Mutu Buah Lokal di Sinar Supermarket “Surabaya” (Studi Kasus di PT. Sinar Supermarket), Dosen Pembimbing Utama : Dr. Ir. H. Syarif Imam Hidayat, MM, Dosen Pembimbing Pendamping : Ir. A. Rachman Waliulu, MS.
Bisnis buah-buahan merupakan salah satu bisnis yang sangat prospektif dan sangat menjanjikan baik untuk saat ini maupun untuk masa yang akan datang. Bisnis ini dianggap sangat menguntungkan karena adanya pola perubahan konsumsi konsumen yang beralih pada konsumsi buah-buahan yang alami dan bermutu tinggi demi terpenuhinya kebutuhan konsumen meskipun harus membayar dengan harga yang relatif tinggi. Peningkatan permintaan buah-buahan terutama buah lokal terjadi seiring dengan peningkatan kesejahteraan dan pertumbuhan populasi penduduk. Selain itu, terjadinya pergeseran preferensi konsumen yang semakin menghindari bahan pangan berkolesterol tinggi, disamping adanya perubahan pandangan masyarakat yang mulai beralih kepada konsumsi buah lokal dibandingkan dengan buah impor yang seringkali ditemukan mengandung bahan-bahan yang membahayakan bagi konsumen. Untuk memenuhi permintaan konsumen akan buah lokal yang baik dan bermutu tinggi, maka salah satu aspek penting yang menjadi perhatian lebih perusahaan ritel yaitu mengenai ketersediaan produk atau barang yang diperdagangkan secara tepat waktu, dalam artian bahwa barang yang diperdagangkan tersebut dapat memenuhi kebutuhan konsumen tepat pada saat dibutuhkan dengan harapan tidak merugikan perusahaan tersebut nantinya diakibatkan adanya perhatian pada investasi penyediaan produk yang berlebihan tanpa memandang segi keekonomisan bagi perusahaan ritel buah, apalagi mengingat dari segi ketahanan/kesegaran produk-produk pertanian yang sangat tidak mungkin untuk dipertahankan dalam jangka waktu yang lama. Ketersedian buah yang bermutu tinggi dengan adanya pengklasifikasian/penggolongan mutu buah sesuai dengan sasaran penjualan yang dituju yang akan sangat berguna bagi konsumen, dengan memudahkan konsumen untuk memilih jenis produk sesuai dengan grade yang diinginkan. Dilatar belakangi masalah tersebut diatas maka dalam penelitian ini dapat dirumuskn hasil penelitian sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil yang diperoleh didapatkan bahwa perencanaan persediaan yang ekonomis dengan Economic Order Quantity (EOQ) dapat memberikan hasil yang maksimal terhadap keuntungan penjualan buah di supermarket jika dibandingkan dengan persediaan tanpa EOQ, ini dibuktikan dengan adanya biaya persediaan minimal yang didapatkan, sehingga ini menunjukkan bahwa total biaya EOQ dapat digunakan untuk lebih memaksimalkan keuntungan sinar supermarket
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanaman buah-buahan merupakan salah satu komoditi pertanian yaitu suatu jenis tanaman yang menghasilkan buah yang dapat dimakan mentah ataupun masak dipohon. Untuk menghasilkan buah-buahan yang baik dalam segi kualitas dan kuantitasnya, hal ini sangat tergantung pada pemeliharaan bibit tanamannya.
Konsumsi buah-buahan mengalami peningkatan, baik itu buah-buahan impor maupun buah lokal seiring dengan peningkatan kesejahteraan dan pertumbuhan populasi penduduk. Selain itu dengan adanya trend gaya hidup sehat yang mempromosikan konsumsi buah dan sayur secara teratur guna mengurangi resiko obesitas; produk alami; rendah kalori.
Berbagai penelitian komsumsi pangan secara umum mengungkapkan bahwa konsunsi sayuran dan buah perkapita memiliki elastisitas pendapatan lebih besar dibadingkan konsumsi bahan pangan karohidrat dan nilai elastisitas tersebut semakin besar pada rumah tangga dengan tingkat pendapatan semakin tinggi. Artinya, pembangunan ekonomi yang membawa kepada peningkatan pendapatan rumah tangga akan menyebabkan peningkatan konsumsi perkapita yang lebih tinggi pada komoditas sayuran dan buah dibandingkan bahan pangan karbohidrat. Peningkatan konsumsi perkapita tersebut diperkirakan lebih cepat didaerah kota daripada daerah pedesaan karena elastisitas pendapatan konsumsi sayur dan buah cenderung lebih tinggi di daerah kota. Kecenderungan demikian dapat terjadi karena pendapatan penduduk kota lebih besar daripada penduduk desa dan
perubahan pola konsumsi yang terkait dengan dinamika sosial seperti pemahaman tentang gizi makanan secara umum lebih baik di daerah kota.
Di pasar dunia perdagangan bahan pangan juga semakin bergeser pada produk hortikultura akibat terjadinya pergeseran preferensi konsumen yang semakin menghindari bahan pangan berkolesterol tinggi. Dengan adanya kecenderungan tersebut diatas, mengindikasikan bahwa pasar produk hortikulura akan semakin besar dimasa yang akan datang, baik dipasar domestik maupun dipasar dunia.
Berdasarkan kenyataan tersebut, tidak mengherankan apabila bisnis buah-buahan merupakan salah satu bisnis yang sangat menggiurkan dan sangat menjanjikan baik untuk saat ini maupun untuk masa yang akan datang. Bisnis buah-buahan dianggap sangat menguntungkan karena adanya pola perubahan konsumsi konsumen yang beralih pada konsumsi buah-buahan yang alami dan bermutu tinggi demi tercapainya kepuasan konsumen meskipun harus membayar dengan harga yang tinggi.
dibutuhkan. Dalam hal ini diperlukan pengendalian persediaan barang agar didapat keseimbangan atau tercapai tingkat persediaan yang pas yaitu tingkat persediaan yang tidak mengalami kekurangan (under stock) ataupun kelebihan (over stock) .
yang busuk sebelum dilakukan penjualan akibat dari penyimpanan buah yang berlebihan maupun kekurangan stock dikarenakan kesulitan pengadaan buah tersebut akibat keterlambatan pengiriman stock maupun diluar musim.
Pengendalian persediaan merupakan fungsi menajerial yang sangat penting bagi perusahaan, karena persediaan fisik pada perusahaan akan melibatkan investasi yang sangat besar pada pos aktiva lancar. Pelaksanaan fungsi ini akan berhubungan dengan seluruh bagian yang bertujuan agar usaha penjualan dapat intensif serta produksi dan penggunaan sumber daya dapat maksimal.
Istilah pengendalian merupakan penggabungan dari dua pengertian yang sangat erat hubungannya tetapi dari masing-masing pengertian tersebut dapat diartikan sendiri sendiri yaitu perencanaan dan pengawasan. Dua pengertian tersebut saling melengkapi satu sama lain. Pengawasan tanpa adanya perencanaan terlebih dahulu tidak ada artinya, demikian pula perencanaan tidak menghasilkan sesuatu tanpa adanya pengawasan.
Perencanaan kebutuhan bahan adalah suatu sistem perencanaan yang pertama tama berfokus pada jumlah dan saat barang jadi yang diminta dan kemudian menentukan permintaan turunan untuk bahan baku, komponen dan sub perakitan pada setiap tahapan produksi terdahulu (Horngren, 1992). Sedangkan menurut widjaja (1996), perencanaan adalah proses untuk memutuskan tindakan apa yang akan diambil dimasa yang akan datang.
mendukung sahnya suatu transaksi yang berhubungan dengan bahan, pengawasan bahan meliputi pengawasan fisik dan pengawasan nilai atau rupiah bahan (supriyono, 1999).
Kegiatan pengawasan persediaan tidak terbatas pada penentuan atas tingkat dan komposisi persediaan, tetapi juga termasuk pengaturan dan pengawasan atau pelaksanaan pengadaan bahan-bahan yang diperlukan sesuai dengan jumlah dan waktu yang dibutuhkan serta dengan biaya yang serendah rendahnya.
mempengaruhi penjualan buah dan keuntungan pengusaha (Sjarifudin,1993). Selain itu, apabila terjadi kekurangan persediaan, maka hal ini akan berdampak pada kemungkinan kehilangan potensi penjualan dan potensi keuntungan. Dan apabila hal tersebut terus-menerus terjadi dalam jangka waktu yang panjang, maka akan memperkecil keuntungan perusahaan ritel tersebut.
Penetapan standart mutu ptoduk-produk pertanian yang ditawarkan maupun pelayanan juga menjadi salah satu aspek penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan ritel. Dengan produk yang berkualitas, harga yang murah serta pelayanan yang memuaskan konsumen merupakan senjata yang ampuh bagi perusahaan untuk membuat pelanggannya kembali lagi untuk berbelanja.
