• Tidak ada hasil yang ditemukan

E. Analisis data

4. Analisis daya dukung

Ikan, udang, kepiting, moluska

3 moluska Ikan, 2 Salah satu biota air 1

Sumber : Yulianda (2007) Keterangan:

Nilai maksimum = 76

S1 = Sangat sesuai, dengan nilai 80%-100% S2 = Sesuai, dengan nilai 60%-<80%

S3 = Sesuai bersyarat, dengan nilai 35%-<60% N = Tidak sesuai, dengan nilai <35%

4. Analisis daya dukung

Analisa daya dukung ditujukan pada pengembangan wisata bahari dengan memanfaatkan potensi sumberdaya pesisir, pantai dan pulau-pulau kecil secara lestari. Mengingat pengembangan wisata bahari yang mudah rusak, ruang untuk pengunjung sangat terbatas dan tidak bersifat mass tourism, maka perlu penentuan Daya Dukung Kawasan. Metode yang diperkenalkan untuk menghitung daya

20

dukung pengembangan ekowisata alam adalah dengan menggunakan konsep Daya Dukung Kawasan (DDK). DDK adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Perhitungan DDK dalam bentuk rumus adalah sebagai berikut (Yulianda, 2007):

Wp Wt Lt Lp DDK =Κ× × Keterangan:

DDK = Daya Dukung Kawasan.

K = Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area. Lp = Luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan. Lt = Unit area untuk kategori tertentu.

Wt = Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari.

Wp = Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu.

Menurut Yulianda (2007) Daya Dukung Kawasan disesuaikan karakteristik sumberdaya dan peruntukan. Misalnya, daya dukung wisata selam ditentukan sebaran dan kondisi terumbu karang, daya dukung wisata pantai ditentukan panjang/luas dan kondisi pantai. Kebutuhan manusia akan ruang diasumsikan dengan keperluan ruang horizontal untuk dapat bergerak bebas dan tidak merasa terganggu oleh pengunjung lainnya (Tabel 6).

Tabel 6. Potensi ekologis pengunjung (K) dan luas area kegiatan (Lt) Jenis

Kegiatan (Σ Pengunjung) K Unit Area (Lt) Keterangan

Selam 2 1000 m2 Setiap 2 orang dalam 100 m x 10 m Snorkling 1 250 m2 Setiap 1 orang dalam 50 m x 5 m Wisata

Lamun 1 250 m2 Setiap 1 orang dalam 50 m x 5 m Wisata

Mangrove 1 50 m Dihitung panjang track, setiap orang sepanjang 50 m Rekreasi

Pantai 1 50 m

1 orang setiap 50 m panjang pantai Wisata

Olahraga 1 50 m

1 orang setiap 50 m panjang pantai Sumber : Yulianda (2007)

Menurut Yulianda (2007) waktu kegiatan pengunjung (Wp) dihitung berdasarkan lamanya waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk melakukan kegiatan wisata. Waktu pengunjung diperhitungkan dengan waktu yang disediakan untuk kawasan (Wt). Waktu kawasan adalah lama waktu areal dibuka dalam satu hari dan rata-rata waktu kerja sekitar 8 jam (Tabel 7).

Tabel 7. Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata No. Kegiatan Waktu yang dibutuhkan (Wp) (jam) Total waktu 1 hari (Wt) (jam) 1. Selam 2 8 2. Snorkling 3 6 3. Berenang 2 4 4. Berperahu 1 8 5. Berjemur 2 4 6. Rekreasi Pantai 3 6 7. Olahraga Air 2 4 8. Memancing 3 6 9. Wisata mangrove 2 8

10. Wisata lamun dan ekosistem lainnya 2 4

11. Wisata satwa 2 4

Sumber : Yulianda (2007)

Pengusahaan kegiatan wisata dalam kawasan konservasi diatur oleh PP No. 18/1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional dan Taman Wisata Alam, maka areal yang diizinkan untuk dikembangkan adalah 10% dari luas zona pemanfaatan. Dengan demikian daya dukung kawasan dalam kawasan konservasi perlu dibatasi dengan Daya Dukung Pemanfaatan (DDP) dengan rumus (Yulianda, 2007):

DDP = 0,1 x DDK Keterangan:

DDP = Daya Dukung Pemanfaatan. DDK = Daya Dukung Kawasan. 5. Analisis SWOT

Analisis yang dipergunakan untuk menentukan prioritas strategi alternatif pengembangan yang paling tepat dilaksanakan dengan pertimbangan faktor internal dan eksternal adalah analisis SWOT (strength, weakness, opportunity,

22

threat). Kekuatan dan kelemahan merupakan faktor internal, sedangkan faktor

eksternal meliputi peluang dan ancaman. Keterkaitan antara faktor internal dan faktor eksternal tersebut digambarkan dalam matriks SWOT. Alternatif strategi yang diperoleh adalah SO, ST, WO, dan WT.

