• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBAHASAN PENELITIAN

B. Analisis Ekonomi Usaha Sarang Burung Walet a. Biaya Produksi

Biaya produksi adalah nilai korbanan yang dikeluarkan selama produksi berlangsung antara lain biaya pembangunan gedung dan pembelian peralatan, biaya pembelian pakan, biaya tenaga kerja, biaya penyusutan, biaya Administrasi Surat Izin Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung Walets, biaya listrik dan biaya air. Total biaya produksi merupakan seluruh biaya usaha baik biaya tetap (penyusutan, dan biaya Administrasi Surat Izin Pengelolaan dan Pengusahaan

Sarang Burung Walet (Biaya administrasi SIP2 sarang burung walet) maupun biaya variabel seperti biaya pembelian input, biaya tenaga kerja, biaya pembelian pakan, biaya listrik dan biaya air. Besar kecilnya biaya produksi tersebut tergantung kepada komponen input dan harga input itu sendiri.

1. Biaya Sarana Produksi

Dalam analisis ekonomi biaya sarana produksi disebut juga biaya input, di mana secara analisis ekonomi biaya input dihitung sesuai harga ekonomi atau harga bayangan, tetapi kenyataannya secara analisis ekonomi pengusaha (pengelola) di desa Bakaran Batu dalam biaya input dihitung sesuai harga pasar, karena pengusaha (pengelola) di desa Bakaran Batu membeli peralatan atau sarana produksi lainnya hanya berasal dari dalam negeri saja, oleh karena itu biaya input dihitung sesuai harga pasar artinya harga yang sudah ditetapkan di dalam negeri. Biaya sarana produksi di desa Bakaran Batu rata-rata Rp 89.347.933 (lihat lampiran lanjutan 27), hal ini disebabkan biaya sarana produksi untuk pengembangan usaha sarang burung walet sangat mahal. Biaya sarana produksi tertinggi terdapat pada sampel 8 dengan luas gedung sebesar 0,0253 Ha, biaya yang dikeluarkan pada saat tahun ke-0 artinya tahun berdirinya usaha sarang burung walet di desa Bakaran Batu adalah senilai Rp 44.351.175, sedangkan biaya sarang produksi terendah terdapat pada sampel 4 dengan luas gedung sebesar 0,0240 Ha, biaya yang dikeluarkan senilai Rp 30.864.900 (pada lampiran 27). 2. Biaya Tenaga Kerja

Tenaga kerja diperlukan untuk mengerjakan berbagai macam kegiatan produksi dalam usaha sarang burung walet. Pada usaha sarang burung walet ini tenaga kerja berasal dari luar keluarga (TKLK) artinya masyarakat setempat yang

ikut berperan dalam pengembangan sarang burung walet di desa Bakaran Batu. Perkiraan biaya tenaga kerja usaha sarang burung walet dapat dilihat pada lampiran 19. Biaya tenaga kerja dikeluarkan sesuai setiap kali produksi sarang burung walet seperti tenaga kerja pemeliharaan/perawatan telur burung walet, panen, dan pembersihan sarang sedangkan biaya tenaga kerja pawang (memanggil burung walet) sekali dalam setahun biaya sebesar Rp 1.000.000. sedangkan biaya penjagaan gedung walet dibayar setiap bulannya rata-rata senilai Rp 70.000 sampai Rp 80.000. sehingga total biaya rata-rata tenaga kerja setiap pengusaha (pengelola) sebesar Rp 11.975.000.

3. Biaya lain-lain

 Biaya penyusutan

Alat-alat yang digunakan dalam usaha sarang burung walet merupakan inventaris usaha tersebut seperti mesin tetas untuk telur walet tipe 32533 yang menggunakan aliran listrik AC atau DC, tape recorder, kotak teropong yang berisi lampu, kotak inkubator, keranjang segiempat yang berisi spon untuk telur walet, skrap, tangga, keranjang plastik untuk panen sarang walet, pinset, cermin bertangkai panjang, pisau pangot dan alat pencetak sarang burung walet. Alat-alat ini akan mengalami penyusutan karena selalu dipakai untuk kegiatan usaha sarang burung walet. Metode perhitungan penyusutan alat-alat yang dipakai dalam penelitian ini adalah harga beli (Rp) di bagi dengan masa pakai ekonomis (tahun).