Mengingat betapa pentingnya memperhatikan aspek kualitas produk-produk pertanian, hendaknya suatu perusahaan menetapkan rencana-rencana dengan menerapkan proses-proses pengukuran, pemantauan dan analisis secara berkelanjutan agar terjaminnya kesesuaaian dari produk-produk yang dihasilkan dengan spesifikasi kebutuhan dan ekspektasi pelanggan (orientasi pasar). Setelah dilakukan pengendalian pada produk-produk, yaitu penetapan spesifikasi produk yang disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan, maka selanjutnya harus memperhatikan proses pembuatan produk tersebut untuk mencegah proses dimasa mendatang menghasilkan produk yang tidak konsisten, oleh karena itu diperlukan tindakan-tindakn korektif pada proses sehingga suatu proses berada dibawah pengendalian berdasarkan karakteristik kualitas yang telah ditetapkan.
perusahaan ritel lokal harus bersaing dengan perusahaan ritel lokal lainnya maupun perusahaan ritel asing raksasa yang sudah menjamur diseluruh indonesia. Hal ini dibuktikan dengan masih bertahannya sinar supermarket sampai saat ini, seiring dengan semakin ketatnya persaingan antar ritel. Sinar supermarket berdiri pada tahun 1945 yang pada waktu dulu bernama “Toko Sin “ yang berlokasi didaerah surabaya selatan. Toko sin merupakan salah satu toko dengan menggunakan sistem swalayan pertama di surabaya. Sekitar tahun 1970-an nama toko sin kemudian berubah menjadi sinar supermarket dikarenakan peraturan dari pemerintah yang mewajibkan usaha-usaha yang berdiri di indonesia menggunakan ejaan bahasa indonesia. Saat ini sinar supermarket hanya fokus pada tiga unit besar yaitu : jemur, bintoro, Darmo satelit dan tiga unit kecil yaitu : Darmo park, Tanjung perak, dan Jagir. Sebenarnya sinar supermarket juga membuka cabang diluar kota diantaranya adalah diwilayah gresik, sepanjang, Malang, Pasuruan, Probolinggo dan Jember. Namun karena adanya krisis moneter pada tahun 1997, akhirnya cabang sinar diluar kota ditutup karena kesulitan ekonomi dan tidak mempunyai tempat sendiri karena harus menyewa dari pihak lain.
menghasilkan keuntungan yang maksimal, sesuai dengan misi dan visi sinar supermarket yaitu menjadi supermarket terbaik di indonesia, serta go internasioanal.
Melihat kondisi dari fakta yang ada khususnya mengenai kinerja dan eksistensi dari sinar supermarket, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Perencanaan Persediaan dan Pengendalian Mutu Buah Lokal Di Sinar Supermarket”. Dengan harapan, ingin mengkaji lebih dalam apa yang telah dilakukan oleh sinar supermarket didalam melakukan pengendalian tingkat persediaan buahnya, yang apakah selama ini telah tercapai tingkat persediaan yang ekonomis dalam rangka untuk memperoleh tingkat keuntungan maksimal yang dapat dihasilkan dari persediaan yang optimal tersebut. Disamping itu, peneliti juga ingin mengetahui pengendalian mutu yang telah dilakukan oleh sinar supermarket melihat kondisi adanya persaingan ritel yang semakin kompetitif. 1.2. Permasalahan
pengendalian mutu yang memadai, mengingat adanya persaingan antar ritel dan tuntutan dari konsumen umtuk mendapatkan produk yang terbaik.
Apabila kondisi-kondisi diatas tidak berjalan dengan sebagaimana mestinya, hal ini akan sangat berpengaruh terhadap tingkat keuntungan perusahaan, yang apabila terjadi dalam jangka waktu yang lama serta tidak ada penanganan yang memadai dan secepatnya untuk menyelesaikan permasalahan diatas. Berdasarkan pernyataan diatas, maka beberapa permasalahan yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Seberapa besar buah yang harus disediakan oleh sinar supermarket agar tercapai persediaan yang ekonomis?
2. Seberapa besar keuntungan yang diperoleh dari persediaan dilihat dari selisih total biaya persediaan?
3. Bagaimana proses pengendalian mutu buah yang telah dilakukan sinar supermarket demi terpenuhinya kepuasan dan tuntutan konsumen akan produk yang terbaik ?
1.3. Tujuan dan Kegunaan 1.3.1. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui mekanisme persediaan dan menganalisis tingkat persediaan buah yang ekonomis
2. Untuk mengkaji penghematan yang dihasilkan dari persediaan yang ekonomis berdasarkan total biaya persediaan yang dihasilkan
pengendalian mutu buah berdasarkan pengendalian proses secara statistik (PPS).
1.3.2. Kegunaan Penelitian
1 Memberikan sumbangan pikiran bagi instansi yang terkait khususnya manajemen sinar supermarket didalam merencanakan tingkat persediaan buah yang ekonomis serta memberikan kepastian bahwa peoses pengendalian mutu yang telah dilakukan telah sesuai dengan standart atau belum.
2. Sebagai informasi untuk bahan penelitian lanjutan menyangkut masalah persediaan dan pengendalian mutu buah di supermarket.
2.1. Batasan Masalah
1 Penelitian ini dibatasi hanya pada sinar supermarket yang berada di jalan Jemur Handayani No. 71 Surabaya selatan
2. Buah yang dipilih secara sengaja dengan kriteria, banyak diminati dan tersedia terus-menerus, sebanyak 3 buah yaitu buah jeruk valensia, apel manalagi dan pisang emas.
3. Pengambilan data yang diperlukan adalah data permintaan dan penjualan selama 1 tahun terakhir.
4. Perencanaan penyediaan buah dihitung per hari.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Telaah Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu berguna untuk memberikan gambaran dan
memperjelas kerangka berpikir pembahasan. Disamping itu juga bertujuan untuk
mendapatkan bahan pembanding dan acuan mengenai tingkat perencanaan
persediaan buah lokal di sinar supermarket.
Dari penelitian terdahulu yang dikemukakan oleh Heru wahyudi (2004),
meneliti tentang perencanaan persediaan buah lokal di supermarket Giant
Menganti Wiyung Surabaya. Pengujinya menggunakan analisis simulasi Monte
Carlo yaitu analisis yang berguna untuk memperoleh keuntungan dari persediaan
yang disediakan agar tidak berlebihan atau kekurangan yang mengakibatkan
perolehan keuntungan menjadi berkurang. Dimana dalam penelitian tersebut
disimpulkan bahwa perencanaan dari keempat jenis buah lokal yaitu semangka
merah sebesar 48,49 kg perhari, salak pondoh sebesar 23,64 kg per hari, papaya
bangkok sebesar 47,85 kg per hari dan pisang cavendish sebesar 38,71 kg per hari.
Serta besarnya tingkat keuntungan yang diperoleh dengan persediaan yang telah
ditetapkan adalah sebesar Rp. 28.619,34 per hari untuk semangka merah, Rp.
21.420,97 per hari untuk salak pondoh, Rp. 18.412,09 per hari untuk pepaya
bangkok dan Rp. 31.047,08 per hari untuk pisang cavendish.
Hesti (2004), meneliti tentang Optimalisasi Pengadaan Benih Kedelai
Edamame Dalam Rangka Meminimumkan Biaya Pengadaan (Study kasus di PT.
Mitratani Dua Tujuh). Analisis yang digunakan adalah analisis Economic Order
Quantity (EOQ) dengan model kapasitas lebih untuk menentukan jumlah pesanan
yang ekonomis dalam rangka meminimumkan biaya pengadaan dan analisis trend
untuk mengetahui peramalan kebutuhan benih kedelai Edamame tahun
2004-2006.
Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa adanya peningkatan
pemesanan benih kedelai edamame yang ekonomis setiap tahunnya dari tahun
1996-2006, peningkatan volume persediaan tersebut dikarenakan adanya perlusan
lahan produksi dan semakin meningkatnya jumlah permintaan ekspor kedelai
edamame.
Kesamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan adalah
tentang perencanaan persediaan produk agribisnis terutama buah lokal yang ada di
supermarket, selain itu menggunakan analisis Economis Order Quantity (EOQ)
dengan tujuan agar supermarket memperoleh keuntungan maksimal dari
persediaan buah yang optimal.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Manajemen Agribisnis
Manajemen adalah suatu keadaan terdiri dari proses yang mengarah
kepada proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian
yang mana keempat proses tersebut saling mempunyai fungsi masing-masing
untuk mencapai suatu tujuan organisasi.
Manajemen sebagai “seni” untuk mencapai hasil yang diinginkan secara
gemilang dengan sumber daya yang tersedia bagi organisasi. Hanya saja seni
dapat berbeda-beda penerapannya berdasarkan karakteristik usaha, skala usaha,
Manajemen lambat laun berkembang menjadi profesi dengan prinsip
yang dapat dipertahankan dan dasar rujukan yang cukup kuat untuk membedakan
manajer dari yang bukan manajer, dan untuk mengkorelasikan tujuan dasar dari
para anggotanya terlepas dari hakikat bisnisnya, lokasi geografis atau kegiatan
yang menghimpunnya (Downey, 1992).
Douglas McGregor, Abraham Maslow, Rensis Likert dan Frederick
Herzberg merupakan pelopor yang mengembangkan pendekatan manajemen baru,
yaitu mengenai perilaku yang mempercayai bahwa bila para pekerja merasa
bahagia, prodiktivitas dengan sendirinya akan mengikutinya.sedang konsep
pandangan manajemen lainnya yang terkenal, yaitu melukiskan manajemen
sebagai “5p” (perencanaan; pengorganisasian; pengarahan; penngendalian; dan
pengkoordinasian). Dua fungsi lain dapat ditambahkan yaitu pengkomunikasian
dan pemotivasian karena kedua fungsi ini menopang berhasil tidaknya lima fungsi
yang pertama (Downey,1992).
