependen secara signifikan.

b. Uji F

Uji F (Overall Test) dilakukan untuk menunjukan apakah semua

variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai

pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Dengan

derajat keyakinan 95% (α = 5%), derajat kebebasan pembilang

(numerator) adalah k-1 dan penyebut (denumerator) adalah n-k.

Langkah-langkah pengujian adalah sebagai berikut:

a) Menentukan Hipotesis

i. Ho : β1 = β2 = β3 = β4 = 0

(56)

commit to user ii. Ha : β1 ≠β2 ≠β3 ≠β4 ≠ 0

Artinya semua parameter tidak sama dengan nol atau semua

variabel independen tersebut merupakan penjelas yang

signifikan terhadap variabel dependen.

b) Melakukan penghitungan nilai F sebagai berikut:

Nilai F tabel = Fα;K1;NK ... (3.12)

Keterangan:

N = jumlah sampel/data

K = banyaknya parameter

Nilai F hitung =

(

(

)

)

R = koefisien regresi

N = jumlah sampel atau data

K = banyaknya parameter

Ho diterima Ho ditolak 

F (α; K‐1; N‐K

c) Kriteria pengujian

Gambar 3.2 Daerah Kritis Uji F

(57)

i. Apabila nilai F hitung < F tabel, maka Ho diterima. Artinya

variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh

terhadap variabel dependen secara signifikan.

ii. Apabila nilai F hitung > F tabel, maka Ho ditolak. Artinya

variabel independen secara bersama-sama mampu mempengaruhi

variabel dependen secara signifikan.

c. Uji koefisien determinasi (R2)

Uji ini bertujuan mengetahui tingkat ketepatan yang paling baik

dalam analisis regresi, yang ditunjukkan oleh besarnya koefisien determinasi (R2

adjusted) antara nol dan satu. Koefisien determinasi nol berarti variabel

independen sama sekali tidak berpengaruh terhadap variabel dependen bila

mendekati satu variabel independen semakin berpengaruh terhadap variabel

dependen.

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas adalah ada hubungan beberapa

atau semua variabel yang menjelaskan dalam model regresi

tersebut memiliki kesalahan yang standar besar sehingga

koefisien tidak dapat ditaksir dengan kecepatan yang tinggi.

Salah satu cara mendeteksi ada tidaknya

(58)

commit to user

(1) Meregres tiap variabel bebas yang lain. Dari regresi

tersebut diperoleh 2 yang cocok

R

( )

R

12

(2) Menghitung F kritis

F Hitung =

(

(

)

)

Heteroskedasitas terjadi jika gangguan muncul dalam

fungsi regresi yang mempunyai varian yang tidak sama

sehingga penaksir OLS tidak efisien baik dalam sample besar

maupun sample kecil (tetapi masih tetap tidak bias dan

konsisten).

Pengujian heteroskedasitas dilakukan untuk melihat

apakah kesalahan pengganggu mempunyai varian yang sama

atau tidak. Hal tersebut dapat dilambangkan sebagai berikut:

E

( )

U

2

I

=

Q

2

Dimana:

2

Q

= varian dari I:1,2,3...n

c. Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah adanya korelasi antara variabel

(59)

sampel kecil maupun sample besar. Salah satu cara untuk

menguji auto korelasi adalah dengan percobaan d

(Durbin-Watson).

Hipotesisnya, Ho adalah dua ujungnya tidak ada serial

autokorelasi baik positive maupun negative (Gujarati: 1995),

maka:

d < dl : menolak Ho (ada auto korelasi positive)

d < (4-dl) : menolak Ho (ada auto korelasi negative)

dU<d<(4-dU) : menerima Ho (tidak ada autokorelasi)

(60)

commit to user

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian

1. Kondisi Geografis dan Sumber Daya Alam

a. Kondisi Geografis

Kota Surakarta merupakan salah satu kota besar di Jawa Tengah

yang menunjang kota-kota lainnya seperti Semarang dan Yogyakarta.