Besarnya biaya penyusutan dipengaruhi oleh harga beli (Rp) dan masa pakai ekonomis alat tersebut. Masa pakai ekonomis berbeda untuk setiap alat tergantung pada kualitas dan pemeliharaan alat tersebut. Dimana umur ekonomis gedung walet setiap pengusaha (pengelola) 10 tahun sedangkan umur ekonomis

seluruh peralatan masing-masing 5 tahun jadi total biaya penyusutan seluruh pengusaha sebesar Rp 120.450.440 sedangkan rata-rata biaya penyusutan setiap pengusaha (pengelola) sebesar Rp 15.056.305 (lihat lampiran lanjutan 27).

 Biaya PBB

Dalam analisis ekonomi yang berkaitan dengan pajak baik PBB atau pajak pengelolaan, pengusahaan dan pemanfaatan sarang burung walet (P4 sarang burung walet) tidak dihitung sebagai biaya karena pajak dianggap sebagaitransfer of paymentartinya pajak sebagai benefit bagi pengusaha.

 Biaya Administrasi Surat Izin Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung Walet (Biaya administrasi SIP2 sarang burung walet)

Biaya Administrasi Surat Izin pengelolaan, pengusahaan dan pemanfaatan sarang burung walet ini merupakan biaya tetap yang harus dikeluarkan oleh pengusaha setiap tahun kepada Dinas Pendapatan Daerah Deli Serdang , biaya ini sebagai tanda bukti bahwa pengusaha telah masuk ke dalam asosiasi penangkaran sarang burung walet dan mempunyai surat izin dalam usaha sarang burung walet. Bukti biaya ini juga dibawa pada saat mengekspor sarang burung walet ke luar negeri sebagai bukti yang sah. Nilai biaya ini sudah ditetapkan dari Kepala Daerah (Bupati Deli Serdang) yaitu Besarnya biaya administrasi surat izin pengelolaan dan pengusahaan sarang burung walet ditetapkan yaitu sebagai berikut :

o Di habitat alami sebesar Rp 30.000,- /m2. o Di luar habitat alami

 0 s/d 250 m2dikenakan biaya administrasi sebesar Rp.

2.000.000,- Di atas 250 m2dikenakan biaya tambahan Rp. 12.000,-/m2.

Total biaya administrasi SIP2 sarang burung walet yang dikeluarkan seluruh pengusaha (pengelola) sebesar Rp 64.144.000 sedangkan rata-rata biaya administrasi SIP2 sarang burung walet yang dikeluarkan setiap pengusaha (pengelola) sebesar Rp 8.018.000 (lihat lampiran lanjutan 27).

 Biaya Transportasi

Dalam analisis ekonomi biaya transportasi merupakan biaya yang harus dikeluarkan dalam mengekspor sarang burung walet ke luar negeri, secara analisis ekonomi biaya transportasi termasuk subsidi yang harus diperhitungkan sebagai biaya yaitu biaya jasa transportasi udara seperti biaya jasa pesawat terbang. Total biaya transportasi yang dikeluarkan seluruh pengusaha (pengelola) sebesar Rp 45.100.000 sedangkan rata-rata biaya transportasi yang dikeluarkan setiap pengusaha (pengelola) sebesar Rp 5.637.500 (lihat lampiran lanjutan 27).