Jadi seorang manajer dapat didefinisikan sebagai seorang yang
menyiapkan organissasi dengan kepempinannya dan bertindak sebagai katalisator
perubahan. Peter Drucker telah menjelaskan bahwa “para manajer yang efektif
memusatkan pikirannya untuk melaksanakan sesuatu dengan cara yang tepat
bukannya memikirkan apa yang tepat untuk dilakukan” (doing things right, rather
than doing the right things). Jadi, untuk mencapai keberhasilan, seorang manajer dituntut untuk memahani dan menyenangi peranan manjerial, menerima tanggung
jawab dan menyediakan sika sebagai pelopor perubahan.
Agribisnis merupakan suatu kesatuan kegitan usaha yang meliputi salah
hubungannya denngan pertanian dalam arti luas. Yang dimaksud denngan ada
hubungan dengan pertanian dalam artian luas adalah kegiatan usaha yang
menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjangan oleh kegiatan
pertanian (Arsyad dkk, 1985).
Usaha agribisnis merupakan usaha yang dilakukan secara terintegrasi dan
masing-masing kegiatan yang dilakukan saling tunjang menunjang yang dimulai
dari penyediaan parsarana dan masukan-masukan yang dibuthkan untuk produksi
seperti; pupuk, pengairan sampai kepada penyampaian hasil produksi tersebut
kepada para konsumen.
Manajemnen agribisnis yaitu pengelolaan atau ketatalaksanaan pertanian
yang sebaik-baiknya secara berencana, terorganisasi, tersusun rapi, terarah dan
terkendaliatau terkontrol dalam batasan fungsi produksi yaitu mengatur
faktor-faktor alam (tanah dan pengaruh-pengaruh iklim), faktor-faktor tenaga kerja dan modal
dengan tujuan mencapai keberhasilan usaha pertanian yang akan digarap
(Soekartawi, 1993).
Hal terpenting dalam proses manajemen agribisnis adalah pengambilan
keputusan. Dalam menganbil keputusan yang tepat, maka seorang manajer harus
memiliki keahlian dalam mengidentifikasikan permasalahan, kemampuan untuk
mengumpulkan fakta dan kehlian dalam menganalisisnya. Efektifitas dan
keberhasilan seorang manajer secara normal ditentukan oleh dasar-dasar
keputusan yang telah diambil. Manajer yang selalu mengambil keputusan dengan
benar dapat dikatakan berhasil. Tetapi dari segi lain seorang manajer tidak hanya
mengambil keputusan, tetapi juga mempunyai kemampuan memperkecil
Pada umumnya, prinsip dan pengetahuan manajmen sama untuk semua
bisnis. Baik bisnis besar, maupun agribisnis terkecil yang dikelola oleh satu orang,
kedua-duanya berlandaskan prinsip umum yang sama. Perbedaaan antara bisnis
besar dan bisnis kecil, antara agribisnis dan bisnis lainnya terletak pada seni
menggunakan prinsip dasar manajemen untuk menjalankan bisnis. Dalam hal ini,
prinsip umum manajemen akan diterapkan kepada sifat unik dan khusus pada
agribisnis dan manajmen agribisnis, sehingga mengharuskan para manajer
memiliki kemampuan dan keahlian yang unik serta menggunakan cara yang
sangat khusus pula.
2.2.2. Proses Perencanaan
Perencanaan didefinisikan sebagai pemikiran yang mengarah ke masa
depan yang menyangkut rangkaian tindakan berdasarkan pemahaman penuh
terhadap semua factor yang terlibat dan yang diarahkan kepada sasaran khusus
(Downey dan Erickson,1992).
Perencanaan memberikan sasaran bagi organisasi dan menetapkan
prosedur- prosedur terbaik untuk mencapai sasaran tersebut. Selain itu,
perencanaan juga memungkinkan suatu organisasi dapat memperoleh serta
mengikat sejumlah sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuannya
(Stoner dan Freeman, 1989).
Perencanaan adalah merupakan suatu upaya penyusunan program baik
program yang sifatnya umum maupun yang spesifik, baik jangka pendek maupun
jangka panjang (Said dan Intan, 2001).
Perencanaan, meskipun mengandung pengertian masa depan, bukanlah
atas data- data dan perkiraan yang telah tercapai, dan juga memperhitungkan
sumber daya yang ada dan akan dapat dihimpun. Dengan, demikian,
perencanaanberfungsi sebagai pedoman sekaligus ukuran untuk menentukan
perencanaan berikutnya. Mosher (1965) menyatakan bahwa, seringkali
perencanaan hanya meliputi kegiatan – kegiatan baru, atau alokasi keuangan
untuk kegiatan – kegiatan lama, tanpa menilai kembali kualitasnya secara kritis.
Acapkali lebih banyak sumbangan dapat diberikan kepada pembangunan dengan
memperbaiki kualitas kegiatan yang sedang dalam pelaksanaan daripada memulai
yang baru.
Salah satu aspek perencanaan adalah pembuatan keputusan, proses
pengembangan dan penyelesaian sekumpulan kegiatan untuk memecahkan
masalah tertentu. Keputusan - keputusan harus dibuat pada berbagai tahap dalam
proses perencanaan. Semua kegiatan perencanaan pada dasarnya melalui empat
tahapan berikut ini:
1. menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan
2. merumuskan keadaan saat ini
3. mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan
4. mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian
tujuan
Ada dua alasan perlunya perencanaan. Perencanaan dilakukan untuk
mencapai “Protective Benefits” yang dihasilkan dari penguranngan kemungkinan
terjadinya kesalahan dalam pembuatan “Protective Benefits” dalam bentuk
meningkatnya sukses pencapaian tujuan organisasi (Handoko, 1997).
1. Rasional, artinya dibuat berdasarkan pemikiran yang masak dan logis,
bukan berdasarkan khalayak semata;
2. Lentur atau Luwes, artinya dimanapun dalam keadaan bagaimanapun serta
kapanpun perencanaan dapat cocok, dapat mengikuti, dapat dilaksanakan
dan dapat ditetapkan pada tempat, waktu serta keadaan bagaimanapun;
3. Kontinyu, artinya perencanaan harus terus- menerus dibuat, tidak hanya
sekali saja untuk seumur hidup, berlanjut sesuai dengan perkembangan
keadaan atau masyarakat (Siagian, 1997).
2.2.3 Usaha Eceran atau Retailing
Berman dan Evans (1992) mendifinisikan kata retail dalam kaitan retail management sebagai “those business activities involved in the sale of goods and service your consumer for their personal, family, or household use” atau keseluruhan aktivitas bisnis yang menyangkut penjualan barang dan jasa kepada
konsumen untuk digunakan oleh mereka sendiri, keluarga, atau rumah tangganya.
Pengecer (retailer) atau took eceran (retailer store) adalah usaha bisnis yang menjual barang –barang terutama (lebih dari setengah volume penjualan
toko) ke konsumen rumah tangga untuk digunakan secara non bisnis (Stanton,
1996).
Dalam alur proses distribusi barang, bisnis retail merupakan tahap akhir
proses distribusi dengan dilakukannya penjualan langsung kepada konsumen
akhir, dimana bisnis retail merupakan suatu fungsi atau mata rantai proses
distribusi sebagai perantara antara distributor (wholesaler, ataupun importer)
Pada dasarnya usaha eceran (retailing) tersebut mencakup beberapa
kegiatan, seperti:
1. menyediakan barang yang dibutuhkan oleh konsumen akhir;
2. menjual dengan harga yang pantas;
3. menyampaikan kepad akonsumen dan;
4. meyakinkan konsumen bahwa barang yang dijualnya mampu memenuhi
kebutuhan mereka.
Salah satu usaha yang termasuk didalam usaha retailing yaitu supermarket.
Cara menjual barang- barang secara eceran yang lain berlaku dalam supermarket
yang lazimnya memanfaatkan bangunan yang besar, memasarkan segala jenis/
macam produk- produk sejak bahan makanan, alat- alat rumah tangga dan lain-
lain yang diperlukan oleh para pembeli / konsumen. Cirri- ciridalam perdagangan
ini, antara lain:
1. jenis-jenis produk yang dijajakan terbungkus rapi secara seragam,
ditempatkan secara teratur berdasarkan kelompok- kelompoknya;
2. cara pengaturan penempatan yang demikian sangat memudahkan para pembeli
untuk melayani diri sendiri, dengan demikian tenaga- tenaga yang termasuk
administrasi supermarket tersebut, tugasnya hanya sekedar membantu dan
mengawasi.
Menurut Philip Kotler, pasar swalayan (supermarket) ialah took yang
relative besar dan menganut operasi swalayan, volume barang tinggi, laba sedikit,
biaya rendah, “yang dirancang untuk melayani kebutuhan konsumen seluruhnya
baik makanan, binatu dan barang- barang untuk perawatan rumah tangga.
dari keadaan depresi ekonomi. Saat in penjualan eceran swalayan digunakan
konsumen disegala bidang kehidupan, lebih- lebih untuk mendapatkan barang-
barangkebutuhan sehari- hari dan barang- barang toko. Swalayan merupakan
dasar bagi semua kegiatan potongan harga. Untuk menghemat uang, banyak
konsumen tersedia melaksanakan sendiri proses “menempatkan- memilih-
membandingkan.
Jadi yang perlu ditekankan disini adalah bahwa retailing merupakan
kegiatan yang berhubungan langsung dengan konsumen akhir, sehingga dapat
dikatakan sebagai “ujung tombak” dari rangkaian kegiatan pendistribusian barang.