Matriks SWOT adalah alat yang dapat menggambarkan bagaimana kekuatan dan kelemahan yang merupakan faktor internal dipadukan dengan peluang dan ancaman yang merupakan faktor eksternal untuk menghasilkan empat golongan alternatif strategi yang dapat diterapkan bagi kelangsungan suatu kegiatan. Golongan strategi alternatif tersebut adalah sebagai berikut:

a. S-O (strength-opportunity), yaitu menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengambil peluang yang ada.

b. S-T (strength-threat), yaitu menggunakan peluang yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang dihadapi.

c. W-O (weakness-opportunity), yaitu berusaha mendapatkan keuntungan dari peluang yang ada dengan mengatasi kelemahan.

d. W-T (weakness-threat), yaitu berusaha meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman yang ada.

Strategi yang efektif adalah memaksimalkan kekuatan dan kesempatan yang dimiliki serta meminimalkan kelemahan dan ancaman yang dihadapi. Dalam memilih alternatif strategi yang terbaik untuk diterapkan, maka setiap alternatif strategi yang ada diberi nilai sesuai dengan tingkat kepentingannya, kemudian diberi rangking yang dilakukan secara subjektif. Pemberian nilai dilakukan kepada setiap unsur SWOT dengan nilai sebagai berikut (Rangkuti, 2003):

4 = sangat penting 3 = penting 2 = cukup penting 1 = kurang penting

Kerangka kerja dengan menggunakan pendekatan analisa SWOT adalah sebagai berikut:

a. Pembuatan matriks IFE (Internal Factor Evaluation)

Dalam membuat matriks IFE yang pertama dilakukan adalah membuat daftar critical success factors (faktor-faktor utama yang mempunyai dampak

penting pada kesuksesan/kegagalan usaha) yang menjadi kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness). Kemudian menenentukan bobot dari critical success

factors sesuai dengan tingkat kepentingannya. Jumlah seluruh bobot harus sebesar

1,0. setelah itu memberikan rating untuk masing-masing faktor berdasarkan pengaruh/respon faktor-faktor tersebut terhadap pengelolaan ekosistem di Pulau Harapan dan Pulau Panggang (nilai : 4 = sangat penting, 3 = penting, 2 = cukup penting, 1 = kurang penting). Kemudian mengalikan antara bobot dengan nilai peringkat dari masing-masing faktor untuk menentukan nilai skornya lalu menjumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total.

b. Pembuatan matriks EFE (External Factor Evaluation)

Dalam membuat matriks EFE yang pertama dilakukan adalah membuat daftar critical success factors (faktor-faktor utama yang mempunyai dampak penting pada kesuksesan/kegagalan usaha) yang menjadi peluang (opportunities) dan ancaman (threats). Kemudian menenentukan bobot dari critical success

factors sesuai dengan tingkat kepentingannya. Jumlah seluruh bobot harus sebesar

1,0. setelah itu memberikan rating untuk masing-masing faktor berdasarkan pengaruh/respon faktor-faktor tersebut terhadap pengelolaan ekosistem di Pulau Harapan dan Pulau Panggang (nilai : 4 = sangat penting, 3 = penting, 2 = cukup penting, 1 = kurang penting). Kemudian mengalikan antara bobot dengan nilai peringkat dari masing-masing faktor untuk menentukan nilai skornya lalu menjumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total.

Bobot yang diberikan pada tiap faktor disesuaikan dengan skala kepentingannya terhadap pengelolaan ekosistem lamun dan mangrove untuk pengembangan kawasan ekowisata di Pulau Harapan dan Pulau Panggang. Skala yang digunakan untuk mengisi kolom dalam menentukan bobot setiap faktor adalah:

1. Bobot 1, jika indikator faktor horizontal kurang penting dibandingkan indikator faktor vertikal.

2. Bobot 2, jika indikator faktor horizontal sama penting dengan indikator faktor vertikal.

24

3. Bobot 3, jika indikator faktor horizontal lebih penting dibandingkan indikator faktor vertikal.

4. Bobot 4, jika indikator faktor horizontal sangat penting dibandingkan indikator faktor vertikal.

c. Pembuatan matriks SWOT

Setelah selesai menyusun matriks IFE dan EFE, langkah selanjutnya adalah membuat matriks SWOT, dimana setiap unsur SWOT yang ada dihubungkan untuk memperoleh alternatif strategi (Tabel 8).

Tabel 8. Matriks SWOT IFE EFE S S1 S2 dst W W1 W2 Dst O O1 O2 Dst Strategi S-O (Strategi menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang) Strategi W-O (Strategi meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang) T T1 T2 Dst Strategi S-T (Strategi menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman) Strategi W-T (Strategi meminimalkan kelemahan untuk menghindari ancaman)

d. Pembuatan tabel ranking alternatif strategi

Penentuan prioritas dari strategi yang dihasilkan dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor yang saling terkait. Jumlah dari skor pembobotan menentukan ranking prioritas strategi dalam pengelolaan ekosistem untuk pengembangan kawasan ekowisata di Pulau Harapan dan Pulau Panggang. Jumlah skor diperoleh dari penjumlahan semua skor di setiap faktor-faktor strategis yang terkait. Ranking akan ditentukan berdasarkan urutan jumlah skor terbesar sampai yang terkecil dari semua strategi yang ada.

Dokumen terkait