• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Efisiensi

Dalam dokumen ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI (6) (Halaman 99-104)

Sebelum melakukan analisis efisiensi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap produksi gula penting untuk mengetahui apakah nilai koefisien regresi dari faktor-faktor produksi yang akan dinilai efisiensinya sudah memenuhi syarat dari model Cobb-Douglas, yaitu nilai koefisien regresi berada antara nol dan satu. Dari hasil analisis elastisitas yang telah dilakukan sebelumnya dapat diketahui bahwa nilai koefisien regresi dari faktor produksi tenaga kerja

total tidak memenuhi syarat model Cobb-Douglas karena mempunyai nilai koefisien regresi yang negatif sehingga faktor tersebut tidak dapat dinilai tingkat efisiensinya terhadap produksi gula di PG Pagottan.

Efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi secara alokatif pada kegiatan produksi gula pasir dapat dilihat dari nilai perbandingan Nilai Produk Marjinal (NPM) dengan Biaya Korbanan Marjinal (BKM). Nilai produk marjinal diperoleh dari perkalian antara harga rata-rata gula pasir di Pabrik Gula Pagottan dengan nilai produk marjinalnya. Sedangkan biaya korbanan marjinal diperoleh dari harga rata-rata input, yaitu berupa harga rata-rata tebu yang dipasok ke Pabrik Gula Pagottan.

Harga rata-rata tebu petani yang dipasok ke Pabrik Gula Pagottan diperoleh dari bagi hasil dalam bentuk gula pasir (natura) yang diterima petani, dengan mempertimbangkan tingkat rendemen nota gula yang telah ditetapkan oleh pihak perusahaan. Besarnya bagi hasil petani tersebut nilainya bervariasi baik dalam satu musim giling maupun antar musim giling. Dengan memperhitungkan nilai bagi hasil rata-rata tersebut maka dapat diperoleh harga tebu per ton per periode.

Namun di dalam kenyataannya, perusahaan memiliki keterbatasan modal yang digunakan untuk membeli faktor-faktor produksi. Sehingga kendala tersebut juga harus diperhitungkan di dalam analisis efisiensi produksi. Kondisi tersebut mengakibatkan nilai perbadingan antara NPM dan BKM belum tentu bernilai sama dengan satu, melainkan sama dengan nilai tertentu. Faktor produksi yang akan diukur tingkat efisiensinya di dalam penelitian ini adalah faktor produksi

jumlah tebu. Hal ini dilakukan karena mempertimbangkan bahwa faktor produksi tersebut yang dapat diukur tingkat harganya.

Rata-rata produksi gula pasir per periode dari tahun 2001-2007 adalah sebesar 2510,22 ton dengan harga jual rata-rata sebesar Rp 4.002.530,- per ton (Tabel 9). Penggunaan rata-rata bahan baku tebu dalam proses produksi gula pasir sebesar 33.144,7 ton per periode. Harga tebu per ton adalah Rp 1.956.190 per periode. Penggunaan rata-rata faktor produksi serta harga rata-ratanya digunakan untuk menduga besarnya rasio NPM dan BKM. Tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi pada PG Pagottan dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Rasio Nilai Produk Marjinal dengan Biaya Korbanan Marjinal Kegiatan Produksi Gula Pasir pada Pabik Gula Pagottan per Periode Variabel Rata-rata Penggunaan Koefisien Regresi NPM (Rp) BKM (Rp) Rasio NPM- BKM

Jumlah tebu (ton) 33.144,7 0,066 20.006,74 1.956.190 0,01

Berdasarkan perhitungan pada Tabel 9, terlihat bahwa penggunaan faktor produksi gula di PG Pagottan belum mencapai kondisi efisien. Hal ini ditunjukkan oleh rasio antara NPM dan BKM faktor produksi jumlah tebu tidak sama dengan satu.