2.2.4 Manajemen Persediaan
Persediaan didefinisikan sebagai barang yang disimpan untuk digunakan
atau dijual pada periode mendatang. Persediaan dapat berbentuk bahan baku yang
disimpan untuk proses, komponen yang diproses, barang dalam proses pada
proses manufaktur, dan barang jadi yang disimpan untuk dijual.
Barang persediaan adalah sejumlah material yang disimpan dan dirawat
menurut aturan tertentu dalam tempat persediaan agar selalu dalam keadaan siap
pakai dan ditatausahakan dalam buku perusahaan. Tujuan mengadakan
persediaan, antara lain :
1. memenuhi kebutuhan normal;
2. memenuhi kebutuhan mendadak;
3. memungkinkan pembelian atas dasar jumlah ekonomis.
Persediaan barang merupakan salah satu komponen penting dalam
perusahaan dagang. Dengan adanya persediaan barang yang dapat memenuhi
dibutuhkan. Factor yang perlu diperhatikan dalam persediaan barang adalah
ketahanan barang yang disimpan dan banyaknya barang yang disimpan. Selain itu
pihak menejemen harus dapat mengetahui pada saat persediaan mencapai angka
berapa perusahaan harus memesan kembali produk atau mencapai jumlah
penualan keberapa perusahaan harus memesan kembali produknya.
Menejemen perusahaan (inventory management) atau disebut juga
inventory management atau pengendalian tingkat persediaan adalah kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, penentu kebutuhan
material sedemikian rupa sehingga disatu pihak kebutuhan operasi dapat dipenuhi
pada waktunya dan dilain pihak investasi persediaan materialdapat ditekan secara
optimal. Pengendaliaan persediaan bertujuan mencapai efisiensi dan efektifitas
optimal dalam penyediaan material. Dalam pengertian diatas, usaha yang perlu
dilakukan dalam menejemen persediaan secara garis besar dapat diperinci sebagai
beriku :
1. menjamin terpenuhinya kebutuhan operasi;
2. membatasi nilai seluruh investasi;
3. membatasi jenis dan jumlah material
4. memanfaatkan seoptimal mungkin material yang ada.
Karena bentuk persediaan dapat beraneka macam, penanganan
persediaanpun memunculkan berbagai masalah. Tujuan perencanaan persediaan
ialah menemukan jawaban atas masalah- masalah tersebut. Sehubungan dengan
itu pengendalian produksi pencakkup perencanaan operasi produksi, pergerakan
dan penyimpanan barang. Perencanaan tersebut harus mampu menjamin tingkat
Karena erat hubungan antara tingkat persediaan, jadwal produksi dan permintaan
konsumen maka perencanaan persediaan harus terintegrasi dengan peramalan
permintaan, jadwal produksi dan pengendalian produksi secara baik.
Persediaan menyebabkan ongkos dan perputaran modal terhambat,
walaupun persediaan memungkinkan produksi dapat dijalankan secara ekonomis.
Karena itulah maka persediaan arus direncanakan dan dikendalikan dengan
sebaik- baiknya.
Secara umum istilah persediaan barang dipakai untuk menunjukkan
barang-barang dimiliki untuk dijual kembali atau digunakan untuk memproduksi
barang-barang yang akan dijual. Didalam perusahaan dagang, persediaan barang
merupakan barang-barang yang telah dibeli dengan tujuan akan dijual kembali
( Baridwan, 1997).
Persediaan adalah bagian dari aktiva lancer yang mempunyai peranan
penting dalam perusahaan. Hal ini disebabkan karena nilai persediaan pada
umumnya sangat besar dan diperlukan guna menjamin kelancaran proses
produksi. Bagi perusahaan industri dan dagang persediaan berarti penting karena
tanpa adanya persediaan, pengusaha dihadapkan pada resiko bahwa
perusahaannya suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan konsumen
(Mardikanto, 1994).
Didalam persediaan barang, sebaiknya menganut prinsip pengelolaan,
yakni : penentuan jumlah dan jenis barang yang disimpan dalam persediaan
haruslah sedemikian rupa sehingga produksi dan operasi perusahaan tersebut tidak
terganggu, tetapi dilain pihak sekaligus harus dijaga agar biaya investasi yang
prinsip pengelolaan persediaan tadi, maka jelas bahwa diperluka perpaduan antara
dua hal yang bertolak belakang, yaitu jika ditinjau dari segi financial dan dari segi
kelancaran produksi. Persediaan yang apabila dilihat dari segi financial, yaitu
semakin banyak persediaan, maka akan membuat semakin tidak efektif
disebabkan Karen aterlalu besarnya modal yang menganggur dan tidak berputar.
Sehingga, hal ini akan membuat manajer keuangan untuk menjaga agar biaya
investasi seminimal mungkin dengan mengusahakan persediaan mencapai nol.
Sedangkan dsri segi kelancaran produksi, terlalu banyaknya persediaan itu berarti
positif, tetapi ditinjau dari segi biaya dapat berakibat negatife, dalam arti
tingginya ongkos yang harus ditanggung. Sehingga, hal ini akan membuat
menejer produksi untuk mengisi persediaan sebanyak-banyaknya. Disinilah letak
fungsi manajemen persediaan, yaitu menjembatani dua kepentingan yang bertolak
belakang tersebut.
2.2.5 Aspek Ekonomi Buah- buahan
Ditinjau dari aspek ekonomi kegiatan pemasaran produk- produk pertanian
dikatakan sebagai kegiatan yang produktif sebab pemasaran pertanian dapat
meningkatkan “guna waktu” (time utility), “guna tempat”
(place utility), “guna bentuk” (form utility), “guna pemilikan” (possession utility).
Konsumen dari produk- produk pertanian terbagi atas 2 golongan, yaitu
konsumen rumah tangga dan konsumen industri (perusahaan), kedua-duanya
merupakan factor yang penting yang mempengaruhi arus atau lalulintas
pemasarannya, bahkan menjadi factor penentu. Ini berarti kalau konsumennya
berkurang atau berkurang, sedang kerugian secara langsung pula akan diderita
produk-produk tersebut akan mengalami kerusakan dengan cepat, berlainan
denganproduk-produk industri atau lainnya yang bai tidak mendapatkan
permintaan yang baik dapat ditangguhkan pemasarannya, disimpan menunggu
saat pemasaran yang baik atau diolah kembali menjadi produk baru yang
memenuhi permintaan pasar.
Buah- buahan termasuk produk pertanian, dimana produk pertanian
memiliki sifat-sifat tertentu yang akan berpengaruh terhadap pemasaran yaitu :
1. Produksi pertanian tidak dapat diperbesar serentak dalam waktu pendek
sebab sangat tergantung pada musim dan alam;
2. Peningkatan produksi pertanian menyebabkan biaya meningkat sampai
pada berlakunya hokum penambahan hasil yang semakin berkurang pada
musim dan alam;
3. Sifat-sifat fisik hasil pertanian yaitu musiman, cepat busuk, mengambil
tempat yang banyak;
4. Produksi pertanian yang berskala kecil pada umumnya hanya untuk
memenuhi kebutuhan sendiri. Jika diusahakan dalam skala besar termasuk
pertanian komersial yang asil produksinya disediakan untuk pasar
(Kartasapoetra, 1988).
Secara umum selera masyarakat terhadap buah-buahan cenderung
meningkat sejalan dengan peningkatan kemampuan ekonomi masyarakat
dankesadaran hidup sehat, dimana buah-buahan mempunyai peranan yang besar
terhadap upaya mewujudkan kesehatan manusia. Karena buah mempunyai nilai
permintaan konsumen. Buah-buahan yang dinilai sebagai komoditi yang banyak
dikonsumsi oleh masyarakat ( Yustina, 1995).
Jerry Law (1975) dalam penelitiannya mengenai struktur pasar pertanian,
mengemukakan lima karakteristik yang membedakan produk petanian dengan
produk lainnya, yaitu :
1. produk pertanian gampang rusak perishability, oleh sebab itu produk
petanian harus secepatnya dikonsumsi atau diolah serta membutuhkan
pengawetan;
2. dalam melakukan aktifitas penjualan maupun pembelian produk pertanian,
penjualan dan pembelian diharapkan pada berbagai tingkst “grade”
barang, tetapi secara umum produk pertanian dapat dikatakan homogen;
3. produk pertanian banyak memakan tempat dikaitkan dengan nilainya
disbanding produk non-pertanian, sehingga berpengaruh terhadap
fasilitas-fasilitas pemasaran yang harus disediakan oleh lembaga-lembaga
pemasaran. Apabila sewa ruangan atau pengepakan produk pertanian lebih
mahal dapat memungkinkan lembaga pemasan berpindah usaha pada
komoditi lainnya;
4. produk pertanian memerlukan proses pengolahan lebih lanjut. Produk
pertanian pada umumnya berupa bahan mentah sehingga untuk memenuhi
kebutuhan konsumen, produk pertanian tersebut perlu diolah lebih lanjut
dan terus-menerus,Hal ini secara langsung berpengaruh terhadap slope dan
posisis kurva penawaran dan
5. rasio biaya tetap dan biaya variable secara langsung berpengaruh terhadap
penawaran pasar. Oleh karena karakteristik- karakteristik inilah pemasaran
pertanian harus dipertimbangkan sebagai disiplin ilmu yang berdiri
sendiri.
