• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.2.8. Metode Analisis

2.2.8.1. Analisis Economic Order Quantity (EOQ)

Manajemen persediaan merupakan hal yang mendasar dalam penetapan keunggulan kompetitif jangka panjang. Mutu, rekayasa, produk, harga, lembur, kapasitas berlebih, kemampuan merespon pelanggan akibat kinerja kurang baik, waktu tenggang (lead time) dan profitabilitas keseluruhan adalah hal-hal yang dipengaruhi oleh tingkat persediaan. Perusahaan dengan tingkat persediaan yang lebih tinggi daripada pesaing cenderung berada dalam posisi kompetitif yang lemah. Kebijaksanaan manajemen persediaan telah menjadi sebuah senjata untuk memenangkan kompetitif.

Tujuan manajemen persediaan adalah meminimumkan biaya, oleh karena itu perusahaan perlu mengadakan analisis untuk menentukan tingkat persediaan yang dapat meminimumkan biaya atau paling ekonomis.

Menurut Assauri (1998) tujuan pengendalian persediaan dapat diartikan sebagai usaha untuk :

a. Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga menyebabkan proses produksi terhenti

b. Menjaga agar penentuan persediaan oleh perusahaan tidak terlallu besar sehingga biaya yang berkaitan dengan persediaan dapat ditekan

c. Menjaga agar pembelian bahan secara kecil kecilan dapat dihindari Menurut Ahyari (2003), biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan sehubungan dengan penyelenggaraan persediaan didalam suatu perusahaan terdiri dari tiga macam, yaitu biaya pemesanan, biaya penyimpanan, dan biaya tetap persediaan.

a. Biaya Pemesanan

Biaya pemesanan merupakan biaya-biaya yang terkait langsung dengan kegiatan pemesanan yang dilakukan oleh perusahaan. Hal yang diperhitungkan di dalam biaya pemesanan adalah berapa kali pemesanan dilakukan, dan berapa jumlah unit yang dipesan pada setiap kali pemesanan. Beberapa contoh dari biaya pemesanan antara lain :

1) Biaya persiapan pembelian 2) Biaya pembuatan faktur

3) Biaya ekspedisi dan administrasi

5) Biaya-biaya pemesanan lain yang terkait dengan frekuensi pembelian. Biaya pemesanan ini sering kali disebut sebagai biaya persiapan pembelian, set up cost, procurement cost. Pada prinsipnya biaya pemesanan ini akan diperhitungkan atas dasar frekuensi pembelian yang dilaksanakan dalam perusahaan.

b. Biaya Penyimpanan

Biaya penyimpanan merupakan biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan sehubungan dengan adanya bahan baku yang disimpan didalam perusahaan. Beberapa contoh dari biaya penyimpanan antara lain :

1) Biaya simpan bahan 2) Biaya asuransi bahan

3) Biaya kerusakan bahan dalam penyimpanan 4) Biaya pemeliharaan bahan

5) Biaya pengepakan kembali

6) Biaya modal untuk investasi bahan 7) Biaya kerugian penyimpanan

8) Biaya sewa gudang persatuan unit bahan 9) Resiko tidak terpakainya bahan karena usang

10) Biaya-biaya lain yang terikat dengan jumlah bahan yang disimpan dalam perusahaan yang bersangkutan.

Biaya penyimpanan semacam ini sering disebut sebagai carrying cost atau holding cost.

c. Biaya Tetap Persediaan

Biaya tetap prsediaan adalah seluruh biaya yang timbul karena adanya persediaan bahan didalam perusahaan yang tidak terkait baik dengan frekuensi pembelian maupun jumlah unit yang disimpan didalam perusahaan tersebut. Beberapa contoh dari biaya tetap persediaan antara lain :

1) Biaya sewa gudang per bulan 2) Gaji penjaga gudang per bulan 3) Biaya bongkar bahan per unit

4) Biaya-biaya persediaan lainnya yang tidak terkait dengan fekuensi dan jumlah unit yang disimpan.

Salah satu metode manajemen persediaan yang paling terkenal adalah metode Economi Order Quantity atau biasa disebut dengan EOQ. Metode Q dengan model Economi Order Quantity (EOQ) sederhana ini diperkenalkan pertama kali oleh ford harris dari westinghouse pada tahun 1915. Metode ini dapat digunakan baik untuk barang yang dibeli maupun untuk barang yang diproduksi sendiri.

Model EOQ biasa digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan yang meminimumkan biaya langsung penyimpanan persediaan dan biaya kebalikannya (inverse cost) pemesanan persediaan.