b. Penerimaan Pengusaha Sarang Burung Walet

Penerimaan adalah nilai rupiah dari total produksi fisik yang dihasilkan atau merupakan hasil perkalian antara produksi fisik dengan harga penjualan. Harga jual yang diterima pengusaha di daerah penelitian pada umumnya sama, hanya saja harga jual ini mengalami fluktuasi pada perekonomian, di mana harga sarang burung walet ini tergantung pada kurs mata uang asing (dolar). Jika nilai dolar naik maka harga jual sarang burung walet akan naik. Di mana secara analisis ekonomi harga jual yang dipakai adalah harga ekonomi atau harga bayangan

(shadow price) yaitu sesuai dengan kurs mata uang asing jika naik maka harga jual sarang burung walet akan naik, dimana harga ekonomi ini lebih tinggi dari harga pasar (analisis finansial). Harga jual rata-rata sarang burung walet secara ekonomi dapat dilihat pada lampiran 26.

Penerimaan pengusaha sarang burung walet pada penelitian adalah nilai rupiah dari produksi fisik sarang yang diperoleh pengusaha selama proses produksi berlangsung. Besarnya total nilai penerimaan yang diperoleh seluruh pengusaha di daerah penelitian sebesar Rp 4.221.250.000 sedangkan rata-rata nilai penerimaan yang diperoleh setiap pengusaha (pengelola) sebesar Rp 527.656.250 (lihat lampiran 28).

c. Pendapatan Bersih Pengusaha, Analisis NPV, Analisis B/C Ratio dan IRR

Pendapatan bersih pengusaha merupakan total penerimaan dikurangi total biaya produksi. Pendapatan bersih pengusaha dipengaruhi oleh nilai produksi dan besarnya total biaya produksi. Total pendapatan seluruh pengusaha (pengelola) secara analisis ekonomi sebesar Rp 3.506.466.536 sedangkan rata-rata pendapatan setiap pengusaha (pengelola) sebesar Rp 438.308.317 dapat dilihat pada lampiran 28. Artinya pengembangan usaha sarang burung walet secara analisis ekonomi sangat menguntungkan bagi pengusaha (pengelola), selain menguntungkan komoditas ekspor ini juga dapat menyumbang devisa negara.

Kelayakan ekonomi dianalisis dengan menggunakan metode analisis ekonomi dengan kriteria investasi, Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio(Net B/C), danInternal Rate of Return(IRR).

Tabel berikut menunjukkan nilai NPV, B/C Ratio dan IRR pengusaha sarang burung walet secara analisis ekonomi

Tabel 12. Nilai Rata-rata NPV, Net B/C dan IRR Secara Ekonomi

No Uraian Total Rataan

1 NPV 2.927.298.771 365.912.346,4

2 Net B/C (%) 71,65 8,96

3 IRR (%) 302,9 37,9

Dari tabel 12 di atas dapat diketahui bahwa pada discount faktor 5,5 % sesuai dengan suku bunga deposito bank Indonesia (BI) pada saat penelitian. Bahwa total nilai NPV adalah 2.927.298.771, Net B/C adalah 71,65 dan nilai IRR adalah 302,9, sedangkan rataan nilai NPV adalah 365.912.346,4 , Net B/C adalah 8,96 dan nilai IRR adalah 37,9%. Berdasarkan kriteria kelayakan (secara ekonomi) bahwa NPV 365.912.346,4 0, Net B/C 8,96 >1 dan IRR 37,9% > tingkat suku bunga yang berlaku maka dapat dikatakan bahwa pengembangan usaha sarang burung walet secara ekonomi layak untuk dikembangkan di desa Bakaran Batu, hal ini disebabkan daya beli (permintaan) konsumen luar negeri akan sarang burung walet selalu meningkat setiap tahunnya tetapi produk yang tersedia sangat terbatas karena burung walet sendiri tidak dapat diternakkan tetapi selain sarang burung walet termasuk komoditas ekspor juga dapat menyumbang devisa negara. Di mana sarang burung walet selalu mengalami fluktuasi harga faktor penyebabnya antara lain : hari raya imlek (bulan januari atau februari), sembahyang bulan penuh (bulan september), tingkat pendapatan masyarakat meningkat, perubahan peraturan, dan resesi ekonomi. Dengan demikian hipotesis b yang menyatakan bahwa prospek pengembangan usaha sarang burung walet secara ekonomi layak dikembangkan ternyata hipotesis tersebut diterima.