Kebutuhan para konsumen terhadap produk-produk pertanian adalah
bervariasi, dan para petani kita telah mampu mengimbanginya dengan
mewujudkan variasi produk-produk pertanian tersebut dan berusaha dengan
kemampuan memproduksinya itu agar produk pertanian tetap berada dipasaran
sepanjang waktu atau agar produk-produk musiman yang dihasilkan tanaman
keras dalam menghilangkan di pasaran “tidaklah” berjangka waktu lama,yaitu
dengan mengatur sedemikian rupa jangka waktu tanamnya, penggunaan
bibit-bibit unggul yang dapat cepat menghasilkan.
Komoditi pertanian dihasilkan secara terpencar-pencar, berupa bahan
mentah yang perlu pengolahan lebih lanjut dan dalam jumlah yang relative sedikit
sehingga untuk menutup biaya-biaya yang diperlukan volume perdagangan yang
cukup besar. Pemasaran komoditi pertanian dari proses konsentrasi yaitu
pengumpulan produk-produk pertanian dari petani ke tengkulak, pedagang
pengumpul dan pedagang besar diakhiri proses distribusi yaitu penjualan barang
dari pedagang ke agen, pengecer dan konsumen.
2.2.6. Penanganan Produk dan Daya Tarik Bagi Konsumen
Perilaku konsumen ini dipengaruhi oleh beberapa factor, baik dari
dalam diri konsumen sendirimaupun dari luar diri konsumen. Factor-faktor
tersebut antara lain budaya konsumsi terhadap suatu hal, tingkat social dann
status, kepribadian, keluarga dan daya tarik tetangga, pengaruh kondisi suasana
pengambilan keputusan oleh konsumen dan komunikasinya dalam masyarakat.
Konsumen mebeli produk juga untuk mendapatkan kepuasan apabila konsumen
memperoleh kepuasan dari produk itu maka akantetap memilih produk tersebut
Engel, Blackwell, Miniard,1993).
Besarnya tingkst persediaan masing-masing barang dagangan sangat perlu
untuk mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh. Berbagai alas an yang
menyebabkan perlunya perhitungan-perhitungan tersebut antara lain :
1. tempat penyimpanan yang terbatas, memaksa pedagang untuk
memperhatikan ukuran barang yang disimpannya. Menambah kapasitas
gudang atau menyewa gudang orang lain akan menambah biaya
penyimpanan barang;
2. dana yang tertanam dalam persediaan harus dipikirkan agar tidak terlalu
besar, Karen abiaya modal yang ditanggung akan besar pula. Terlalu
besarnya dana yang tertanam dalam satu macam produk tertentu
akanmenyebabkan perusahaan akan kehilangan kesempatan memperoleh
pendapatan dari barang lainnya;
3. resiko penyimpanan berupa rusaknya barang (pecah, buruk dll), atau
penurunan kualitas. Makin besar resiko makin kecil pula seharusnya
jumlah yang disimpan. Resiko ini disebabkan oleh beberapa factor, seperti
; manusia (sengaja maupun tidak), alam 9 gempa bumi, banjir dll),
maupun sifat barang itu sendiri ( mudah rusak, mdah pecah, mudah
meledak dsb);
4. frekuensi permintaan konsumen akhir,. Makin sering konsumen meminta
agar tidak mengecewakan mereka, sebaliknya untuk produk yang jarang
ditanyakan oleh konsumen, jumlah yang perlu disediakan tidak perlu
begitu besar;
5. hubungan dengan supplier dan produsen. Biasanya hubungan yang baik
akan memungkinkan barang yang diperlukan dapat tersedia dalam waktu
yang sangat singkat. Sebaliknya bila hubungan dengan supplier tidak baik
atau belum saling mengenal, akan memperpajang waktu penyediaan yang
dibutuhkan. Bila waktu pengadaan singkat jumlah persediaan tidak perlu
besar sebaliknya jika hubungan baik itu ada, pedagang perlu persediaan
yang cukup besar ( Asri,1986).
Tingkat persediaan juga mempengaruhi pelanggan. Pemasar tentunya
ingin agar perusahaannya mempunyai persediaan yang cukup untuk pesanan
semua pelanggan dengan segera. Namun harus diingat bahwa menyediakan
barang sebanyak itu tidaklah efektif biaya bagi perusahaan. Biaya persediaan
meningkat dengan suatu tingkat kenaikan ketika layanan pelanggan mendekati
100%. Menejemen harus tahu apakah penjualan meninngkat akan membuat laba
juga meningkat. Keputusan mengenai persediaan antara lain ialah keharusan
mengetahui kapan harus memesan dan berapa banyak yang harus di pesan,
perusahaan perlu membandingkan resiko kehabisan barang dengan biaya
menyimpan terlalu banuak barang (Kotlre, 1994).
Pola penyerapan dan penyebaran produk yang ditempuh pelanggan dalam
menyerap teknologi, produk atau jasa yang baru merupakan hal yang penting
untuk strategi pemasaran perusahaan. Proses penyerapan berkaitan erat dengan
memperkenalkan produk baru ke pasar. Pola penyerapan penyebaran produk baru
diteliti oleh Roger yang menyatakan bahwa gagasan-gagasan disebarkan melalui
pasar dalam tahap-tahap yang sistematik :
1. kesadaran. Pada tahap ini, masyarakat telah mendengar tentang produk
tersebut tetapi belum mendapatkan informasi yang memadai untuk
mengambil keputusan pembelian;
2. minat. Pelanggann manapun cukkup tertarik untuk memiliki produk
tersebut;
3. evaluasi. Pelanggan memutuskan apakah akan mencoba produk tersebut;
4. percobaan. Pelanggan mengambil sample dari produk tersebut;
5. penyerapan/pemakaian. Pelanggan menggunakan produk tersebut secara
teratur (Downey,1992).
2.2.7. Manajemen Mutu
Goetsch dan Davis (1994) membuat definisi mengenai kualitas yang lebih
luas cakupannya. Definisi tersebut adalah :
Kualitas merpakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi aau melebihi harapan.
Dalam buku “ Managing Quality”, Garvin 9dalam Bounds,et al,1994;
Lovelock, 1994) mengungkapkan bahwa kualitas sebagai suatu konsep sudah
lama dikenal, tetapi kemunculannya sebagai fungsi manajemen baru terjadi
akhir-akhir ini.
TQM (Total Quality Manajemen) merupakan system manajemen yang
mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan
Dasar pemikiran perlunya TQM sangatlah sederhana, yakni bahwa cara
terbaik agar dapat bersaing dan unggul dalam persaingan global adalah dengan
menghasilkan kualitas yang terbaik. Untuk menghasilkan kualitas yang terbaik
diperlukan upaya perbaikan berkesinambungan terhadap kemampuan manusia,
proses dan lingkungan.
Penerapan TQM dalam suatu perusahaan dapat memberikan beberapa
manfaat utama yang pada gilirannya meningkatkan laba serta daya saing
perusahaan yang bersangkutan.
Joseph M. Juran sebagai pencetus lahirnya The Juran Trilogy yang
merupakan ringkasan dari tiga fungsi manajerial yang utama. Pandangan Juran
terhadap fungsi-fungsi ini dijelaskan sebagai berikut:
1. menentukan siapa yang menjadi pelanggan;
2. mengidentifikasi kebutuhan para pelanggan;
3. mengembangkan produk dengan keistimewaan yang dapat memenuhi
kebutuhan pelanggan;
4. mengembangkan system dan proses yang memungkinkan organisasi
tersebut untuk menghasilkan keistimewaan tersebut;
5. menyebarkan rencana kepada level operasional.
Pengendalian kualitas meliputi langkah-langkah berikut :
1. menilai kinerja kualitas actual;
2. membandinngkan kinerja dengan tujuan
3. bertindak berdasarkan perbedaan antara kinerja dan tujuan.
Perbaikan kualitas harus dilakukan secara on going dan terus-menerus.
1. mengembangkan infrastruktur yang diperlukan untuk melakukan
perbaikan kualitas setiap tahun;
2. mengidentifikasi bagian-bagian yang membutuhkan perbaikan dan
melakukan proyek perbaikan;
3. membentuk suatu tim proyek yang bertanggung jawab dalam
menyelesaikan setiap proyek perbaikan;
4. memberikan tim-tim tersebut apa yang mereka butuhkan agar dapat
mendiagnosis masalah guna menentukan sumber penyebab utama,
memberikan solusi, dan melakukan pengendalian yang akan
mempertahankan keuntungan yang diperoleh.
Standardisasi mutu merupakan suatu spesifikasi teknis tentang mutu suatu
komoditas / produk yang dapat digunakan untuk umum, yang dibuat dengan cara
kerjasama dan consensus dari pihak-pihak yang berkepentingan berdasarkan pad
ahasil konsultasi ilmu pengetahuan, teknologi dan pengalaman. Sedangan
sertifikasi mutu produk merupakan suatu pernyataan tertulis dari suatu lembaga
yang kompeten danberwenang yang barisi kebenaran mutu, fakta hasil
pemeriksaan atau hasil pengujianberdasarkan metode yang sah, sehingga
sertifikasi berisi pernyataan yang kebenarannya ditanggung oleh lembaga yang
menerbitkan sertifikasi tersebut (Soekato, 1990).
Standardisasi mutu sangat sangat dibutuhkan terutama dalam perdagangan
odern dewasa ini, karena transaksi bisnis dapat berlangsung tanpa pembeli melihat
langsung komoditas / produk yang ditawarkan. Bahkanbentuk dan mutu produk
tersebut kadang-kadang hanya dideskripsikan dalam bentuk tulisan pernyataan
Menurut Sugiyanto (2002), Standardisasi mutu produk berkaitan dengan
appeareance / kenampakan, seperti ; ukuran besar / volume, warna, kandungan air
dan sebagainya yang ditentukan oleh penjual dan pembeli. Selain itu, mutu
produk juga dikaitkan dengan maslah keamanan pangan, keamanan bagi manusia,
hewan dan tumbuhan serta lingkungan.