Jumlah tebu mempunyai NPM sebesar Rp 20.006,74 yang mempunyai arti bahwa setiap penambahan pasokan satu ton tebu, akan memberikan tambahan penerimaan sebesar Rp 20.006,74. Rasio NPM dan BKM diperoleh sebesar 0,01dengan harga rata-rata tebu sebesar Rp 1.956.190 per ton dan koefisien regresi sebesar 0,066. Nilai rasio NPM dan BKM jumlah tebu kurang dari satu menyatakan bahwa jumlah pasokan tebu sudah melampaui batas optimal. Oleh karena itu, perusahaan harus mempertimbangkan kembali jadwal tebang angkut

sehingga tidak terlalu banyak tebu yang menurun rendemennya karena terlalu lama menunggu di lori sehingga tebu tidak lagi memenuhi kriteria MBS yang berakibat akan menurunkan jumlah produksi gula.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan perusahaan adalah dengan mengurangi harga jual tebu petani ke PG, karena dengan menurunkan harga pasokan tebu petani maka perusahaan akan memperkecil tambahan biaya yang akan dikeluarkan untuk menambah satuan input sehingga tambahan biaya yang dikeluarkan akan sama dengan tambahan penerimaan yang diperoleh. Namun upaya ini tidak sesuai dengan visi perusahaan, yaitu PG Pagottan menjadi perusahaan perkebunan yang mampu meningkatkan kesjahteraan stakeholders secara berkesinambungan. Sehingga tidak mungkin perusahaan menilai harga tebu petani lebih rendah.

Upaya lain yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan harga gula yang diproduksi. Upaya ini mungkin dilakukan jika pemerintah meningkatkan tarif impor gula sehingga harga gula dalam negeri dapat lebih bersaing. Dengan meningkatkan harga gula maka dengan rata-rata penggunaan faktor produksi tebu di PG Pagottan yang sebesar 33.144,7 ton per periode dari tahun 2001 hingga tahun 2007 dan harga tebu rata-rata Rp 1.956.190 per ton maka perusahaan akan dapat beroperasi secara lebih efisien.

Dari beberapa analisis yang telah dilakukan, maka dapat diketahui bahwa kegiatan produksi gula pasir di PG Pagottan belum efisien. Kondisi tersebut salah satunya disebabkan oleh pengalokasian sumberdaya atau faktor-faktor produksi yang kurang tepat. Akibatnya, pencapaian keuntungan perusahaan belum mencapai tingkat yang maksimum.

VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis regresi dengan pendugaan OLS, maka dapat diketahui terdapat empat faktor produksi yang berpengaruh nyata pada taraf nyata = 0,05 terhadap produksi gula di PG Pagottan. Faktor-faktor tersebut, yaitu jumlah tebu, rendemen, jam mesin, dan tenaga kerja. Dari hasil tersebut diperoleh bahwa jumlah tebu, rendemen, dan jam mesin berpengaruh positif terhadap produksi gula di PG Pagottan.

Berdasarkan analisis elastisitas diketahui nilai elastisitas untuk masing- masing faktor produksi, yaitu jumlah tebu sebesar 0,066, nilai menunjukkan bahwa jika terjadi peningkatan pasokan jumlah tebu sebesar satu persen maka produksi akan meningkat sebesar 0,006 persen dengan asumsi semua faktor-faktor lainnya tetap (cateris paribus). Elastisitas faktor produksi rendemen adalah sebesar 1,01, artinya bahwa setiap penambahan satu persen rendemen maka akan memberikan peningkatan produksi gula sebesar 1,01 persen dengan asumsi semua faktor-faktor lainnya tetap (cateris paribus). Sedangkan nilai koefisien regresi jam mesin sebesar 1,03, nilai ini menunjukkan bahwa setiap penambahan satu persen jam mesin maka akan memberikan peningkatan produksi gula sebesar 1,03 persen dengan asumsi semua faktor-faktor lainnya tetap (cateris paribus). Nilai koefisien regresi tenaga kerja sebesar -0,239. Nilai koefisien ini menunjukkan hubungan yang negatif antara faktor tenaga kerja dan produksi gula di PG Pagottan. Nilai tersebut dapat diartikan bahwa jika tenaga kerja ditambah sebesar satu persen maka produksi gula akan menurun sebesar 0,239 persen.

Hasil analisis efisiensi alokatif dengan menggunakan rasio antara NPM dan BKM jumlah tebu diperoleh nilai sebesar 0,01. Nilai ini menunjukkan bahwa pemanfaatan faktor produksi tersebut belum efisien secara alokatif. Sehingga perlu dilakukan upaya agar penggunaan jumlah tebu mencapai tingkat optimal sehingga tercapai kondisi yang efisien.

Dalam dokumen ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI (6) (Halaman 99-104)

Dokumen terkait