Dalam penelitian ini peneliti menentukan perhitungan analisis finansial dengan analisis ekonomi dengan cara membedakan sebagai berikut :

Volume Permintaan Pasar Sarang Burung Walet

a. Volume Permintaan Pasar Dalam Negeri Akan Sarang Burung Walet di Desa Bakaran Batu

Volume permintaan pasar dalam negeri akan sarang burung walet sangat sedikit sekali, hal ini disebabkan harga sarang burung walet per kg yang mencapai

belasan juta rupiah bahkan bisa mencapai puluhan juta rupiah karena harga sarang burung walet ini tergantung fluktuasi kurs mata uang asing, jika kurs mata uang asing (USD) naik maka harga sarang burung walet akan naik dan sebaliknya. Sehingga daya beli konsumen dalam negeri akan sarang burung walet hanya masyarakat menengah ke atas dengan pendapatan sekitar 15 juta/bln dan pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul ini membeli sarang burung walet langsung kepada pengelola (pengusaha) sarang burung walet, yang nantinya dijual kembali kepada eksportir di medan dengan harga yang tinggi.

b. Volume Permintaan Pasar Luar Negeri Akan Sarang Burung Walet di Desa Bakaran Batu

Tabel 13. Volume Permintaan Pasar Luar Negeri di Desa Bakaran Batu

Tahun Hongkong

(Kg) Singapura(Kg) Taiwan(Kg) Total

1998 35 31 28 94 1999 38 37 34 109 2000 46 45 44 135 2001 56 54 50 160 2002 68 67 58 193 Jumlah 243 234 214 691

Sumber : Pengelola sarang burung walet desa Bakaran Batu

Dari tabel 13 di atas dapat dilihat bahwa volume permintaan pasar luar negeri akan sarang burung walet di desa Bakaran Batu terus meningkat setiap tahunnya, hal ini di sebabkan sarang yang dihasilkan burung walet di desa Bakaran Batu memiliki standar mutu yang bagus atau memiliki kriteria seperti warna sarang putih krem dan kuning seperti emas, bentuk sarang jenis balkon, rapi, tidak pecah bagian punggung sarang mulus dan kadar air 15-20% sesuai permintaan pembeli (konsumen) di luar negeri dan sarang burung walet ini banyak manfaatnya bagi dunia kesehatan. Sarang burung walet yang di ekspor ke luar

sarapan pagi bagi orang asing (di luar negeri), bahan kosmetik wanita dan ramuan untuk obat-obatan China. Sarang burung walet yang sudah diolah di Hongkong, Singapura, dan Taiwan baru disebarkan ke manca negara seperti China, India, Srilangka, Malaysia, Jepang, Belanda, Jerman dan Amerika. Di samping harga sarang burung walet yang mahal, sehingga komoditas ini (sarang burung walet) dapat menyumbang devisa negara. Dengan demikian hipotesis c diterima.

Tabel 14. Volume Sarang Burung Walet di Desa Bakaran Batu

Tahun Volume Sarang Burung Walet (Kg)