Di era pasar global, standardisasi mutu produk menjadi lebih kompleks,
karena dikaitkan dengan masalah SPS (Sanitary and Phytosanitary) dan TBT
(Technical Barter to Trade) yang dituangkan dalam peraturan teknis (Technical Regulation) yang diterbitkan oleh suatu Negara.
Pelaksanaan kaidah-kaidah HACCP semakin menjadi suatu kebutuhan
untuk para pembuat produk agribisnis, karena system HACCP merupakan suatu
system pncegahan di mana resiko- resiko keselamatan yang potensial dapat
diidentifikasi dan dikendalikan ketika suatu produk diproduksi. Selain itu
sertifikasi HACCP juga telah menjadi sutu alat untuk menunjukkan keunggulan
suatu produk disbanding produk pesaingannya (Iwantoro, 2002).
Peraturan teknis menyangkut batas ambang cemaran pestisida, mikroba,
antibiotika, obat hewan, hormone pertumbuhan seperti tertuang dalam Keputusan
Menteri Pertanian dan Surat Keputusan Menteri Bersama antara Menteri
Kesehatan dan Pertanian tentangbatas ambang cemaran belum dapat diaplikasikan
dilapang, baik untuk produk impor maupun produk di dalam negeri (Sugiyanto,
2002).
Peranan pemerintah dalam pengendaliaan mutu dan penciptaan standar
mutu yang jelas perlu ditingkatkan, karena pemerintah mempunyai peranan yang
produksi dan perdagangan, penciptaan iklim pembinaan mutu, serta perlindungan
konsumen. Pembinaan mutu oleh pemerintah antara lain bertujuan untuk :
melindungi konsumen, merangsang produsen atau menggairahkan produksi,
menyehatkan transaksi, memberikan kepastian usaha, serta memperlancar [proses
pemasaran (Arpah, 1993). Di samping pemerintah, juga diharapkan peran aktif
dari masyarakat (perusahaan swasta, industri, cendekiawan dan masyarakat
umum) yang dapat mewujudkan dalam berbagai bentuk organisasi seperti :
perhimpunan profesi, lembaga konsumen, dan sebagainya. Sementara itu
konsumen sebagai penerima akhir suatu produk agribisnis, juga perlu
meninglatkan peranannya dalam bentuk tuntutan mutu dan hak perlindungna
terhadap mutu produk agribisnis tersebut, yang dapat ditinjau dari segi
kegunannya
2.2.8. Metode Analisis
2.2.8.1. Analisis Economic Order Quantity (EOQ)
Manajemen persediaan merupakan hal yang mendasar dalam penetapan
keunggulan kompetitif jangka panjang. Mutu, rekayasa, produk, harga, lembur,
kapasitas berlebih, kemampuan merespon pelanggan akibat kinerja kurang baik,
waktu tenggang (lead time) dan profitabilitas keseluruhan adalah hal-hal yang
dipengaruhi oleh tingkat persediaan. Perusahaan dengan tingkat persediaan yang
lebih tinggi daripada pesaing cenderung berada dalam posisi kompetitif yang
lemah. Kebijaksanaan manajemen persediaan telah menjadi sebuah senjata untuk
Tujuan manajemen persediaan adalah meminimumkan biaya, oleh karena
itu perusahaan perlu mengadakan analisis untuk menentukan tingkat persediaan
yang dapat meminimumkan biaya atau paling ekonomis.
Menurut Assauri (1998) tujuan pengendalian persediaan dapat diartikan
sebagai usaha untuk :
a. Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga
menyebabkan proses produksi terhenti
b. Menjaga agar penentuan persediaan oleh perusahaan tidak terlallu besar
sehingga biaya yang berkaitan dengan persediaan dapat ditekan
c. Menjaga agar pembelian bahan secara kecil kecilan dapat dihindari
Menurut Ahyari (2003), biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan
sehubungan dengan penyelenggaraan persediaan didalam suatu perusahaan terdiri
dari tiga macam, yaitu biaya pemesanan, biaya penyimpanan, dan biaya tetap
persediaan.
a. Biaya Pemesanan
Biaya pemesanan merupakan biaya-biaya yang terkait langsung dengan
kegiatan pemesanan yang dilakukan oleh perusahaan. Hal yang diperhitungkan di
dalam biaya pemesanan adalah berapa kali pemesanan dilakukan, dan berapa
jumlah unit yang dipesan pada setiap kali pemesanan. Beberapa contoh dari biaya
pemesanan antara lain :
1) Biaya persiapan pembelian
2) Biaya pembuatan faktur
3) Biaya ekspedisi dan administrasi
5) Biaya-biaya pemesanan lain yang terkait dengan frekuensi pembelian.
Biaya pemesanan ini sering kali disebut sebagai biaya persiapan
pembelian, set up cost, procurement cost. Pada prinsipnya biaya pemesanan ini akan diperhitungkan atas dasar frekuensi pembelian yang dilaksanakan dalam
perusahaan.
b. Biaya Penyimpanan
Biaya penyimpanan merupakan biaya yang harus ditanggung oleh
perusahaan sehubungan dengan adanya bahan baku yang disimpan didalam
perusahaan. Beberapa contoh dari biaya penyimpanan antara lain :
1) Biaya simpan bahan
2) Biaya asuransi bahan
3) Biaya kerusakan bahan dalam penyimpanan
4) Biaya pemeliharaan bahan
5) Biaya pengepakan kembali
6) Biaya modal untuk investasi bahan
7) Biaya kerugian penyimpanan
8) Biaya sewa gudang persatuan unit bahan
9) Resiko tidak terpakainya bahan karena usang
10) Biaya-biaya lain yang terikat dengan jumlah bahan yang disimpan
dalam perusahaan yang bersangkutan.
Biaya penyimpanan semacam ini sering disebut sebagai carrying cost atau
holding cost.
c. Biaya Tetap Persediaan
Biaya tetap prsediaan adalah seluruh biaya yang timbul karena adanya
persediaan bahan didalam perusahaan yang tidak terkait baik dengan frekuensi
pembelian maupun jumlah unit yang disimpan didalam perusahaan tersebut.
1) Biaya sewa gudang per bulan
2) Gaji penjaga gudang per bulan
3) Biaya bongkar bahan per unit
4) Biaya-biaya persediaan lainnya yang tidak terkait dengan fekuensi dan
jumlah unit yang disimpan.
Salah satu metode manajemen persediaan yang paling terkenal adalah
metode Economi Order Quantity atau biasa disebut dengan EOQ. Metode Q
dengan model Economi Order Quantity (EOQ) sederhana ini diperkenalkan
pertama kali oleh ford harris dari westinghouse pada tahun 1915. Metode ini
dapat digunakan baik untuk barang yang dibeli maupun untuk barang yang
diproduksi sendiri.
Model EOQ biasa digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan
persediaan yang meminimumkan biaya langsung penyimpanan persediaan dan
biaya kebalikannya (inverse cost) pemesanan persediaan.
Berbagai faktor yang mempengaruhi tingkat persediaan barang
sebagaimana yang telah dibahas, menyebabkan perhitungan untuk menentukan
besarnya persediaan barang yang optimal guna memperoleh tingkat keuntungan
maksimal menjadi kompleks. Untuk menyederhanakan perhitungan persediaan
atau pesanan barang yang optimal, dalam model Analisis Economic Order
Quantity (EOQ) diperlukan asumsi. Asumsi dari Model EOQ ini adalah :
a. Biaya yang relevan untuk perhitunngan adalah biaya yang dikeluarkan
untuk pemeliharaan barang (carrying cost) dan biaya yang dikeluarkan guna
memesan barang dari pemasok umtuk mengganti barang yang telah terjual
b. Untuk sementara penundaan pesanan dari pembeli (back logging) dan
biaya yang timbul akibat kehabisan barang pada saat diperlukan (stock out) tidak
diperbolehkan
c. Permintaan barang dapat diketahui dan dengan tingkat pemakaian atau
penngeluaran yang tepat.
d. Semua item yang dipesan diterima seketika, tidak bertahap.
e. Jarak waktu sejak pesan sampai pesanan datang (lead time) pasti.
f. Tidak ada diskon dalam tingkat kuantitas pesanan.
Dengan keempat asumsi ini, maka masalah biaya atas persediaan barang akan
ditentukan oleh berapa banyak barang yang dipesan, biaya pesanan dan biaya
pemeliharaan serta penyimpanannya. Banyaknya barang yang dipesan antara satu
pesanan dengnan pesanan yang lain tidak akan sama dan ditentukan oleh model.
Meskipun terdapat berbagai macam asumsi yang harus dipenuhi dalam model
EOQ, bagaimanapun juga EOQ adalah model manajemen persediaan yang dapat
meminimumkan total biaya. Adapun model EOQ sederhana yang digunakan
adalah :
Dimana :
EOQ= Q= Jumlah Pesanan Ekonomis
Co= Biaya pesanan untuk setiap kalli pesan buah
D= Permintaan konsumen
Cc= Biaya penyimpanan dan pemeliharaan
Tujuan model persediaan ini adalah untuk menentukan jumlah setiap kali
persamaan (Q) sehingga total biaya persediaan EOQ dapat diminimumkan.