Kota Surakarta yang juga dikenal dengan sebutan kota Solo merupakan

sebuah dataran rendah yang terletak di cekungan lereng pegunungan

Lawu dan pegunungan Merapi dengan ketinggian sekitar 92 meter di

atas permukaan air laut. Dengan luas sekitar 44 km2, kota Surakarta

secara astronomis terletak di antara 110° 45’15”-110° 45’35” Bujur

Timur dan 70º36’00”- 70° 56’00” Lintang Selatan. Kota Surakarta

dibelah oleh tiga aliran sungai besar yaitu sungai Bengawan Solo, Kali

Jenes dan Kali Pepe. Sungai Bengawan Solo pada zaman dahulu kala

sangat terkenal dengan keelokan panorama serta lalu lintas

perdagangannya. Wilayah Kota Surakarta ini mempunyai suhu udara

rata-rata 26ºC - 28ºC dengan tekanan udara rata-rata 1.010,9 MBS,

kelembaban udara 71 persen, kecepatan angin 4 knot dan arah angin 240

(61)

Wilayah administratif Kota Surakarta terdiri dari lima kecamatan,

yaitu Kecamatan Laweyan, Kecamatan Serengan, Kecamatan Pasar

Kliwon, Kecamatan Jebres, Kecamatan Banjarsari dan terdiri dari 51

kelurahan yang mencakup 592 RW dan 2.644 RT.

Batas administratif Wilayah Kota Surakarta adalah :

a. Sebelah Utara : Kab. Karanganyar dan Kab. Boyolali

b. Sebelah Timur : Kab. Karanganyar dan Kab. Sukoharjo

c. Sebelah Selatan : Kab. Sukoharjo

d. Sebelah Barat : Kab. Sukoharjo dan Kab. Karanganyar.

Letak wilayah Kota Surakarta yang diapit oleh wilayah lain

menjadikan Kota Surakarta merupakan wilayah yang strategis. Selain itu

posisi Kota Surakarta berada dalam jalur strategis di antara Yogyakarta

dan Semarang (Joglo Semar). Hal ini tentu saja menyebabkan sektor

perdagangan terutama sektor informal mudah untuk dikembangkan di

Kota Surakarta, selain sektor pariwisata. Hal ini ditunjukkan dengan

kenyataan bahwa perkembangan perdagangan sektor informal dari tahun

ke tahun semakin meningkat, terutama pedagang kaki lima.

b. Sumber Daya Alam

Pemerintahan Kota Surakarta merupakan urban area, sehingga

potensi sumber daya alam yang terkandung di dalamnya relatif terbatas.

(62)

commit to user

kepentingan penyediaan hasil bumi, Pemerintah Kota Surakarta

mengandalkan dari daerah sekitar, baik produk pertanian tanamna

pangan, perkebunan, perikanan, maupun peternakan.

2. Kondisi Sosial dan Sumber Daya Manusia

Kondisi sosial politik selama tahun 2004 lalu dapat dikatakan

relatif tenang dan stabil. Modal dasar ini nampaknya tidak disia-siakan

oleh para pelaku ekonomi. Pulihnya Pasar Gede juga memberi andil

bergeraknya pembangunan ekonomi di Kota Surakarta. Keadaan di atas

tentu merupakan hasil upaya terpadu baik dari pemerintah maupun

masyarakat. Tahun 2004 mungkin merupakan tahun dengan situasi sosial

politik yang paling kondusif sejak terjadinya krisis multidimensi

beberapa waktu yang lalu. Keadaan ini mendorong para pelaku ekonomi

tumbuh kembali secara sehat.

Jumlah penduduk yang besar di suatu wilayah merupakan unsur

penting bagi pembangunan. Penduduk yang besar jika dibina dan

dikembangkan dengan baik dan terpadu akan menjadi potensi dan

sumber daya manusia yang tangguh dalam mendukung pembangunan.

Jumlah penduduk Kota Surakarta dari tahun ke tahun terus bertambah.

Penduduk merupakan sumber daya manusia yang secara potensial dan

dinamis mampu mengolah sumber daya alam dan sumber daya buatan

yang ada untuk mencapai tingkat produktivitas yang optimal sehingga

akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara luas.