1998 104 1999 117 2000 145 2001 169 2002 195 Jumlah 730

Sumber : Pengelola sarang burung walet desa Bakaran Batu

Dari tabel 14 di atas dapat dilihat bahwa volume sarang burung walet di desa Bakaran Batu terus meningkat dari tahun ketahun, hal ini disebabkan pengelola (pengusaha) sarang burung walet sudah banyak pengalaman dan pengetahuan tentang penangkaran burung walet, sehingga dapat memproduksi sarang burung walet dalam jumlah yang cukup besar atau banyak. Dengan meningkatnya permintaan setiap tahunnya maka dapat disimpulkan bahwa pengembangan sarang burung walet di desa Bakaran Batu sangat berprospek. Kebanyakan pengelola (pengusaha) langsung mengekspor sarang burung walet ke luar negeri tanpa harus menjual melalui pihak-pihak lain (pedagang pengumpul dan eksportir). Sarang burung walet yang dijual di dalam negeri hanya sisa dari sarang yang sudah dicetak dengan harga yang lebih murah dari harga sarang burung walet yang diekspor ke luar negeri, biasanya perbedaan harga tersebut sekitar Rp 3,5 juta sampai Rp 4 juta-an.

c. Perkembangan Harga Sarang Burung Walet

Tabel 15. Perkembangan Harga Sarang Burung Walet Tahun 1998-2002

Jenis Sarang

Harga Rata-Rata Tahunan (Rp/kg)

1998 1999 2000 2001 2002 Rumahan

Putih (U-Yen) 23.830.538 17.982.248 19.265.715 23.243.220 20.956.320

Seriti (Chao Yen) 6.354.810 4.753.928 5.093.235 5.405.400 4.989.600 Merah (Siek Yen) 28.596.645 21.496.020 23.030.280 27.567.540 25.446.960

Gua

Putih (Tung-Yen) 20.123.565 15.295.245 16.386.930 19.459.440 17.962.560 Hitam (Mao-Yen) 6.884.378 5.167.313 5.536.547 6.486.480 5.987.520 Merah (Siek-Ten) 24.360.105 19.015.710 20.372.940 24.864.840 22.952.160

Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli Serdang

Dari tabel 15 di atas dapat dilihat bahwa harga rata-rata sarang burung walet setiap tahunnya berfluktuasi. Hal ini disebabkan harga sarang burung walet tergantung fluktuasi kurs mata uang asing, jika kurs mata uang asing (USD) naik maka harga sarang burung walet akan naik dan sebaliknya. Beberapa faktor yang mengakibatkan fluktuasi harga antara lain : perbedaan kurs mata uang asing, permintaan dan penawaran barang, serta peristiwa tertentu seperti hari raya imlek (bulan januari atau februari), sembahyang bulan penuh (bulan september), tingkat pendapatan masyarakat meningkat, perubahan peraturan, dan resesi ekonomi.

Perkembangan harga diatas dapat disimpulkan bahwa prospek pengembangan sarang burung walet termasuk prospek yang cerah dilihat dari harga dan pasar, sehingga komoditas (sarang burung walet) ini sebagai penyumbang devisa negara. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar VII grafik 1 dari tabel 15 sebagai berikuti:

GbrVII. Grafik 1 dari Tabel 15. Perkembangan Harga Sarang Burung Walet Tahun 1998-2002

PERKEMBANGAN HARGA SARANG BURUNG WALET 1998-2002

1998 1999 2000 2001 2002 23830538 17982248 19265715 23243220 20956320 0 5000000 10000000 15000000 20000000 25000000 30000000 1 2 3 4 5 Tahun Ha rg a Ra ta -ra ta T ah un an (R p/ kg ) Y X

Dari grafik 1 di atas dapat dilihat bahwa harga rata-rata sarang burung walet dari tahun 1998-2002 sangat berfluktuasi. Hal ini dipengaruhi oleh keadaan ekonomi yang tidak stabil (kurs mata uang asing), faktor penyebabnya antara lain: hari raya imlek (bulan januari atau februari), sembahyang bulan penuh (bulan september), tingkat pendapatan masyarakat meningkat, perubahan peraturan, dan resesi ekonomi.