Untuk mengetahui waktu yang tepat untuk melakukan pemesanan persediaan
dapat dilihat pada gambar grafik berikut ini :
Level inventory
Time
Sejumlah Q unit barang dipesan secara periodik. Order point merupakan
saat siklus persediaan yang mempunyai periode waktu selama t. Slope dapat
dipakai sebagai penunjuk jumlah persediaan dari waktu ke waktu dengan melihat
[image:38.595.128.494.141.333.2]garis-garis lurus, dengan diasumsikan barang yang dipesan segera dapat dipenuhi.
Gambar tersebut menggambarkan argumen pendekatan EOQ. Pada awal
periode, persediaan sebesar Q datang. Kemudian persediaan tersebut terjual
dengan tingkat penjualan yang konstan untuk setiap periodenya (misal, setiap
hari). Tingkat penjualan tsb merupakan slope dari garis miring dalam bagan
tersebut. Pada saat ini persediaan baru sebesar Q datang kembali ke perusahaan.
Q/2 merupakan rata-rata persediaan.
Optimal order
Quantity (Q*)
Reorder point (ROP)
Lead time
Average
Inventory (Q*/2)
TC
CC
OC
Biaya
Jumlah Pesanan
[image:39.595.121.395.89.314.2]Jumlah pesanan Optimal (Q*)
Gambar 2. Model EOQ Untuk Mengetahui Ukuran Pesanan (Total Biaya Persediaan).
Gambar diatas secara matematis dapat dijelaskan sebagai berikut :
Total Biaya (Total cost) = Biaya Pemeliharaan (Carrying cost) + Biya pesanan
(Order Cost).
TC = (Q/2) Cc + (D/Q) Co Dimana :
TC = total biaya
Q = kuantitas persediaan yang dipesan untuk setiap kali pesan (kg)
Q/2 = persediaan rata-rata
Cc = biaya simpan untuk pemeliharaan barang (Rp)
D = jumlah permintaan barang (kg)
CO = biaya pesanan untuk setiap kali pesan barang (Rp)
Persamaan Tc secara matematis disebut fungsi tujuan. Besarnya
tergantung besarnya order Quantity atau Q yang dipilih. Tc merupakan hasil
tersebut, tinggi (jarak) kurva Tc pada setiap titik Q merupakan hasil penjumlahan
jarak (tinggi) kedua komponen tersebut secara tegak (Handoko, 1997).
2.2.8.2. Metode Forecast (Peramalan)
Peramalan (forecasting) merupakan alat bantu yang penting dalam
perencanaan yang efektif dan efisien khususnya dalam bidang ekonomi.
Peramalan mempunyai peranan langsung pada peristiwa eksternal yang pada
umumnya berada diluar kendali manajemen. Seperti : ekonomi, sosial, politik,
perubahan teknologi, budaya pemerintah, pelanggan, pesaing dan lain sebagianya.
Peramalan adalah prediksi, proyeksi atau estimasi tingkat kejadian yang
tidak pasti dimasa yang akan datang. Ketetapan secara mutlak dalam memprediksi
peristiwa dan tingkat kegiatan yang akan datang adalah tidak mungkin
dicapai,oleh karena itu ketika perusahaan tidak dapat melihat kejadian yang akan
datang secara pasti, diperlukan waktu dan tenaga yang besar agar mereka dapat
memiliki kekuatan untuk menarik kesimpulan terhadpa kejadian yang akan
datang.
Untuk membuat peramanlan permintaan, harus menggunakan suatu
metode tertentu. Pada dasarnya, semua metode peramalan memiliki ide sama yaitu
menggunakan data masa lalu untuk memperkirakan atau memproyeksikan data
dimasa yang akan datang.
Metode time series adalah metode peramalan secara kuantitatif dengan menggunakan waktu sebagai dasar peramalan. Secara umum, permintaan pada
masa yang akan datang dipengaruhi oleh waktu. Untuk membuat suatu peramalan
diperlukan data historis (masa lalu) permintaan. Data inilah yang akan dianalisis
Dalam peramalan time series, metode peramalan terbaik adalah metode
yang memenuhi kriteria ketetapan ramalan. Kriteria ini berupa mean absolute
deviation (MAD), mean square of error (MSE), mean absolute procentage of error (MAPE).
Metode-metode peramalan yang didasari oleh konsep bahwa ketika
terdapat sebuah pola dasar dalam sebuah serial data, pola tersebut dapat
dipisahkan dari faktor random dengan cara smoothing
(memuluskan/melicinkan/merata-ratakan) nilai-nilai dalam data tersebut.
Pengaruh smoothing ini adalah menghapus faktor random, sehingga pola dapat
diproyeksikan kemasa mendatang dan digunakan unutk membuat ramalan.
Karena dunia perekonomian dan bisnis tidak pasti, faktor random akan
selalu ada. Sasaran umum dalam aplikasi teknik peramalan adalah
meminimumkan kesalahan dalam ramalan ini. Kesalahaan ini didefinisikan
sebagai perbedaan antara nilai aktual dengan apa yang diprediksi. Kesalahan ini
dapat ditulis sebagai :
e
i =x
i–
Fidimana :
ei = kesalahan pada periode waktu i
Xi = nilai penjualan aktual pada periode waktu i
Fi = ramalan pada periode waktu i
i = jumlah periode dimuka yang diramalakan.
Salah satu ukuran ketetapan paramalan adalah MAPE (mean absolute
tertentu yang akan memberikan informasi persentase kesalahan terlalu tinggi atau
terlalu rendah. Secara matematis, MAPE dinyatakan sebagai berikut :
MAPE =
∑
Asumsi dasar dalam penggunaan setiap teknik peramalan adalah aktual
yang diamati ditetapkan dengan pola tertentu ditambah beberapa pengaruh
random. Dalam hal ini, dapat dirumuskan secara matematis sebagai berikut :
Aktual = pola +Random
Ada beberapa metode yang dikelempokkan dalam metode exponential
smoothing yaitu :
1.Single (simple) exponential smoothing 2.Double exponential smoothing
3.Exponential smoothing with linear trend.
Metode pemulusan eksponensial tunggal (singgle eksponential
smoothing) menambahkan parameter á dalam modelnya untuk mengurangi faktor
kerandoman. Nilai prakiraan dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut ini.
Dimana :
Xt = data permintaan pada periode t
α = faktor / konstanta pemuluusan
Ft+1 = prakiraan untuk periode t
Berbeda dengan metode rata-rata bergerak yang hanya menggunakan N data
periode terakhir dalam melakukan prakiraan, metode pemulusan eksponensial
tunggal mengikutsertakan data dari semua periode. Setiap data pangamatan
Namun dalam perhitungannya cukup diwakili oleh data pengamatan dan hasil
perkiraan periode terakhir, karena nilai prakiraan periode sebelumnya sudah
mengandung nilai-nilai pengamatan sebelumya.
Istilah eksponensial dalam metode ini berasal dari pembobotan (faktor
pemukusan) dari periode sebelumnya yang berbentuk eksponensial, sebagaimana
dijabarkan sebagai berikut :
Disini terlihat bahwa koefisien X dari waktu ke waktu membentuk hubungan
eksponensial.
Nilai prakiraan pada periode t = 1 berupa nilai inisial (asumsi). Nilai ini
bisa diperoleh dengan cara menganggap nilai prakiraan pada periode itu sama
dengan nilai sebenarnya, atau rata-rata dari beberapa periode. Untuk konstanta
pemulusan (α), dapat menggunakan setiap nilai diantara 0 sampai dengan 1. Nilai
konstanta pemulusan terbaik adalah yang dapat memberikan ketelitian prakiraan
tertinggi.
Metode pemulusan (smoothing) eksponensial ganda (metode dua
parameter dari holt) dalam prinsipnya tidak menggunakan rumus pemulusan
berganda secara langsung dengan memuluskan nilai trend dengan parameter yang
berbeda dari parameter yang dugunakan pada deret yang asli. Ramalan dari
pemulusan eksponensial linier holt didapat dengan menggunakan dua konstanta
Persamaan tersebut menyesuaikan St secara langsung untuk trend periode
sebelumnya yaitu bt-1 denngan menambahkan nilai pemulusan yang terakhir, yaitu
St-1. Hal ini membantu untuk menghilangkan kelambatan dan menempatkan St
kedasar pemikiran nilai data saat ini. Kemudian persamaan peremajakan trend,
yang ditunjukkan sebagai perbedaan antara dua nilai pemulusan terakhir. Hal ini
tepat karena jika terdapat kecenderungan didalam data, nilai yang baru akan lebih
rendah atau lebih tinggi dari pada nilai yang sebelumnya. Karena mungkin masih
terdapat sedikit kerandoman, maka hal ini dihilangkan oleh pemulusan dengan
gama trend pada periode terakhir (St-St-1) dan menambahkan dengan taksiran
trend sebelumnya dikalikan dengan (1- ). Akhirnya dugunakan ramalan kemuka
dengan trend (bt) dikalikan dengnan ramalan periode kemuka yang diramalkan
(m) dan ditambahkan pada nilai dasar (St).
Sebagaimana halnya dengan persamaan pemulusan eksponensial linier
yang dapat dugunakan untuk memprakirakan serial data yang memilki pola trend,
bentuk persamaan yang lebih tinggi dapat dugunakan jika pola dasar serial
datanya musiman. Salah satu metode prakiraan yang khusus untuk data yang
berpola musiman adalah metode pemulusan eksponensial linier dan musiman dari
winter. Metode ini didasarkan atas tiga persamaan, yaitu unsure stasioner, trend
Dimana :
L = jumlah peride dalam satu siklus musim
I = faktor penyesuain musiman (indeks musiman)
Sebagaimana dalam perhitungan pemulusan eksponensial tunggal, nilai
inisial St dapat disamakan dengan nilai aktualnya atau berupa rata-rata dari
beberapa nilai pada musim yang sama, sedangkan nilai inisial T dicari dengan
menggunakan rumus, sebagai berikut :
Setelah nilai inisial S, T dan I diperoleh, dapat dilakukan perhitungan St,
Tt dan It dan prakiraan Ft+m dapat dicari. Nilai prakiraan dihitung berdasarkan
data yang palling baru (akhir).
Salah satu masalah yang timbul dalam penggunaan model winter untuk
prakiraan adalah penentuan nilai-nilai α, , . Pendekatan yang biasa dipakai
adalah dengan trial and error sampai diperoleh nilai-nilai parameter (MAD atau
MSE). Dengan tersedianya komputer dan perangkat lunak prakiraan (ststistik),
kesuliatan seperti ini dapat lebih mudah teratasi.
Metode moving average memang mudah menghitungnya, tetapi
kelebihannya metode ini memberikan rata-rata yang sama pada setiap data. Untuk
mengatasi masalah ini maka dapat digunakan metode eksponensial smoothing
yang sebenarnya merupakan perkembangan dari metode average sederhana, yang
n Dan
n
perbedaan antara St+1 dan St adalah :
a) Pada St+1 terdapat sedang pada St tidak ada
b) Pada St terdapat sedang pada St+1 tidak ada
Dengan melihat hubungan diatas, maka kalau nilai St sudah diketahui maka nilai
St+1 dapat dicari berdasarkan St itu.
Didalam metode eksponensial smoothing nilai 1/n diganti dengan α, sehingga
rumus forecastnya menjadi :
Dengan nilai α bisa ditentukan secara bebas, yang bisa mengurangi forecast error.
Besarnya α antara 0 dan 1. Kalau nilai 2 mendekati 1 berarti data terakhir lebih
diperhatikan dari data sebelumnya juga diperhatikan, dengan catatan
data-data tahun sebelumnya juga diperhitungkan sebab telah diperhitungkan dalam
forecast tahun-tahun sebelumnya. Metode single eksponensial smoothing lebih
digunakan untuk meramal hal-hal yang fluktuasinya secara random (tidak teratur).
Dengan menggunakan ketiga model seperti diatas, maka selanjutnya akan
dibandingkan untuk mendapatkan nilai MAPE terkecil dan terbaik. Yang
kemudian nilai kesalahan terkecil dan terbaik tersbut dapat dimasukkan kedalam
2.2.8.3. Pengendalian Proses Secara Statistik
Pengendalian mutu secara statistik dibedakan atas Statistical Quality
Control (SQC) dan statistical process control atau disebut juga statistical process control (SPC). SQC merupakan penggunaan metode statistik untuk mengukur kinerja proses produksi, sekaligus untuk meningkatkan mutu keluaran. Dengan
demikian, SQC ini mempunyai cakupan yang luas, mulai dari menentukan cara
penarikan sampel, jumlah sampel yang akan ditarik, pemeriksaan mutu dan
pembuatan evaluasi atau hasil pemerikasaan. Hasil dari aktivitas pengendalian ini
dipakai untuk memperbaiki mutu keluaran. Sebaliknya, SPC hanya bermaksud
untuk melakukan pengendalian kinerja proses dengan mempergunakan
pengendalian kinerja proses dengan mempergunakan metode statistic.
Sehubungan dengan itu, SPC adalah bagian dari SQC.
Dalam pelaksanaan pengendalian mutu ini, ditemukan dua hal penting
yang mendasar, yaitu :
a. Menentukan metode pemeriksaan yang tepat, yaitu sesuai dengan
tujuan pengendalian mutu yang sedang dilaksanakan;
b. Penentuan metode pengendalian mutu yang tepat sehingga sesuai
dengan kebutuhan pengendalian mutu yang bersangkutan.
Metode utama yang dipakai untuk melakukan pengendalian atas mutu
keluaran yaitu process control (pengendalian proses) yang merupakan
pengendalian mutu yang dilakukan atas proses pengerjaan dengan menerapkan
produksi memenuhi spesifikasi mutu yang telah ditentukan atau tidak, sehingga
keputusan tentang proses dilanjutkan atau harus dihentikan dapat dibuat.
Pengendalian proses secara statistik ini merupakan teknik statistik yang
secara luas digunakan untuk memastikan bahwa proses yang sedang berjalan
yelah memenuhi standar. Mengingat pengukuran yang dilakukan terhadap kinerja
kualitas saja tidak cukup, oleh karena itu penting juga untuk menganalisis
bagaimana keadaan dari suatu proses berdasarkan hasil-hasil dari pengukuran
kualitas itu. Dalam konteks peningkatan proses, yang dimaksud oleh ISO 9001:
2000, adalah penting juga untuk mengetahui bagaimana suatu proses itu
bervariasi dalam menghasilkan produk sehingga dapat diambil tindakan-tindakan peningkatan proses itu secara tepat.
Pada tahun 1920 Walter Shewhart dari Bell Laboratories, telah
mempelajari data hasil berbagai proses dan membedakan mana penyebab
terjadinya variasi yang khusus dan yang umum. Kini banyak orang merujuk
pengetahuan mengenai variasi-variasi itu sebagai sebab-sebab yang alami dan
sebab-sebab yang dilakukan oleh manusia (operator). Walter mengembangkan alat
yang sederhana tetapi ampuh untuk memisahkan kedua jenis variasi tersebut,
berupa peta kendali proses atau peta kontrol. Peta-peta kontrol merupakan alat
yang ampuh dalam mengendalikan proses, asalkan penggunaannya dipahami
secara benar. Pada dasarnya peta-peta kontrol dipergunakan untuk :
1. Menentukan apakah suatu proses berada dalam pengndalian? Dengan
demikian peta-peta kontrol digunakan untuk mencapai suatu keadaan
terkendali, dimana semua nilai rata-rata dan range dari sub-sub kelompok
limits), maka itu variasi penyebab khusus menjadi tidak ada lagi dalam
proses.
2. Memantau proses terus menerus sepanjang waktu agar proses tetap
stabil secara statistikal dan mengandung variasi penyebab umum.
3. Menetukan kemampuan proses (proses capability) setelah proses berada
dalam pengendalian, batas-batas dari variasi proses dapat ditentukan.
Penggunaan peta-peta control harus menjadi efektif untuk pengendalian
proses, sehingga upaya-upaya peningkatan proses terus- menerus yang telah
menjadi komitmen manajemen organisasi dapat sukses. Denngan demikian
penggunaan peta-peta control untuk pengendalin proses harus dikaitkan secara
langsung dengan kebutuhan dan ekspektasi pelanggan.
Berbagai peta-peta kontrol dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan
yang dibedakan bardasarkan data variabel dan atribut. Data variabel (Variaels
Data) merupakan data kuantitatif yang diukur untuk keperluan analisis. Seperti ukuran-ukuran berat, panjang, lebar, timggi, diamter, volume dan lain-lain.
Peta-peta kontrol yang umum dipergunakan untuk data variabel adalah : Peta-peta X-Bar-R
dan peta X-MR. Sedangkan data atribut (Attributes Data) merupakan data
kualitatif yang dapat dihitung untuk pencatatan dan analisis. Model ini dapat
dipergunakan apabila produk yang akan dievaluasi mutunya dapat dibedakan atas
kategori baik atau jelek. Data atribut biasnya diperoleh dalam bentuk unit-unit
nonkonformans atau ketidaksesuaian dengan spesifikasi. Pada umumnya data
atribut dipergunakan peta-peta kontrol p, np, c dan u. Jika unit yang jelek tersebut
dapat dinyatakan sebagai proporsi atau sampel yang ditarik maa penggendalian
dinyatakan dalam jumlah tertentu pada permukaan tiap unit produk yang diperiksa
maka kita dapat mempergunakan c-Chart.
Peta kontrol P atau p-Chart digunakan untuk mengukur proporsi
ketidaksesuaian (penyimpangan atau serimg disebut cacat) dari item-item dalam
keompok yang sedang diinpeksi. Dengan demikian peta kontrol p digunakan
untuk mengendalikan proprosi dari item-item yang tidak memenuhi syarat
spesifikasi kualitas atau proporsi dari produk yang cacat yang dihasilkan dalam
suatu proses. Proporsi yang tidak memenuhi syarat didefiniskan sebagai rasio
banyaknya item yang tidak memennuhi syarat dalam suatu kelompok terhadap
total banyaknya item dalam kelompok itu. Item-item itu dapat mempunyai
beberapa karakteristik kualitas yang diperiksa atau diuji secara simultan oleh
pemeriksa. Jika item-item itu tidak memenuhi standar pada satu atau lebih
karakteristik kualitas yang diperiksa, maka-maka item itu digolongkan sebagai
tidak memenuhi syarat spesifikasi atau cacat. P-Chart memiliki rumus batas
kendali mutu sebagai berikut :
UCL = P + bSP dan LCL = P – bSP
UCL = upper control limit (batas atas pengendalian)
LCL = lower control limit (batas bawah pengendalian)
P = proporsi cacat rata-rata =
P = proorsi cacat = Xi/n dan Xi = unti cac