(63)

pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan untuk di Jawa Tengah Kota

Surakarta termasuk dalam kota yang cukup maju dan berkembang

dibandingkan kota-kota lainnya di Jawa Tengah.

Tabel 4.1

Jumlah Penduduk Kota Surakarta menurut Jenis Kelamin Tahun 2000-2008 

Tahun Laki-Laki Perempuan

Jumlah Total

Rasio Jenis Kelamin

2000 238.158 252.056 490.214 94,49

2003 242.591 254.643 497.234 95,27

2004 249.278 261.433 510.711 95,35

2005 250.868 283.672 534.540 88,44

2006 254.259 258.639 512.898 98,31

2007 246.132 269.240 515.372 91,42

2008 247.245 275.690 522.935 89,18

Sumber : BPS (Surakarta dalam Angka Tahun 2008)

Jumlah penduduk Kota Surakarta pada tahun 2008 adalah

522.935 jiwa terdiri dari 247.245 laki-laki dan 275.690 perempuan.

Jumlah penduduk tahun 2008 jika dibandingkan dengan jumlah

penduduk tujuh tahun sebelumnya pada tahun 2000 hasil sensus sebesar

490.214 jiwa, berarti dalam tujuh tahun terakhir kota Surakarta

mengalami kenaikan sebanyak 32.721 jiwa. Meningkatnya jumlah

penduduk disebabkan oleh urbanisasi dan pertumbuhan ekonomi. Hal ini

dikarenakan untuk di Jawa Tengah Kota Surakarta termasuk dalam kota

yang cukup maju dan berkembang dibandingkan kota-kota lainnya di

(64)

commit to user

per tahun (BPS Kota Surakarta). Kepadatan penduduk di Kota Surakarta

pada Tahun 2004 sebesar 11,599 penduduk per tahun per km2 .

Tabel 4.2

Pertumbuhan Penduduk Kota Surakarta Tahun 1980-2008

Sumber : BPS (Surakarta dalam Angka Tahun 2008)

Apabila jumlah penduduk tersebut dibandingkan dengan luas

wilayah yang sebesar 4.403 km2, kepadatan penduduknya adalah sebesar

12.716 jiwa/km2 yang tersebar di 5 (lima) kecamatan, 51 kelurahan yang

mencakup 529 RW dan 2645 RT. Sebagian besar penduduk bekerja di

(65)

Tabel 4.3

Luas Daerah, Pembagian Wilayah Administrasi dan Jumlah Penduduk

Kota Surakarta Tahun 2008

Sumber: BPS (Surakarta dalam angka 2008) No. Kecamatan

3. Aspek Sosial Ekonomi

a. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Komposisi berdasarkan tingkat pendidikan adalah jumlah

penduduk menurut tingkat pendidikan yang telah dan sedang

ditempuh, dalam hal ini pendidikan formal. Berdasarkan data dari

Badan Pusat Statistik Surakarta, komposisi penduduk dapat dilihat

(66)

commit to user

Tabel 4.4

Banyaknya Penduduk Umur 5 Tahun Ke atas Menurut Tingkat Pendidikan

Kota Surakarta tahun 2006 - 2007

No. Tingkat Pendidikan

2006 % 2007 %

Pertumbuhan 2006-2007

(%)

1. Tamat Akademi/ PT 33.103 6,82 33.156 7 0,16

2. Tamat SLTA 95.974 9,78 101.018 21,33 5,26

3. Tamat SLTP 103.569 21,34 103.037 21,76 -0,51

4. Tamat SD 105.816 21,81 99.859 21,08 -5,63

5. Tidak Tamat SD 47.498 9,79 42.924 9,06 -9,63

6. Belum Tamat SD 73.979 15,24 67.858 14,33 -8,27

7. Tidak Sekolah 25.184 5,19 25.658 5,41 1,88

b. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Komposisi menurut mata pencaharian merupakan jumlah

penduduk yang bekerja (usia 10 tahun ke atas) menurut pekerjaan

yang dijalaninya. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik

Surakarta, pada tahun 2006 jenis lapangan pekerjaan yang ditekuni

penduduk Kota Surakarta ada berbagai macam. Pada tabel 4.5 akan

(67)

Tabel 4.5

Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian (Usia 10 Tahun Ke Atas )

Kota Surakarta tahun 2007

No. Mata Pencaharian

2006 % 2007 %

Sumber : BPS (Surakarta dalam Angka Tahun 2008)

4. Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB)

PDRB merupakan salah satu indikator perkembangan

perekonomian suatu daerah. Perhitungan PDRB yang dilakukan

dengan harga konstan berarti dalam perhitungan telah dihilangkan

pengaruh – pengaruh terhadap merosotnya nilai mata uang.