Berbagai faktor yang mempengaruhi tingkat persediaan barang sebagaimana yang telah dibahas, menyebabkan perhitungan untuk menentukan besarnya persediaan barang yang optimal guna memperoleh tingkat keuntungan maksimal menjadi kompleks. Untuk menyederhanakan perhitungan persediaan atau pesanan barang yang optimal, dalam model Analisis Economic Order Quantity (EOQ) diperlukan asumsi. Asumsi dari Model EOQ ini adalah :

a. Biaya yang relevan untuk perhitunngan adalah biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan barang (carrying cost) dan biaya yang dikeluarkan guna memesan barang dari pemasok umtuk mengganti barang yang telah terjual (ordering cost). Semua biaya tersebut diketahui dan bersifat pasti.

b. Untuk sementara penundaan pesanan dari pembeli (back logging) dan biaya yang timbul akibat kehabisan barang pada saat diperlukan (stock out) tidak diperbolehkan

c. Permintaan barang dapat diketahui dan dengan tingkat pemakaian atau penngeluaran yang tepat.

d. Semua item yang dipesan diterima seketika, tidak bertahap. e. Jarak waktu sejak pesan sampai pesanan datang (lead time) pasti. f. Tidak ada diskon dalam tingkat kuantitas pesanan.

Dengan keempat asumsi ini, maka masalah biaya atas persediaan barang akan ditentukan oleh berapa banyak barang yang dipesan, biaya pesanan dan biaya pemeliharaan serta penyimpanannya. Banyaknya barang yang dipesan antara satu pesanan dengnan pesanan yang lain tidak akan sama dan ditentukan oleh model. Meskipun terdapat berbagai macam asumsi yang harus dipenuhi dalam model EOQ, bagaimanapun juga EOQ adalah model manajemen persediaan yang dapat meminimumkan total biaya. Adapun model EOQ sederhana yang digunakan adalah :

Dimana :

EOQ= Q= Jumlah Pesanan Ekonomis

Co= Biaya pesanan untuk setiap kalli pesan buah D= Permintaan konsumen

Cc= Biaya penyimpanan dan pemeliharaan

Tujuan model persediaan ini adalah untuk menentukan jumlah setiap kali persamaan (Q) sehingga total biaya persediaan EOQ dapat diminimumkan.

Untuk mengetahui waktu yang tepat untuk melakukan pemesanan persediaan dapat dilihat pada gambar grafik berikut ini :

Level inventory

Time

Sejumlah Q unit barang dipesan secara periodik. Order point merupakan saat siklus persediaan yang mempunyai periode waktu selama t. Slope dapat dipakai sebagai penunjuk jumlah persediaan dari waktu ke waktu dengan melihat garis-garis lurus, dengan diasumsikan barang yang dipesan segera dapat dipenuhi.

Gambar tersebut menggambarkan argumen pendekatan EOQ. Pada awal periode, persediaan sebesar Q datang. Kemudian persediaan tersebut terjual dengan tingkat penjualan yang konstan untuk setiap periodenya (misal, setiap hari). Tingkat penjualan tsb merupakan slope dari garis miring dalam bagan tersebut. Pada saat ini persediaan baru sebesar Q datang kembali ke perusahaan. Q/2 merupakan rata-rata persediaan.

Optimal order  Quantity (Q*)  Reorder point  (ROP)  Lead time Average  Inventory  (Q*/2) 

    TC CC

OC

Biaya

Jumlah Pesanan Jumlah pesanan Optimal (Q*)

Gambar 2. Model EOQ Untuk Mengetahui Ukuran Pesanan (Total Biaya Persediaan).

Gambar diatas secara matematis dapat dijelaskan sebagai berikut :

Total Biaya (Total cost) = Biaya Pemeliharaan (Carrying cost) + Biya pesanan (Order Cost).

TC = (Q/2) Cc + (D/Q) Co Dimana :

TC = total biaya

Q = kuantitas persediaan yang dipesan untuk setiap kali pesan (kg) Q/2 = persediaan rata-rata

Cc = biaya simpan untuk pemeliharaan barang (Rp) D = jumlah permintaan barang (kg)

CO = biaya pesanan untuk setiap kali pesan barang (Rp)

Persamaan Tc secara matematis disebut fungsi tujuan. Besarnya tergantung besarnya order Quantity atau Q yang dipilih. Tc merupakan hasil penjumlahan kedua komponen Co (biaya pesanan) dan Cc (biaya penyimpanan)

tersebut, tinggi (jarak) kurva Tc pada setiap titik Q merupakan hasil penjumlahan jarak (tinggi) kedua komponen tersebut secara tegak (Handoko, 1997).

Dokumen terkait