Tujuan Pasar Usaha Sarang Burung Walet

Tujuan pasar sarang burung walet di desa bakaran batu diekspor ke luar negeri seperti Singapura, Hongkong, dan Taiwan, ketiga negara tersebut merupakan pasar (konsumtif sarang burung walet), meskipun harga sarang burung walet berfluktuasi, negara tersebut tetap menjadi pasar sarang burung walet. Dengan demikian hipotesis d diterima.

Seluruh Indonesia rata-rata tujuan pasar dalam negeri akan sarang burung walet terutama kalangan menengah ke atas sementara tujuan pasar luar negeri akan sarang burung walet antara lain Hongkong, Singapura, Taiwan, China, Amerika Serikat dan Kanada.

Hambatan-Hambatan Yang Dihadapi Dalam Pengembangan Usaha Sarang Burung Walet :

Hambatan-Hambatan Teknis dan Ekonomi Usaha Sarang Burung Walet

Dalam pengembangan usaha sarang burung walet baik di kota maupun di desa selalu ada hambatan-hambatan yang dihadapi, dimana hambatan teknis itu meliputi : Adanya hama pengganggu seperti tikus, Kondisi dalam gedung yang kurang lembab, Banyaknya kotoran burung walet yang menumpuk dan membusuk sehingga menimbulkan gas ammonia (NH3), dimana udara di dalam gedung ikut tercemar. Hambatan-hambatan teknis ini akan mempengaruhi bentuk, ukuran, dan kualitas sarang, sehingga harus ada penanganan yang intensif. Sedangkan hambatan ekonomi : banyaknya pungutan-pungutan liar dari oknum-oknum tertentu baik itu masyarakat maupun oknum dari DISPENDA, birokrasi perizinan berbelit-belit sehingga sering terjadi masalah dibea cukai, merusak harga pasar dan harga pembelian dari pengusaha. Meskipun hambatan-hambatan teknis dan ekonomi yang dihadapi dalam pengembangan usaha sarang burung walet selalu ada, tetapi pengembangan usaha sarang burung walet semakin berkembang, hal ini disebabkan bahwa disamping banyaknya manfaat dan kegunaan akan sarang burung walet di dunia kesehatan, sarang burung walet juga merupakan komoditas ekspor yang dapat menyumbang devisa negara.

Upaya-Upaya Mengatasi Hambatan-Hambatan Usaha Sarang Burung Walet:

Upaya-Upaya Mengatasi Hambatan-Hambatan Teknis dan ekonomi Usaha Sarang Burung Walet

Disamping adanya hambatan-hambatan teknis dan ekonomi dalam pengembangan usaha sarang burung walet, maka upaya-upaya mengatasi hambatan-hambatan teknis : Membasmi hama tersebut dengan obat-obatan (pembasmi tikus) selalu dilakukan kontrol secara rutin, kondisi gedung yang kurang lembab dilakukan dengan air dan udara, dimana volume air dalam ruang harus besar, sedangkan ventilasi udara sedikit maka angka kelembaban relatif tinggi, pengaturan volume air dan sirkulasi udara yang tepat akan menghasilkan tingkat kelembaban seperti yang dikehendaki dengan menggunakan alat Thermohygrometer. Banyaknya kotoran yang menumpuk dan membusuk yang menimbulkan gas amonia (NJ3) harus dilakukan dengan menaburkan pasir dan kapur tohor atau kalsium karbonat (CaCO2) yang biasa dipakai untuk meningkatkan pH, manfaat dari kapur untuk menetralisir gas amonia. Sehingga bentuk, ukuran dan kualitas sarang akan lebih bagus dengan penanganan secara intensif. Secara internal upaya untuk mengatasi hambatan-hambatan ekonomi tentang pungutan-pungutan liar. Dalam hal ini pengusaha sarang burung walet tidak memenuhi permintaan sepenuhnya dari oknum-oknum tersebut, dokumen surat-surat perizinan harus lengkap, dan mutu produk harus konsisten agar pembeli tidak mencari penjual lain sehingga bila terjadi gejolak harga pengaruhnya kecil.

Dokumen terkait