Perhitungan PDRB Kota Surakarta Tahun 2006 – 2007 berdasarkan

(68)

commit to user

Tabel 4.6

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha

Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kota Surakarta

Tahun 2008 – 2009 (Jutaan Rupiah)

No Lapangan Usaha 2008 % 2009 %

Pertumbuhan 2008-2009 (%)

1. Pertanian 2.866,18 0,07 2.900,41 0,07 -

2. Penggalian 1.905,23 0,04 1.862,50 0,04 -

3. Industri Pengolahan 1.200.606,83 27,88 1.235.952,77 27,97 0,09 4. Listrik, Gas, dan Air

Bersih

103.020,58 2,26 111.391,58 2,57 0,31

5. Bangunan 583.069,88 11,86 625.624,26 12,29 0,43

6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran

1.211.208,49 26,04 1.288.066,92 26,17 0,13

7. Angkutan dan

Komunikasi

449.973,94 9,95 484.827,89 9,96 0,01

8. Keuangan, Sewa, dan Jasa Perusahaan

449.992,44 9,88 481.987,12 9,96 0,08

9. Jasa-jasa 546.699,38 12,03 585.264,16 12,07 0,04

PDRB 4.549.342,95 100 4.817.877,63 100

Sumber : BPS ( Surakarta Dalam Angka 2008)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 2008 – 2009

sektor industri pengolahan memberikan kontribusi paling besar kedua

setelah perdagangan, hotel dan restoran pada PDRB Kota Surakarta. Dan

yang memberikan kontribusi paling kecil adalah sektor penggalian.

Kecamatan Lawiyan atau Laweyan merupakan daerah yang menjadi

fokus utama dalam penelitian ini. Kecamatan ini terletak di barat kota

Surakarta yang memiliki sebelas kelurahan, yaitu kelurahan Bumi, Jajar,

Karangasem, Laweyan, Kerten, Panularan, Pajang, Purwosari, Penumping,

Gambar

Gambar 2.5
Gambar 3.1 Daerah Kritis Uji t
Gambar 3.2 Daerah Kritis Uji F
  Tabel 4.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitianinimemilikitujuanyaitu menganalisis pengaruh stres kerja terhadap kinerja karyawan Perusahaan Batik Mahkota, Batik Merak Manis, Batik Putra Laweyan

HUBUNGAN SIKAP KERJA STATIS TERHADAP NYERI BAHU PADA PEKERJA MEMBATIK TULIS DI KAMPUNG BATIK..

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini antara lain : pemerintah daerah diharapkan menjaga stabilitas ekonomi, politik dan keamanan

Rencana analisis dari penelitian ini adalah pengaruh modal sosial terhadap eksistensi pola hubungan antara juragan dan buruh Kampoeng Batik Laweyan, namun

Sedangkan riwayat atopik dengan tingkat keparahan Dermatitis Kontak Akibat Kerja (DKAK) pada pekerja batik di Laweyan, Surakarta tidak memiliki hubungan yang bermakna.. Kata

PENGARUH MODAL, JUMLAH TENAGA KERJA, DAN ALOKASI WAKTU TERHADAP PENDAPATAN PENGUSAHA KERUPUK SANJAI DI

PENGARUH MODAL KERJA DAN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHADAP PENDAPATAN PENGUSAHA KERUPUK ACI. DI KOTA

Pengaruh Masa Kerja dan Intensitas Penerangan terhadap Kelelahan Mata Pada Pekerja Batik Tulis Laweyan Surakarta, Diploma 4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja